Pembimbing:
dr. Slamet Sunarno Harjosuwarno, MPH
Disusun Oleh:
Pavianta Riwan Giovani (42180216)
A. DATA PRIMER
Life Style
Pasien tinggal di rumah
bersama dengan anak laki-laki,
menantu, dan 1 orang cucunya.
Anak-anak pasien tidak ada
yang memiliki keluhan serupa.
Aktivitas pasien sehari-hari
sebagai petani, namun tidak
setiap hari bekerja ke sawah.
Pasien sudah mengurangi
aktivitasnya sehari-hari
terutama dalam 5 bulan terakhir
akibat pandemi. Sehingga
kegiatan sehari-hari pasien
cenderung lebih sering berada
di rumah saja. Kondisi
perekonomian pasien menurun
selama pandemi, terlebih anak
pasien yang menjadi tulang
punggung keluarga terhambat
pekerjaannya akibat pandemi.
Suami pasien sudah meninggal
14 tahun yang lalu akibat
gempa.
Pola makan sehari-hari
pasien 3 kali sehari, namun
semenjak pasien didiagnosis
diabetes melitus, pasien
mengurangi porsi nasi. Pasien
hanya makan nasi 2 kali sehari,
sisanya diganti dengan
menggunakan sayur dan lauk
saja. Setiap pagi pasien rutin
mengonsumsi teh. Pasien
mengonsumsi teh hanya 1 kali
dalam sehari. Pasien tidak
mengonsumsi kopi. Pola
istirahat pasien cukup baik,
tidak mengalami kesulitan tidur
B. DATA SEKUNDER
Sumber Data Tanggal Hasil Penting Catatan
Pengambila
n Data
Rekam Medik 4 Juli 2020 Gula Darah Sewaktu: Terdapat pada Profil
128 mg/dl Klinis
Rekam Medik 4 Juli 2020 - Diagnosis definitive penyakit
pasien: Diabetes Melitus Tipe II
- Hasil Lab di PKM
Bambanglipuro
Gula Darah Sewaktu
a. 21/08/2019 : 307 mg/dl
b. 10/10/2019 : 256 mg/dl
c. 02/01/2020 : 243 mg/dl
d. 08/02/2020 : 289 mg/dl
e. 20/03/2020 : 198 mg/dl
f. 02/04/2020 : 177 mg/dl
g. 10/05/2020 : 170 mg/dl
h. 16/06/2020 : 130 mg/dl
i. 14/07/2020 : 128 mg/dl
Laporan 6 Juli 2020 Angka perbandingan jumlah pasien Lihat Profil
Kasus DM dengan DM tipe 2 lebih banyak Komunitas
tahun 2020 terjadi pada jenis kelamin
perempuan. Pada jenis kelamin
perempuan terjadi sejumlah 157
orang, sedangkan laki-laki 77 orang.
BAB II
DIAGNOSIS
A. DIAGNOSIS
Diagnosis Komunitas : Diabetes Melitus tipe 2 pada usia dewasa di Desa Wonodoro,
Mulyodadi, Bambanglipuro
B. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 56 tahun
Tempat, Tanggal Lahir : Bantul, 21 September 1963
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : Tamat SD / sederajat
Alamat : Wonodoro, Mulyodadi
C. IDENTITAS KELUARGA
Ibu kandung
Nama : Ny. S
Usia :-
Tempat, Tanggal Lahir : Bantul, 5 Desember 1941
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SD / sederajat
Ayah kandung
Nama : Bp. P
Usia :-
Tempat, Tanggal Lahir : Bantul, 21 Juni 1939
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SD / sederajat
Anak kandung
Nama : Bp. S
Usia : 31 tahun
Tempat, tanggal lahir : Bantul, 10 Maret 1989
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan : SMA
D. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Kontrol rutin gula darah
5. Anamnesis Sitemik
● Sistem neurologis : tidak ada keluhan.
● Sistem kardiovaskular : tidak ada keluhan
● Sistem respiratorius : tidak ada keluhan.
● Sistem muskuloskeletal : tidak ada keluhan
● Sistem gastrointestinal : tidak ada keluhan
● Sistem urogenital : tidak ada keluhan
● Sistem integumentum : tidak ada keluhan
● Sistem endokrin : Diabetes melitus
6. Lifestyle
Pasien tinggal di rumah bersama dengan anak laki-laki, menantu, dan 1 orang
cucunya. Anak-anak pasien tidak ada yang memiliki keluhan serupa. Aktivitas pasien
sehari-hari sebagai petani, namun tidak setiap hari bekerja ke sawah. Pasien sudah
mengurangi aktivitasnya sehari-hari terutama dalam 5 bulan terakhir akibat pandemi.
Sehingga kegiatan sehari-hari pasien cenderung lebih sering berada di rumah saja.
Kondisi perekonomian pasien menurun selama pandemi, terlebih anak pasien yang
menjadi tulang punggung keluarga terhambat pekerjaannya akibat pandemi. Suami
pasien sudah meninggal 14 tahun yang lalu akibat gempa.
Pola makan sehari-hari pasien 3 kali sehari, namun semenjak pasien didiagnosis
diabetes melitus, pasien mengurangi porsi nasi. Pasien hanya makan nasi 2 kali sehari,
sisanya diganti dengan menggunakan sayur dan lauk saja. Setiap pagi pasien rutin
mengonsumsi teh. Pasien mengonsumsi teh hanya 1 kali dalam sehari. Pasien tidak
mengonsumsi kopi. Pola istirahat pasien cukup baik, tidak mengalami kesulitan tidur.
E. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 4 Juli 2020 di Puskesmas Bambanglipuro.
1. Status Generalis
● KU : Baik
● GCS : EVM 4/5/6
● BB : 51 kg
● TB : 155 cm
● Vital Sign:
o Nadi : 90 x/menit
o Napas : 20 x/menit
o Suhu : 36,6 oC
o Tekanan darah : 134/86 mmHg
2. Status Lokalis
- Kepala : normochepali, CA (-/-), SI (-/-), sianosis (-)
- Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
- Thorax :
● Paru :
1. Inspeksi : gerakan dada simetris, retraksi dinding dada (-), jejas (-)
2. Palpasi : tidak teraba massa, nyeri tekan (-), fremitus kanan dan
kiri simetris, ketinggalan gerak (-)
3. Perkusi : sonor seluruh lapang paru
4. Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
● Jantung : suara jantung S1/S2 normal (reguler), S3 dan S4 (-)
- Abdomen :
● Inspeksi : jejas (-), distensi abdomen (-)
● Auskultasi : peristaltik usus (+) normal
● Perkusi : timpani pada 9 regio abdomen
● Palpasi : supel, nyeri tekan epigastrik (-), pembesaran hepar (-),
pembesaran limpa (-), turgor kulit normal, tidak teraba
massa
- Ekstremitas : akral teraba hangat, nadi cukup kuat, CRT<2 detik, edema
(-)
- Pemeriksaan kekuatan otot:
5 5
5 5
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan GDS : 128 g/dl (80 - 120 g/dl)
- Hasil Lab di PKM Bambanglipuro
Gula Darah Sewaktu
21/08/2019 : 307 mg/dl
10/10/2019 : 256 mg/dl
02/01/2020 : 243 mg/dl
08/02/2020 : 289 mg/dl
20/03/2020 : 198 mg/dl
02/04/2020 : 177 mg/dl
10/05/2020 : 170 mg/dl
16/06/2020 : 130 mg/dl
14/07/2020 : 128 mg/dl
G. PROFIL KOMUNITAS
Metode Pengambilan Data
Data yang digunakan diambil dari data pasien DM tipe 2 yang ada di Puskesmas
Bambanglipuro.
Interpretasi Data
Kajian data berasal dari bagian epidemiologi di Puskesmas Bambanglipuro
DATA EPIDEMIOLOGI
1. Jumlah Penduduk Kecamatan Bambanglipuro berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 1. Perbandingan Jumlah Penduduk Kecamatan Bambanglipuro berdasarkan Jenis
Kelamin tahun 2020.
Berdasarkan data diatas jumlah penduduk Bambanglipuro hampir seimbang antara jenis
kelamin laki-laki dan perempuan. Didapatkan penduduk berjenis kelamin laki-laki sebanyak
20.326 orang (49%) dan perempuan 20.875 (51%) orang.
H. KAJIAN KELUARGA
Pasien tinggal dalam 1 rumah bersama dengan anak laki-laki, anak menantu dan
cucunya. Jumlah keseluruhan yang tinggal di rumah adalah 4 orang. Hubungan yang baik
terjalin antara pasien dengan anak-anak dan cucunya. Pasien merupakan anak ke 2 dari 6
bersaudara. Semua saudara kandung pasien memiliki riwayat kesehatan yang sama yaitu
DM dan hipertensi. Ayah dan ibu pasien memiliki riwayat DM.
Genogram:
Keterangan:
: Laki laki
: Pasien
: Perempuan
: Meninggal
Pendidikan Lingkungan
Pengetahuan
tentang penyakit
masih kurang
Keluarga masih membiarkan
Pasien mengonsumsi minuman
manis
DM Tipe 2
Kurangnya aktivitas fisik olahraga
Tidak mengetahui
Riwayat keluarga
Masih mengonsumsi
Minuman manis
Faktor risiko pada diabetes mellitus tipe 2 dibagi menjadi faktor host, agent, dan
environment. Berikut ini adalah setiap faktor risiko yang dapat mempengaruhi terjadinya DM
tipe 2:
1. Host
a) Daya tahan tubuh terhadap penyakit
Pasien tidak memiliki penyakit imun yang dapat memperparah kondisinya.
b) Umur
Pasien akan memasuki usia lansia 4 tahun kemudian. Hal ini seharusnya dapat
dijadikan motivasi untuk memperbaiki pola hidup dan meningkatkan motivasi
sebelum semakin bertambah parah.
c) Kebiasaan
Kebiasaan minum teh manis setiap pagi masih sulit dirubah oleh pasien. Edukasi terus
menerus dapat kita lakukan supaya pasien mengurangi atau mengubah kebiasaan
minum teh manis tersebut. Kebiasaan tersebut diupayakan diganti dengan minum air
putih.
2. Agent : penyebab kondisi pasien
a) Asupan gula berlebih
Konsumsi gula berlebih menjadi faktor risiko penyakit DM tipe 2 yang sedang dialami
pasien. Konsumsi teh manis minimal 2 kali sehari menjadi faktor risiko pasien
mengalami DM tipe 2.
b) Asupan garam dan lemak berlebih
Selain DM tipe 2, pasien juga menderita hipertensi dan hiperkolesterolemia. Hal tersebut
diakibatkan karena pasien sering mengkonsumsi makanan asin, gorengan, dan santan yang
berlebih.
3. Environment : peran keluarga
Pengetahuan dan motivasi dari keluarga yang kurang terutama terkait dengan asupan
nutrisi pasien dapat menjadi faktor risiko terjadinya penyakit DM tipe 2 atau kondisi
yang dapat penyakit tersebut.
BAB III
PROGNOSIS
A. PROGNOSIS KLINIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
B. PROGNOSIS KOMUNITAS
EKSTERNAL
TERAPI
A. TERAPI KLINIK
Medikamentosa
● Amlodipin 5 mg 1x/hari malam
● Glimepiride 2 mg 1x/hari
● Metformin 500 mg 1x/hari
Non Medikamentosa
▪ Motivasi dan edukasi pada pasien untuk mengurangi asupan makanan dan minuman
terutama minuman manis, karbohidrat, makanan asin-asin, dan makanan berkolesterol
tinggi.
▪ Mengedukasi pasien untuk rutin melakukan cek kesehatannya terutama gula darah,
tekanan darah, dan kolesterol tiap bulan.
▪ Menyarankan untuk berkonsultasi dengan ahli gizi yang berada di Puskesmas,
sehingga dapat menambah pengetahuan terkait asupan gizi bagi penderita diabetes
melitus.
▪ Mengedukasi pasien untuk melakukan aktivitas fisik seperti senam atau jalan santai
saat pagi atau sore hari dengan durasi kurang lebih 30 menit
▪ Mengedukasi pasien untuk tidak menggunakan alas kaki yang ketat atau berbahan
yang cenderung melukai kaki pasien seperti sandal jepit atau sandal karet yang dapat
membuat lecet.
B. TERAPI KOMUNITAS
Uraian pelaksanaan kegiatan
Hari, tanggal : Sabtu, 4 Juli 2020
Waktu : 10.00 WIB
Kegiatan :
Penyuluhan terkait diabetes melitus dilakukan dengan mengedukasi pasien mengenai
gejala klasik diabetes melitus, nutrisi atau diet pada diabetes melitus, serta pencegahan
komplikasi diabetes melitus. Media yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah leaflet.
Penyuluhan dilakukan di ruang tunggu Puskesmas Bambanglipuro.
Cara pengaturan makanan:
Jumlah kalori ditentukan menurut umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, dan
aktivitas
Batasi penggunaan karbohidrat kompleks
Hindari penggunaan sumber karbohidrat sederhana / mudah diserap
Bahan makanan yang diperbolehkan
Jumlah makanan yang dimakan dalam satu hari dibagi dan diatur dengan baik terutama
bagi penderita yang menggunakan obat dan suntikan insulin
Penggunaan gula dapat digantikan dengan sakarida dengan perbandingan 1 gelas
minuman digunakan 2 tablet sakarin atau ¼ sendok teh sakarin kristal
Pencegahan komplikasi diabetes:
Minum obat secara teratur sesuai anjuran dokter
Tes rutin kadar gula darah
Makan sehat dengan perbanyak konsumsi sayur dan buah, kurangi lemak, gula, dan
makanan asin
Aktivitas fisik secara teratur
Waspada infeksi dan gangguan pada kulit
Periksa mata secara teratur
Waspada jika ada rasa kesemutan, rasa terbakar, hilangnya sensasi, dan luka pada bagian
bawah kaki
BAB V
REFLEKSI
Berdasarkan data yang diperoleh penulis, didapatkan jumlah penyakit tidak menular
masih cukup banyak ditemui pada berbagai daerah. Penulis menyadari bahwa puskesmas
sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama memiliki tanggung jawab yang besar untuk
mampu mengontrol jumlah penyakit tidak menular tersebut.
Pasien dalam kasus ini memiliki berbagai macam riwayat penyakit tidak menular antara
lain diabetes melitus, kolesterol, dan hipertensi. Akan pasien tersebut rutin melakukan
kontrol ke fasilitas kesehatan setiap bulannya, sehingga kadar gula darah, kolesterol, dan
hipertensinya dapat terpantau dengan lebih baik. Kesadaran pasien akan kondisi
kesehatannya seperti yang dilakukan oleh Ny. A tersebut akan bermanfaat bagi diri pasien
sendiri dan juga memudahkan pihak puskesmas selaku fasilitas kesehatan tingkat pertama
untuk mengontrol jumlah penyakit tidak menular di daerahnya.
Penulis menyadari betapa pentingnya mengetahui riwayat penyakit keluarga, karena
dengan demikian dapat menjadi pengingat bagi diri kita masing-masing untuk lebih berhati-
hati dan peduli terhadap kesehatan diri sendiri. Pasien Ny. A tidak mengetahui riwayat
penyakit yang dialami oleh orang tuanya, tetapi 5 saudara kandungnya serta diri pasien
sendiri memiliki penyakit yang sama yaitu DM, hipertensi, dan kolesterol. Hal tersebut
menunjukkan bahwa ada kemungkinan besar bahwa ada faktor keturunan yang berpengaruh.
Hal yang dapat penulis lakukan untuk mengedukasi pasien adalah lebih peduli terhadap
kesehatan diri sendiri dan mengedukasi pasien bahwa anak-anak pasien akan memiliki risiko
lebih tinggi untuk terkena penyakit- penyakit tersebut. Sehingga tidak hanya pasien yang
harus berhati-hati, melainkan anak-anak pasien juga harus berhati-hati terhadap kesehatan
dirinya.
Penulis merasa lebih percaya diri dalam menangani kasus ini, dikarenakan selama stase
IKM penulis lebih sering kontak atau berkomunikasi dengan masyarakat walaupun hanya di
lingkup Puskesmas. Akan tetapi hal itu dapat melatih untuk menjadi orang yang lebih
percaya diri khususnya terkait dengan profesi yang sedang ditekuni saat ini yaitu profesi
dokter.
Selain itu penulis dapat menerapkan pengetahuan yang telah didapatkan selama masa
pre-klinik ataupun selama masa kegiatan koas. Melalui tugas yang diberikan di stase IKM ini
penulis dapat menemukan korelasi antara ilmu yang telah didapatkan sebelumnya dengan
kasus nyata yang ada di masyarakat. Tentunya ini akan menambah wawasan penulis untuk
menjadi seorang dokter kelak. Selain pengetahuan, keterampilan juga terasah salah satunya
adalah keterampilan komunikasi, karena komunikasi sangat penting terlebih dalam menggali
informasi dan edukasi. Jika komunikasi kita baik, maka edukasi dapat kita berikan dengan
tepat dan pasien dapat menerima informasi dengan baik.
Penulis merasa senang melakukan tugas ini karena dapat menerapkan ilmu yang telah
didapatkan sebelumnya. Tidak dipungkiri bahwa di masa pandemi ini harus menjaga jarak
satu sama lain termasuk petugas kesehatan dengan pasien. Hal itu juga menimbulkan rasa
khawatir pada penulis, terlebih pasien yang ada dalam kasus ini tergolong orang yang rentan
karena mendekati usia lansia dan memiliki komorbid. Akan tetapi saya tetap menerapkan
protokol kesehatan agar tidak membahayakan diri sendiri ataupun orang lain.
Penulis berkomitmen untuk menjadi dokter yang mampu memahami pasien secara utuh.
Sehigga terapi yang diberikan menjadi terapi yang benar-benar tepat bagi pasien. Penulis
ingin selalu menerapkan komunikasi yang baik agar informasi dapat tergali dengan baik
sehingga edukasi yang diberikan pada pasien dapat tepat sasaran.
LAMPIRAN
LAPORAN AKHIR PERORANGAN
CASE-BASED DISCUSSION
“HIPERTENSI KRONIS”
Disusun oleh:
Maria Tifani Iriani Weruin (42180222)
Pembimbing:
dr. The Maria Meiwati Widagdo, Ph.D
Life Style
Pasien saat ini sedang
merawat anaknya yang baru
saja lahir tahun 2020 bulan
Juni. Sebelumnya pasien
bekerja sebagai wirausaha
tukang jahit. Untuk saat ini
pasien sedang tidak bekerja
karena merawat anaknya.
Akhir-akhir ini pasien mengaku
bahwa siklus tidur pasien
menjadi berubah dikarenakan
harus mengurus anaknya jikalau
terbangun ditengah malam.
Pasien hanya tidur 4 jam. Pola
makan juga diatur 3 kali/hari.
Pasien umumnya suka
mengkonsumsi makanan yang
asin dan manis seperti ikan
bakso, teri, dan tempe serta
minum teh, Pasien tidak pernah
merokok, tidak mengkonsumsi
minuman bersoda dan minuman
keras. Pasien mengaku tidak
pernah berolahraga karena tidak
memiliki waktu banyak untuk
berolahraga. Pasien menyadari
akan penyakit yang dideritanya
akan tetapi disisi lain pasien
mengaku sering lupa
mengkonsumsi obat penurun
tekanan darah tinggi.
D. DATA SEKUNDER
A. DIAGNOSIS KLINIS
Ny.36th P2Ah2 dengan Hipertensi Kronik dengan riwayat Preekslampsia didusun Sitan RT 01
B. PROFIL KLINIS
DATA KLINIS PERORANGAN DAN EVIDENS DASAR
Judul Kasus : Hipertensi Kronis
Anamnesis dan pemeriksaan klinis dilakukan pada tanggal 1 Juli 2020 di Puskesmas
Bambanglipuro.
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. N
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 36 Tahun
Tanggal Lahir : 15 Juli 1983
Agama : Islam
Pekerjaan : Penjahit
Pendidikan : SMA
Alamat : Sitan, Sumbermulyo, Bambanglipuro
Kunjungan : Rabu, 1 Juli 2020.
ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Kepala terasa seperti pusing
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Wanita P2Ah2, 36th, datang dengan keluhan kepala terasa pusing, pasien tidak
mengeluhkan adanya nyeri kepala. Pasien diketahui memiliki tensi tinggi sejak kehamilan
ke-2 saat memasuki minggu ke-20. Pasien merasakan pusing dan nyeri kepala depan
seperti tertusuk tusuk, serta merasakan leher belakang terasa tegang. Hal ini masih terasa
hingga post-partus minggu ke-2 (masa nifas). Tidak dikeluhkan adanya mual-muntah.
Buang air kecil dan buang air besar tidak ada gangguan. Kaki bengkak disangkal. Tidak
ditemukan adanya perdarahan dan nyeri perut pasca persalinan. Obat pasien yang diberikan
pun sudah habis, sebelumnya pasien diresepkan obat Nifedipin.
6. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah yang pertama kali dengan suami yang sekarang. Menikah pertama
kali usia 25 tahun. Usia pernikahan 20 tahun.
7. Riwayat KB
Pasien menggunakan KB suntik setiap sebulan sekali.
8. Riwayat Kehamilan Pasien
No Tahun Kehamila Persalina Penolong Jenis Berat
n n Kelamin Bada
L/P n (gr)
1 2009 Aterm Spontan Dokter L 2900
9. Gaya Hidup
Pasien saat ini sedang merawat anaknya yang baru saja lahir tahun 2020 bulan Juni.
Sebelumnya pasien bekerja sebagai wirausaha tukang jahit. Untuk saat ini pasien sedang
tidak bekerja karena merawat anaknya. Akhir-akhir ini pasien mengaku bahwa siklus tidur
pasien menjadi berubah dikarenakan harus mengurus anaknya jikalau terbangun ditengah
malam. Pasien hanya tidur 4 jam. Pola makan juga diatur 3 kali/hari. Pasien umumnya suka
mengkonsumsi makanan yang asin dan manis seperti ikan bakso, teri, dan tempe serta
minum teh, Pasien tidak pernah merokok, tidak mengkonsumsi minuman bersoda dan
minuman keras. Pasien mengaku tidak pernah berolahraga karena tidak memiliki waktu
banyak untuk berolahraga. Pasien menyadari akan penyakit yang dideritanya akan tetapi
disisi lain pasien mengaku sering lupa mengkonsumsi obat penurun tekanan darah tinggi.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik dilakukan pada 1 Juli 2020 di Puskesmas Bambanglipuro
a. Status Generalis
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4 V5 M6
TB : 165 cm IMT : 18,4
BB : 50 Kg
Vital Sign :
Tekanan Darah : 160/90 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Frekuensi Nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,6 oC
b. Status Lokalis
Kepala : Normocephali
Mata : Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflek
pupil isokor, reflek cahaya (+/+), diplopia (-)
Hidung : Deformitas (-)
Mulut : Sianosis (-)
Leher : Limfonodi tidak teraba, peningkatan JVP (-)
Thorax : Simetris, retraksi dinding dada (-), perkusi sonor,
vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-), S1/S2 normal tidak ada suara tambahan,
bising jantung (-)
Abdomen
Inspeksi : Jejas (-), Distensi Abdomen (-)
Auskultasi : Peristaltik usus 16x/menit
Palpasi : Nyeri tekan (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG –
C. PROFIL KOMUNITAS
DATA EPIDEMIOLOGI
a. Wilayah
Berdasarkan data kunjungan pasien HT pada kehamilan di Puskesmas Bambanglipuro
pada bulan Januari hingga Desember 2019 didapatkan data masing-masing desa Mulyodadi
(21%), Sidomulyo (43%) dan Sumbermulyo (36%).
Dapat dilihat bahwa rentang usia pada hipertensi dalam kehamilan lebih tinggi pada
usia dewasa (21-30 tahun) sebanyak 6 orang dan kedua diikuti pada usia 40-51 tahun
sebanyak 5 orang dan paling rendah diusia 31-40 sebanyak 3 orang.
b. Usia
Dapat dilihat bahwa rentang usia pada hipertensi dalam kehamilan lebih tinggi
pada usia dewasa (21-30 tahun) sebanyak 6 orang dan kedua diikuti pada usia 40-51
tahun sebanyak 5 orang dan paling rendah diusia 31-40 sebanyak 3 orang.
KAJIAN KELUARGA
Pasien tinggal dalam 1 rumah bersama dengan suami dan anak-anaknya. Jumlah keseluruhan
yang tinggal dirumah adalah 4 orang. Hubungan yang baik terjalin antara pasien dengan suami
dan kedua anaknya.
FAMILY SCREEM
Social : Hubungan antara pasien dan keluarga serta tetangga disekitar lingkungan rumah
terjalin dengan baik.
Culture : Pasien dan anggota keluarga merupakan suku Jawa, di sisi lain pasien berserta
keluarga bertempat tinggal di lingkungan masyarakat yang mayoritas suku Jawa.
Religious : Pasien dan keluarga pasien beragama Islam. Pasien sering beribadah dan
mengaku taat beribadah
Education : Pasien menempuh pendidikan sampai sekolah menengah atas (SMA).
Ekonomi : pada hasil wawancara didapatkan bahwa pasien dan keluarga berasal dari
golongan ekonomi menengah. Pasien untuk sekarang tidak bekerja tetapi dulunya bekerja
sebagai tukang jahit ditempat usaha yang dimiliki sendiri. Suami pasien juga membantu
usaha tersebut.
Medical : Pasien dan keluarganya memiliki jaminan kesehatan berupa “Kartu Indonesia
Sehat”.
KAJIAN KAUSAL / DETERMINAN
Ny. N merupakan host. Beberapa faktor dari host yang dapat memicu terjadinya hipertensi
adalah sebagai berikut:
A. Keturunan (Genetik)
Pasien memiliki orang tua (ayah) yang memiliki riwayat hipertensi. Genetik dikatakan
berperan dalam perkembangan hipertensi, yang tentunya juga dipengaruhi oleh
lingkungan lainnya. Diduga berkaitan dengan sensitivitas garam yang dapat mempengaruhi
fungsi ginjal serta system saraf simpatik.
Hal ini sejalan dengan pernyataan DEPKES RI (2006), bahwa meskipun tidak setiap
penderita hipertensi didapat dari garis keturunan, namun seseorang akan memiliki potensi
untuk mendapatkan hipertensi jika orangtuanya hipertensi, terutama hipertensi
primer/essensial. Bila kedua orang tuanya hipertensi, maka peluang turun ke anak-anaknya
45% dan bila salah satu orang tuanya hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke anak.
Pasien mengaku tidak pernah berolahraga bahkan hanya melakukn aktivitas fisik yang
ringan saja dirumah. Pasien hanya sebatas mengurus anak bayi dan melakukan aktivitas
sepeti menyapu, memasak dan mencuci. Aktivitas fisik memiliki konsep yang lebih luas dari
olahraga dan dapat didefinisikan sebagai pergerakkan otot yang menggunakan energi.
Dimana dapat langsung berpengaruh terhadap tekanan darah karena latihan fisik dapat
menormalkan proses tubuh lainnya. Aktivitas fisik atau olahraga merupakan pemberian
langsung rangsangan berulang (DEPKES RI, 2007).
Latihan aerobik, dengan intensitas ringan sampai sedang, seperti jalan atau berenang
secara teratur sekitar 30-45 menit selama 3-4 kai dalam seminggu dapat menurunkan
tekanan darah sekitar 4-8 mmHg dan risiko kematian akibat jantung coroner 30%
dibandingkan dengan individu sedentary. Hal ini diduga karena aktivitas fisik dapat
mengakibatkan penuruan tekanan darah (Chalmers et al, 1999)
Pasien tidak rutin dalam meminum obat anti hipertensi.. Pasien mengaku tidak sempat
dan harus mengurus kedua anaknya. Pasien juga mengatakan sudah tidak pernah berobat di
puskesmas keliling karena pandemi covid. Bahkan kepatuhan mengkonsumsi obat rutin
anti hipertensi masih jarang. Pasien menyadari hal tersebut tapi masih saja tidak melakukan
hal yang membuat kesehatan pasien menjadi membaik dan tekanan darah pasien menjadi
tidak terkontrol. Ketidakpatuhan dalam minum obat secara teratur itu bisa meningkatkan
risiko komplikasi dari tekanan darah tinggi. Pasien hipertensi yang sering lupa minum obat
hipertensi diketahui lebih mungkin mengalami gagal jantung dibanding dengan pasien yang
hanya kadang-kadang lupa.
c. Mengkonsumsi Garam Berlebih
3) Environment
Segala sesuatu yang berada di sekitar manusia baik biota dan abiotik serta pengaruh
pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia. Dalam kasus
ini, lingkungan pasien sangat memberikan dampak pada kondisi fisik pasien. Pasien tidak
cukup istirahat ketika anaknya terbangun. Sehingga pasien harus mengurus anaknya untuk
tidur. Hal ini kemungkinan membuat pasien menjadi terganggu. Kemungkinan dapat
membuat pasien menjadi stress dan psikososialnya terganggu.
Diketahui bahwa stres adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya transaksi antara
individu dengan lingkungan sekitarnya yang mendorong seseorang untuk mempersepsikan
adanya perbedaan antara tuntutan situassi dan sumber daya (biologis, psikologis dan social)
yang ada pada diri seseorang. Stress atau ketegangan jiwa dapat merangsang kelenjar pada
ginjal untuk melepaskan hormone adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta
lebih kuat, tubuh akan berusas mengadakan penyesuaian sehingga timbul perubahan
patologis. Gejala lain yang dapat timbul berupa hipertensi dan penyakit maag.
BAB III
PROGNOSIS
A. PROGNOSIS KLINIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
B. PROGNOSIS KOMUNITAS
EKSTERNAL
TERAPI
A. TERAPI KLINIK
Medikamentosa : Nifedipine 2 x 10 mg
Non medikamentosa :
Edukasi untuk mengkonsumsi obat secara rutin dan teratur
Konsultasi gizi untuk memberikan edukasi terkait dengan cara makan pasien yaitu dengan
membatasi makan makanan yang tinggi garam, manis dan berlemak
Edukasi untuk rutin berolahraga
Edukasi untuk mengendalikan stress
B. TERAPI KOMUNITAS