Anda di halaman 1dari 12

STANDAR OPERASIONAL

PROSEDUR
MEMBANTU PASIEN
MENGGUNAKKAN ALAT BANTU
JALAN

PRINSIP DASAR
Latihan berjalan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan aktivitas. Membantu pasien berjalan memerlukan persiapan. Perawat
mengkaji toleransi pasien terhadap aktivitas, kekuatan, adanya nyeri, koordinasi.
Latihan berjalan ini bisa tanpa menggunakan alat atau mungkin menggunakan alat
seperti tongkat, dan kruk, tergantung pengkajian yang ditemukan.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MEMBANTU PASIEN


MENGGUNAKKAN ALAT BANTU JALAN
Pengertian Kursi Roda adalah alat bantu yang digunakan oleh
orang yang mengalami kesulitan berjalan
menggunakan kaki, baik dikarenakan oleh penyakit,
cedera, maupun cacat.

Kruk adalah alat bantu yang terbuat dari logam


ataupun kayu dengan panjang yang cukup untuk
diraih dari axilla sampai ketanah atau lantai.
Digunakan secara berpasangan yang diciptakan untuk
mengatur keseimbangan pada saat akan berjalan.

Tripot adalah alat bantu berjalan berupa tongkat


dengan kaki-kaki berjumlah 4. Cocok digunakan oleh
lansia dan untuk rehabilitasi setelah kecelakaan atau
operasi.

Indikasi Kursi Roda :


1 Paraplegia
2 Tidak dapat berjalan atau tirah baring
3 Pada pelaksanaan prosedur tindkan, missal
klien akan foto rontgen
4 Pasca amputasi kedua kaki
Kruk :
1 Pasca amputasi kaki
2 Hemiparese
3 Paraparese
4 Fraktur pada ekstremitas bawah
5 Terpasang gips
6 Pasca pemasangan gibs

Tujuan 1. Meningkatkan kekuatan otot, pergerakan


sendi dan kemampuan mobilisasi
2. Menurunkan resiko komplikasi sari mobilisasi
3. Menurunkan ketergantungan pasien pada
orang lain
4. Meningkatkan rasa percaya diri
5. Memelihara dan mengembalikan fungsi dan
kekuatan otot
6. Mencegah kelainan bentuk, seperti kaki
menjadi bengkok
7. Mencegah komplikasi seperti otot mengecil
dan kekakuan sendi

Persiapan tempat Siapkan alat yang akan digunakan seperti kursi roda,
dan alat kruk, atau tripot.

Persiapan pasien 1. Memberikan salam dan menyapa pasien


2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Memberi tahu kontrak waktu dan persetujuan
serta kesiapan pasien

Persiapan 1 Berikan lingkungan yang nyaman dan aman


lingkungan terhindar dari sesuatu yang berakibatkan
bahaya terhadap pasien
2 Jaga privasi pasien

Prosedur Kursi Roda :


1 Rendahkan posisi tempat tidur pada posisi
terendah sehingga kaki klien dapat meyentuh
lantai. Kunci semua roda tempat tidur
2 Letakkan kursi roda sejajar dan sedekat
mungkin dengan tempat tidur
3 Kaji adanya hipotensi sebelum memindahkan
klien dari tempat tidur
4 Ketika klien turun dari tempat tidur, perawat
harus berdiri tepat dihadapannya dank lien
meletakkan tangannya dipundak perawat.
Selanjutnya, perawat meletakkan tangannya
dipinggang klien
5 Sementara klien mendorong badannya ke posisi
berdiri, perawat membantu mengangkat bagian
atas tbuh klien
6 Klien dibiarkan berdiri selama beberapa detik
untuk memastikan tidak adanya pusing
7 Perawat tetap berdiri menghadap klien lalu
memutar tubuh klien sehingga membelakangi
kursi roda. Setelah itu, perawat memajukan
salah satu kakinya dan memegang kedua lutut
untuk menjaga keseimbangan, kemudian
membantu klien untuk duduk dikursi roda.

Kruk :
1 Pastikan panjang kruk sudah tepat
2 Bantu klien mengambil posisi segitiga, posisi
dasar berdiri menggunakan kruk sebelum
mulai berjalan
3 Ajarkan klien tentang salah satu dari emapi
cara berjalan dengan kruk
4 Perubahan empat titik atau cara berjalan empat
titik memberi kestabilan pada klien, tetapi
memerlukan penahanan berat badab pada
kedua tungkai. Masing-masing tungkai
digerakan secara bergantian dengan masing-
masing kruk, sehingga sepanjang waktu
terdapat tiga titik dukungan pada lantai
5 Perubahan tiga titik atau cara berjalan tiga titik
mengharuskan klien menahan semua berat
badan pada satu kaki. Berat badan dibebankan
pada kaki yang sehat, kemudian pada kedua
kruk dan selanjutnya urutan tersebut diulang.
Kaki yang sakit tidak meyentuh lantai selama
fase dini berjalan tiga titik. Secara bertahap
klien menyentuh lantai dan semua beban berat
badan bertumpu
6 Cara berjalan dua titik memrlukan sedikitnya
pembedahan berat badan sebagian pada
masing-masing kaki. Kruk sebelah kiri dan
kaki kanan maju bersama-sama. Kruk sebelah
kanan dan kaki sebelah kiri maju bersama-
sama
7 Cara berjalan mengayun ke kruk, klien yang
mengalami paralisi tungkai dan pinggul dapat
menggunakan cara jalan mengayun ini.
Penggunaan cara jalan ini dalam jangka waktu
yang lama dapat mengakibatkan atrofi otot
yang tidak terpakai. Minta klien untuk
menggerakan kedua kruk ke depan secara
bersamaan. Pindahkan berat badan ke lengan
dan mengayun melewati kruk
8 Cara jalan mengayun melewati kruk
9 Cara jalan ini sangat memerlukan keterampilan,
kekuatan dan koordinasi klien. Minta klien
untuk menggerakan kedua kruk kedepan
secara bersamaan. Pindahkan bebab berat
badan ke lengan dan mengayun melewati kruk
10 Ajarkan klien menaiki dan menuruni tangga

Tripot :
1 Gunakan tongkat pada sisi tubuh klien terkuat
2 Jelaskan pada klien untuk memegang tongkat
dengan tangan yang sehat
3 Klien mulai melangkah dengan kaki yang
lemah, bergerak maju dengan tongkat,
sehingga berat badan klien terbagi antar
tongkat dan kaki yang terkuat
4 Kaki yang terkuat maju melangkah setelah
tongkat, sehingga kaki terlemah dan berat
badan klien disokong oleh tongkat dan kaki
terkuat
5 Berjalan disisi bagian tungkai klien yang
lemah. Klien kemungkinan jatuh kearah
bagian tngkai yang lemah tersebut
6 Ajak klien berjalan selama waktu atau jarak
yang telah ditetapkan dalam rencana
keperawatan
7 Jika klien kehilangan keseimbangan atau
kekuatannya dan tidak segera pulih, masukkan
tangan anda ke ketiak klien, dan ambil jarak
berdiri yang laus untuk mendapatkan dasar
tumpuhan yang baik. Sandarkan klien pada
pinggul anda sampai tiba bantuan, atau
rendahkan beban anada dan turunkan klien
secara perlahan ke lantai

Sikap Sikap selama pelaksanaan :


1 Sikap sopan dan ramah
2 Bekerja dengan teliti

Evaluasi Melakukan evaluasi tindakan yang baru dilakukan.


Menanyakan respon keadaan klian setelah dilakukan
tindakan. Berpamitan dengan klien

Dokumentasi 1. Catat tidakan yang telah dilakukan (waktu


pelaksanaan, hasil tindakan, respon objektif dan
subjektif).
2. Catat respon pasien setelah tindakan
3. Dokumentasi dicatat dengan jelas atau mudah
dibaca.
4. Dokumentasi ditandatangani dan diberi nama
lengkap dan jelas.
Sumber 1. Kasiati, dan Ni Wayan Dwi Rosmalawati,
2016, Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia
1, Jakarta: Salemba Mediksa
2. Mubarak Wahit Iqbal, dkk, 2015. Buku Ajar
Ilmu Keperawatan Dasar, Jakarta: Salemba
Mediksa

STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR
MELATIH ROM
PRINSIP DASAR
ROM (Range Of Motion) adalah gerakan yang dalam keadaan normal
dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan. ROM dibagi menjadi dua jenis
yaitu ROM aktif dan ROM pasif.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MELATIH ROM (Range Of


Motion)
Pengertian Melakukan latihan pergerakan rentang sendi (ROM)
sesuai dengan rentang gerak sendi penuh tanpa
menyebabkan ketidaknyamanan. Latihan ROM
dilakukan secara aktif, pasif atau aktif dengan
bantuan.

Indikasi Klien imobilisasi

Tujuan 1 Mencegah atrofi otot dan kontraktur sendi


2 Klien mampu mendemonstrasikan latihan
ROM secara mandiri

Persiapan alat -

Persiapan pasien 1 Berikan salam kepada klien


2 Perkenalan diri dan identifikasi pasien
3 Jelaskan tujuan yang akan dilakukan
4 Jelaskan prosedur pelaksanaan
5 Buat kontrak dengan klien

Persiapan 1 Jaga privasi klien dengan memasang dan


lingkungan menutup sampiran
2 Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman

Prosedur 1. Jelaskan prosedur dan waktu dilakukannya tiap


gerakan diulangi maksimal 5 kali atau tiap
ekstremitas 5-7 menit (sesuai dengan kondisi
klien) dan latihan dilakukan 2 kali sehari
2. Lindungi privasi klien, perlihatkan hanya
ekstremitas yang akan dilatih
3. Atur ketinggian tempat tidur senyaman
mungkin
4. Rendahkan pelindung tempat tidur sisi kita
bekerja
5. Mulai latihan ROM dari kepala hingga seluruh
bagian tubuh
6. Lakukan gerakan perlahan-lahan maksimal 5
kali
7. Observasi sendi-sendi klien dan wajah untuk
tanda-tanda kepayahan, nyeri selama gerakan
8. Kembalikan klien pada posisi yang nyaman dan
selimuti
9. Kembalikan pelindung tempat tidur
10. Mencuci tangan
11. Dokumentasikan respond an toleransi klien

Sikap Sikap selama pelaksanaan :


1 Sikap sopan dan ramah
2 Bekerja dengan teliti

Evaluasi 1 Respon klien selama latihan ROM


(kesakitan, kelelahan)
2 Keterlibatan klien dalam latihan ROM
secara mandiri
3 Observasi rentang gerak sendi dan
bandingkan dengan rentang gerak sendi normal

Dokumentasi 1 Catat tidakan yang telah dilakukan (waktu


pelaksanaan, hasil tindakan, respon objektif
dan subjektif).
2 Catat respon pasien setelah tindakan
3 Dokumentasi dicatat dengan jelas atau mudah
dibaca.
4 Dokumentasi ditandatangani dan diberi nama
lengkap dan jelas.
Sumber 1. Kasiati, dan Ni Wayan Dwi Rosmalawati,
2016, Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia
1, Jakarta: Salemba Mediksa
2. Mubarak Wahit Iqbal, dkk, 2015. Buku Ajar
Ilmu Keperawatan Dasar, Jakarta: Salemba
Mediksa

STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR
MENGUKUR DAN MELATIH
KEKUATAN OTOT
PRINSIP DASAR
Jenis pengkajian rentang gerak yang sering digunakan adalah Breg
Balance Scale (BBS) yang merupakan skala untuk mengukur keseimbangan static
dan dinamika secara objektif, yang terdiri dari 14 item tugas keseimbangan
(Balance task) yang umum dalam kehidupan sehari-hari.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MENGUKUR DAN MELATIH


KEKUATAN OTOT
Pengertian Jenis pengkajian rentang gerak yang sering digunakan
adalah Breg Balance Scale (BBS) yang merupakan
skala untuk mengukur keseimbangan static dan
dinamika secara objektif, yang terdiri dari 14 item tugas
keseimbangan (Balance task) yang umum dalam
kehidupan sehari-hari.

Indikasi 1 Lansia secara umum


2 Lansia yang mengalami masalah atau
gangguan mobilisasi

Tujuan Untuk mengetahui kedseimbangan gerak secara


objektif

Persiapan tempat 1. Pulpen


dan alat 2. Kertas pengkajian (untuk mencatat hasil)

Persiapan pasien 1 Bantu klien untuk menepatkan posisi yang


nyaman
2 Diskusikan lamanya dan tujuan prosedur
dengan klien
3 Cuci tangan

Persiapan 1 Jaga privasi klien dengan memasang dan


lingkungan menutup sampiran
2 Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
Prosedur 1 Ucapkan salam dan perkenalkan diri
2 Identifikasi pasien
3 Berikan penjelasan tujuan tindakan yang akan
dilakukan
4 Posisikan klien pada posisi yang mudah
diobservasi dan pastikan klien merasa
nyaman
5 Kondisikan agar pakaian klien tidak
mengganggu pergerakan
6 Berikan penjelasan dan contohkan gerakan
yang akan dilakukan
7 Pandu klien untuk melakkan gerakan
untuk melatih keseimbangan
8 Minta klien untuk berdiri tegak, amati
struktur rangka dan perhatikan adanya
keseimbangan atau tidak, simetris atau tidak
9 Amati kemampuan klien untuk duduk tanpa
penunjang. Minta klien untuk duduk
10 Amati kemampuan klien untuk berdiri tanpa
penunjang. Minta klien berdiri tanpa
penunjang
11 Amati kemampuan berjalan klien. Minta klien
untuk berjalan
12 Amati keseimbangan berdiri klien. Minta
klien untuk berdiri dengan kaki merapat
13 Amati keseimbangan. Minta klien untuk
menjangkau ke depan dengan tangan
14 Amati keseimbngan. Dengan meminta klien
untuk menoleh kebelakang
Sikap Sikap selama pelaksanaan :
1 Sikap sopan dan ramah
2 Bekerja dengan teliti
Evaluasi Melakukan evaluasi tindakan yang baru dilakukan.
Menanyakan respon keadaan klian setelah dilakukan
tindakan. Berpamitan dengan klien
Dokumentasi 1 Catat tidakan yang telah dilakukan (waktu
pelaksanaan, hasil tindakan, respon objektif
dan subjektif).
2 Catat respon pasien setelah tindakan
3 Dokumentasi dicatat dengan jelas atau mudah
dibaca.
4 Dokumentasi ditandatangani dan diberi nama
lengkap dan jelas.

Sumber 1. Kasiati, dan Ni Wayan Dwi Rosmalawati,


2016, Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia
1, Jakarta: Salemba Mediksa
2. Mubarak Wahit Iqbal, dkk, 2015. Buku Ajar
Ilmu Keperawatan Dasar, Jakarta: Salemba
Mediksa

Anda mungkin juga menyukai