Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Comite on
Detection,Evaluation and Treatment of High Blood Plessure (JNC) VII yaitu
meningkatnya tekanan darah lebih dari normal dengan tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan meningkatnya tekanan darah diastolik lebih dari 85
mmHg. Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor satu didunia dari 7
juta penduduk setiap tahunnya. Badan penelitian kesehatan dunia
menunjukkan diseluruh dunia sekitar 982 juta orang atau 26,4% penduduk
dunia mengidap hipertensi (WHO, 2012). Hipertensi juga menyebabkan 1,5
juta kematian per tahun di wilayah Asia Tenggara. Bahkan diperkirakan
jumlah penderita hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 milyar atau 29,2 %
menjelang tahun 2025. Berdasarkan hasil Data Riset Kesehatan Dasar pada
tahun 2018, menyebutkan bahwa prevalensi penderita hipertensi yang berada
di indonesia berdasarkan umur > 18 tahun mencapai angka 10,57%. Dengan
diagnosis dari cakupan tenanga kesehatan sebesar 36,8 dan sebagian besar
kasus hipertensi di masyarakat tidakterdiagnosis yaitu sebesar 63,2 %
( Balitbangkes Kemenkes RI , 2018 ) . prevalensi tertinggi hipertensi pada
umur > 18 tahun terletak di Provinsi Sulawesi Utara ( 13,21 % ) , Yogyakarta
( 10,68 % ) , Kalimantan Timur ( 10,57 % ) , Kaimantan Utara ( 10,46 % ) dan
Jakarta ( 10,17 % ) ( Balitbangkes Kemenkes RI , 2018 ) .

B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang definisi hipertensi
2. Mahasiswa dapat mengetahui etiologic, manifestasi klinis, patofisiologi,
pemerikasaan klinis dan penatalaksanaan medis dengan penyakit hipertensi
3. Mahasiswa dapat mengetahui tentang asuhan keperawatan dengan
hipertensi

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Hipertensi
Menurut Djoko santoso (2010) tekanan darah adalah tekanan dimana darah
beredar dalam pembuluh darah. Tekanan ini terus menerus berada dalam
pembuluh darah dan memungkinkan darah mengalir konstan. Tekanan darah
dalam tubuh pada dasarnya merupakan ukuran tekanan atau gaya didalam
arteri yang harus seimbang dengan denyut jantung, melalui denyut jantung
darah akan dipompa melalui pembuluh darah kemudian dibawa keseluruh
bagian tubuh. Tekanan darah dipengaruhi volume darah dan elastisitas
pembuluh darah (Rusdi, 2009).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadinya peningkatan tekanan
darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg atau diastolik 90 mmHg pada dua
kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang ( Depkes , 2007 dalam Fahadh Abdurahman , 2017 ).
Hipertensi adalah tekanan darah resisten dimana tekanan sistoliknya diatas
140 mmHg dan tekanan darah diastoliknya 90 mmHg . ( Brunner & Suddarth
2001 dalam Irmasari , 2012 )

B. Etiologi Hipertensi
Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan menurut Dr.Iskandar
Junaidi, 2010 yaitu :
1. Hipertensi Primer/esensial
Hipertensi esensial merupakan hipertensi yang memiliki beberapa
kemungkinan penyebabnya. Beberapa perubahan pada jantung dan
pembuluh darah dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Hipertensi
primer terjadi karena kondisi masyarakat yang memiliki asupan garam
cukup tinggi, lebih dari 6,8 gram setiap hari, serta karena faktor  genetik.
(terdapat pada kurang lebih 90% dari seluruh kejadian hipertensi)

2
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan karena
gangguan pembuluh darah atau organ tubuh tertentu, seperti ginjal, kelenjar
adrenalin, dan aorta. Penyebab hipertensi sekunder sekitar 5-10% berasal
dari penyakit ginjal, dan sekitar 1-2% karena kelainan hormonal atau
pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB). Penyebab lain yang jarang
adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang
menghasilkan hormon epinerin (adrenalin) atau norepinerin
(noradrenalin).   
Dengan perubahan fisiologis normal penuaan, faktor resiko hipertensi lain
meliputi diabetes ras riwayat keluarga jenis kelamin faktor gaya hidup
seperti obesitas asupan garam yang tinggi alkohol yang berlebihan.
Faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang dapat atau tidak dapat di
kontrol, antara lain:
1. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol :
Faktor risiko yang tidak dapat diubah, seperti riwayat keluarga (genetik
kromosomal), umur (pria : > 55 tahun; wanita : > 65 tahun), jenis kelamin
pria atau wanita pasca menopause.
a. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan
wanita.Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum
menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi
oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadarHigh
Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi
merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses
aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai
penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada
premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon
estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan.
Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah
kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya
mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun.

3
b. Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya,
jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang
tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut
harus ditangani secara khusus. Hal ini disebabkan pada usia tersebut
ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis obat yang diberikan
harus benar-benar tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus , hipertensi
banyak terjadi pada usia lanjut. hipertensi sering terjadi pada usia pria :
> 55 tahun; wanita : > 65 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya
perubahan hormon sesudah menopause.
c. Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akanmenyebabkan
keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini
berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan
rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan
orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi. Seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi.
2. Faktor resiko yang dapat dikontrol :
1. Obesitas
Pada usia + 50 tahun dan dewasa lanjut asupan kalori
mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas.
Itu sebabnya berat badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk
kondisi lansia. Kelompok lansia dapat memicu timbulnya berbagai
penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi.
Indeks masa tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan tekanan darah,
terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita
hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi
ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih.

4
2. Kurang Olahraga.
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak
menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan
tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk
hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila
jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya
kondisi tertentu Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan
darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-
orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat
dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap
kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin
besar pula kekuaan yang mendesak arteri
3. Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat
dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan
risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis.
4. Mengkonsumsi garam berlebih
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi
risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan
adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram
garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan
konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk
menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume
cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan
ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah,
sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi.
5. Minum alkohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak
jantung dan organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan
minum alkohol berlebihan termasuk salah satu faktor resiko hipertensi.

5
6. Minum kopi
Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi
mengandung 75 – 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut
berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.
7. Stress
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas
saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara
intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat
mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum
terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih
tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan
dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang
tinggal di kota. Menurut Anggraini (2009) mengatakan stres akan
meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung
sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stres ini
dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan
karakteristik personal.

C. Manifestasi Klinis Hipertensi


Menurut Nurarif & Kusuma (2013) tanda dan gejala pada hipertensi di
bedakan menjadi:
1). Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan
dengan peningkatan tekanan darah.
2). Gejala yang lazim Gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan gejala terlazim
yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Pemeriksaan yang paling sederhana adalah palpasi . Pada hipertofi
konsetrik lama , iktus bertambah . bila terjadi dilatasi vertikel kiri , iktus
kordis bergeser kekiri bawah . pada auskultasi pasien dengan hipertrofi
dapat ditemukan S4 dan bila sudah terjadi dilatasi jantung didapatkan
tanda-tanda insufisiensi mitral relatif Gambaran klinis seperti sesak nafas
adalag salah satu gejala gangguan fungsi diastolik . Dan peningkatan

6
tekanan pengisian ventrikel wlaupun fungsi sistolik masi normal . bila
berkembang terus , terjadi hipertrofi eksentrikm dan akhirnya menjadi
dilatasiventrikel kemudian timbul gejala payah jantung . stadium ini
kadangkala disertai dengan gangguan sirkulasi pada cadangan aliran darah
koroner dan akan memperburuk kelainan fungsi mekanik/pompa jantung
yang selektif .

D. Pathofisiologi Hipertensi

Gambar.2 . 2 Anatomi Fisilogi Jantung


Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi (Corwin, 2009).

7
E. WOC Hipertensi

Faktor presdiposisi : usia , jenis kelamin , merokok , Beban Kerja Jantung meningkat
setres , kurang olahraga , genetik , alkohol , konsentrasi
garam , obesitas .
Tekanan Sistemik darah
2 Vaskuler
Kerusakan HIPERTENSI
pembuluh darah
Gangguan Pola
Perubahan Situasi Tidur
Perubahan Struktur

Perubahan Kualitas
Penyumbatan Informasi yang minim
Tidur
Pembuluh darah

Resistensi Pembuluh Darah otak Nyeri Kepala


Vasokantraksi

Gangguan Sirkulasi Otak Suplai O2 ke Otak Resiko Ketidak


efektifan Perfusi
Jaringan

Ginjal Retina Pembuluh Darah

3
Vasokontraksi
4 Spasme Arteriol
Sistemik Koroner
Pembulh darah ginjal

Resiko Cidera
Iskemia Miokard
Vasokontraksi
Blood Flow Darah
Penurunan Curah
Afterload
Jantung Nyeri
Respon RAA

Fatigue

Merangsang Kelebihan Volume


Aldostetron Cairan
Intoleransi Aktivitas

Retensi Na Edema

8
Sumber : Amir Huda , Hardi Kusuma 2015

F . Komplikasi Hipertensi
Hipertensi yang tidak teratasi, dapat menimbulkan komplikasi yang
berbahaya menurut Price dan Wilson (2006), Corwin (2009), Vitahealth
(2005), Setiati, Alwi, Sudoyo, Simadibrata, dan Syam (2014), Irianto (2014)
seperti :
1. Payah Jantung Payah jantung (Congestive heart failure)
2. Stroke
3. Kerusakan ginjal
4. Kerusakan pengelihatan

G. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi


Pemeriksaan penunjang menurut FKUI (2003:64) dan Dosen Fakultas
kedokteran USU, Abdul Madjid (2004), meliputi :
1. Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi
bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan factor resiko lain atau
mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer
lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa,
kolesterol total, HDL, LDL
2. Pemeriksaan EKG. EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP
(dapat mengidentifikasi hipertensi, sebagai tambahan dapat dilakukan
pemerisaan lain, seperti klirens kreatinin, protein, asam urat, TSH dan
ekordiografi.
3. Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal), glucose
(DM) kalium serum (meningkat menunjukkan aldosteron yang meningkat),
kalsium serum (peningkatan dapat menyebabkan hipertensi: kolesterol dan
tri gliserit (indikasi pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid (menyebabkan
vasokonstrisi), urinanalisa protein, gula (menunjukkan disfungsi ginjal),
asam urat (factor penyebab hipertensi).
4. Pemeriksaan radiologi : Foto dada dan CT scan

9
H. Penatalaksaan Medis
1. Diuretik
Obat anti hipertensi diuretic digunakan untuk membantu mengeluarkan
cairan dan garam yang berlenih dalam tubuh melalui urin . hal inilah yang
dapat menyebabkan volume cairan tubuh berkurang dan pompa jantung
lebih ringan sehingga menurunkan tekanan darah . Beberapa contoh obat
antihipertensi diuretic antara lain adalah Chlortalidone dan
Hydrochlorothiazide .
2. Angiotensin Converting Enzym ( ACE ) Inhibitor
ACE digunakan untuk mencegah produksi hormon angiostensin II dalam
tubuh . Beberapa contoh obat antihipertensi ACE inhibitor antara lain
Ramipril dan Catrophil .
3. Beta Blocker
Beta Blocker digunakan untuk memperlambat detak jantung dan
menurunkan kekuatan kontraksi jantung sehingga aliran darah yang
terpompa lebih sedikit tekanan darah berkurang . Beberapa contoh obat
antihipertensi beta blocker antara lain Timolol , Atenolol , dan Bisoprolol .
4. Calsium Chanel Blocker
CCB atau blocker kanal kalsium digunakan untuk memperlambat laju
kalsium yang melalui otot jantung dan yang masuk ke dinding pembuluh
darah. Sehingga , pembuluh darah lancar dan pembuluh darah dapat rileks,
beberapa contoh obat antihipertensi CCB seperti Felodipine dan Nifedipin.
5. Vasodilasator
Digunakan untuk menimbulkan relaksasi otot pembuluh darah sehingga
tidak terjadi penyempitan pembuluh darah dan tekanan darah pun
berkurang . Beberapa contoh obat antihipertensi vasodilasator antara lain ,
Prazosin dan Hidralizin .

10
Konsep Dasar Keperawatan Gerontik Pada Hipertensi
A. Pengkajian Hipertensi
Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang
bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional klien pada saat ini
dan riwayat sebelumnya (Potter, 2013 dalam Lestari, 2016). Pengkajian
keperawatan terdiri dari 2 tahap yaitu mengumpulkan dan verivikasi data dari
sumber primer dan sekunder dan yang kedua adalah menganalisis seluruh data
sebagai dasar untuk menegakkan diagnosis keperawatan. Pada asuhan
keperawatan gerontik, pengkajian menjadi hal komponen yang esensial dan
kompleks dalam proses keperawatan (Miller, 2012 dalamLestari, 2016).
1. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, status, alamat, pekerjaan, penanggung
jawab.Data dasar pengkajian penerima manfaat tergantung pada keparahan
dan keterlibatan organ-organ lainnya (misalnya mata, jantung, paru-paru,
ginjal), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan
bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
1) Keluhan utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan penyakit
Hipertensi adalah klien mengeluh gangguan pola tidur dan nyeri
2) Riwayat penyakit sekarang
Berupa uraian pada mengenal penyakit yang diderita oleh klien dari
mulai timbulnya keluhan yang dirasakan.
3) Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit kesehatan yang dulu seperti riwayat penyakit
Kardiovaskuler sebelumnya
4) Riwayat penyakit keluarga
Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit
yang sama.
5) Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum

11
Keadaan umum klien lansia yang mengalami gangguan
Kardiovaskuler ( hipertensi ) biasanya gangguan pola tidur .
2. Kesadaran
Kesadaran klien biasanya composmentis dan apatis
3. Tanda- tanda vital
1) Suhu
2) Nadi
3) Pernafasan
4) Tekanan darah
4. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana pola hidup sehat
2) Pola nutrisi
Mengambarkan masukan nutrisi, balance cairan, nafsu makan,
pola makan, diet, kesulitan menelan, mual/muntah dan makanan
kesukaan.
3) Pola eliminasi
Menggambarkan pola fungsi ekskresi, kandung kemih, defekasi,
ada tidaknya masalah defekasi, masalah nutrisi.
4) Pola istirahat tidur
Menggambarkan pola tidur, istirahat dan persepsi terhadap
energy, jumlah tidur malam dan siang, masalah tidur
5) Pola hubungan dan peran
Menggambarkan dan mengetahui hubungfan peran klien terhadap
anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal, pekerjaan, tidak
punya rumah, masalah keuangan.Pengkajian APGAR keluarga.
6) Pola sensori kognitif
Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif.Pola sensori meliputi
pengkajian pengelihatan, pendengaran, perasaan,
pembau.Pengkajian ststus mental menggunakan Tabel Short
Portable Mental Status Quesionare (SPMSQ).
7) Pola persepsi dan konsep diri

12
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap
kemampuan konsep diri.Konsep diri menggambarkan gambaran
diri, harga diri, peran, identitas diri.Manusia sebagai system
terbuka dan mahkluk bio-psiko—sosio-kultural-spiritual,
kecemasan, ketakutan, dan dampak terhadap sakit.Pengkajian
tingkat Depresi menggunakan Tabel Inventaris Depresi Back.
8) Pola seksual dan reproduksi
Menggambarkan kepuasan masalah terhadap seksualitas
9) Pola mekanisme koping
Menggambarkan kemampuan untuk menangani strees
10) Pola tata nilai dan kepercayaan
Menggambarkan dan menjelaskan pola nilai keyakinan termasuk
spiritual (Aspiani, 2014)

B. Diagnosa Hipertensi
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis tentang respon individu,
keluarga, dan komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan
ataupun kerentanan respon terkait masalah kesehatan (Herdman, 2014 dalam
Santi, 2016). Diagnosa keperawatan menjadi dasar untuk pemilihan intervensi
keperawatan untuk mencapai kriteria hasil yang diharapkan selama proses
perawatan. Pedoman diagnosa keperawatan yang digunakan di seluruh dunia
saat ini mengacu pada NANDA International (NANDA-I).
1. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan agen pencidera fisilogis (iskemia).
2. Gangguan Pola tidur berhubungan dengan Nyeri
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemehan umum .
4. Resiko perfusi jaringan miokard tidak efektif berhubungan dengan
hipertensi .
5. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload , vasokontraksi .

C. Intervensi Hipertensi
1. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencidera fisiologis

13
Kriteria Hasil:SLKI : Paint Control
1) Kemampuan mengenal nyeri meningkat
2) Kemampuan menggunakan tehnik non-farmakologis meningkat
3) Tidak meringis
4) Rileks
Intervensi Keperawatan : SIKI : Manajemen Nyeri
Observasi :
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri.
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respon nyeri non verbal
Terapeutik :
4) Berikan tehnik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
5) Fasilitasi istirahat tidur
Edukasi :
6) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
7) Jelaskan strategi meredakan nyeri.
Rasionalisasi :
1) Membantu dalam menentukan management nyeri.
2) Guna mengetahui skala nyeri
3) Respon verbal meringis menggambarkan respon non verbal
4) Tehnik non farmakologi dapat digunakan seperti tehnik relaksasi nafas
dalam dalam yang berguna mengurangi nyeri
5) Istirahat dan tidur yang cukup dapat mngurangi nyeri.
6) Membantu mengetahui penyebab dan cara mengatasi nyeri secara
mandiri.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur .
Kriteria Hasil :SLKI : Pola Tidur
1) Tidak mengalami kesulitan tidur
2) Tidak ada keluhan tidak puas tidur
3) Perasaan segar setelah tidur .
4) Tidak ada keluhan sering terjaga

14
Intervensi Keperawatan : SIKI : Dukungan Tidur
Observasi :
1) Identifikasi pola aktivitas dan tidur
2) Identifikasi faktor pengganggu tidur ( fisik atau psikologis)
3) Identifikasi makanan dan minuman yang menggangguntidur (misal:
kopi, teh, makan mendekati tidur, minum banyak air sebelum tidur)
Terapeutik :
4) Modifikasi lingkungan ( misal: pencahayaan, matras, kebisingan)
Edukasi :
5) Jelaskan pentingnya tidur cukup
6) Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur.
7) Anjurkan menghindari makanan/minuman yang menggangggu tidur
8) Ajarkan cara nonfarmakologi
Rasionalisasi :
1. Mengidentifikasi pola tidur klien.
2. Kebisingan atau setres dapat memicu gangguan pola tidur
3. Makan dan minum sebelum tidur dapat mengganggu tidur dapat
membuat terbangun di malam hari.
4. Pencahayaan terlalu terang dapat mengganggu tidur
5. Tidur yang cukup dapat meningkatkan kesehatan.
6. Kebiasaan waktu tidur dapat membiasakan waktu tidur
7. Minum teh atau kopi dapat mengganggu kualitas tidur.
8. Relaksasi benson meruapakan relaksasi napas dalamdisertai dengan
kalimat yang disukai yang dapat membuat tenang sehingga kualitas tidur
menjadi baik.

D. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan tahap keempat proses
keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan
(Potter, 2013 dalam Lestari, 2016). Pada tahap ini perawat akan
mengimplementasikan intervensi yang telah direncanakan berdasarkan hasil
pengkajian dan penegakan diagnosis keperawatan. Implementasi dari

15
rencana keperawatan yang dibuat berdasarkan diagnosis yang tepat
diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil sesuai yang diinginkan untuk
mendukung dan meningkatkan status kesehatan klien. Perawat memberikan
pelayanan kesehatan yang memelihara kemampuan fungsional lansia dan
mencegah komplikasi serta meningkatkan ketidakmampuan (Sunaryo, 2016)

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap kelima dari proses keperawatan. Tahap ini
sangat penting untuk menentukan adanya perbaikan kondisi atau kesejahteraan
klien (Potter, 2013 dalamLestari, 2016). Hal yang perlu diingat adalah evaluasi
merupakan proses kontinu yang terjadi saat perawat melakukan kontak dengan
klien.. Tujuan asuhan keperawatan adalah membantu klien menyelesaikan
masalah kesehatan aktual, mencegah terjadinya masalah risiko, dan
mempertahankan status kesehatan sejahtera. Proses evaluasi menentukan
keefektivitasan asuhan keperawatan yang diberikan.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertensi esensial merupakan hipertensi yang memiliki beberapa
kemungkinan penyebabnya. Beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh
darah dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.
1. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol :
Faktor risiko yang tidak dapat diubah, seperti riwayat keluarga (genetik
kromosomal), umur (pria : > 55 tahun; wanita : > 65 tahun), jenis kelamin
pria atau wanita pasca menopause.
a. Jenis kelamin
b. Umur
c. Keturunan (Genetik)
2.  Faktor resiko yang dapat dikontrol : Obesitas, Kurang Olahraga, Kebiasaan
Merokok, Mengkonsumsi garam berlebih, Minum alcohol, Minum kopi,
Stress.

B. SARAN
Klien dengan penderita hipertensi dianjurkan untuk menghindari factor resiko
yang dapat menimbulkan penyakit tersebut, guna terhindar dari masalah
penyakit hipertensi.

17

Anda mungkin juga menyukai