PENDAHULUAN
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di
Indonesia untuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit. Status
Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada
suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
Berdasarkan Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular serta
Peraturan Menteri Kesehatan No. 560 tahun 1989, maka penyakit DBD harus dilaporkan
segera dalam waktu kurang dari 24 jam. Undang-undang No. 4 tahun 1984 juga menyebutkan
bahwa wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat, yang
jumlah penderita nyameningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu
dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Dalam rangka mengantisipasi
wabah secarad ini, dikembangkan istilah kejadian luar biasa (KLB) sebagai pemantauan lebih
dini terhadap kejadian wabah. Tetapi kelemahan dari system ini adalah penentuan penyakit
didasarkan atas hasil pemeriksaan klinik laboratorium sehingga seringkali KLB terlambat
diantisipasi (Sidemen A., 2003).
Kejadian Luar Biasa (KLB) yaitu munculnya penyakit di luar kebiasaan (base line
condition) yang terjadi dalam waktu relatif singkat serta memerlukan upaya penanggulangan
secepat mungkin, karena dikhawatirkan akan meluas, baik dari segi jumlah kasus maupun
wilayah yang terkena persebaran penyakit tersebut. Kejadian luar biasa juga disebut sebagai
peningkatan kejadian kasus penyakit yang lebih banyak daripada eksternal normal di suatu
area atau kelompok tertentu, selama suatu periode tertentu. Informasi tentang potensi KLB
biasanya datang dari sumber-sumber masyarakat, yaitu laporan pasien (kasus indeks),
keluarga pasien, kader kesehatan, atau warga masyarakat. Tetapi informasi tentang potensi
KLB bisa juga berasal dari petugas kesehatan, hasil analisis atau surveilans, laporan
kematian, laporan hasil pemeriksaan laboratorium, atau media lokal (Tamher. 2004).
Dari penjelasan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah / topik bahasan
sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi
BAB II
PEMBAHASAN
Pencegahan
dan
pengebalan
Pemusnahan
penyebab
penyakit
Penanganan
jenazah
Penyuluhan
Upaya
penanggulang
an lain
Keterangan
Persentase
pelayanan
Jumlah orang yang terdampak dan
kesehatan bagi
berisiko pada situasi KLB yang
orang
mendapat pelayanan kesehatan
yang terdampak
= sesuai standar.
dan berisiko
X 100
pada situasi Jumlah orang yang terdampak dan
%
KLB Provinsi berisiko pada situasi KLB
Catatan ;
Nominator adalah jumlah orang yang terinfeksi dan yang berisiko terdampak
penyakit/keracunan pangan penyebab KLB yang mendapat layanan kesehatan
sesuai standar. Denominator adalah jumlah seluruh orang yeng terinfeksi dan
yang berisiko terdampak penyakit/keracunan pangan penyebab KLB)
Dengan demikian jumlah populasi kasus terinfeksi dan populasi berisiko terdampak
yang seharusnya mendapatkan pelayanan kesehatan sebanyak 5430.
Provinsi memberikan pelayanan kesehatan di Kabupaten A dan Kabupaten E, yang
meliputi tata laksana kasus di pelayanan kesehatan sebanyak 430 orang (dari total 430
kasus), dan pencegahan (PSN, Fogging) dan penyuluhan di lokasi KLB (dengan
menggunakan berbagai media TV dan Radio Lokal, penyuluhan di tingkat desa)
dengan jumlah sasaran sebanyak 5000 orang. Sehingga jumlah jumlah penduduk
kondisi KLB yang mendapat layanan kesehatan di kabupaten A dan Kabupaten E
sebanyak 5.430 orang.
Maka rekapitulasi pada tahun 2017:
Penduduk yang mendapat pelayanan kesehatan kondisi KLB di Provinsi X tahun
2017 sebanyak KLB I + KLB II (415 + 5430) = 5.845 orang.
Sedangkan Penduduk pada kondisi KLB I + KLB II; 450 + 5430 = 5.880 orang.
Sehingga Capaian Kinerja Provinsi X dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi
penduduk pada kodisi KLB adalah; 5.845/5.880 x 100% = 99,4 %
Catatan: mengingat jumlah penduduk yang mendapat layanan kesehatan pada kondisi
kejadian luar biasa masih belum seluruhnya, maka diperlukan rencana strategis tahun
depan untuk menjangkau seluruh penduduk pada kondisi KLB. Perlu dianalisis
sebab-sebab mereka tidak mendapat pelayanan kesehatan pada kondisi KLB.
Pemantauan terhadap KLB di Provinsi dapat dilihat melalui kinerja Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) yang dilakukan di masing-masing Provinsi,
Jika kinerja dalam SKDR baik maka kemungkinan munculnya KLB Provinsi lebih
kecil, namun sebaliknya bila kinerja SKDR tidak baik, maka risiko munculnya KLB
Provinsi besar.
f. Teknik Penghitungan Pembiayaan
b. media KIE
Faktor risiko a. Bahan/alat Sesuai dengan jenis sampel
lingkungan pengambilan dan yang dibutuhkan terkait
3. Penatalaksana Petugas a. Formulir Sesuai kebutuhan
(penyebab/sumb pemeriksaan sampel penyakit
an penderita kesehatan pemeriksaan
er penyakit) lingkungan
terlatih (medis, (rekam medis)
lab, radiologis, b. biaya
b. sarana/ Sesuai dengan biaya yang
ahli gizi, dll) pengiriman dan
prasarana, berlaku
Sesuai (sesuai
standar standar)
pelayanan
pemeriksaan
pemeriksaan, kesehatan di RS
laboratorium
perawatan dan
pengobatan
pasien
b. APD petugas
Petugas a. APD petugas Sesuai kebutuhan
Pemakaman
laboratorium
Penduduk a. Formulir data sesuai kebutuhan
berisiko
populasi berisiko
b. media KIE
suspek) selama di RS
c. Respon
imunisasi
12. pemusnahan Petugas g. Transport petugas Sesuai standar biaya
penyebab penyakit kesehatan yang berlaku
(Transport daerah
sulit/ sewa
kendaraan)
h. Uang harian
i. Akomodasi
j. formulir
penyelidikan
yang diperlukan
k. Biaya
komunikasi
cepat
l. Logistik bagi
petugas (APD)
Vektor dan - Alat/bahan Sesuai kebutuhan
binatang Pemusnah
penyakit Binatang
Pembawa
penyakit (untuk
hewan/binatang
berkoordinasi
dengan lintas
sektor terkait)
b. APD petugas
Komunikasi massa
melalui iklan layanan
masyarakat
Keterangan :
a) Lama pelaksanaan penyelidikan epidemiologi tergantung pada
jenis penyakit, luas dan lokasi kejadian KLB
b) Jenis bahan dan alat pengambilan serta tempat penyimpanan
spesimen/sampel kasus, kontak dan lingkungan tergantung dari
jenis KLB
c) Pengiriman spesimen/sampel KLB ke laboratorium rujukan.
2.2Anggaran
2.3 Askep Kejadian Luar Biasa (KLB)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Demikian materi yang kami paparkan, Penyusun mengetahui bahwa makalah ini
sangat jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saran dan kritik sangat kami harapkan. Agar
makalah ini bisa lebih baik lagi dan bisa menjadi pembelajaran untuk kami di kemudian hari.
Sekali lagi kami tunggu saran dan kritiknya. tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang
ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca dapat
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penyusun demi sempurnanya makalah
ini dan penulisan makalah dikesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi kami pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.