Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN AKHIR PERORANGAN

ILMU KESEHATAN KOMUNITAS


“DIABETES MELITUS TIPE 2”

Pembimbing:
dr. Slamet Sunarno Harjosuwarno, MPH

Disusun Oleh:
Pavianta Riwan Giovani (42180216)

KEPANITERAAN KEDOKTERAN KOMUNITAS


PUSKESMAS BAMBANGLIPURO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
2020
BAB I

HASIL DAN KAJIAN

A. DATA PRIMER

Sumber Tanggal Hasil Penting Catatan


Data Pengambila
n Data
Anamnesis 4 Juli 2020 Identitas Lihat pada Profil
Pasien Nama : Ny. A Klinis
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 56 tahun
Alamat : Wonodoro,
Mulyodadi Bambanglipuro

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Puskesmas
Bambanglipuro Bantul dengan
tujuan kontrol rutin gula darah.
Pasien didapati memiliki
riwayat DM sejak 1 tahun yang
lalu. Kondisi gula darah pasien
terkontrol karena tiap bulan
rutin cek ke Puskesmas.
Terkadang pasien masih
mengeluhkan sering kencing
saat malam hari. Pasien masih
rutin mengonsumsi obat DM,
tidak ada kendala dengan
kepatuhan mengonsumsi obat.
Beberapa hari yang lalu pasien
sering mengeluhkan sakit
kepala. Sakit kepala terasa
seperti diikat yang terasa
hingga ke bagian tengkuk. Sakit
kepala dirasakan hilang timbul.
Sudah minum parasetamol
keluhan sakit kepala pasien
sudah berkurang.

Riwayat Penyakit Dahulu


HT (+) DM (+) Jantung (-)
asma (-) alergi (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


HT (-) DM (-) Jantung (-) asma
(-) alergi (-)

Life Style
Pasien tinggal di rumah
bersama dengan anak laki-laki,
menantu, dan 1 orang cucunya.
Anak-anak pasien tidak ada
yang memiliki keluhan serupa.
Aktivitas pasien sehari-hari
sebagai petani, namun tidak
setiap hari bekerja ke sawah.
Pasien sudah mengurangi
aktivitasnya sehari-hari
terutama dalam 5 bulan terakhir
akibat pandemi. Sehingga
kegiatan sehari-hari pasien
cenderung lebih sering berada
di rumah saja. Kondisi
perekonomian pasien menurun
selama pandemi, terlebih anak
pasien yang menjadi tulang
punggung keluarga terhambat
pekerjaannya akibat pandemi.
Suami pasien sudah meninggal
14 tahun yang lalu akibat
gempa.
Pola makan sehari-hari
pasien 3 kali sehari, namun
semenjak pasien didiagnosis
diabetes melitus, pasien
mengurangi porsi nasi. Pasien
hanya makan nasi 2 kali sehari,
sisanya diganti dengan
menggunakan sayur dan lauk
saja. Setiap pagi pasien rutin
mengonsumsi teh. Pasien
mengonsumsi teh hanya 1 kali
dalam sehari. Pasien tidak
mengonsumsi kopi. Pola
istirahat pasien cukup baik,
tidak mengalami kesulitan tidur

Data 4 Juli 2020 Profil keluarga: Lihat pada Kajian


Keluarga Pasien tinggal dalam 1 Keluarga
rumah bersama dengan anak
laki-laki, anak menantu dan
cucunya. Jumlah keseluruhan
yang tinggal di rumah adalah 4
orang. Hubungan yang baik
terjalin antara pasien dengan
anak-anak dan cucunya. Pasien
merupakan anak ke 2 dari 6
bersaudara. Semua saudara
kandung pasien memiliki
riwayat kesehatan yang sama
yaitu DM dan hipertensi.

Konsultasi 6 Juli 2020 Program Pengendalian DM Lihat pada Profil


Penanggung Dengan adanya Posbindu (Pos Komunitas
Jawab Pembinaan Terpadu) Penyakit
Program Tidak Menular:
P2PTM - Penggalian informasi faktor
risiko
- Pengukuran berat badan,
tinggi badan, IMT, lingkar
perut, tekanan darah
- Pemeriksaan gula darah
- Pemeriksaan kolesterol
- Kegiatan konseling dan
penyuluhan

Pemeriksaan 4 Juli 2020 Keadaaan umum: baik Lihat pada Profil


Fisik Tanda vital: Tekanan Darah: Klinis
134/86 mmHg, Nadi: 90
x/menit, Frekuensi Napas: 20
x/menit, Suhu: 36,6 oC

B. DATA SEKUNDER
Sumber Data Tanggal Hasil Penting Catatan
Pengambila
n Data
Rekam Medik 4 Juli 2020 Gula Darah Sewaktu: Terdapat pada Profil
128 mg/dl Klinis
Rekam Medik 4 Juli 2020 - Diagnosis definitive penyakit
pasien: Diabetes Melitus Tipe II
- Hasil Lab di PKM
Bambanglipuro
Gula Darah Sewaktu
a. 21/08/2019 : 307 mg/dl
b. 10/10/2019 : 256 mg/dl
c. 02/01/2020 : 243 mg/dl
d. 08/02/2020 : 289 mg/dl
e. 20/03/2020 : 198 mg/dl
f. 02/04/2020 : 177 mg/dl
g. 10/05/2020 : 170 mg/dl
h. 16/06/2020 : 130 mg/dl
i. 14/07/2020 : 128 mg/dl
Laporan 6 Juli 2020 Angka perbandingan jumlah pasien Lihat Profil
Kasus DM dengan DM tipe 2 lebih banyak Komunitas
tahun 2020 terjadi pada jenis kelamin
perempuan. Pada jenis kelamin
perempuan terjadi sejumlah 157
orang, sedangkan laki-laki 77 orang.
BAB II
DIAGNOSIS

A. DIAGNOSIS
Diagnosis Komunitas : Diabetes Melitus tipe 2 pada usia dewasa di Desa Wonodoro,
Mulyodadi, Bambanglipuro

B. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 56 tahun
Tempat, Tanggal Lahir : Bantul, 21 September 1963
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : Tamat SD / sederajat
Alamat : Wonodoro, Mulyodadi

C. IDENTITAS KELUARGA
Ibu kandung
Nama : Ny. S
Usia :-
Tempat, Tanggal Lahir : Bantul, 5 Desember 1941
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SD / sederajat

Ayah kandung
Nama : Bp. P
Usia :-
Tempat, Tanggal Lahir : Bantul, 21 Juni 1939
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SD / sederajat
Anak kandung
Nama : Bp. S
Usia : 31 tahun
Tempat, tanggal lahir : Bantul, 10 Maret 1989
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan : SMA

D. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Kontrol rutin gula darah

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Puskesmas Bambanglipuro Bantul dengan tujuan kontrol rutin gula
darah. Pasien didapati memiliki riwayat DM sejak 1 tahun yang lalu. Kondisi gula darah
pasien terkontrol karena tiap bulan rutin cek ke Puskesmas. Terkadang pasien masih
mengeluhkan sering kencing saat malam hari. Pasien masih rutin mengonsumsi obat
DM, tidak ada kendala dengan kepatuhan mengonsumsi obat. Saat datang ke puskesmas
pasien tidak memiliki keluhan, tetapi beberapa hari yang lalu pasien sering
mengeluhkan sakit kepala. Sakit kepala terasa seperti diikat yang terasa hingga ke
bagian tengkuk. Sakit kepala dirasakan hilang timbul. Sudah minum parasetamol
keluhan sakit kepala pasien sudah berkurang.

3. Riwayat penyakit dahulu


● Riwayat DM (+)
● Riwayat hipertensi (+) terkontrol amlodipin 5 mg
● Riwayat asam urat (-)
● Riwayat kolesterol (+)
● Riwayat penyakit jantung (-)
● Riwayat operasi (-)
● Riwayat asma (-)
● Riwayat alergi makanan (-), alergi obat (-)
4. Riwayat Penyakit Keluarga
● Riwayat penyakit serupa (-)
● Riwayat maag (-)
● Riwayat HT (-)
● Riwayat DM (-)
● Riwayat alergi makanan (-), alergi obat (-)

5. Anamnesis Sitemik
● Sistem neurologis : tidak ada keluhan.
● Sistem kardiovaskular : tidak ada keluhan
● Sistem respiratorius : tidak ada keluhan.
● Sistem muskuloskeletal : tidak ada keluhan
● Sistem gastrointestinal : tidak ada keluhan
● Sistem urogenital : tidak ada keluhan
● Sistem integumentum : tidak ada keluhan
● Sistem endokrin : Diabetes melitus

6. Lifestyle
Pasien tinggal di rumah bersama dengan anak laki-laki, menantu, dan 1 orang
cucunya. Anak-anak pasien tidak ada yang memiliki keluhan serupa. Aktivitas pasien
sehari-hari sebagai petani, namun tidak setiap hari bekerja ke sawah. Pasien sudah
mengurangi aktivitasnya sehari-hari terutama dalam 5 bulan terakhir akibat pandemi.
Sehingga kegiatan sehari-hari pasien cenderung lebih sering berada di rumah saja.
Kondisi perekonomian pasien menurun selama pandemi, terlebih anak pasien yang
menjadi tulang punggung keluarga terhambat pekerjaannya akibat pandemi. Suami
pasien sudah meninggal 14 tahun yang lalu akibat gempa.
Pola makan sehari-hari pasien 3 kali sehari, namun semenjak pasien didiagnosis
diabetes melitus, pasien mengurangi porsi nasi. Pasien hanya makan nasi 2 kali sehari,
sisanya diganti dengan menggunakan sayur dan lauk saja. Setiap pagi pasien rutin
mengonsumsi teh. Pasien mengonsumsi teh hanya 1 kali dalam sehari. Pasien tidak
mengonsumsi kopi. Pola istirahat pasien cukup baik, tidak mengalami kesulitan tidur.

E. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 4 Juli 2020 di Puskesmas Bambanglipuro.
1. Status Generalis
● KU : Baik
● GCS : EVM 4/5/6
● BB : 51 kg
● TB : 155 cm
● Vital Sign:
o Nadi : 90 x/menit
o Napas : 20 x/menit
o Suhu : 36,6 oC
o Tekanan darah : 134/86 mmHg

2. Status Lokalis
- Kepala : normochepali, CA (-/-), SI (-/-), sianosis (-)
- Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
- Thorax :
● Paru :
1. Inspeksi : gerakan dada simetris, retraksi dinding dada (-), jejas (-)
2. Palpasi : tidak teraba massa, nyeri tekan (-), fremitus kanan dan
kiri simetris, ketinggalan gerak (-)
3. Perkusi : sonor seluruh lapang paru
4. Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
● Jantung : suara jantung S1/S2 normal (reguler), S3 dan S4 (-)
- Abdomen :
● Inspeksi : jejas (-), distensi abdomen (-)
● Auskultasi : peristaltik usus (+) normal
● Perkusi : timpani pada 9 regio abdomen
● Palpasi : supel, nyeri tekan epigastrik (-), pembesaran hepar (-),
pembesaran limpa (-), turgor kulit normal, tidak teraba
massa
- Ekstremitas : akral teraba hangat, nadi cukup kuat, CRT<2 detik, edema
(-)
- Pemeriksaan kekuatan otot:
5 5
5 5

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan GDS : 128 g/dl (80 - 120 g/dl)
- Hasil Lab di PKM Bambanglipuro
Gula Darah Sewaktu
21/08/2019 : 307 mg/dl
10/10/2019 : 256 mg/dl
02/01/2020 : 243 mg/dl
08/02/2020 : 289 mg/dl
20/03/2020 : 198 mg/dl
02/04/2020 : 177 mg/dl
10/05/2020 : 170 mg/dl
16/06/2020 : 130 mg/dl
14/07/2020 : 128 mg/dl

G. PROFIL KOMUNITAS
Metode Pengambilan Data
Data yang digunakan diambil dari data pasien DM tipe 2 yang ada di Puskesmas
Bambanglipuro.
Interpretasi Data
Kajian data berasal dari bagian epidemiologi di Puskesmas Bambanglipuro
DATA EPIDEMIOLOGI
1. Jumlah Penduduk Kecamatan Bambanglipuro berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 1. Perbandingan Jumlah Penduduk Kecamatan Bambanglipuro berdasarkan Jenis
Kelamin tahun 2020.
Berdasarkan data diatas jumlah penduduk Bambanglipuro hampir seimbang antara jenis
kelamin laki-laki dan perempuan. Didapatkan penduduk berjenis kelamin laki-laki sebanyak
20.326 orang (49%) dan perempuan 20.875 (51%) orang.

2. Jumlah Pasien dengan DM tipe 2 berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 2. Perbandingan Jumlah Pasien dengan DM tipe 2 berdasarkan Jenis Kelamin di


Puskesmas Bambanglipuro pada Mei 2020.
Berdasarkan data diatas, angka perbandingan jumlah pasien dengan DM tipe 2 lebih
banyak terjadi pada jenis kelamin perempuan. Pada jenis kelamin perempuan terjadi
sejumlah 157 orang, sedangkan laki-laki 77 orang.

3. Kejadian DM tipe 2 di Puskesmas Bambanglipuro

Tabel 3. Kejadian DM tipe 2 di Puskesmas Bambanglipuro


Berdasarkan kejadian komplikasinya, di Bambanglipuro DM tipe 2 dapat ditangani
dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan kejadian DM tipe 2 tanpa komplikasi yang lebih
banyak, yaitu 64% (150 kasus) dibandingkan dengan komplikasi yang mencapai 36% (83
kasus).

H. KAJIAN KELUARGA
Pasien tinggal dalam 1 rumah bersama dengan anak laki-laki, anak menantu dan
cucunya. Jumlah keseluruhan yang tinggal di rumah adalah 4 orang. Hubungan yang baik
terjalin antara pasien dengan anak-anak dan cucunya. Pasien merupakan anak ke 2 dari 6
bersaudara. Semua saudara kandung pasien memiliki riwayat kesehatan yang sama yaitu
DM dan hipertensi. Ayah dan ibu pasien memiliki riwayat DM.
Genogram:

Keterangan:
: Laki laki
: Pasien
: Perempuan
: Meninggal

Kajian Keluarga “APGAR”


 Adaptation
Anggota keluarga yang tinggal satu rumah dengan pasien sangat peduli kepada
pasien. Mereka menyadari bahwa pasien tergolong kelompok rentan di pandemic ini.
Pasien juga menerima keputusan itu dan beranggapan bahwa itu merupakan suatu
bentuk kepedulian dari anak-anaknya kepadanya. Mereka selalu menyarankan pasien
untuk tetap beraktivitas di rumah saja dan anak-anaknya yang bekerja.
 Partnership
Komunikasi pasien dan keluarga terjalin dengan baik. Pasien sering bercerita
mengenai kondisinya kepada anak-anaknya terutama yang tinggal satu rumah. Akan
tetapi hanya hari ini saja pasien periksa ke puskesmas sendiri, dikarenakan anaknya
sedang bekerja sehingga tidak bisa mengantar.
 Growth
Sejak kecil pasien selalu dituntut untuk mandiri, dikarenakan pasien berasal dari
keluarga yang kurang mampu. Pasien tidak dapat melanjutkan pendidikan ke SMP
dan dididik untuk bekerja. Ayah ibu pasien membebaskan pasien untuk mencari
pekerjaan dan kemudian pasien lama bekerja sebagai buruh tani.
 Affection
Pasien merasa puas akan rasa kasih sayang yang diberikan oleh anak-anaknya dan
cucunya kepadanya. Interaksi antara anggota keluarga dalam rumah cukup terjalin
dengan baik.
 Resolve
Pasien lebih banyak menghabiskan waktu di rumah bersama anak, menantu, dan
cucunya. Terlebih di masa pandemi ini yang mengharuskan pasien untuk lebih
banyak beraktivitas di rumah.

Kajian keluarga “SCREEM”


● Social
Hubungan antara keluarga terjalin dengan baik. Pasien tinggal bersama anak laki-laki,
anak menantu, dan cucunya.
● Culture
Pasien dan keluarganya merupakan orang suku Jawa. Pasien dan keluarganya merupakan
warga asli Bantul
● Religious
Pasien dan keluarganya menganut agama Islam dan tidak mengeluhkan adanya kendala
dalam menjalankan ibadah. Pasien selalu menjalankan sholat di rumahnya
● Education
Tingkat pendidikan pasien adalah tamat SD / sederajat. Pasien tidak melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena keterbatasan biaya.
● Ekonomi
Pasien tinggal bersama anak dan anak mantunya. Anak yang tinggal bersamanya adalah
tulang punggung keluarga. Pemasukan perbulan dari keluarga ini kurang lebih Rp
2.500.000,00. Menurut pasien, kondisi ekonominya saat ini masih dapat mencukupi
kebutuhan keluarganya.
● Medical
Pasien dan keluarganya memiliki jaminan kesehatan BPJS PBI. Setiap kali pasien sakit
pasien biasanya berobat ke Puskesmas Bambanglipuro.

I. Kajian Kausal / Determinan

Pendidikan Lingkungan

Pengetahuan
tentang penyakit
masih kurang
Keluarga masih membiarkan
Pasien mengonsumsi minuman
manis

DM Tipe 2
Kurangnya aktivitas fisik olahraga

Tidak mengetahui
Riwayat keluarga

Masih mengonsumsi
Minuman manis

Kondisi Pasien Perilaku

Faktor risiko pada diabetes mellitus tipe 2 dibagi menjadi faktor host, agent, dan
environment. Berikut ini adalah setiap faktor risiko yang dapat mempengaruhi terjadinya DM
tipe 2:

1. Host
a) Daya tahan tubuh terhadap penyakit
Pasien tidak memiliki penyakit imun yang dapat memperparah kondisinya.
b) Umur
Pasien akan memasuki usia lansia 4 tahun kemudian. Hal ini seharusnya dapat
dijadikan motivasi untuk memperbaiki pola hidup dan meningkatkan motivasi
sebelum semakin bertambah parah.
c) Kebiasaan
Kebiasaan minum teh manis setiap pagi masih sulit dirubah oleh pasien. Edukasi terus
menerus dapat kita lakukan supaya pasien mengurangi atau mengubah kebiasaan
minum teh manis tersebut. Kebiasaan tersebut diupayakan diganti dengan minum air
putih.
2. Agent : penyebab kondisi pasien
a) Asupan gula berlebih
Konsumsi gula berlebih menjadi faktor risiko penyakit DM tipe 2 yang sedang dialami
pasien. Konsumsi teh manis minimal 2 kali sehari menjadi faktor risiko pasien
mengalami DM tipe 2.
b) Asupan garam dan lemak berlebih
Selain DM tipe 2, pasien juga menderita hipertensi dan hiperkolesterolemia. Hal tersebut
diakibatkan karena pasien sering mengkonsumsi makanan asin, gorengan, dan santan yang
berlebih.
3. Environment : peran keluarga
Pengetahuan dan motivasi dari keluarga yang kurang terutama terkait dengan asupan
nutrisi pasien dapat menjadi faktor risiko terjadinya penyakit DM tipe 2 atau kondisi
yang dapat penyakit tersebut.
BAB III

PROGNOSIS

A. PROGNOSIS KLINIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam

B. PROGNOSIS KOMUNITAS

INTERNAL Kekuatan (S) Kelemahan (W)


Fasilitas kesehatan yang Minimnya pengetahuan
cukup memadai pasien tentang diabetes
Tenaga kesehatan yang mellitus tipe 2.
kompeten untuk menangani Masih kurangnya motivasi
kasus pasien untuk mengurangi asupan gula,
garam, dan lemak berlebih

EKSTERNAL

Peluang (O) Strategi SO Strategi WO


Jarak tempat Meningkatkan kerja sama Memberikan motivasi dan
tinggal ke Puskesmas antar tenaga kesehatan ketika edukasi terkait DM setiap kali
yang tidak terlalu pasien datang untuk kontrol kontrol ke Puskesmas
jauh Melakukan sosialisasi Memberikan leaflet kepada
Akses ke fasilitas dengan mobil keliling pasien terkait edukasi tentang
kesehatan yang penyakitnya
mudah dijangkau
Ancaman (T) Strategi ST. Strategi WT
Status sosial Tetap memberikan edukasi Melakukan penyuluhan
ekonomi rendah kepada keluarga ketika dengan mobil keliling dengan
Pengetahuan dan mengantarkan pasien untuk pengeras suara selama
motivasi yang kurang kontrol pandemi.
dari keluarga Memberikan materi
melalui media sosial agar
keluarga/saudara pasien dapat
memperoleh informasi lebih
banyak
BAB IV

TERAPI

A. TERAPI KLINIK
Medikamentosa
● Amlodipin 5 mg 1x/hari malam
● Glimepiride 2 mg 1x/hari
● Metformin 500 mg 1x/hari
Non Medikamentosa
▪ Motivasi dan edukasi pada pasien untuk mengurangi asupan makanan dan minuman
terutama minuman manis, karbohidrat, makanan asin-asin, dan makanan berkolesterol
tinggi.
▪ Mengedukasi pasien untuk rutin melakukan cek kesehatannya terutama gula darah,
tekanan darah, dan kolesterol tiap bulan.
▪ Menyarankan untuk berkonsultasi dengan ahli gizi yang berada di Puskesmas,
sehingga dapat menambah pengetahuan terkait asupan gizi bagi penderita diabetes
melitus.
▪ Mengedukasi pasien untuk melakukan aktivitas fisik seperti senam atau jalan santai
saat pagi atau sore hari dengan durasi kurang lebih 30 menit
▪ Mengedukasi pasien untuk tidak menggunakan alas kaki yang ketat atau berbahan
yang cenderung melukai kaki pasien seperti sandal jepit atau sandal karet yang dapat
membuat lecet.

B. TERAPI KOMUNITAS
Uraian pelaksanaan kegiatan
Hari, tanggal : Sabtu, 4 Juli 2020
Waktu : 10.00 WIB
Kegiatan :
Penyuluhan terkait diabetes melitus dilakukan dengan mengedukasi pasien mengenai
gejala klasik diabetes melitus, nutrisi atau diet pada diabetes melitus, serta pencegahan
komplikasi diabetes melitus. Media yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah leaflet.
Penyuluhan dilakukan di ruang tunggu Puskesmas Bambanglipuro.
Cara pengaturan makanan:
 Jumlah kalori ditentukan menurut umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, dan
aktivitas
 Batasi penggunaan karbohidrat kompleks
 Hindari penggunaan sumber karbohidrat sederhana / mudah diserap
 Bahan makanan yang diperbolehkan
 Jumlah makanan yang dimakan dalam satu hari dibagi dan diatur dengan baik terutama
bagi penderita yang menggunakan obat dan suntikan insulin
 Penggunaan gula dapat digantikan dengan sakarida dengan perbandingan 1 gelas
minuman digunakan 2 tablet sakarin atau ¼ sendok teh sakarin kristal
Pencegahan komplikasi diabetes:
 Minum obat secara teratur sesuai anjuran dokter
 Tes rutin kadar gula darah
 Makan sehat dengan perbanyak konsumsi sayur dan buah, kurangi lemak, gula, dan
makanan asin
 Aktivitas fisik secara teratur
 Waspada infeksi dan gangguan pada kulit
 Periksa mata secara teratur
 Waspada jika ada rasa kesemutan, rasa terbakar, hilangnya sensasi, dan luka pada bagian
bawah kaki
BAB V
REFLEKSI

Berdasarkan data yang diperoleh penulis, didapatkan jumlah penyakit tidak menular
masih cukup banyak ditemui pada berbagai daerah. Penulis menyadari bahwa puskesmas
sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama memiliki tanggung jawab yang besar untuk
mampu mengontrol jumlah penyakit tidak menular tersebut.
Pasien dalam kasus ini memiliki berbagai macam riwayat penyakit tidak menular antara
lain diabetes melitus, kolesterol, dan hipertensi. Akan pasien tersebut rutin melakukan
kontrol ke fasilitas kesehatan setiap bulannya, sehingga kadar gula darah, kolesterol, dan
hipertensinya dapat terpantau dengan lebih baik. Kesadaran pasien akan kondisi
kesehatannya seperti yang dilakukan oleh Ny. A tersebut akan bermanfaat bagi diri pasien
sendiri dan juga memudahkan pihak puskesmas selaku fasilitas kesehatan tingkat pertama
untuk mengontrol jumlah penyakit tidak menular di daerahnya.
Penulis menyadari betapa pentingnya mengetahui riwayat penyakit keluarga, karena
dengan demikian dapat menjadi pengingat bagi diri kita masing-masing untuk lebih berhati-
hati dan peduli terhadap kesehatan diri sendiri. Pasien Ny. A tidak mengetahui riwayat
penyakit yang dialami oleh orang tuanya, tetapi 5 saudara kandungnya serta diri pasien
sendiri memiliki penyakit yang sama yaitu DM, hipertensi, dan kolesterol. Hal tersebut
menunjukkan bahwa ada kemungkinan besar bahwa ada faktor keturunan yang berpengaruh.
Hal yang dapat penulis lakukan untuk mengedukasi pasien adalah lebih peduli terhadap
kesehatan diri sendiri dan mengedukasi pasien bahwa anak-anak pasien akan memiliki risiko
lebih tinggi untuk terkena penyakit- penyakit tersebut. Sehingga tidak hanya pasien yang
harus berhati-hati, melainkan anak-anak pasien juga harus berhati-hati terhadap kesehatan
dirinya.
Penulis merasa lebih percaya diri dalam menangani kasus ini, dikarenakan selama stase
IKM penulis lebih sering kontak atau berkomunikasi dengan masyarakat walaupun hanya di
lingkup Puskesmas. Akan tetapi hal itu dapat melatih untuk menjadi orang yang lebih
percaya diri khususnya terkait dengan profesi yang sedang ditekuni saat ini yaitu profesi
dokter.
Selain itu penulis dapat menerapkan pengetahuan yang telah didapatkan selama masa
pre-klinik ataupun selama masa kegiatan koas. Melalui tugas yang diberikan di stase IKM ini
penulis dapat menemukan korelasi antara ilmu yang telah didapatkan sebelumnya dengan
kasus nyata yang ada di masyarakat. Tentunya ini akan menambah wawasan penulis untuk
menjadi seorang dokter kelak. Selain pengetahuan, keterampilan juga terasah salah satunya
adalah keterampilan komunikasi, karena komunikasi sangat penting terlebih dalam menggali
informasi dan edukasi. Jika komunikasi kita baik, maka edukasi dapat kita berikan dengan
tepat dan pasien dapat menerima informasi dengan baik.
Penulis merasa senang melakukan tugas ini karena dapat menerapkan ilmu yang telah
didapatkan sebelumnya. Tidak dipungkiri bahwa di masa pandemi ini harus menjaga jarak
satu sama lain termasuk petugas kesehatan dengan pasien. Hal itu juga menimbulkan rasa
khawatir pada penulis, terlebih pasien yang ada dalam kasus ini tergolong orang yang rentan
karena mendekati usia lansia dan memiliki komorbid. Akan tetapi saya tetap menerapkan
protokol kesehatan agar tidak membahayakan diri sendiri ataupun orang lain.
Penulis berkomitmen untuk menjadi dokter yang mampu memahami pasien secara utuh.
Sehigga terapi yang diberikan menjadi terapi yang benar-benar tepat bagi pasien. Penulis
ingin selalu menerapkan komunikasi yang baik agar informasi dapat tergali dengan baik
sehingga edukasi yang diberikan pada pasien dapat tepat sasaran.
LAMPIRAN
LAPORAN AKHIR PERORANGAN
CASE-BASED DISCUSSION
“HIPERTENSI KRONIS”

Disusun oleh:
Maria Tifani Iriani Weruin (42180222)

Pembimbing:
dr. The Maria Meiwati Widagdo, Ph.D

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
PERIODE 15 Juni 2020 – 26 Juli 2020
YOGYAKARTA
2020
C. DATA PRIMER

Sumber Tanggal Hasil Penting Catatan


Data Pengambila
n Data
Anamnesis 1 Juli 2020 Identitas Lihat pada Profil
Pasien Nama : Ny. N Klinis
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 36 tahun
Alamat : Sitan,
Sumbermulyo, Bambanglipuro

Riwayat Penyakit Sekarang


Wanita P2Ah2, 36th,
datang dengan keluhan kepala
terasa pusing, pasien tidak
mengeluhkan adanya nyeri
kepala. Pasien diketahui
memiliki tensi tinggi sejak
kehamilan ke-2 saat memasuki
minggu ke-20. Pasien
merasakan pusing dan nyeri
kepala depan seperti tertusuk
tusuk, serta merasakan leher
belakang terasa tegang. Hal ini
masih terasa hingga post-partus
minggu ke-2 (masa nifas).
Tidak dikeluhkan adanya mual-
muntah. Buang air kecil dan
buang air besar tidak ada
gangguan. Kaki bengkak
disangkal. Tidak ditemukan
adanya perdarahan dan nyeri
perut pasca persalinan. Obat
pasien yang diberikan pun
sudah habis, sebelumnya pasien
diresepkan obat Nifedipin.

Riwayat Penyakit Dahulu


HT (+) DM (+) Jantung (-)
asma (-) alergi (-) preeklamsi
(+)

Riwayat Penyakit Keluarga


HT (+) DM (-) Jantung (+)
asma (-) alergi (-)

Life Style
Pasien saat ini sedang
merawat anaknya yang baru
saja lahir tahun 2020 bulan
Juni. Sebelumnya pasien
bekerja sebagai wirausaha
tukang jahit. Untuk saat ini
pasien sedang tidak bekerja
karena merawat anaknya.
Akhir-akhir ini pasien mengaku
bahwa siklus tidur pasien
menjadi berubah dikarenakan
harus mengurus anaknya jikalau
terbangun ditengah malam.
Pasien hanya tidur 4 jam. Pola
makan juga diatur 3 kali/hari.
Pasien umumnya suka
mengkonsumsi makanan yang
asin dan manis seperti ikan
bakso, teri, dan tempe serta
minum teh, Pasien tidak pernah
merokok, tidak mengkonsumsi
minuman bersoda dan minuman
keras. Pasien mengaku tidak
pernah berolahraga karena tidak
memiliki waktu banyak untuk
berolahraga. Pasien menyadari
akan penyakit yang dideritanya
akan tetapi disisi lain pasien
mengaku sering lupa
mengkonsumsi obat penurun
tekanan darah tinggi.

Data 1 Juli 2020 Profil keluarga: Lihat pada Kajian


Keluarga Pasien tinggal dalam 1 rumah Keluarga
bersama dengan suami dan
anak-anaknya. Jumlah
keseluruhan yang tinggal
dirumah adalah 4 orang.
Hubungan yang baik terjalin
antara pasien dengan suami
dan kedua anaknya
Konsultasi 1 Juli 2020 Program Pengendalian DM Lihat pada Profil
Penanggung Dengan adanya Posbindu (Pos Komunitas
Jawab Pembinaan Terpadu) Penyakit
Program Tidak Menular:
P2PTM - Penggalian informasi faktor
risiko
- Pengukuran berat badan,
tinggi badan, IMT, lingkar
perut, tekanan darah
- Pemeriksaan gula darah
- Pemeriksaan kolesterol
- Kegiatan konseling dan
penyuluhan

Pemeriksaan 3 Juli 2020 Keadaaan umum: baik Lihat pada Profil


Fisik Tanda vital: Tekanan Darah: Klinis
160/90 mmHg, Nadi: 90
x/menit, Frekuensi Napas: 20
x/menit, Suhu: 36,6 oC

D. DATA SEKUNDER

Sumber Data Tanggal Hasil Penting Catatan


Pengambila
n Data
Laporan 6 Juli 2020 Dapat dilihat bahwa rentang Lihat Profil
Kasus DM usia pada hipertensi dalam Komunitas
tahun 2020 kehamilan lebih tinggi pada usia
dewasa (21-30 tahun) sebanyak 6
orang dan kedua diikuti pada usia
40-51 tahun sebanyak 5 orang dan
paling rendah diusia 31-40
sebanyak 3 orang.
BAB II
DIAGNOSIS

A. DIAGNOSIS KLINIS
Ny.36th P2Ah2 dengan Hipertensi Kronik dengan riwayat Preekslampsia didusun Sitan RT 01

B. PROFIL KLINIS
 DATA KLINIS PERORANGAN DAN EVIDENS DASAR
Judul Kasus : Hipertensi Kronis
Anamnesis dan pemeriksaan klinis dilakukan pada tanggal 1 Juli 2020 di Puskesmas
Bambanglipuro.

 IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. N
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 36 Tahun
Tanggal Lahir : 15 Juli 1983
Agama : Islam
Pekerjaan : Penjahit
Pendidikan : SMA
Alamat : Sitan, Sumbermulyo, Bambanglipuro
Kunjungan : Rabu, 1 Juli 2020.

 ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Kepala terasa seperti pusing
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Wanita P2Ah2, 36th, datang dengan keluhan kepala terasa pusing, pasien tidak
mengeluhkan adanya nyeri kepala. Pasien diketahui memiliki tensi tinggi sejak kehamilan
ke-2 saat memasuki minggu ke-20. Pasien merasakan pusing dan nyeri kepala depan
seperti tertusuk tusuk, serta merasakan leher belakang terasa tegang. Hal ini masih terasa
hingga post-partus minggu ke-2 (masa nifas). Tidak dikeluhkan adanya mual-muntah.
Buang air kecil dan buang air besar tidak ada gangguan. Kaki bengkak disangkal. Tidak
ditemukan adanya perdarahan dan nyeri perut pasca persalinan. Obat pasien yang diberikan
pun sudah habis, sebelumnya pasien diresepkan obat Nifedipin.

3. Riwayat penyakit dahulu


 Riwayat penyakit hipertensi : (+) sejak hamil anak kedua (2019)
 Riwayat preeklampsia : (+) sejak hamil anak kedua (2019)
 Riwayat maag : (+)
 Riwayat penyakit jantung : (-)
 Riwayat operasi : (-)
 Riwayat asma : (-)
 Riwayat alergi : (-)

4. Riwayat penyakit keluarga


 Riwayat hipertensi : Ayah
 Riwayat jantung : Ibu
 Riwayat DM : (-)
 Riwayat alergi : (-)
5. Riwayat Menstruasi
 Menarche : 12 tahun
 Siklus mestruasi: Teratur, 28 hari, Banyaknya : 2-3kali ganti pembalut
 Lama menstruasi : 7 hari

6. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah yang pertama kali dengan suami yang sekarang. Menikah pertama
kali usia 25 tahun. Usia pernikahan 20 tahun.
7. Riwayat KB
Pasien menggunakan KB suntik setiap sebulan sekali.
8. Riwayat Kehamilan Pasien
No Tahun Kehamila Persalina Penolong Jenis Berat
n n Kelamin Bada
L/P n (gr)
1 2009 Aterm Spontan Dokter L 2900

2 2020 Aterm Spontan Dokter L 2800

9. Gaya Hidup
Pasien saat ini sedang merawat anaknya yang baru saja lahir tahun 2020 bulan Juni.
Sebelumnya pasien bekerja sebagai wirausaha tukang jahit. Untuk saat ini pasien sedang
tidak bekerja karena merawat anaknya. Akhir-akhir ini pasien mengaku bahwa siklus tidur
pasien menjadi berubah dikarenakan harus mengurus anaknya jikalau terbangun ditengah
malam. Pasien hanya tidur 4 jam. Pola makan juga diatur 3 kali/hari. Pasien umumnya suka
mengkonsumsi makanan yang asin dan manis seperti ikan bakso, teri, dan tempe serta
minum teh, Pasien tidak pernah merokok, tidak mengkonsumsi minuman bersoda dan
minuman keras. Pasien mengaku tidak pernah berolahraga karena tidak memiliki waktu
banyak untuk berolahraga. Pasien menyadari akan penyakit yang dideritanya akan tetapi
disisi lain pasien mengaku sering lupa mengkonsumsi obat penurun tekanan darah tinggi.
 PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik dilakukan pada 1 Juli 2020 di Puskesmas Bambanglipuro
a. Status Generalis
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4 V5 M6
TB : 165 cm IMT : 18,4
BB : 50 Kg
Vital Sign :
 Tekanan Darah : 160/90 mmHg
 Nadi : 88 x/menit
 Frekuensi Nafas : 20 x/menit
 Suhu : 36,6 oC

b. Status Lokalis
 Kepala : Normocephali
 Mata : Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflek
pupil isokor, reflek cahaya (+/+), diplopia (-)
 Hidung : Deformitas (-)
 Mulut : Sianosis (-)
 Leher : Limfonodi tidak teraba, peningkatan JVP (-)
 Thorax : Simetris, retraksi dinding dada (-), perkusi sonor,
vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-), S1/S2 normal tidak ada suara tambahan,
bising jantung (-)
 Abdomen
 Inspeksi : Jejas (-), Distensi Abdomen (-)
 Auskultasi : Peristaltik usus 16x/menit
 Palpasi : Nyeri tekan (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG –

C. PROFIL KOMUNITAS
DATA EPIDEMIOLOGI
a. Wilayah
Berdasarkan data kunjungan pasien HT pada kehamilan di Puskesmas Bambanglipuro
pada bulan Januari hingga Desember 2019 didapatkan data masing-masing desa Mulyodadi
(21%), Sidomulyo (43%) dan Sumbermulyo (36%).
Dapat dilihat bahwa rentang usia pada hipertensi dalam kehamilan lebih tinggi pada
usia dewasa (21-30 tahun) sebanyak 6 orang dan kedua diikuti pada usia 40-51 tahun
sebanyak 5 orang dan paling rendah diusia 31-40 sebanyak 3 orang.
b. Usia

Dapat dilihat bahwa rentang usia pada hipertensi dalam kehamilan lebih tinggi
pada usia dewasa (21-30 tahun) sebanyak 6 orang dan kedua diikuti pada usia 40-51
tahun sebanyak 5 orang dan paling rendah diusia 31-40 sebanyak 3 orang.
KAJIAN KELUARGA

Pasien tinggal dalam 1 rumah bersama dengan suami dan anak-anaknya. Jumlah keseluruhan
yang tinggal dirumah adalah 4 orang. Hubungan yang baik terjalin antara pasien dengan suami
dan kedua anaknya.

FAMILY SCREEM
 Social : Hubungan antara pasien dan keluarga serta tetangga disekitar lingkungan rumah
terjalin dengan baik.
 Culture : Pasien dan anggota keluarga merupakan suku Jawa, di sisi lain pasien berserta
keluarga bertempat tinggal di lingkungan masyarakat yang mayoritas suku Jawa.
 Religious : Pasien dan keluarga pasien beragama Islam. Pasien sering beribadah dan
mengaku taat beribadah
 Education : Pasien menempuh pendidikan sampai sekolah menengah atas (SMA).
 Ekonomi : pada hasil wawancara didapatkan bahwa pasien dan keluarga berasal dari
golongan ekonomi menengah. Pasien untuk sekarang tidak bekerja tetapi dulunya bekerja
sebagai tukang jahit ditempat usaha yang dimiliki sendiri. Suami pasien juga membantu
usaha tersebut.
 Medical : Pasien dan keluarganya memiliki jaminan kesehatan berupa “Kartu Indonesia
Sehat”.
KAJIAN KAUSAL / DETERMINAN

Ditinjau dari segitiga epidemiologi terdapat 3 komponen yang mempengaruhi kesehatan


seseorang, yaitu penjamu (host), penyebab penyakit (agent), dan lingkungan
(environment). Dalam kasus ini peran ketiganya dijabarkan sebagai berikut :

1) Faktor penjamu (host)

Ny. N merupakan host. Beberapa faktor dari host yang dapat memicu terjadinya hipertensi
adalah sebagai berikut:

A. Keturunan (Genetik)

Pasien memiliki orang tua (ayah) yang memiliki riwayat hipertensi. Genetik dikatakan
berperan dalam perkembangan hipertensi, yang tentunya juga dipengaruhi oleh
lingkungan lainnya. Diduga berkaitan dengan sensitivitas garam yang dapat mempengaruhi
fungsi ginjal serta system saraf simpatik.

Hal ini sejalan dengan pernyataan DEPKES RI (2006), bahwa meskipun tidak setiap
penderita hipertensi didapat dari garis keturunan, namun seseorang akan memiliki potensi
untuk mendapatkan hipertensi jika orangtuanya hipertensi, terutama hipertensi
primer/essensial. Bila kedua orang tuanya hipertensi, maka peluang turun ke anak-anaknya
45% dan bila salah satu orang tuanya hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke anak.

2) Penyebab penyakit (agen)

Dalam kasus penyakit hipertensi yang menjadi agen adalah :

a. Aktivitas fisik yang kurang

Pasien mengaku tidak pernah berolahraga bahkan hanya melakukn aktivitas fisik yang
ringan saja dirumah. Pasien hanya sebatas mengurus anak bayi dan melakukan aktivitas
sepeti menyapu, memasak dan mencuci. Aktivitas fisik memiliki konsep yang lebih luas dari
olahraga dan dapat didefinisikan sebagai pergerakkan otot yang menggunakan energi.
Dimana dapat langsung berpengaruh terhadap tekanan darah karena latihan fisik dapat
menormalkan proses tubuh lainnya. Aktivitas fisik atau olahraga merupakan pemberian
langsung rangsangan berulang (DEPKES RI, 2007).

Latihan aerobik, dengan intensitas ringan sampai sedang, seperti jalan atau berenang
secara teratur sekitar 30-45 menit selama 3-4 kai dalam seminggu dapat menurunkan
tekanan darah sekitar 4-8 mmHg dan risiko kematian akibat jantung coroner 30%
dibandingkan dengan individu sedentary. Hal ini diduga karena aktivitas fisik dapat
mengakibatkan penuruan tekanan darah (Chalmers et al, 1999)

b. Tidak teratur minum obat anti hipertensi

Pasien tidak rutin dalam meminum obat anti hipertensi.. Pasien mengaku tidak sempat
dan harus mengurus kedua anaknya. Pasien juga mengatakan sudah tidak pernah berobat di
puskesmas keliling karena pandemi covid. Bahkan kepatuhan mengkonsumsi obat rutin
anti hipertensi masih jarang. Pasien menyadari hal tersebut tapi masih saja tidak melakukan
hal yang membuat kesehatan pasien menjadi membaik dan tekanan darah pasien menjadi
tidak terkontrol. Ketidakpatuhan dalam minum obat secara teratur itu bisa meningkatkan
risiko komplikasi dari tekanan  darah tinggi. Pasien hipertensi yang sering lupa minum obat
hipertensi diketahui lebih mungkin mengalami gagal jantung dibanding dengan pasien yang
hanya kadang-kadang lupa.
c. Mengkonsumsi Garam Berlebih

Pasien mengakui suka mengkonsumsi makanan yang terkandung banyak garam.


Diketahui bahwa garam dapat menyebabkan penumpukkan cairan dalam tubuh karena
menarik cairan diluar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga meningkatkan volume dan
tekanan darah. Pada sekitar 60% kasus hipertensi essensial terjadi proses penuruan
tekanan darah jikalau mengurangi asupan garam. Menurut DEPKES RI (2006) pada
masyarakat yang mengkonsumsi garam 3gr atau kurang, ditemukan tekanan darah rata-
rata rendah, sedangkan pada masyarakat asupan garam 7gr-8gr bahkan lebih memiliki
tekanan darah lebih tinggi. Menurut Scottish Intercollegiate Guidline Network (SIGN)
penurunan konsumsi garam dari 10gr menjadi 5gr dapat menurunkan tekanan darah
sebesar sistol 5mmHg dan diastole 3 mmHg pada hipertensi terutama usia lanjut.

3) Environment
Segala sesuatu yang berada di sekitar manusia baik biota dan abiotik serta pengaruh
pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia. Dalam kasus
ini, lingkungan pasien sangat memberikan dampak pada kondisi fisik pasien. Pasien tidak
cukup istirahat ketika anaknya terbangun. Sehingga pasien harus mengurus anaknya untuk
tidur. Hal ini kemungkinan membuat pasien menjadi terganggu. Kemungkinan dapat
membuat pasien menjadi stress dan psikososialnya terganggu.
Diketahui bahwa stres adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya transaksi antara
individu dengan lingkungan sekitarnya yang mendorong seseorang untuk mempersepsikan
adanya perbedaan antara tuntutan situassi dan sumber daya (biologis, psikologis dan social)
yang ada pada diri seseorang. Stress atau ketegangan jiwa dapat merangsang kelenjar pada
ginjal untuk melepaskan hormone adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta
lebih kuat, tubuh akan berusas mengadakan penyesuaian sehingga timbul perubahan
patologis. Gejala lain yang dapat timbul berupa hipertensi dan penyakit maag.
BAB III

PROGNOSIS

A. PROGNOSIS KLINIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam

B. PROGNOSIS KOMUNITAS

INTERNAL Kekuatan (S) Kelemahan (W)


 Kelurga cukup supportive
 Kurangnya kepatuhan pasien dalam
 Tersedia fasilitas kesehatan yang
memang sengaja disediakan konsumsi obat
didepan puskesmas  Pola makan pasien masih jelek
(tensi otomatis)
 Tim telah Promkes melakukan (konsumsi makanan tinggi garam)
penyuluhan hipertensi  Stress

EKSTERNAL

Peluang (O) Strategi SO Strategi WO


 Akses ke fasilitas  Menambah pengetahuan  Memberikan edukasi CERDIK melalui
kesehatan yang pemberian leaflet untuk mengendalikan
melalui penyuluhan tentang
tekanan darah,
mudah dijangkau
hipertensi (tentang komplikasi
 Meningkatkan kualitas tenaga kesehatan di
 Pelatihan kader terjadi) dan gejala serta Puskesmas yang sudah ada, sehingga dapat
di Dusun pasien melakukan pembinaan dan penyuluhan yang
bahaya COVID lebih maksimal terkait hipertensi kronis.
untukpenanggula  Meningkatkan semangat kerja dari tenaga
 Mendukung segala kegiatan
ngan hipertensi  Menjalin komunikasi yang kesehatan dapat dengan cara pemberian
kehamilan baik dengan kader sehingga reward
 Kebijakan BPJS
mudah jika ada penyampaian
informasi
Ancaman (T) Strategi ST. Strategi WT
 Timbulnya
 Mengadakan kegiatan  Lebih melibatkan peran serta tokoh masyarakat
komplikasi seperti
penyuluhan dan pembinaan ataupun organisasi masyarakat setempat dalam
penyakit jantung
kepada masyarakat baik melalui mendukung penanganan hipertensi.
dan stroke serta
pemberian leaflet dan edukasi  Melakukan penyuluhan rutin serta
bahaya eklampsi.
terkai dengan CERDIK dan memperbaiki strategi program penyuluhan
penyuluhan pencegahan dengan menyediakan sarana penyuluhan
COVID. seperti brosur, poster yang mudah dipahami
 Membuat sarana penghubung masyarakat dengan menggunakan bahasa
antara puskesmas dan sederhana.
masyarakat melalui media  Membangun koordinasi yang baik antara
sosial. puskesmas, kader, maupun tokoh masyarakat
 Melakukan follow up setempat.
BAB IV

TERAPI
A. TERAPI KLINIK
Medikamentosa : Nifedipine 2 x 10 mg
Non medikamentosa :
 Edukasi untuk mengkonsumsi obat secara rutin dan teratur
 Konsultasi gizi untuk memberikan edukasi terkait dengan cara makan pasien yaitu dengan
membatasi makan makanan yang tinggi garam, manis dan berlemak
 Edukasi untuk rutin berolahraga
 Edukasi untuk mengendalikan stress

Edukasi untuk pencegahan covid dengan cuci tangan, menggunakan masker,


mengkonsumsi vitamin, serta istirahat yang cukup.

B. TERAPI KOMUNITAS

Uraian Pelaksanaan Kegiatan:


Hari, Tanggal : Rabu, 1 Juli 2020
Waktu : 10.00
Kegiatan : Penyuluhan terkait hipertensi dan covid dan mengedukasi pasien untuk
mengontrol tekanan darah dengan mengkonsumsi obat secara teratur dan membatasi
makanan yang mengandung garam dan manis serta membatasi konsumsi kolesterol.
Pembinaan ini terkait dengan waspada dan pengendalian tekanan darah melalui CERDIK.
Selain itu pembinaan ini juga terkait dengan pencegahan COVID.
Pembinaan terkait CERDIK:
 Cek kesehatan secara berkala
 Enyahkan asap rokok
 Rajin aktivitas fisik minimal 30 menit sehari
 Diet seimbang, dengan batasi makanan yang mengandung garam , manis
serta yang berlemak.
 Istirahat yang cukup
 Kelola stres dengan baik.
Pembinaan COVID :
 Cuci tangan 6 langkah dengan air mengalir dan sabun
 Menggunakan masker saat keluar rumah
 Istirahat yang cukup.
 Makan makanan yang bergizi
 Menerapkan social distancing
 Mengkonsumsi vitamin
BAB V
REFLEKSI

Dari kegiatan yang dilakukan bersama bagian Kesehatan Lingkungan Puskesmas


Bambanglipuro dalam program pencegahan dan pengendalian hipertensi. Saya belajar
banyak hal baru. Dimana sebelum kami turun ke Puskesmas, kami hanya mengetahui
mengenai hipertensi dari sudut pandang klinis. Kami mendapati fakta bahwa
mengendalikan hipertensi  bukan hanya mengobati pasien perorangan saja, melainkan
kami mempunyai kewajiban untuk merubah perilaku dan lingkungannya. Setelah pasien
memiliki tensi terkontrol, pasien juga sebaiknya harus rutin memeriksakan tekanan darah
secara rutin tiap bulan ke puskesmas.
Selain itu, didapatkan fakta bahwa sebagian besar mindset masyarakat di daerah
tempat tinggal pasien adalah setelah konsumsi obat anti hipertensi dan tekanan darah
kembali ke normal maka pasien tidak perlu konsumsi obat lagi sehingga tekanan darah
pasien menjadi tidak terkontrol. Sebagai solusi, bukan merubah perilaku dan lingkungan
sebagai solusi untuk mencegah dan mengatasi masalah hipertensi tetapi perlu perubahan
perilaku dalam konsumsi obat anti hipertensi serta rutin memeriksakan tekanan darah di
puskesmas. Sehingga ketika kami melihat hal ini, kami langsung melakukan edukasi
kepada masyarakat mengenai faktor determinan kesehatan yaitu agen, host, dan
lingkungan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh mereka melalui pembagian
leaflet pencegahan dan pengendalian tekanan darah. Selain itu mengingat hipertensi
merupakan salah satu faktor komorbid dari infeksi COVID-19 maka perlu juga
mengetahui gejala dan pencegahan COVID-19.
Dari kegiatan ini juga kami belajar bahwa untuk mencegah dan mengendalikan suatu
penyakit menular di butuhkan pelaporan dan kerjasama lintas sector sehingga planning
yang disarankan tepat sasaran dan tujuannya dapat tercapai. Komitmen selanjutnya adalah
tetap melakukan pemantauan dan terus mendukung masyrakat dalam menggalakan
“Waspadai Hipertensi dan Kendalikan Tekanan darah melalui CERDIK” dengan
melakukan modifikasi pada perilaku, layanan kesehatan, serta lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai