Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BBL

“PENATALAKSANAAN BAYI INFEKSI”

Dosen Pengampu : Erna Rahma Yani, M. Kep., Ns. Sp. Kep. An

Disusun Oleh :

Ni Putu Eka Nadya Saraswati Putri (P17321193047)


Lintang Kameswara (P17321193074)
Milenia Bunga Syah Putri (P17321193076)

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KEDIRI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
TAHUN AJARAN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nanti- nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepeda dosen pembimbing yang telah membantu
dan membimbing kami dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih
kepada teman- teman yang telah memberikan masukan baik langsung maupun tidak langsung
dalam pembuatan makalah ini.
Kami telah menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, penulis
mohon maaf yang sebesar- besarnya.

Kediri, 28 Pebruari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................................4
A. Pengertian bayi lahir normal........................................................................................................4
B. Pengertian Penatalaksanaan.........................................................................................................4
C. Pengertian Infeksi..........................................................................................................................5
D. Definisi Sepsis.................................................................................................................................6
E. Etiologi............................................................................................................................................6
F. Patofisiologi....................................................................................................................................9
G. Faktor Risiko............................................................................................................................10
H. Manifestasi Klinis....................................................................................................................10
I. Pemeriksaan Diagnostik..............................................................................................................11
J. Komplikasi...................................................................................................................................12
K. Pencegahan...............................................................................................................................13
L. Penatalaksanaan..........................................................................................................................14
BAB III.....................................................................................................................................................16
PENUTUP................................................................................................................................................16
A. Kesimpulan..................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada masa
neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar
kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke
ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan faali. Namun, banyak masalah
pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan atau kegagalan penyesuaian
biokimia dan faali.
Masalah pada neonatus ini biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi pada
masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga kecacatan. Masalah
ini timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang
memadai, manajemen persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, serta kurangnya
perawatan bayi baru lahir.
Infeksi merupakan salah satu penyebab terpenting morbiditas dan mortalitas pada
bayi baru lahir. Sepsis berhubungan dengan angka kematian 13% - 50% dan kemungkinan
morbiditas yang kuat pada bayi yang bertahan hidup. (Fanaroff & Martin, 1992). Infeksi
pada neonatus di negeri kita masih merupakan masalah yang gawat. Di Jakarta terutama di
RSCM, infeksi merupakan 10 – 15% dari morbidilitas perinatal.
Risiko infeksi pada bayi baru lahir dapat dibagi menjadi tiga kategori: risiko
prenatal, risiko nosokomial dan risiko neonatal. Faktor risiko prenatal meliputi: ketuban
pecah dini (KPD) dan infeksi selama kehamilan. Faktor nosokomial yang dapat menjadi
predisposisi neonatal terkena infeksi meliputi : lama rawat, prosedur invasif, ruang
perawatan penuh, staf perawatan, dan prosedur cuci tangan. Faktor neonatal meliputi:
BBLR, jenis kelamin dan kelainan kongenital.
Infeksi pada neonatus merupakan sebab yang penting terhadap terjadinya
morbiditas dan mortalitas selama periode ini. Lebih kurang 2% janin dapat terinfeksi in
utero dan 10% bayi baru lahir terinfeksi selama persalinan atau dalam bulan pertama
kehidupan. (Rachma, 2005).
Angka kejadian infeksi neonatorum masih cukup tinggi dan merupakan penyebab
kematian utama pada neonatus. Hal ini dikarenakan neonatus rentan terhadap

1
infeksi.Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain
kulit dan selaput lendir yang tipis dan mudah rusak, kemampuan fagositosis dan leukosit
immunitas masih rendah. Immunoglobulin yang kurang efisien dan luka umbilikus yang
belum sembuh. Bayi dengan BBLR lebih mudah terkena infeksi neonatorum. Tindakan
invasif yang dialami neonatus juga meningkatkan resiko terjadinya infeksi nasokomial.
(Surasmi, 2003).
Infeksi pada Bayi Baru Lahir (BBL) sering sekali menjalar ke infeksi umum
sehingga gejala umum tidak menonjol lagi. Beberapa gejala tingkah laku BBL tersebut di
atas adalah malas minum, gelisah atau mungkin tampak letargi, frekuensi pernafasan
meningkat, berat badan tiba-tiba menurun, muntah dan diare.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari bayi lahir normal?
2. Apa pengertian dari penatalaksanaan?
3. Apa yang dimaksud dengan infeksi?
4. Apa definisi dari sepsis?
5. Apa yang dimaksud dengan etiologi?
6. Apa yang dimaksud dengan patofisiologi?
7. Bagaimana faktor risiko pada bayi infeksi?
8. Bagaimana dengan manifestasi klinisnya?
9. Bagaimana pemeriksaan diasnotik pada bayi infeksi?
10. Apa saja komplikasi yang terjadi pada bayi infeksi?
11. Bagaimana pencegahan agar tidak terjadi bayi infeksi?
12. Bagaimana penatalaksanaan yang dilakukan untuk bayi infeksi?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian dari bayi lahir normal.
2. Dapat mengetahui pengertian dari penatalaksanaan.
3. Dapat mengetahui maksud dari infeksi.
4. Dapat mengetahui definisi dari sepsis.
5. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan etiologi.

2
6. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan patofisiologi.
7. Dapat mengetahui faktor risiko dari bayi infeksi.
8. Dapat mengetahui manifestasi klinisnya.
9. Dapat mengetahui pemeriksaan diagnostik pada bayi infeksi.
10. Dapat mengetahui komplikasi yang terjadi pada bayi infeksi.
11. Dapat mengetahui pencegahan agar tidak terjadi bayi infeksi.
12. Bagaimana penatalaksanaan yang dilakukan untuk bayi infeksi.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian bayi lahir normal


Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dengan berat lahir 2.500 gram sampai 4000 gram, cukup bulan,
langsung menangis dan tidak ada cacat bawaan, serta ditandai dengan pertumbuhan dan
perkembangan yang cepat. Bayi merupakan makhluk yang sangat peka dan halus, apakah
bayi itu akan terus tumbuh dan berkembang dengan sehat, sangat bergantung pada proses
kelahiran dan perawatannya. Tidak saja cara perawatannya, namun pola pemberian makan
juga sangat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan bayi (Depkes RI, 2009). Bayi
dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu bayi cukup bulan, bayi premature, dan bayi
dengan berat bayi lahir rendah (BBLR) (Hayati, 2009).

B. Pengertian Penatalaksanaan
Proses penatalaksanaan adalah sebuah proses menyelesaikan masalah klinis,
membuat suatu keputusan, dan memberi perawatan, yang telah berakar pada tindakan
perawat-kebidanan di awal tahun 1970-an. Proses ini merupakan sebuah metoda
pengorganisasian pikiran dan tindakan dalam suatu alur logis untuk keuntungan pasien dan
pemberi perawatan kesehatan. Proses ini dijelaskan sebagai perilaku yang diharapkan oleh
praktisi klinis, yang dengan jelas merupakan buah dari proses pikir dan tindakan yang
diambil. Orang yang menjelaskan tingkat perilaku yang harus dicapai pada setiap langkah
untuk menyediakan perawatan pasien yang aman dan menyeluruh. Karena proses
penatalaksanaan mengikuti suatu alur yang logis, proses ini juga bermanfaat bagi siswa
dalam mempelajari penatalaksanaan perawatan kepada pasien sebab penatalaksanaan itu
sendiri merupakan cara untuk menyatukan semua bagian-bagian terisolasi, yang mencakup
pengetahuan, penemuan, kemampuan, dan penilaian menjadi suatu pengertian yang utuh
dan berfokus pada transisi ke dalam peran penatalaksanaan pasien.
Proses penatalaksanaan terdiri dari tujuh langkah berurutan, yang secara periodic
disempurnakan. Proses penatalaksanaan ini dimulai dengan mengumpulkan data dasar dan
berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah ini mencakup seluruh kerangka kerja yang
dapat diaplikasikan pada setiap situasi. Kemudian, setiap langkah dapat dibagu menjadi

4
tugas-tugas yang lebih spesifik dan bervariasi untuk dapat disesuaikan dengan kondisi ibu
dan bayi baru lahir. Sedapat mungkin harus disadari bahwa langkah-langkah ini diambil
dalam kolaborasi dengan ibu dan siapapun yang ibu inginkan terlibat, atau dalam
kolaborasi dengan orang tua bayi baru lahir. Tujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menyelidiki dengan cara memperoleh semua data yang dibutuhkan untuk
melengkapi evaluasi ibu atau bayi baru lahir.
2. Membuat sebuah idetifikasi masalah atau diagnisa dan kebutuhan perawatan
kesehatan yang akurat berdasarkan perbaikan interpretasi data yang benar.
3. Mengantisipasi masalah atau diagnosis yang akan terjadi lainnya, yang dapat menjadi
tujuan yang diharapkan, karena telah ada masalah atau diagnose yang teridentifikasi.
4. Mengevaluasi kebutuhan akan intervensi dan/atau konsultasi bidan atau dokter yang
dibutuhkan dengan segera, serta manajemen kolaborasi dengan anggota tim tenaga
kesehatan lain, sesuai dengan kondisi yang diperlihatkan oleh ibu dan bayi yang baru
lahir.
5. Mengembangkan sebuah rencana perawatan kesehatan yang menyeluruh, didukung
oleh penjelasan rasional yang valid, yang mendasari keputusan yang dibuat dan
didasarkan pada langkah-langkah sebelumnya.
6. Mengemban tanggung jawab terhadap pelaksanaan rencana perawatan yang efisien
dan aman.
7. Mengevaluasi keefektifan perawatan kesehatan yang diberikan, mengolah kembali
dengan tepat setiap aspek perawatan yang belum efektif melalui proses
penatalaksanaan di atas.

C. Pengertian Infeksi
Penyakit infeksi adalah masalah kesehatan yang disebabkan oleh organisme seperti
virus, bakteri, jamur, dan parasit. Meski beberapa jenis organisme terdapat di tubuh dan
tergolong tidak berbahaya, pada kondisi tertentu, organisme-organisme tersebut dapat
menyerang dan menimbulkan gangguan kesehatan, yang bahkan berpotensi menyebabkan
kematian.

5
D. Definisi Sepsis
Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan
jaringan lain. Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan
penyebab daro 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi
pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering
menyerang bayi laki-laki.
Sepsis neonatorum atau septikemia neonatal didefinisi sebagai infeksi bakteri pada
aliran darah bayi selama empat minggu pertama kehidupan. (Bobak, 2004). Sepsis adalah
infeksi bakteri generalisata yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan. (Mary E.
Muscari, 2005). Sepsis neonatorum atau septicemia neonatorum merupakan keadaan
dimana terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh. (Maryunani, 2009).
Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan gejala
sistematik dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit sepsis neonatorum dapat
berlangsung cepat sehingga sering sekali tidak terpantau,tanpa pengobatan yang memadai
bayi dapat meninggal dalam 24 sampai 48 jam. (Surasmi, 2003)
Klasifikasi
Berdasarkan waktu terjadinya, sepsis neonatus dapat dibagi menjadi dua bentuk
(Maryunani, 2009) yaitu sebagai berikut :
1. Sepsis dini/Sepsis awitan dini : Merupakan infeksi perinatal yang terjadi segera dalam
periode setelah lahir (kurang dari 72 jam) dan biasanya diperoleh pada saat proses
kelahiran atau in utero
2. Sepsis lanjutan/sepsis nasokomial atau sepsis awitan lambat (SAL) : Merupakan infeksi
setelah lahir (lebih dari 72jam) yang diperoleh dari lingkungan sekitar atau rumah sakit
(infeksi nasokomial)
E. Etiologi
Penyebab neonatus sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti
bakteri, virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri.
Adapun bakteri-bekteri penyebab infeksi atau sepsis yaitu diantaranya :
1. Bakteri escherichia koli
2. Streptococus group B
3. Stophylococus aureus

6
4. Enterococus
5. Listeria monocytogenes
6. Klepsiella
7. Entererobacter sp
8. Pseudemonas aeruginosa
9. Proteus sp
10. Organisme anaerobik

Streptococcus grup B dapat masuk ke dalam tubuh bayi selama proses kelahiran.
Menurut Centers for Diseases Control and Prevention (CDC) Amerika, paling tidak
terdapat bakteria pada vagina atau rektum pada satu dari setiap lima wanita hamil, yang
dapat mengkontaminasi bayi selama melahirkan. Bayi prematur yang menjalani perawatan
intensif rentan terhadap sepsis karena sistem imun mereka yang belum berkembang dan
mereka biasanya menjalani prosedur-prosedur invasif seperti infus jangka panjang,
pemasangan sejumlah kateter, dan bernafas melalui selang yang dihubungkan dengan
ventilator. Organisme yang normalnya hidup di permukaan kulit dapat masuk ke dalam
tubuh kemudian ke dalam aliran darah melalui alat-alat seperti yang telah disebut di atas.

Bayi berusia 3 bulan sampai 3 tahun beresiko mengalami bakteriemia tersamar,


yang bila tidak segera dirawat, kadang-kadang dapat megarah ke sepsis. Bakteriemia
tersamar artinya bahwa bakteria telah memasuki aliran darah, tapi tidak ada sumber infeksi
yang jelas. Tanda paling umum terjadinya bakteriemia tersamar adalah demam. Hampir
satu per tiga dari semua bayi pada rentang usia ini mengalami demam tanpa adanya alasan
yang jelas – dan penelitian menunjukkan bahwa 4% dari mereka akhirnya akan mengalami
infeksi bakterial di dalam darah. Streptococcus pneumoniae (pneumococcus) menyebabkan
sekitar 85% dari semua kasus bakteriemia tersamar pada bayi berusia 3 bulan sampai 3
tahun Faktor- faktor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal dari
tiga kelompok, yaitu :

1. Faktor Maternal
a. Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi kecenderungan
terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang
berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya

7
padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi dari pada
bayi berkulit putih.
b. Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang dari
20 tahun atua lebih dari 30 tahun
c. Kurangnya perawatan prenatal.
d. Ketuban pecah dini (KPD)
e. Prosedur selama persalinan.
2. Faktor Neonatatal
a. Prematurius
Berat badan bayi kurang dari 1500 gram merupakan faktor resiko utama untuk
sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi
cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh
terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus
menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga
melemahkan pertahanan kulit
b. Defisiensi imun.
Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap
streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati plasenta dan
hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal tersebut, aktifitas
lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak diproduksi sebagai
respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi imun dan penurunan
antibodi total dan spesifik, bersama dengan penurunan fibronektin, menyebabkan
sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi.
c. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki empat kali
lebih besar dari pada bayi perempuan.
3. Faktor Lingkungan
a. Ada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan
prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama.
Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan tempat
masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi
akibat alat yang terkontaminasi.

8
b. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan resiko pada
neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga
menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat
ganda.
c. Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran mikroorganisme
yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling sering akibat kontak tangan.
d. Pada bayi yang minum asi, spesies lactbacillus dan e.colli ditemukan dalam tinjanya,
sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh e.colli.
F. Patofisiologi
Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan
endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan ambilan
dan penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang
progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat, menimbulkan banyak kematian dan
kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok,
yang mengakibatkan disseminated intravaskuler coagulation (DIC) dan kematian.
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa
cara, yaitu :
1. Pada masa antenatal atau sebelum lahir
Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilikus masuk
dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman
yang dapat menembus plasenta antara lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki,
hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini, antara lain malaria,
sipilis, dan toksoplasma.
2. Pada masa intranatal atau saat persalinan.
Infeksi saat persalinan terjadi karena yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai
korion dan amnion. Akibatnya, terjadi amniotis dan korionitis, selanjutnya kuman
melalui umbilikus masuk dalam tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan
amnion yang sudah terinfeksi akan terinhalasi oleh bayi dan masuk dan masuk ke
traktus digestivus dan traktus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi
tersebut. Selain cara tersebut di atas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi
atau port de entre lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman.

9
Beberapa kuman yang melalui jalan lahir ini adalah Herpes genetalis, Candida
albican,dan N.gonorrea.
3. Infeksi paska atau sesudah persalinan.
Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari
lingkungan di luar rahim (misal melalui alat- alat : penghisap lendir, selang
endotrakhea, infus, selang nasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi
lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomil.
Infeksi juga dapat terjadi melalui luka umbilikus (Surasmi,2003)
G. Faktor Risiko
1. Sepsis Dini
a. Kolonisasi maternal dalam GBS, infeksi fekal
b. Malnutrisi pada ibu
c. Prematuritas, BBLR
2. Sepsis Nosokomial
a. BBLR–>berhubungan dengan pertahanan imun
b. Nutrisi Parenteral total, pemberian makanan melalui selang
c. Pemberian antibiotik (superinfeksi dan infeksi organisme resisten)
H. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala sepsis neonatorum umumnya tidak jelas dan tidak spesifik serta
dapat mengenai beberapa sistem organ. Berikut ini adalah tanda dan gejala yang dapat
ditemukan dapa neonatus yang menderita sepsis.
1. Gangguan nafas seperti serangan apnea, takipnea dengan kecepatan pernafasan
>60x/menit, cuping hidung, sianosis, mendengus, tampak merintih, retraksi dada yang
dalam: terjadi karena adanya lesi ataupun inflamasi pada paru-paru bayi akibat dari
aspirasi cairan ketuban ibu. Aspirasi ini terjadi saat intrapartum dan selain itu dapat
menyebabkan infeksidengan perubahan paru, infiltrasi, dan kerusakan jaringan
bronkopulmonalis. Kerusakan ini sebagian disebabkan oleh pelepasan granulosit dari
protaglandin dan leukotrien.
2. Penurunan kesadaran, kejang, ubun-ubun besar menonjol, keluar nanah dari telinga,
ekstensor kaku: terjadi karena sepsis sudah sampai ke dalam manifestasi umum dari
infeksi sistem saraf pusat. Keadaan akut dan kronis yang berhubungan dengan

10
organisme tertentu. Apabila bayi sudah mengalami infeksi pada selaput otak
(meningitis) atau abses otak menyebabkan penurunan kesadaran, hal tersebut juga
menyebabkan ubun-ubun besar menonjol (berisi cairan infeksi) dan keluarnya nanah
dari telinga. Dalam hal terganggunya sistem saraf pusat ini kemungkinan terjadi
gangguan saraf yang lain seperti ekstensor kaku.
3. Hipertermia (> 37,7oC) atau hipotermi (<35,5oC) terjadi karena respon tubuh bayi
dalam menanggapi pirogen yang disekresikan oleh organisme bakteri atau dari
ketidakstabilan sistem saraf simpatik.
4. Tidak mau menyusu dan tidak dapat minum adalah respon keadaan psikologis bayi
yang tidak menyenangkan terhadap ketidakstabilan suhu tubuhnya, serta nanah yang
keluar dari telinga.
5. Kemerahan sekitar umbilikus terjadi karena bakteri dapat bertumbuh tidak terkendali
di saluran pencernaan, apalagi jika penyebab sepsis pada bayi terjadi dimulai dari
infeksi luka umbilikus.

Berdasarkan manifestasi klinis yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan


bahwa tanda dan gejala pada bayi yang mengalami sepsis neonatorum saling
berhubungan baik dari perjalanan infeksi, proses metabolik, dan tanda neurologi bahkan
psikologinya saling berhubungan.

I. Pemeriksaan Diagnostik
Radiografi pada dada seharusnya dilakukan sebagai bagian dari evaluasi diagnostik
dari bayi yang diduga sepsis dan tanda-tanda penyakit saluran pernapasan. Dalam kasus
ini, radiografi dada dapat menunjukkan difusi atau infiltrat fokus, penebalan pleura, efusi
atau mungkin menunjukkan broncograms udara dibedakan dari yang terlihat dengan
sindrom gangguan pernapasan surfaktan-kekurangan. Studi radiografi lainnya dapat
diindikasikan dengan kondisi klinis spesifik, seperti diduga osteomyelitis atau necrotizing
enterocolitis (McMillan, 2006).
Pemeriksaan labolatorium perlu dilakukan untuk menunjukan penetapan diagnosis.
Selain itu, hasil pemeriksaan tes resistensi dapat digunakan untuk menentukan pilihan
antibiotik yang tepat. Pada hasil pemeriksaan darah tepi, umumnya ditemuksan anemia,

11
laju endap darah mikro tinggi, dan trombositopenia. Hasil biakan darah tidak selalu positif
walaupun secara klinis sepsis sudah jelas. Selain itu, biakan perlu dilakukan terhadap
darah, cairan serebrospinal, usapan umbilikus, lubang hidung, lesi, pus dari konjungtiva,
cairan drainase atau hasil isapan isapan lambung. Hasil biakan darah memberi kepastian
adanya sepsis, setelah dua atau tiga kali biakan memberikan hasil positif dengan kuman
yang sama. Bahan biakan darah sebaiknya diambil sebelum bayi diberi terapi antibiotika.
Pemeriksaan lain yang perlu dilakukan, antara lain pemeriksaan C-Reactive protein (CRP)
yang merupakan pemeriksaan protein yang disentetis di hepatosit dan muncul pada fase
akut bila terdapat kerusakan jaringan. (Surasmi, 2003)

J. Komplikasi
1. Hipoglikemia, hiperglikemia, asidosis metabolik, dan jaundice
Bayi memiliki kebutuhan glukosa meningkat sebagai akibat dari keadaan septik. Bayi
mungkin juga kurang gizi sebagai akibat dari asupanenergi yang berkurang. Asidosis
metabolik disebabkan oleh konversi ke metabolisme anaerobik dengan produksi asam
laktat, selain itu ketika bayi mengalami hipotermia atau tidak disimpan dalam
lingkungan termal netral, upaya untuk mengatur suhu tubuh dapat menyebabkan
asidosis metabolik. Jaundice terjadi dalam menanggapi terlalu banyaknya bilirubin yang
dilepaskan ke seluruh tubuh yang disebabkan oleh organ hati sebagian bayi baru lahir
belum dapat berfungsi optimal, bahkan disfungsi hati akibat sepsis yang terjadi dan
kerusakan eritrosit yang meningkat.
2. Dehidrasi
Kekuarangan cairan terjadi dikarenakan asupan cairan pada bayi yang kurang, tidak mau
menyusu, dan terjadinya hipertermia..
3. Hiperbilirubinemia dan anemia
Hiperbilirubinemia berhubungan dengan penumpukan bilirubin yang berlebihan pada
jaringan. Bilirubin dibuat ketika tubuh melepaskan sel-sel darah merah yang sudah tua,
ini merupakan proses normal. Bilirubin merupakan zat hasil pemecahan hemoglobin
(protein sel darah merah yang memungkinkan darah mengakut oksigen). Hemoglobin
terdapat pada sel darah merah yang dalam waktu tertentu selalu mengalami destruksi
(pemecahan). Namun pada bayi yang mengalami sepsis terdapat infeksi oleh bakteri

12
dalam darah di seluruh tubuh, sehingga terjadi kerusakan sel darah merah bukanlah hal
yang tidak mungkin, bayi akan kekurangan darah akibat dari hal ini (anemia) yang
disertai hiperbilirubinemia karena seringnya destruksi hemoglobin sering terjadi.
4. Meningitis
Infeksi sepsis dapat menyebar ke meningies (selaput-selaput otak) melalui aliran darah.
5. Disseminated Intravaskuler Coagulation (DIC)
Kelainan perdarahan ini terjadi karena dipicu oleh bakteri gram negatif yang
mengeluarkan endotoksin ataupun bakteri gram postif yang mengeluarkan
mukopoliskarida pada sepsis. Inilah yang akan memicu pelepasan faktor pembekuan
darah dari sel-sel mononuklear dan endotel. Sel yang teraktivasi ini akan memicu
terjadinya koagulasi yang berpotensi trombi dan emboli pada mikrovaskular.

K. Pencegahan
Tindakan pencegahan mempunyai arti penting karena dapat mencegah terjadinya
kesakitan dan kematian. Tindakan yang dapat dilakukan (Surasmi, 2003) adalah :
1. Pada masa antenatal
Pada masa antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara bekala,imunisasi,
pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu,asupan gizi yang memadai,
penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dang jani,
rujukan segera ke tempat pelayanan yang memadai bila diperlukan.
2. Pada saat persalinan
Perawatan ibu selama persdalinan dilakukan secara aseptik, dalam arti
persalinan piperlakukan sebagai tindakan operasi. Tindakan intervensi pada ibu dan
bayi seminimal mungkindilakukan (bila benar-benar diperlukan). Mengawasi keadaan
ibu dan janin yang baik selama proses persalinan,melakukan rujukan secepatnya bila
diperlukan, dan menghindari perlukaan kulit dan selaput lendir.
3. Sesudah persalinan
Perawatan sesudah lahir meliputi menerapkan rawat gabung bila bayi normal,penberiab
ASI secepatnya,mengupayakan lingkungan dan peralatan tetap persih, setiap bayi
menggunakan peralatan sendiri. Perawatan luka umbilikus secara steril. Tindakan
infasif harus dilakukan dengan prinsip – prinsip aseptik. Menghindari perlukaan selaput

13
lendir dan kulit, mencuci tangan dengan menggunakan larutan desinfektan sebelum dan
sesudah memegang setiap bayi. Pemantauan keadaan bayi secara teliti disertai
pendokumentasian data-data yang benar dan baik. Semua personel yang menangani
atau bertugas dikar bayi harus sehat. Bayi yang berpenyakit menular harus diisolasi.
Pemberian antibiotik secara rasional, sedapat mungkin memalui pemantauan
mikrobiologi dan tes resistensi.
L. Penatalaksanaan
1. Perawatan suportif
Perawatan suportif diberikan untuk mempertahankan suhu tubuh normal, untuk
menstabilkan status kardiopulmonary, untuk memperbaiki hipoglikemia dan untuk
mencegah kecenderungan perdarahan. Perawatan suportif neonatus septik sakit
(Datta, 2007) meliputi sebagai berikut:
a. Menjaga kehangatan untuk memastikan temperature. Agar bayi tetap normal
harus dirawat di lingkungan yang hangat. Suhu tubuh harus dipantau secara
teratur.
b. Cairan intravena harus diperhatikan. Jika neonatus mengalami perfusi yang jelek,
maka saline normal dengan 10 ml / kg selama 5 sampai 10 menit. Dengan dosis
yang sama 1 sampai 2 kali selama 30 sampai 45 menit berikutnya, jika perfusi
terus menjadi buruk. Dextrose (10%) 2 ml per kg pil besar dapat diresapi untuk
memperbaiki hipoglikemia yang adalah biasanya ada dalam sepsis neonatal dan
dilanjutkan selama 2 hari atau sampai bayi dapat memiliki feed oral.
c. Terapi oksigen harus disediakan jika neonatus mengalami distres pernapasan atau
sianosis
d. Oksigen mungkin diperlukan jika bayi tersebut apnea atau napas tidak memadai
e. Vitamin K 1 mg intramuskular harus diberikan untuk mencegah gangguan
perdarahan
f. Makanan secara enteral dihindari jika neonatus sangat sakit atau memiliki perut
kembung. Menjaga cairan harus dilakukan dengan infus IV.
g. Langkah-langkah pendukung lainnya termasuk stimulasi lembut fisik, aspirasi
nasigastric, pemantauan ketat dan konstan kondisi bayi dan perawatan ahli
2. Terapi pengobatan

14
Prinsip pengobatan pada sepsis neonatorum adalah mempertahankan metabolisme
tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan intravena termasuk
kebutuhan nutrisi dan monitor pemberian antibiotik hendaknya memenuhi kriteria
efektif berdasarkan pemantauan mikrobiologi, murah dan mudah diperoleh, dan dapat
diberi secara parental. Pilihan obat yang diberikan adalah ampisilin, gentasimin atau
kloramfenikol, eritromisin atau sefalosporin atau obat lain sesuai hasil tes resistensi.
(Sangayu, 2012)
Prognosis
Pada umumnya ngka kematian pada sepsis neonatal berkisar antara 10% - 40 %
dan pada meningitis 15% - 50%. Angka tersebut berbeda-beda tergantung dari waktu
timbulnya penyakit penyebabnya, cara dan waktu awitan penyakit, derajat prematuritas
bayi, adanya dan keparahan penyakit lain yang menyertai dan keadaan ruang bayi atau
unit perawatan.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dengan berat lahir 2.500 gram sampai 4000 gram, cukup bulan, langsung
menangis dan tidak ada cacat bawaan, serta ditandai dengan pertumbuhan dan
perkembangan yang cepat. Proses penatalaksanaan adalah sebuah proses menyelesaikan
masalah klinis, membuat suatu keputusan, dan memberi perawatan, yang telah berakar pada
tindakan perawat-kebidanan di awal tahun 1970-an. Proses ini merupakan sebuah metoda
pengorganisasian pikiran dan tindakan dalam suatu alur logis untuk keuntungan pasien dan
pemberi perawatan kesehatan. Penatalaksanaan yang dilakukan untuk bayi infeksi adalah
perawatan suportif dan terapi pengobatan

16
DAFTAR PUSTAKA

World Health Organization. (2005). Buku Saku, Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir: panduan
untuk dokter, Perawat, & Bidan. EGC.

Effendi, S. H. (2013, June). Sepsis neonatal; penatalaksanaan terkini serta berbagai masalah
dilematis. In Dalam: simposium ilmiah dan workshop meet the professor. Bandung: UNPAD (pp.
1-20).

Kusumaputra, B. H., & Zulkarnain, I. (2014). Penatalaksanaan kandidiasis mukokutan pada


bayi. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, 26(2), 1-7.

http://sriagustin2510hs.blogspot.com/2014/06/proses-penatalaksanaan-perawatan.html

https://nanangadress.blogspot.com/2017/12/makalah-infeksi-pada-bayi.html

17

Anda mungkin juga menyukai