Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat serta
hidayahnya, kita semua dapat berkumpul di Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana
Kota Madiun untuk mengikuti Lomba Pidato Kependudukan tingkat Kota Madiun
tahun 2020 dalam kondisi sehat wal afiat tanpa ada suatu kendala.
Teman-temanku,
Berbicara tentang cinta, adakah teman-teman di sini yang belum mengenal
kata tersebut? Pastilah kita semua telah mengetahui kata cinta karena sudah lazim
terdengar di telinga. Kata “cinta” merujuk pada perilaku terjalinnya kasih antara
kedua insan yang disebut perilaku berpacaran dan saya yakin di antara teman-teman
di sini pasti ada yang sudah mempunyai pacar. Berpacaran adalah menjalin hubungan
antara lawan jenis dengan cara saling bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas
bersama agar dapat saling mengenal satu sama lain. Sebelum merujuk pada
pembahasan yang lebih dalam, saya ingin bertanya lagi kepada teman-teman semua.
Benarkah jika tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh negara di dunia bahwa
pacaran menjadi identitas yang sangat dibanggakan? Dari mimik wajah kalian, saya
sudah mendapat jawabannya.
Di sini, saya tidak akan menyalahkan kalian karena punya pacar, tidak juga
menghakimi teman-teman untuk memutus pacar kalian detik ini juga. Akan tetapi,
harus selalu diingat bahwa pacaran merupakan awal dari seks bebas yang akan
berdampak pada kesehatan reproduksi remaja. Hal tersebutlah yang biasa kita juluki
perilaku berpacaran tidak sehat. Berpacaran yang tidak sehat menjurus pada perilaku
seks sebelum adanya ikatan pernikahan. Tahapan awal dari pacaran tidak sehat yaitu
perasaan tertarik, lalu berkencan, berpegangan tangan, mencium pipi, berpelukan,
mencium bibir, memegang buah dada si remaja perempuan hingga ke balik baju,
memegang alat kelamin di atas dan di bawah baju, hingga puncaknya adalah
melakukan senggama yang mana akan menimbulkan hawa nafsu yang tidak
terkendali sehingga mengakibatkan seks pra-nikah yang semakin merajalela di negara
kita. Lebih parahnya lagi, dalam berciuman bibir, tak sedikit remaja yang
menganggap hal itu wajar dilakukan karena tidak menyebabkan hamil. Apakah
pernyataan itu benar, teman-temanku?
Hadirin sekalian,
Berdasarkan survei kesehatan reproduksi yang dilakukan Badan Kesehatan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2010, sekitar 92% remaja yang
berpacaran pernah bergandengan tangan, 82% pernah berciuman, dan 63% remaja
yang berpacaran tidak malu untuk saling meraba bagian tubuh kekasih mereka yang
seharusnya tabu untuk dilakukan. Penelitian dari Sari dan Muis (2014), didapatkan
bentuk perilaku seksual remaja yaitu: berpegangan tangan (90%),berpelukan (78%),
berciuman (75%), meraba bagian tubuh yang sensitif (56%), petting (37%), oral seks
(33%), berhubunganseksual (27%), serta kekerasan seksual (25%). Hal-hal
tersebutlah yang memicu berkembangnya seks pranikah di negara ini.
Teman-temanku,
Dari kenyataan tersebut, pastilah timbul rasa was-was di dalam benak kita
apabila frekuensi seks pranikah pada remaja khususnya Kota Madiun tidak kunjung
hilang. Banyak remaja laki-laki dan perempuan yang melakukan hubungan seks bebas
tanpa mau memikirkan dampak yang akan terjadi. Tanpa mau memikirkan
konsekuensi dari apa yang mereka lakukan. Mereka hanya dibutakan akan cinta yang
bersifat sementara. Pacaran yang tidak sehat tentu tidak mengenal waktu dan tempat,
tak peduli apakah tempat itu ramai atau sepi, tak peduli pagi, siang, atau malam. Yang
ada di pikiran mereka hanyalah kenikmatan sementara yang menjerumuskan mereka
ke jurang kehancuran.
“Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya
akan kuguncangkan dunia” (Ir.Soekarno)