Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.A.

K DENGAN POST SECTIO PLASENTA


PREVIA DI RUANG IRINA D BAWAH RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

PEMBIMBING

Clinical Instruktur : Helena Sumolang, Amd.Keb

Clinical Teacher : Moudy Lombogia, S.Kep.Ns.,M.Kep

DISUSUN OLEH

Nama : Angelina Erika Mokodongan

NIM : 711440119002

Tingkat : 2A/ D-III Keperawatan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO

PRODI D-III KEPERAWATAN/ TINGKAT 2A

TAHUN AJARAN 2021


BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Anemia adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan jumlah sel darah merah yang
mengakibatkan penurunan jumlah hemoglobin dan hematokrit di bawah 12 g/dL. Asupan
protein dalam tubuh sangat membantu penyerapan zat besi, maka dari itu protein bekerja
sama dengan rantai protein mengangkut elektron yang berperan dalam metabolisme energi.
Selain itu vitamin C dalam tubuh harus tercukupi karena vitamin C merupakan reduktor,
maka di dalam usus zat besi (Fe) akan dipertahankan tetap dalam bentuk ferro sehingga lebih
mudah diserap. Selain itu vitamin C membantu transfer zat besi dari darah ke hati serta
mengaktifkan enzim-enzim yang mengandung zat besi. (Brunner & Suddarth, 2000:22)

Anemia merupakan masalah kesehatan yang mempengaruhi jutaan orang di negara-


negara berkembang dan tetap menjadi tantangan besar bagi kesehatan manusia. Prevalensi
anemia di perkirakan 9% di negara maju sedangkan di negara berkembang prevalensinya
43%. Anak-anak dan wanita usia subur merupakan kelompok yang paling beresiko.
Prevalensi terutama tinggi di negara berkembang karena faktor defisiensi diet dan atau
kehilangan darah akibat infeksi parasit yang dapat membawa dampak yang besar terhadap
kesejahteraan sosial dan ekonomi, serta kesehatan fisik. Sementara WHO dalam Worldwide
Prevalence of Anemia melaporkan bahwa total keseluruhan penduduk dunia yang menderita
anemia adalah 1,62 miliar orang dengan prevalensi pada anak sekolah dasar 25,4% dan 305
juta anak sekolah diseluruh dunia menderita anemia (WHO,2013)

Di Indonesia sendiri masalah anemia juga merupakan salah satu masalah utama.
Prevalensi anemia secara nasional menurut Riset kesehatan dasar (Riskesdas, 2007) yaitu
sebesar 11,9% dan sebagian besar yang terkena anemia adalah anak-anak usia 1 sampai 4
tahun yaitu sebesar 27,7%, sementara penderita anemia pada usia 5 tahun keatas
prevalensinya lebih rendah yaitu 9,4% (Riskesdas, 2007).
BAB 2

TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Anemia

Hernia insisional merupakan hernia yang terjadi pada daerah yang mengalami kelemahan yang
disebabkan oleh luka operasi yang belum sembuh secara sempurna. Dengan kata lain, telah
terjadi gap abdominal baik dengan atau tanpa adanya penonjolan pada area postoperative yang
dapat di persepsikan atau dipalpasi dengan pemeriksaan klinis.
B. Etiologi
1. Factor umum, pada orang tua, penyembuhan luka operasi lambat dan kadang-kadang tidak
sempurna.
2. Infeksi,terutama pada luka operasi
3. Jenis insisi digunakan
4. Pemilihan benang jahitan yang salah
5. Nutrisi pra dan pasca bedah yang jelek
C. Manifestasi Klinis
Secara klinis, hernia insisional tampak sebagai tonjolan atau protrusi di dekat area sayatan bedah.
Hamper semua operasi abdomen memungkinkan terjadinya hernia insisional didaerah bekas luka
( akibat penyembuhan tidak memadai karena infeksi ), mulai dari prosedur operasi abdomen besar
hingga prosedur insisi kecil. Sebenarnya hernia ini dapat terjadi pada setiap sayatan, namun
cenderung lebih sering terjadi pada sepanjang garis lurus dari prosesus xiphoid lurus hingga ke
pubis. Tanda pertama yang biasanya muncul dan menjadi perhatian pasien adalah munculnya
benjolan simtomatik di area sayatan operasi. Seiring berjalannya waktu, hernia ini membesar dan
menjadi nyeri dengan gerakan dan batuk.
Meninjau ulang gejala dan riwayat medis pasien merupakan tahapan pertama dalam
mendiagnosis hernia insisional. Semua operasi yang pernah dialami pasien perlu didiskusikan.
Perlu ditanyakan seberapa sering pasien mengeluh nyeri, kapan nyeri pertama kali dirasakan.
Perlu dilakukan palpasi untuk mengetahui penonjolan abnormal atau massa. Untuk
mengkonfirmasi kebesaran hernia, pemeriksaan ultrasonografi atau pemeriksaan scan lainnya
seperti CT scan dapat dilakukan.
D. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah
berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (mis., berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui.
Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi), terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam sistem
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini, bilirubin, yang
terbentuk dalam fagosit, akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma. (Konsentrasi normalnya 1 mg/dl
atau kurang; kadar di atas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sklera.)

Kesimpulan  mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel
darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan
dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam
sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya
hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung
E. Klasifikasi Anemia
a) Anemia Aplastik
Anemia aplastik disebabkan oleh penurunan sel prekursor dalam sumsum tulang
dan penggantian sumsum tulang dengan lemak. Dapat terjadi secara kongenital, idiopatik
(penyebabnya tidak diketahui), atau sekunder akibat penyebab-penyebab industri atau virus.
Individu dengan anemia aplastik mengalami pansitopenia (kekurangan semua jenis sel-sel
darah). Secara morfologis, sel darah merah terlihat normokromik, jumlah retikulosit rendah atau
tidak ada, dan biopsi sumsum tulang menunjukkan keadaan yang disebut “pungsi kering” dengan
hipoplasia nyata dan penggantian dengan jaringan lemak. Pada sumsum tulang tidak dijumpai
sel-sel abnormal. Anemia aplastik idiopatik diyakini dimediasi secara imunologis, dengan T
limfosit pasien menekan sel-sel induk hematopoietik.
Penyebab-penyebab sekunder anemia aplastik (sementara atau permanen) meliputi berikut ini:
1. Lupus eritematosus sistemik yang berbasis autoimun
2. Agen antineoplastik atau sitotoksik
3. Terapi radiasi
4. Antibiotik tertentu
5. Berbagai obat seperti antikonvulsan, oat-obat tiroid, senyawa emas, dan
fenilbutazon
6. Zat-zat kimia seperti benzen, pelarut organik, dan insektisida (agen yang
diyakini merusak sumsum tulang secara langsung)
7. Penyakit-penyakit virus seperti mononukleosis infeksiosa dan human
immunodeficiency virus (HIV); anemia aplastik setelah hepatitis virus terutama
berat dan cenderung fatal.

Kompleks gejala anemia aplastik disebabkan oleh derajat pansitopenia. Tanda-tanda dan gejala-gejala
meliputi anemia, disertahi kelelahan, kelemahan, dan napas pendek saat latihan fisik. Tanda-tanda dan
gejala-gejala lain diakibatkan oleh defisiensi trombosit dan sel-sel darah putih. Defisiensi trombosit dapat
menyebabkan (1) ekimosis dan petekie (perdarahan di dalam kulit), (2) epistaksis (perdarahan hidung),
(3) perdarahan saluran cerna, (4) perdarahan saluran kemih dan kelamin, (5) perdarahan siste saraf pusat.
Defisiensi sel darah putih meningkatkan kerentanan dan keparahan infeksi, termasuk infeksi bakteri,virus,
dan jamur.

Aplasia berat disertai penurunan (kurang dari 1%) atau tidak adanya retikulosit, jumlah granulosit kurang
dari 500/mm3 dan jumlah trombosit kurang dari 20.000 menyebabkan kematian akibat infeksi dan/atau
perdarahan dalam beberapa minggu atau beberapa bulan. Sepsis merupakan penyebab tersering kematian.

Fokus utama pengobatan adalah perawatan suportif sampai penyembuhan sumsum tulang. Karena infeksi
dan perdarahan merupakan penyebab utama kematian, maka pencegahan merupakan hal yang penting.
Faktor-faktor pertumbuhan seperti G-CSF dapat digunakan untuk meningkatkan jumlah neutrofil dan
mencegah atau meminimalkan infeksi. Tindakan pencegahan sebaiknya meliputi lingkungan yang
dilindungi dan higiene keseluruhan yang baik. Pada perdarahan atau infeksi, penggunaan yang bijaksana
terapi komponen darah (sel-sel darah merah dan trombosit) serta antibotik menjadi penting.

Pada individu muda dengan anemia aplastik berat yang sekunder akibat kerusakan sel induk,
diindikasikan untuk melakukan transplantasi sel induk alogenik dengan donor yang cocok (saudara
kandung dengan histocompatible leukocyte antigens [HLA] manusia yang cocok). Angka keberhasilan
secara keseluruhan melebihi 80% pada pasien-pasien yang sebelumnya tidak ditransfusi. Pada pasien-
pasien yang lebih tua dengan anemia aplastik atau pada kasus yang diyakini dimediasi secara imunologis,
antibodi yang mengandung-globulin antihimosit (ATG) terhadap sel-sel T digunakan bersama dengan
kortikosteroid dan siklosporin memberi manfaat pada 50% hingga 60% pasien. Respon sangat diharapkan
dalam waktu 4 hinggan 12 minggu. Secara umum, respons ini parsial tetapi cukup tinggi untuk
meningkatkan perlindungan pada pasien-pasien dan memungkinkan kehidupan yang lebih nyaman.

b) Anemia Defisiensi Besi


Secara morfologis, keadaan ini diklasifikasikan sebagai anemia mikrositik
hipokromik dengan penurunan kuantitatif sintesis hemoglobin. Defisiensi besi merupakan
penyebab utama anemia di dunia dan terutama sering dijumpai pada perempuan usia subur,
disebabkan oleh kehilangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan kebutuhan besi selama
kehamilan. Penyebab-penyebab lain defisiensi besi adalah; (1) asupan besi yang tidak cukup,
misal, pada bayi-bayi yang hanya diberi diet susu saja selama 12-24 bulan dan pada individu-
individu tertentu yang vegetarian ketat; (2) gangguan absorpsi setelah gastrektomi; dan (3)
kehilangan darah menetap, seperti pada perdarahan saluran cerna lambat akibat polip,
neoplasma, gastritis, varises esofagus, ingesti aspirin, dan hemoroid.

c) Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik (sel darah merah besar) diklasifikasikan secara
morfologis sebagai anemia makrositik normokromik. Anemia megaloblastik sering disebabkan
oleh defisiensi vitamin B12 dan asam folat yang mengakibatkan gangguan sintesis DNA, disertai
kegagalan maturasi dan pembelahan inti. Defisiensi-defisiensi ini dapat sekunder akibat
malnutrisi, defisiensi asam folat, malabsorpsi, kekurangan faktor intrinsik, infestasi parasit,
penyakit usus, dan keganasan, serta sebagai akibat agens-agens kemoterapeutik. Pada individu
dengan infeksi cacing pita yang disebabkan oleh ingesti ikan segar yang terinfeksi, cacing pita
berkompetisi dengan pejamunya untuk mendapat vitamin B12 di dalam makanan yang diingesti,
yang menyebabkan anemia megaloblastik.
d) Anemia Sel Sabit
Penyakit sel sabit adalah hemoglobinopati yang disebkan oleh kelainan struktur
homoglobin. Kelainan struktur terjadi pada fraksi globin di dalam molekul hemoglobin. Globin
tersusun dari dua pasang rantai polipeptida. Misalnya, Hb S berbeda dari Hb A normal karena
valin menggantikan asam glutamat pada salah satu rantai pasang rantainya. Pada Hb C, lisin
terdapatbanyak hemoglobin abnormal dengan berbagai derajat gejala, bervariasi dari tidak ada
sampai berat.

F. Komplikasi

Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan mudah
terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung
juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan
anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin.
Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ
tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah, 1998).
 Pemeriksaan Diagnostik Menurut Muscari (2005:284)
pemeriksaan diagnostik pada anemia adalah:
1. Jumlah pemeriksaan darah lengkap dibawah normal (Hemoglobin < 12 g/dL, Hematokrit < 33%,
dan sel darah merah)
2. Feritin dan kadar besi serum rendah pada anemia defisiensi besi
3. Kadar B12 serum rendah pada anemia pernisiosa
4. Tes comb direk positif menandakan anemia hemolitik autoimuN
5. Hemoglobin elektroforesis mengidentifikasi tipe hemoglobin abnormal pada penyakit sel sabit
6. Tes schilling digunakan untuk mendiagnosa defisiensi vitamin B12

 Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan dilakukan dengan cara pengumpulan data secara subjektif (data
yang didapatkan dari pasien/keluarga) melalui metode anamnesa dan data objektif (data hasil
pengukuran atau observasi). Menurut Biasanya data fokus yang didapatkan dari pasien penderita
anemia/keluarga seperti pasien mengatakan lemah, letih dan lesu, pasien mengatakan nafsu
makan menurun, mual dan sering haus. Sementara data objektif akan ditemukan pasien tampak
lemah, berat badan menurun, pasien tidak mau makan/tidak dapat menghabiskan porsi makan,
pasien tampak mual dan muntah, bibir tampak kering dan pucat, konjungtiva anemis serta anak
rewel.

 Diagnosa Keperawatan

dari hasil pengkajian di atas dapat disimpulkan diagnosa keperawatan sebagai berikut:

Diagnosa Keperawatan Menurut SDKI

1. (D.0009) Perfusi Perifer Tidak Efektif b/d kekuranga volume cairan d/d nyeri ekstermitas

2. (D.0056) Intoleransi aktifitas b/d tirah baring d/d mengeluh lelah

3. (D.0057) Keletihan b/d gangguan tidur d/d merasa energy tidak pulih walaupun sudah tidur

4. (D.0019) Defisit Nutrisi b/d nafsu makan menurun d/d ketidakmampuan menelan makanan
 Implementasi Keperawatan

1. Anemia pasca perdarahan Penatalaksanaan awal dengan memberikan transfusi darah. Pilihan
kedua adalah dengan memberikan plasma (plasma expanders atau plasma substitute). Dalam
keadaan darurat diberikan cairan intravena dengan cairan infus apa saja yang tersedia.

2. Anemia defisiensi zat besi Penatalaksanaan terapeutik difokuskan pada peningkatan jumlah
suplemen zat besi yang diterima anak. Biasanya usaha ini dilakukan melalui konsultasi diet dan
pemberian suplemen zat besi per oral. Jika sumber zat besi dalam makanan tidak dapat
menggantikan simpanan yang ada di dalam tubuh, pemberian suplemen zat besi per oral perlu di
programkan selama kurang lebih 3 bulan. Apabila kadar Hb sangat rendah atau jika kadar
tersebut tidak berhasil naik setelah terapi oral selama 1 bulan, penting untuk mengkaji apakah
pemberian zat besi sudah dilakukan secara benar. Transfusi juga hanya diindikasikan pada
keadaan anemia yang paling berat dan pada kasus infeksi yang serius. (Wong, 2009:1120) Pada
anak dengan defisiensi zat besi diberikan sulfas ferosus 3x10 mg/kg BB/ hari (waspada terhadap
terjadinya enteritis). Dapat diberikan preparat zat besi parenteral secara intramuskular atau intra
vena bila pemberian per oral tidak dapat diberikan. Transfusi darah hanya diberikan bila kadar
Hb kurang dari 5g/dL disertai keadaan umum buruk, misalnya gagal jantung, bronkopneumonia
dan sebagainya. Obat cacing hanya diberikan jika ternyata anak menderita cacingan, antibiotik
bila perlu (terdapat infeksi).

3. Anemia sel sabit Terapi bertujuan untuk; 1) mencegah keadaan yang meningkatkan
pembentukan sel sabit yang bertanggungjawab atas terjadinya sekuele patologik; dan 2)
mengatasi kondisi darurat medis pada krisis sel sabit. Pencegahan terdiri atas upaya
mempertahankan hemodilusi.

4. Anemia hemolitik

o Terapi gawat darurat yang dilakukan untuk mengatasi syok dan mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit serta memperbaiki fungsi ginjal. Jika anemia
berat maka perlu dilakukan transfusi dengan pengawasan ketat. Transfusi yang
diberikan berupa washed red cells untuk mengurangi beban antibodi. Selain itu
juga diberikan steroid parenteral dosis tinggi atau bisa juga hiperimun globulin
untuk menekan aktivitas makrofag.
o Terapi suportif-simptomatik bertujuan untuk menekan proses hemolisis terutama
di limpa dengan jalan splenektomi. Selain itu juga diberikan terapi asam folat
untuk mencegah krisis megaloblastik.
o Terapi kausal bertujuan untuk mengobati penyebab dari hemolisis namun
biasanya penyakit ini idiopatik dan herediter sehingga sulit untuk ditangani.

5.Anemia aplastik Tujuan terapi anemia aplastik didasarkan pada pengenalan proses penyakit
yang mendasarinya yaitu kegagalan sumsum tulang untuk melaksanakan fungsi hematopoietik.
Oleh karena itu, terapi diarahkan untuk pemulihan fungsi sumsum tulang yang meliputi dua cara
penanganan utama yaitu:

o Terapi imunsupresif untuk menghilangkan fungsi imunologi yang diperkirakan


memperpanjang keadaan apalasia dengan menggunakan globulin antitimosit
(ATG) atau gobulin antilimfosit (ALG) yaitu terapi primer bagi anak yang bukan
calon untuk transplantasi sumsum tulang. Anak itu akan berespon dalam tiga
bulan atau tidak sama sekali terhadap terapi ini. Terapi penunjang mencakup
pemakaian antibiotik dan pemberian produk darah.
o Penggantian sumsum tulang melalui transplantasi. Transplantasi sumsum tulang
merupakan terapi bagi anemia aplastik berat jika donor yang sesuai. Pilihan utama
pengobatan anemia aplastik adalah transplantasi sumsum tulang dengan donor
saudara kandung, yang antigen limfosit manusianya (HLA) sesuai. Jika ingin
melakukan pemeriksaan sumsum tulang, pemeriksaan HLA keluarga harus segera
dilakukan dan produk darah harus sesedikit mungkin digunakan untuk
menghindari terjadinya sensitisasi. Untuk menghindari terjadinya sensitisasi,
darah hendaknya juga jangan didonasi oleh keluarga anak. Prosuk darah harus
selalu diradiasi dan disaring untuk menghilangkan sel-sel darah putih yang ada,
sebelum diberikan pada anak yang menjadi calon penerima transplantasi sumsum
tulang (Betz & Sowden, 2002:11).

 Evaluasi Keperawatan

Menurut Capernito, 1999:28) Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana
tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di tetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi
pada pasien dengan anemia adalah infeksi tidak terjadi, kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi,
pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan aktivitas, peningkatan perfusi jaringan perifer,
dapat mempertahankan integritas kulit, pasien mengerti dan memahami tentang penyakit,
prosedur diagnostik dan rencana pengobatan.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Tanggal/jam MRS : 10-05-2021 jam 23.17


Tanggal/jam pengkajian : 11-05-2021 jam 08:00
Ruangan/ RS/ PKM : IRINA D bawah
A. DATA UMUM KLIEN DAN PASANGAN
Initial klien : Ny.A.K
Usia : 33 tahun
Status perkawinan : menikah
Agama : Kristen protestan
Pekerjaan : pedagang
Pendidikan terakhir : SMA
Alamat : bitung
Inisial Suami : Tn.JM
Usia : 37 tahun
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan terakhir : SMA
Alamat : Bitung

B. Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang Lalu

No Tgl/tahu Tempa Umur Jenis Penolong penyuli nifas Kelamin/B Keadaan anak
n partus t hamil persalina persalina t B sekarang
partus n n

1 2009 Balai Atern Spontan Bidan Tidak Tidak Perempua Sehat


kia ada ada n/3900
2 2020 Rumah Atren Spontan Dokter Tidak Tidak Perempua Sehat
sakit ada ada n/2700

Pengalaman menyusui: Ya
Berapa lama:

- Anak pertama : 2 tahun


- Anak kedua : ± 9 bulan
Riwayat Kehamilan Saat Ini (berupa narasi)

Berapa kali periksa hamil :

Masalah kehamilan :

Riwayat Persalinan

Jenis persalinan : Operasi Caesar/SC Tgl/Jam: 9 mei 2021/21.00

Jenis kelamin bayi: Laki-laki

BBL : 2900 gram

PBL : 49 cm

LK : 34 cm

LD : 30 cm

LP : 29 cm

PL : 16 cm

LLA : 11cm

Masalah dalam persalinan : Plasenta previa totalis


Riwayat Menstruasi

Menarrche : 15 Tahun

Lamanya haid : 4-5 hari

HPHT : 16 september 2020

Keluhan : Tidak ada

Riwayat Ginekologi

Masalah Ginekologi :-

Riwayat KB (jenis, lama pemakaian, efek samping) : KB suntik jangka waktu 2 bulan sekali

Genogram

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

: Laki-laki meninggal
C. DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI
Status Obstretik: P : 2 , A : 0 Bayi Rawat Gabung: ya/tidak
o Jika tidak alasan: -

Keadaan Umum : Sedang , Kesadaran : Compos Mentis


o BB/TB : 65 kg/ 160 cm

Tanda Vital
o Tekanan Darah 90/60 mmHg, Nadi 96x/menit, Suhu 36 oC
o Pernafasan 20x/menit

D. PEMERIKSAAN FISIK :
a) Kepala Leher
Kepala : Normal
Mata : Normal
Hidung : Normal
Mulut : Normal
Telinga : Normal
Leher : Normal
Masalah khusus: -

b) Dada
Jantung : Normal
Paru : Normal
Payudara : Normal
Puting Susu : Menonjol
Pengeluaran ASI : Lancar
Masalah khusus :-

c) Abdomen
o Involusi uterus :- Palpasi TFU : -

o Fundus uterus :- Kontraksi uterus : - Posisi: -


o Kandung kemih : Baik
o Fungsi pencernaan : Baik
o Masalah khusus: Terdapat luka bekas operasi. Bentuk luka horizontal dengan ukuran
luka 15cm

d) Perineum dan Genital


Edema : tidak ada
Memar : tidak ada
Hematom : tidak ada
Perineum :
Utuh/Episotomi/Ruptur
Jahitan
Luka perineum: Basah/kering/
kotor/bersih. Lain-lain
Tanda REEDA
R: kemerahan: ya
E: bengkak: tidak
E: echimosis: tidak
D: discharge: tidak ada
A: approximate:tidak

Kebersihan : Bersih
Lokia :-
Perdarahan: -
Bau : tidak
Hemorrhoid: -
Masalah khusus : -

e) Ekstremitas
Ekstremitas Atas : edema: tidak
Ekstremitas Bawah : edema : tidak
Varises : tidak
Masalah khusus :-

f) Eliminasi
BAK : Baik 3x/hari (terpasang kateter)
BAB : Tidak lancar disebabkan pasca operasi
Masalah khusus :-

g) Istirahat dan Kenyamanan


Pola tidur: Kebiasaan: tidur 2-3 jam
Keluhan ketidaknyamanan: ya. Lokasi abdomen bekas luka operasi.

h) Mobilisasi dan latihan


Tingkat mobilisasi : Aktivitas klien terbatas disebabkan adanya bekas luka operasi
Latihan/senam nifas :-
Masalah khusus : Intoleransi aktivitas

i) Nutrisi dan Cairan


Asupan nutrisi : Baik (3x sehari, dihabiskan)
Nafsu makan : Baik
Asupan cairan : Baik
Masalah khusus :-

j) Keadaan Mental
Adaptasi psikologis :
Penerimaan terhadap bayi : Kecewa disebabkan bayi meninggal dunia
Masalah khusus : Berduka

E. DATA TAMBAHAN:
Kemampuan menyusui : Tahu/ Tidak , Benar/Salah.
Obat-obatan : ceftriaxone, metronidazole, oxytosin
Keadaan umum ibu : baik
Jenis persalinan : Post SC
Kala I : tidak di kaji
Kala II : tidak dikaji
Kala III : tidak dikaji
Kala IV : tidak dikaji

F. NILAI APGAR
SKOR Keterangan 0 1 2
A Appearence Seluruh tubuh Tubuh Eluruh tubuh
( warna kulit ) biru/pucat kemerahan kemerahan
ekstremitas biru
P Pulse Tidak ada <100x/mnt >100x/mnt
( laju jantung ) Bayi terlihat
bugar
G Grimace Tidak bereaksi Gerakan sedikit Reaksi melawan
( refleks )
A Activity lumpuh Extremitas fleksi Gerakan aktif
( tonus otot ) sedikit
R Respiration Tidak ada lambat Menangis kuat
( usaha napas )

SKOR APGAR :0
Keterangan : Bayi meninggal
Tindakan resusitasi :-
G. Hasil pemeriksaan penunjang
Parameter Hasil Nilai rujukan Satuan
Leukosit 30,7 4,0 – 10,0 10ˆ3/uL
Eritrosit 2,15 4,70 – 6,10 10ˆ6/uL
Hemoglobin 5,8 12,0 – 16,0 g/dL
Trombosit 130 150 – 450 10ˆ3/uL
MCH 27,0 27,0 – 35,0 Pg
MCHC 31,4 30,0 – 40,0 g/dL
MVC 86,0 80,0 100,0 fL

ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah

1 DS : klien mengatakan lemas -Kekurangan volume cairan Perfusi perifer tidak


efektif (D.0009)
DO : -penurunan konsentrasi
hemoglobin
-
-Kurang aktifitas fisik
TD : 110/70 mmHG
N : 96 x / menit
SB : 36,1 o C
R : 26 x/ menit

Nampak pucat dan lemas

Pangkal lidah putih

2 DS:Kemampuan beraktifitas -kelemahan Intoleransi aktifitas


selama sakit harus di bantu (D.0058)
-gaya hidup monoton
DO:Jika ingin makan atau minum
harus di bantu

3 DS:-Klien merasa kurang tenaga -Gangguan Tidur Keletihan (D.0057)


-Klien mengeluh lelah -Stress Berlebihan

DO:Klien butuh istirahat -Depresi

4 DS: Keluarga klien mengatakan Faktor psikologis Defisit Nutrisi


bahwa klien susah untuk makan Ketidakmampuan menelan
(D.0019)
karena terus merasa mual dan makanan
muntah,merasa kembung,dan
nafsu makan menurun

DO: Klien tampak tidak


menghabiskan makanannya,klien
tampak tidak nafsu makan

5. DS : Ketuban pecah sebelum waktunya Resiko Infeksi

DO : Penurunan hemoglobin (D.0142)

-Diagnosa Keperawatan Menurut SDKI

1. (D.0009) Perfusi Perifer Tidak Efektif b/d kekuranga volume cairan d/d nyeri ekstermitas

2. (D.0056) Intoleransi aktifitas b/d tirah baring d/d mengeluh lelah

3. (D.0057) Keletihan b/d gangguan tidur d/d merasa energy tidak pulih walaupun sudah tidur

4. (D.0019) Defisit Nutrisi b/d nafsu makan menurun d/d ketidakmampuan menelan makanan

Keterangan :
b/d :berhubungan dengan
d/d:dibuktikan dengan

INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 (D.0009) Perfusi Perifer Tidak (L.02011) Perawatan Sirkulasi (I.02079)
Efektif b/d kekuranga volume
cairan d/d nyeri ekstermitas Perfusi Perifer Observasi:

Setelah dilakukan asuhan -identifikasi resiko gangguan


keperawatan 3x24 jam pada sirkulasi
klien diharapkan perfusi
-Monitor
perifer menurun dengan
panas,kemerahan,nyeri atau
kriteria hasil :
bengkak pada ekstremitas
Warna kulit pucat : 5
Terapeutik:
Kelemahan otot : 5
-lakukan pencegahan infeksi

Edukasi :

-anjurkan minum obat


pengontrol tekanan darah
secara teratur

-informasikan tanda dan gejala


darurat yang harus dilaporkan.

2 (D.0056) (L.05047) Menejemen energy(I.05178)

Intoleransi aktifitas b/d tirah Toleransi Akititas Observasi:


baring d/d mengeluh lelah
Setelah dilakukan asuhan -identifikasi gangguan fungsi
keperawatan selama 3x24 jam tubuh yang mengakibatkan
pada klien diharapkan kelelahan
intoleransi aktivitas meningkat
-monitor pola dan jam tidur
dengan kriteria hasil:
-monitor lokasi dan
1.Keluhan lelah: 5 menurun
ketidaknyamanan selama
2.kemudahan dalam melakukan aktifitas
melakukan aktifitas sehari
Terapeutik :
hari: 5 meningkat
-sediakan lingkungan nyaman
3.Perasaan lemah 5 menurun
dan rendah stimulus mis
kunjungan

-berikan aktifitas distraksi yang


menyenangkan

Edukasi :

Anjurkan tirah baring


Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap

Kolaborasi :

Kolaborasi dengan ahli


gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan.

3 (D.0057) (L.05046) Edukasi aktifitas/istirahat


(I.12362)
Keletihan b/d gangguan tidur Tingkat keletihan
Observasi:
d/d merasa energy tidak pulih Setelah dilakukan asuhan
walaupun sudah tidur keperawatan selama 3x24 jam -identifikasi kesiapan dan
pada klien diharapkan tingkat kemampuan menerima
keletihan menurun dengan informasi
kriteria hasil:
Terapeutik :
-kemampuan melakukan
-sediakan materi dan media
aktifitas rutin: 5 meningkat
pengaturan aktifitas dan
-Lesu: 5 menurun istirahat

-Pola istirahat: 5 membaik -berikan kesempatan pada


pasien dan keluarga untuk
bertanya

Edukasi :

-jelaskan pentingnya
melakukan aktifitas fisik
/olahraga secara rutin

-anjurkan menyusun jadwal


aktifitas dan istirahat

-ajarkan cara mengidentifikasi


kebutuhan istirahat mis
kelelahan

4 Defisit Nutrisi (D.0019) b/d (L.03030) Manajemen Nutrisi (I.03119)


nafsu makan menurun d/d
Status Nutrisi Observasi
ketidakmampuan menelan
makan Setelah dilakukan asuhan Identifikasi status
keperawatan selama 3x24 jam nutrisi
pada klien diharapkan tingkat Identifikasi makan
keletihan menurun dengan yang disukai
kriteria hasil: Monitor asupan
makanan
- porsi makan yang dihabiskan
3 meningkat Terapeutik

- kekuatan otot pengunyah 4 Lakukan oral hygiene


meningkat sebelum makan

- kekuatan otot menelan 4 Edukasi


meningkat
Anjurkan posisi duduk

5. (D.0142) Resiko infeksi b.d Tingkat Infeksi (L.14137) Pencegahan Infeksi (I.14539)
ketuban pecah sebelum - Nyeri 5 menurun Observasi
waktunya
- Cairan berbau busuk 5 - monitor tanda dan gejala
menurun infeksi lokal dan sistemik

Terapeutik

- berikan perawatan kulit pada


area edema

- cuci tangan sebelum dan


sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien

Edukasi

- jelaskan tanda dan gejala


infeksi

- ajarkan cara mencuci tangan


dengan benar

- ajarkan cara memeriksa


kondisi luka atau luka operasi

Kolaborasi

- kolaborasi pemberian
imunisasi,jika perlu

IMPLEMENTASI

Hari ke-1 ( 12 Mei 2021)

NO Diagnosa Tgl/Jam Implementasi Evaluasi


Keperawatan
1 (D.0009) Perfusi Perifer 07.00- Melakukan Hand- S : Pasien
Tidak Efektif b/d mengatakan
08.00 Over
kekurangan volume cairan
merasa lemah
d/d nyeri ekstermitas
08.00- 1. Melakukan
09.30 observasi tanda- O : pasien tampak
tanda vital lemas dan pucat

TD : 110/70 mmHg A : Masalah belum

N : 96 x / menit Teratasi

SB : 36,1 o C P : Lanjutkan

R : 26 x/ menit Intervensi

09.30- 2. Mengidentifikasi resiko

10.00 gangguan sirkulasi

3. melakukan pencegahan
infeksi

10.00-
11.00
4. menganjurkan minum
obatpengontrol tekanan
darah secara teratur.

11.00-
12.00
5. menginformasikan tanda
dan gejala darurat yang
harus dilaporkan.

Melakukan hand over


12.30-
13.00

13.00-
14.00
2 (D.0056) 07.00- Melakukan Hand-Over S : Pasien

08.00 mengatakan
Intoleransi aktifitas b/d 1. Mengobservasi TTV
tirah baring d/d mengeluh merasa lemah
lelah TD : 110/70 mmHg
O : pasien tampak
08.00-
08.30 N : 96 x / menit lemas dan pucat

SB : 36,1 o C A : Masalah belum

R : 26 x/ menit Teratasi

P : Lanjutkan

2.mengidentifikasi Intervensi
gangguan fungsitubuh yang
mengakibatkan kelelahan
08.30-
09.00
3. memonitor pola dan jam
tidur

09.00- 4. memonitor lokasi dan

10.00 ketidaknyamanan selama


melakukan aktifitas

10.00- 5. menyediakan lingkungan

11.00 nyaman dan rendah


stimulus mis kunjungan

6. memberikan aktifitas
11.00- distraksi yang
11.30 menyenangkan

7.menganjurkan tirah
baring

11.30- 8.menganjurkan strategi


12.00
koping untuk mengurangi
kelelahan

9. berkolaborasi dengan
12.00- ahli gizi tentang cara
13.00 meningkatkan asuhan
makanan.
13.00-
13.30

Melakukan Hand Over

13.30-
14.00

14.00

3 .(D.0057) 07.00- Melakukan hand over S : Pasien

08.00 mengatakan merasa


Keletihan b/d gangguan tidur
d/d merasa energy tidak 1. Mengobservasi TTV lemah

pulih walaupun sudah tidur 08.00- TD : 110/70 mmHg O : pasien tampak


08.30 lemas dan pucat
N : 96 x / menit
A : Masalah belum
SB : 36,1 o C
Teratasi
R : 26 x/ menit
P : Lanjutkan

Intervensi
2.mengidentifikasi kesiapan
dan kemampuan menerima
08.30- informasi.
09.00

3. menyediakan materi dan


media pengaturan aktifitas
dan istirahat.

09.00.0
4. memberikan kesempatan
9.30
pada pasien dan keluarga
untuk bertanya .

5. menjelaskan pentingnya
09.30-
melakukan aktifitas fisik
10.00
/olahraga secara rutin.

6.menganjurkan menyusun
jadwal aktifitas dan istirahat.
10.00-
11.00 7. mengajarkan cara
mengidentifikasi kebutuhan
istirahat mis kelelahan.

8.mengajarkan cara
11.00-
12.30 mengidentifikasi target dan
jenis aktifitas sesuai
kemampuan.

Melakukan hand over


12.30-
13.00

13.00-
13.40

13.40-
14.00
4 Defisit Nutrisi (D.0019) b/d 07.00- Melakukan Hand-Over S : Pasien
nafsu makan menurun d/d 08.00 mengatakan tidak
1. Melakukan observasi
ketidakmampuan menelan nafsu makan
08.00- tanda-tanda vital
makan
09.30 O : pasien tampak
TD : 110/70 mmHg
lemas dan porsi
N : 96 x / menit makan tidak
dihabiskan
SB : 36,1 o C A : Masalah belum

R : 26 x/ menit Teratasi

2. mengidentifikasi status P : Lanjutkan


nutrisi
Intervensi

09.30-
10.00

3. mengidentifikasi makanan
yang disukai

10.00-
11.00
4. memonitor asupan
makanan

11.00-
12.00
5. melakukan oral hygiene
sebelum makan

6. menganjurkan posisi duduk


12.30-
13.00

13.00-
14.00
IMPLEMENTASI

Hari ke-2 ( 13 Mei 2021)

NO Diagnosa Tgl/Jam Implementasi Evaluasi


Keperawatan
1 (D.0009) Perfusi Perifer 07.00- Melakukan Hand- S : Pasien
Tidak Efektif b/d mengatakan
08.00 Over
kekurangan volume cairan
merasa lemas
d/d nyeri ekstermitas
08.00- 1. Melakukan
09.30 observasi tanda-
tanda vital
O : pasien tampak
TD : 110/70 mmHg tidak tenang dan
pucat
N : 96 x / menit

SB : 36,1 o C
A : Masalah belum
R : 26 x/ menit
Teratasi

09.30- 2. Mengidentifikasi resiko


P : Intervensi
10.00 gangguan sirkulasi
dilanjutkan

3. melakukan pencegahan
infeksi

10.00-
11.00
4. menganjurkan minum
obat pengontrol tekanan
darah secara teratur.

11.00-
12.00
5. menginformasikan tanda
dan gejala darurat yang
harus dilaporkan.

Melakukan hand over

12.30-
13.00

13.00-
14.00

2 (D.0056) 07.00- Melakukan Hand-Over S : Pasien

08.00 mengatakan merasa


Intoleransi aktifitas b/d 1. Mengobservasi TTV
tirah baring d/d mengeluh lemas
lelah TD : 110/70 mmHg
08.00-
08.30 N : 96 x / menit
O : pasien tampak
SB : 36,1 o C tidak tenang dan
pucat
R : 26 x/ menit

A : Masalah belum
2.mengidentifikasi gangguan
Teratasi
fungsitubuh yang
mengakibatkan kelelahan
08.30- P : Intervensi
09.00
dilanjutkan
3. memonitor pola dan jam
tidur

4. memonitor lokasi dan


09.00- ketidaknyamanan selama
10.00 melakukan aktifitas

5. menyediakan lingkungan
10.00- nyaman dan rendah stimulus
11.00 mis kunjungan

6. memberikan aktifitas
distraksi yang menyenangkan
11.00-
7.menganjurkan tirah baring
11.30
8.menganjurkan strategi
koping untuk mengurangi
kelelahan
11.30-
12.00 9. berkolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara meningkatkan
asuhan makanan.

12.00-
13.00 Melakukan Hand Over

13.00-
13.30
13.30-
14.00

14.00

3 .(D.0057) 07.00- Melakukan hand over S : Pasien

08.00 mengatakan merasa


Keletihan b/d gangguan tidur
lemas
1. Mengobservasi TTV
d/d merasa energy tidak pulih
08.00-
walaupun sudah tidur TD : 110/70 mmHg
08.30 O : pasien tampak
N : 96 x / menit tidak tenang dan

SB : 36,1 o C pucat

R : 26 x/ menit

A : Masalah belum
teratasi
2.mengidentifikasi kesiapan
dan kemampuan menerima
08.30- informasi. P : Intervensi
09.00
dilanjutkan

3. menyediakan materi dan


media pengaturan aktifitas
dan istirahat.

09.00.09
.30 4. memberikan kesempatan
pada pasien dan keluarga
untuk bertanya .

5. menjelaskan pentingnya
09.30- melakukan aktifitas fisik
10.00 /olahraga secara rutin.

6.menganjurkan menyusun
jadwal aktifitas dan
10.00- istirahat.
11.00

7. mengajarkan cara
mengidentifikasi kebutuhan
istirahat mis kelelahan.
11.00-
12.30
8.mengajarkan cara
mengidentifikasi target dan
jenis aktifitas sesuai
kemampuan.

12.30-
13.00
Melakukan hand over

13.00-
13.40
13.40-
14.00
4 Defisit Nutrisi (D.0019) b/d 07.00- Melakukan Hand-Over S : Pasien
nafsu makan menurun d/d 08.00 mengatakan tidak
1. Melakukan
ketidakmampuan menelan nafsu makan
08.00- observasi tanda-tanda
makan
09.30 vital O : pasien tampak
lemas dan porsi
TD : 110/70 mmHg
makan tidak
N : 96 x / menit dihabiskan

SB : 36,1 o C A : Masalah belum

R : 26 x/ menit Teratasi

2. mengidentifikasi status P : Lanjutkan


nutrisi
Intervensi
09.30-
10.00

3. mengidentifikasi
makanan yang disukai
10.00-
11.00
4. memonitor asupan
makanan

11.00-
12.00

5. melakukan oral hygiene


sebelum makan

12.30- 6. menganjurkan posisi


13.00 duduk

13.00-
14.00

Implementasi

Hari Ke-3 (14 Mei 2021)

NO Diagnosa Tgl/Jam Implementasi Evaluasi


Keperawatan
1 (D.0009) Perfusi Perifer 07.00- Melakukan Hand- S : Pasien
Tidak Efektif b/d mengatakan sudah
08.00 Over
kekurangan volume cairan
tidak merasa lemas
d/d nyeri ekstermitas
08.00- 1. Melakukan
09.30 observasi tanda-
tanda vital
O : pasien sudah
TD : 110/70 mmHg tampak tenang dan
tidak pucat
N : 96 x / menit
SB : 36,1 o C A : Masalah
Teratasi
R : 26 x/ menit

09.30- P : Intervensi
2. Mengidentifikasi resiko
10.00 dihentikan
gangguan sirkulasi

3. melakukan pencegahan
infeksi
10.00-
11.00

4. menganjurkan minum
obat pengontrol tekanan
darah secara teratur.
11.00-
12.00

5. menginformasikan tanda
dan gejala darurat yang
harus dilaporkan.

12.30- Melakukan hand over


13.00

13.00-
14.00

2 (D.0056) 07.00- Melakukan Hand-Over S : Pasien

08.00 mengatakan sudah


Intoleransi aktifitas b/d 1. Mengobservasi TTV
tirah baring d/d mengeluh tidak merasa lemas
lelah TD : 110/70 mmHg
08.00- N : 96 x / menit

08.30 O : pasien tampak


SB : 36,1 o C
tenang dan tidak
R : 26 x/ menit
pucat

2.mengidentifikasi gangguan
A : Masalah Teratasi
fungsitubuh yang
mengakibatkan kelelahan

P : Intervensi
08.30-
dihentikan
09.00 3. memonitor pola dan jam
tidur

4. memonitor lokasi dan


09.00- ketidaknyamanan selama
10.00 melakukan aktifitas

5. menyediakan lingkungan
10.00- nyaman dan rendah stimulus
11.00 mis kunjungan

6. memberikan aktifitas
distraksi yang menyenangkan

11.00-
7.menganjurkan tirah baring
11.30
8.menganjurkan strategi
koping untuk mengurangi
kelelahan
11.30- 9. berkolaborasi dengan ahli

12.00 gizi tentang cara meningkatkan


asuhan makanan.

12.00- Melakukan Hand Over


13.00

13.00-
13.30

13.30-
14.00

14.00

3 .(D.0057) 07.00-08.00 Melakukan hand over S : Pasien


mengatakan sudah
Keletihan b/d gangguan
tidak merasa lemas
tidur 1. Mengobservasi TTV
08.00-08.30
d/d merasa energy tidak TD : 110/70 mmHg
O : pasien tampak
pulih walaupun sudah tidur
N : 96 x / menit tenang dan tidak

SB : 36,1 o C pucat

R : 26 x/ menit

A : Masalah
08.30-09.00 2.mengidentifikasi kesiapan Teratasi
dan kemampuan menerima
informasi.
P : Intervensi

3. menyediakan materi dan


media pengaturan aktifitas
09.00.09.30
dan istirahat.

4. memberikan kesempatan
pada pasien dan keluarga
09.30-10.00
untuk bertanya .

5. menjelaskan pentingnya
melakukan aktifitas fisik
10.00-11.00 /olahraga secara rutin.

6.menganjurkan menyusun
jadwal aktifitas dan
11.00-12.30 istirahat.

7. mengajarkan cara
mengidentifikasi kebutuhan
12.30-13.00 istirahat mis kelelahan.

8.mengajarkan cara
13.00-13.40 mengidentifikasi target dan
jenis aktifitas sesuai
kemampuan.

Melakukan hand over


13.40-14.00

4 Defisit Nutrisi (D.0019) b/d 07.00-08.00 Melakukan Hand- S : Pasien


nafsu makan menurun d/d Over mengatakan nafsu
08.00-09.30
ketidakmampuan menelan makan membaik
1. Melakukan
makan
observasi tanda- O : porsi sudah
tanda vital dihabiskan

TD : 110/70 mmHg A : Masalah


teratasi
N : 96 x / menit

SB : 36,1 o C

P : Intervensi
R : 26 x/ menit
dihentikan
09.30-10.00
2. mengidentifikasi status
nutrisi

10.00-11.00

3. mengidentifikasi
makanan yang disukai
11.00-12.00

4. memonitor asupan
makanan

12.30-13.00
13.00-14.00 5. melakukan oral hygiene
sebelum makan

6. menganjurkan posisi
duduk

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2007 [dokumen di internet.

Diakses pada tanggal 29 Juni 2018]; Diunduh dari


http://www.docstoc.com/docs/19707850/Laporan-Hasil-Riset-KesehatanDasar-(RISKESDAS)-
Nasional-2007

Kusumawati.2005.Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta:EGC

Moorhead Sue, dkk.2013.Nursing Outcome Classification Edisi 5.

Singapore:Elsevier Muscari Mary.2005.Keperawatan Pediatrik Edisi 3. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai