Anda di halaman 1dari 99

LAPORAN KINERJA

DINAS KESEHATAN PROVINSI LAMPUNG


(SATKER APBN DEKONSENTRASI 03)
TAHUN 2018

PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG


DINAS KESEHATAN
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Tahun 2018 merupakan tahun yang sangat krusial dalam pelaksanaan


kegiatan pembangunan bidang kesehatan karena tahun tersebut merupakan tahun
terkahir untuk mengevaluasi pealksanaan target RPJMD. Selama beberapa tahun
telah dilakukan berbagai macam upaya untuk meningatkan dan mencapai target
pembangunan tersebut. Dinas Kesehatan Provinsi Lampung sebagai koordinator
pembangunan kesehatan di provinsi Lampung dan sebagai satuan kerja perangkat
daerah dari Pemerintah Provinsi Lampung memiliki kewajiban untuk melaksanakan
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Salah satu komponen
SAKIP adalah membuat Laporan Kinerja yang menggambarkan kinerja yang dicapai
atas pelaksanaan program dan kegiatan yang menggunakan APBN.
Penyusunan lapor an kiner ja ber pedom an pada Per at ur an M ent er i
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokasi (Permenpan) Nomor 53
tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata
Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan kinerja ini
merupakan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi mandat atas kinerja yang
telah dan seharusnya dicapai. Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan
berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung khususnya program Kesehatan Masyarakat, untuk
meningkatkan kinerjanya pada masa mendatang.
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung telah menyelesaikan Laporan Kinerja
Tahun 2018 sebagai bentuk akuntabilias perjanjian kinerja yang dibuat pada awal
tahun 2019. Secara garis besar laporan berisi informasi tentang tugas dan fungsi
organisasi; rencana kinerja dan capaian kinerja sesuai dengan Rencana Stategis
(Renstra) Pemerintah Provinsi Lampung di Bidang Kesehatan tahun 2015-2019,
disertai dengan faktor pendukung dan penghambat capaian, serta upaya tindak
lanjut yang dilakukan.
Peningkatan kualitas laporan kinerja ini menjadi perhatian kami, masukan
dan saran membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan dan
penyempurnaan penyusunan laporan di tahun yang akan datang. Semoga laporan ini
bermanfaat bagi kita semua dan dapat dijadikan bahan evaluasi untuk perbaikan dan
pengembangan program di masa mendatang.
Bandar Lampung, Februari 2019

ii | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


IKHTISAR EKSEKUTIF
Sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
dan dalam Peraturan Menteri Pedayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokasi
dan dalam PermenPAN Nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah, maka Dinas Kesehatan Provinsi Lampung menyusun laporan kinerja
sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja yang telah dilakukan pada tahun 2018.
Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia
Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat
melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan
perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan. Pelaksanaan program dan
kegiatan Kesehatan Masyarakat di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Lampung
Tahun 2018 mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-
2019 yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.02/MENKES/52/2015. Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan berbagai
kegiatan yang dilaksanakan masing-masing seksi di Bidang Kesmas Dinkes
Provinsi Lampung.
Laporan kinerja disusun berdasarkan capaian kinerja tahun 2018
sebagaimana yang sudah ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja yang terdiri dari
Indikator Kerja Utama (IKU). Sumber data dalam laporan ini diperoleh dari masing-
masing program di lingkup Bidang Kesmas Tahun 2018.
Berdasarkan Perjanjian Kinerja tahun 2018 antara Dinas Kesehatan dengan
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Provinsi Lampung
memiliki 28 indikator dengan target yang telah disepekati. Namun dari 28 target
tersebut hanya 16 indikator yang capaiannya lebih dari target, 8 indikator yang
capaiannya mendekati target dan 4 indikator yangcapaiannya jauh dari target yang
diharapkan.
Realisasi anggaran pada Satker Dinas Kesehatan Provinsi Lampung (03)
Dekonsentrasi yaitu 91.58 % (Laporan E Monev DJA Tahun 2018) sebanding dengan
capaian kinerja program yang direpresentasikan melalui 3 Indikator Kinerja yang telah
tercapai diatas 100%.Keseluruhan indikator kinerja utama program kesehatan
masyarakat dilaksanakan di tingkat Puskesmas. Oleh karena itu alokasi anggaran
di provinsi bertujuan untuk memastikan indikator tersebut berjalan sebagaimana
mestinya mulai dari level kebijakan, standar, pedoman dan evaluasi.
Masalah dalam pelaksanaan kegiatan dan penyerapan anggaran di tahun
2018dikarenakan adanya perubahan kebijakan di tingkat pusat sehingga beberapa
kegiatan tidak dapat dilaksanakan dan tidak dapat direvisi karena adanya pembatasan
alokasi perjalanan dinas. Di samping itu terdapat kegiatan yang pelaksanaannya
bergantung kepada pelaksanaan kegiatan program lain namun karena program lain
tidak melaksanakan kegiatan tersebut sehingga kegiatan yang ada tidak dapat
dilaksanakan. Untuk perbaikan ke depan diperlukan koordinasi lebih baik antar

iii | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kab/Kota dan U nit Eselon I Dirjen
Kesmas dalam penyusunan rencana operasional kegiatan sehingga rencana
kegiatan yang dibuat dapat terlaksana dengan baik.

iv | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………. ii


IKHTISAR EKSEKUTIF iii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………… iv
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GRAFIK vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR SINGKATAN …………………………………………………………… viii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Maksud dan Tujuan 2
C. Visi, Misi dan Strategi Organisasi.........................................................2
D. Tugas Pokok dan Fungsi 3
E. Potensi dan Permasalahan 4
F. Sistematika 6
BAB II PERENCANAAN KINERJA 7
A. Perjanjian Kinerja 7
B. Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat...............................7
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 9
A. Capaian Kinerja Organisasi 9
1. Indikator Kinerja Program 9
B. Realisasi Anggaran 75
C. Kesimpulan 86
LAMPIRAN…………………………………………………………………………… 87

v | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator kinerja Program Kesehatan 7


Masyarakat……
Tabel 3.1 Capaian Indikator Kinerja Program Kesehatan 10
Masyarakat Tahun 2018…………………………………
Tabel 3.2 Capaian Desa Yang Melaksanakan Sanitasi Total 52
Berbasisi Masyarakat (STBM) Provinsi Lampung
Tahun 2015 – 2018
Tabel 3.3 Cakupan Persentase Sarana air minum yang 53
dilakukan pengawasan tahun 2015-2018
Tabel 3.4 Trend presentasi RS yang melakukan pengelolaan limbah
edis sesuai standar tahun 2015 – 2018
Tabel 3.5 Kebijakan PHBS di Kab/Kota Provinsi Lampung dan 60
Kabupaten/Kota Tahun 2018
Tabel 3.6 Persentase Desa Yang Memanfaatkan Dana Desa 64
Untuk UKBMdi Provinsi Lampung Tahun 2018
Tabel 3.7 Data Dunia Usaha/Swasta Yang Sudah Bekerja 66
sama di Provinsi Lampung dan Kab/Kota Tahun 2018
Tabel 3.8 Data Organisasi Kemasyarakatan Yang Sudah 68
Bekerja sama di Provinsi Lampung Tahun 2018
Tabel 3.9 Ringkasan Capaian Indikator Program Kesmas Per 73
Kegiatan Di Provinsi Lampung Tahun 2018
Tabel 3.10 Alokasi Pagu Dana Dekonsentrasi Program Kesmas 75
Dinkes Provinsi Lampung Tahun
2018…………………
Tabel 3.11 Realisasi anggaran dana Dekonsentrasi Program 75
Kesehatan Masyarakat Dinkes Provinsi
LampungTahun 2018
……………………………………………………….
Tabel 3.12 Realisasi Per Komponen Kegiatan Anggaran Dana 77
Dekonsentrasi Program Kesehatan Masyarakat
Dinkes Provinsi LampungTahun 2018

vi | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.1 Trend Cakupan bumil KEK mendapat makanan 13


tambahan Provinsi Lampung Tahun 2015 – 2018
Grafik 3.2 Cakupan bumil KEK mendapat makanan tambahan 13
per Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung Tahun
2018
Grafik 3.3 Trend Cakupan bumil mendapat TTD Provinsi 14
Lampung Tahun 2015 – 2018
Grafik 3.4 Cakupan bumil mendapat Tablet tambah Darah 14
(TTD) per Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung
Tahun 2018
Grafik 3.5 Trend capaian bayi usia kurang dari 6 bulan yang 17
mendapat ASI eksklusif Provinsi Lampung Tahun
2016-2018
Grafik 3.6 Capaian bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat 17
ASI eksklusif per kabupaten/kota seProvinsi Lampung
Tahun 2016-2018
Grafik 3.7 Trend capaian bayi baru lahir mendapat IMD di 19
Provinsi Lampung Tahun 2015-2018
Grafik 3.8 Capaian bayi baru lahir mendapat IMD per 19
kabupaten/kota se provinsi Lampung tahun 2018
Grafik 3.9 Trend capaian balita kurus mendapat makanan 20
tambahan dari tahun 2015 sampai 2018
Grafik 3.10 Capaian Balita Kurus Mendapat Makanan Tambahan 20
per Kabupaten/Kota seProvinsi Lampung Tahun 2018
Grafik 3.11 Trend Cakupan Remaja Puteri Mendapat Tablet 22
Tambah Darah (TTD) di Provinsi Lampung tahun
2016-2018
Grafik 3.12 Trend Cakupan Remaja Puteri Mendapat Tablet 23
Tambah Darah (TTD) per kab/kota di Provinsi
Lampung tahun 2018
Grafik 3.13 Trend Cakupan KN1 Provinsi LampungTahun 2014 - 25
2018
Grafik3.14 Cakupan KN1 per Kabupaten/Kota se-Provinsi 26
Lampung Tahun 2018
Grafik 3.15 Cakupan K4 per Kabupaten/Kota se-Provinsi 29
Lampung Tahun 2018
Grafik3.16 Trend Cakupan K4 Provinsi LampungTahun 2014- 30
2018

vii | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


Grafik 3.17 Capaian Cakupan Penjaringan Anak Kelas I SD per 31
kab/Kota se Provinsi Lampung Tahun 2018
Grafik 3.18 Trend Cakupan Penjaringan Anak Kelas I SD 32
Provinsi Lampung Tahun 2014-2018
Grafik 3.19 Capaian Cakupan Penjaringan Anak Kelas 9 & 10 33
Per Kab/Kota se Provinsi Lampung Tahun 2018
Grafik 3.20 Trend Cakupan Penjaringan Anak Kelas 7 & 10 34
Provinsi Lampung Tahun 2014-2018
Grafik 3.21 Capaian Cakupan Puskesmas melaksanakan Yankes 35
Remaja Per Kab/Kota se Provinsi Lampung Tahun
2018
Grafik 3.22 Trend Capaian Puskesmas melaksanakan Yankes 36
Remaja di Provinsi Lampung Tahun 2016 - 2018
Grafik 3.23 Capaian Cakupan Puskesmas melaksanakan Kelas 37
Ibu Per Kab/Kota se Provinsi Lampung Tahun 2018
Grafik 3.24 Trend Cakupan Puskesmas melaksanakan Kelas Ibu 38
di Provinsi Lampung Tahun 2016 - 2018
Grafik 3.25 Capaian Cakupan Puskesmas melaksanakan 40
orientasi P4K Per Kab/Kota se Provinsi Lampung
Tahun 2018
Grafik 3.26 Trend Cakupan Puskesmas melaksanakan orientasi 40
P4K
di Provinsi Lampung Tahun 2016-2018
Grafik 3.27 Trend Capaian Indikator Persentase Puskesmas 41
Menyelenggarakan Kesehatan Kerja Dasar di
Provinsi Lampung Tahun 2014 – 2018
Grafik 3.28 Capaian Indikator Persentase Puskesmas 42
Menyelenggarakan Kesehatan Kerja Dasar per
Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung Tahun 2018
Grafik 3.29 Trend Capaian Indikator Jumlah Pos UKK yang 44
terbentuk di daerah PPI/ TPIdi Provinsi Lampung
Tahun 2015 - 2018
Grafik 3.30 Capaian Indikator Jumlah Pos UKK yang terbentuk di 45
daerah PPI/ TPIper Kabupaten/Kota daerah PPI/TPI
se-Provinsi Lampung Tahun 2018
Grafik 3.31 Capaian Indikator Fasiltas pemeriksaan kesehatan 47
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang memenuhi
standar di Provinsi Lampung Tahun 2018
Grafik 3.32 Trend Capaian IndikatorPersentase puskesmas yang 49
menyelenggarakan kesehatan olahraga pada
kelompok masyarakat di wilayah kerjanya di Provinsi
Lampung Tahun 2015 - 2018

viii | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


Grafik 3.33 Capaian Indikator Persentase Puskesmas 50
Menyelenggarakan Kesehatan Kerja Dasar per
Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung Tahun 2018
Grafik 3.34 Persentase TTU Sehat per Kota/Kab Propinsi 54
LampungTahun 2014-2018
Grafik 3.35 Trend Jumlah TPM Yang Terdaftar Dalam E Monev 57
HSPPer Kabupaten Kota Th 2014 – 2018
Grafik 3.36 Trend Jumlah TPM Yang Memenuhi Syarat Per 57
Kabupaten Kota Th 2014 – 2018
Grafik 3.37 Capaian Pelaksanaan Kegiatan Dukungan 72
Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya di Provinsi Lampung Tahun 2018
DAFTAR GAMBAR

Gambar3.1 Indikator kinerja Program Kesehatan Masyarakat 9

ix | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


DAFTAR SINGKATAN
KEK : Kurang Energi Kalori
KN1 :Kunjungan Neonatal Pertama
PHBS :Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PN : Persalinan Nakes
PF :Persalinan di Fasilitas Kesehatan
TTD :Tablet Tambah Darah
K4 :Kunjungan ke empat kali selama masa kehamilan

x | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap Pemerintah daerah memiliki kewajiban untuk mmelaksanakan
pembangunan sesuai dengan kewenanganannya. Pembangunan kesehatan
merupakan salah satu dari tugas pemerintah daerah yang merupakan
kewenanganan konkurent antara pemerinth pusat dan daerah. Dalam
melaksanakan pembangunan bidan kesehatan, pemeritnah daerah dibantu
pelaksanannya oleh Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. Dinas Kesehatan
Provinsi Lampung dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, senantiasa
membangun akuntabilitas yang dilakukan melalui pengembangan dan
penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan terukur. Diharapkan
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan kesehatan dapat berlangsung
dengan bijaksana, transparan, akun, efektif, dan efisien sesuai dengan prinsip-
prinsip good governance sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor
28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah: (1) meningkatnya status
kesehatan dan gizi ibu dan anak; (2) meningkatnya pengendalian penyakit; (3)
meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di
daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan; (4) meningkatnya cakupan pelayanan
kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan
SJSN Kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan
vaksin; serta (6) meningkatkan responsivitas sistem kesehatan. Berakhirnya
pelaksanaan tugas tahun 2016 yang merupakan awal tahun implementasi
Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 yang
ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK
02.02/ Menkes/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan, yang
mempunyai visi “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan”. Pembangunan
kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan
sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui
melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan
perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu
paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan
nasional: 1) pilar paradigma sehat di lakukan dengan strategi pengarusutamaan
kesehatan dalam pembangunan, penguatan promotif preventif dan
pemberdayaan masyarakat; 2) penguatan pelayanan kesehatan dilakukan
dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem
rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan
continuum of care dan intervensi berbasis risiko. Dinas Kesehatan Provinsi
Lampung merupakan unit yang sangat berperan di daerah dalam mewujudkan
pilar pertama dalam “Program Indonesia Sehat”.
Pertanggungjawaban pelaksanaan kebijakan dan kewenangan dalam

1 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Akuntabilitas tersebut salah satunya diwujudkan dalam
bentuk penyusunan laporan kinerja.
Laporan kinerja ini akan memberikan gambaran pencapaian kinerja Dinas
Kesehatan Provinsi Lampung pada Program Kesehatan Masyarakat dalam satu
tahun anggaran beserta dengan hasil capaian indikator kinerja dari masing-masing
unit kegiatan.
Dengan perubahan Susunan Organisasi baru Permenkes Nomor 64 Tahun
2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan maka dilakukan
perubahan dalam penyusunan perjanjian kinerja. Perjanjian kinerja yang
ditandatangani Kepala Dinas Kesehatan dan DirekturJenderal Kesehatan
Masyarakat dengan Menteri Kesehatan terdiri dari 1 sasaran dan 3 indikator
kinerja, yang sebelumnya terdiri dari 3 sasaran dan 6 indikator kinerja.

B. Maksud dan Tujuan


Penyusunan laporan kinerja Satker Dinas Kesehatan Provinsi
Lampung(03) merupakan bentuk pertanggungjawaban kinerja pada tahun 2018
dalam mencapai target dan sasaran program seperti yang tertuang dalam
rencana strategis, dan ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja Dinas
Kesehatan Provinsi Lampung(03) oleh pejabat yang bertanggungjawab.

C. Visi, Misi dan Strategi Organisasi


1. Visi
Berdasarkan RPJMD Provinsi Lampung tersebut maka disusunlah Rencana
Strategik Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2015 – 2019 dengan
Visinya “Masyarakat LAMPUNG yang SEHAT dan MANDIRI”

2. Misi
Misi Dinas Kesehatan Provinsi Lampung mendukung kepada misi
Pemerintah Provinsi Lampung yaitu:
1) Menjamin Upaya Kesehatan yang Merata, Bermutu dan Terjangkau.
2) Menjamin Ketersediaan Sumber Daya Kesehatan
3) Meningkatkan Kemitraan dan Pemberdayaan Masyarakat

3. Tujuan
Tujuan terselengaranya pembangunan kesehatan untuk meningkatkan status
kesehatan masyarakat lampung. Derajat kesehatan yang diharapkan akan
tercapai akhir tahun 2019 adalah sebagai beikut :
a) Umur Harapan Hidup (UHH) diharapkan tercapai menjadi 72 tahun
b) Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 kelahiran hidup diharapkan akan
tercapai menjadi 149 per 100.000 kelahiran hidup
c) Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup diharapkan akan
tercapai menjadi 25 per 1000 kelahiran hidup
d) Prevalensi gizi kurang dan buruk kurang dari 15%.

2 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


4. Nilai-nilai
Guna mewujudkan visi dan misi serta rencana strategis
pembangunan kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi Lampung menganut
dan menjunjung tinggi nilai-nilai yang telah dirumuskan dalam Renstra
Pemerintah Provinsi antara lain:
a) Pro Rakyat;
b) Inklusif;
c) Responsif;
d) Efektif;
e) Bersih.

5. Strategi Pembangunan Kesehatan Masyarakat


Kebijakan pembangunan kesehatan difokuskan pada penguatan
upaya kesehatan dasar (Primary Health Care) yang berkualitas terutama
melalui peningkatan jaminan kesehatan, peningkatan akses dan mutu
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang didukung dengan penguatan
sistem kesehatan dan peningkatan pembiayaan kesehatan.
Strategi pembangunan kesehatan masyarakat tahun 2015-2019 meliputi:
a. Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja,
dan Lanjut Usia yang Berkualitas.
b. Mempercepat Perbaikan Gizi Masyarakat.
c. Meningkatkan Penyehatan Lingkungan.
d. Meningkatkan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.

6. Sasaran
Sasaran pembangunan kesehatan adalah meningkatnya ketersediaan dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi seluruh
masyarakat.

7. Indikator Kinerja
Indikator kinerja Program Kesmas Dinkes Provinsi Lampung yaitu:
a. Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan (PF);
b. Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK).
c. Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1).

D. Tugas Pokok dan Fungsi


Sesuai dengan Pergub Tugas Pokok Bidang Kesmas adalahmelaksanakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakanoperasionaldibidang kesehatan
masyarakat.Dalam melaksanakan tugas, Bidang
KesehatanMasyarakatmenyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
1. Menyiapkan perumusan kebijakan operasional di bidang kesehatan
keluarga, gizi,promosikesehatan, pemberdayaan kesehatan
masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga.
2. Menyiapkan penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan
keluarga, gizi,promosikesehatan, pemberdayaan kesehatan
masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga

3 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


3. Menyiapkan bimbingan teknis di bidang kesehatan keluarga,
gizi,promosikesehatan, pemberdayaan kesehatan masyarakat,
kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga.
4. Melaksanakan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang
kesehatan keluarga, gizi,promosikesehatan, pemberdayaan
kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan
olahraga.
5. Menyelenggarakan tugas-tugas yang belum dapat dilaksanakan oleh
kabupaten/kota dan
6. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan
Fungsi tersebut dilaksanakan oleh seksi-seksi yang meliputi :
a) Seksi Kesga dan Gizi;
b) Seksi Promosi Kesehatan;
c) Seksi Kesling dan Kesjaor

E. Potensi dan Permasalahan


Potensi dan permasalahan pembangunan kesehatan akan menjadi input
dalam menentukan arah kebijakan dan strategi Dinas Kesehatan dalam bidang
kesehatan masyarakat.
Saat ini akses ibu hamil, bersalin dan nifas terhadap pelayanan kesehatan
sudah cukup baik, akan tetapi kasus Kematian Ibu masih cukup tinggi.
Kondisi ini kemungkinan disebabkan antara lain karena kualitas pelayanan
kesehatan ibu hamil dan bersalin yang belum memadai, kondisi ibu hamil yang
tidak sehat dan faktor determinan lainnya. Penyebab utama kematian ibu yaitu
hipertensi dalam kehamilan dan perdarahan post partum, selain itu penyebab
karena lain-lain juga semakin meningkat. Penyebab ini dapat diminimalisir
apabila kualitas Antenatal Care dilaksanakan dengan baik, sehingga mampu
menskrining kelainan pada ibu hamil sedini mungkin.
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kondisi ibu hamil tidak sehat
antara lain adalah, anemia, ibu hamil yang menderita diabetes, hipertensi, malaria,
TB, HIV, Hepatitis B dan empat terlalu (terlalu muda <20 tahun, terlalu tua >35
tahun, terlalu dekat jaraknya 2 tahun dan terlalu banyak anaknya > 3 tahun).
Sebanyak 54,2 per 1000 perempuan dibawah usia 20 tahun telah melahirkan,
sementara perempuan yang melahirkan usia di atas 40 tahun sebanyak 207 per
1000 kelahiran hidup. Hal ini diperkuat oleh data yang menunjukkan masih
adanya umur perkawinan pertama pada usia yang amat muda (<20 tahun)
sebanyak 46,7% dari semua perempuan yang telah kawin.
Potensi dan tantangan dalam penurunan kematian ibu dan anak adalah
jumlah tenaga kesehatan yang menangani kesehatan ibu khususnya bidan
sudah relatif tersebar ke seluruh desa di provinsi Lampung, namun kompetensi
masih belum memadai. Di samping itu distribusi tenaga kesehatan yang
menumpuk di daerah perkotaan juga menjadi salah satu kendala kurangnya akses
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan khususnya di daerah
terpencil.Demikian juga secara kuantitas, jumlah Puskesmas PONED dan
RS PONEK meningkat namun belum diiringi dengan peningkatan kualitas
pelayanan karena jumlah Tim yang tidak lengkap dan sisitem rujukan yang belum

4 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


efektif. Peningkatan kesehatan ibu sebelum hamil terutama pada masa remaja,
menjadi faktor penting dalam penurunan AKI dan AKB.
Dalam 5 tahun terakhir, Angka Kematian Neonatal (AKN) tetap sama yakni
19/1000 kelahiran, sementara untuk Angka Kematian Pasca Neonatal (AKPN) terjadi
penurunan dari 15/1000 menjadi 13/1000 kelahiran hidup, angka kematian anak
balita juga turun dari 44/1000 menjadi 40/1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian
pada kelompok perinatal disebabkan oleh Intra Uterine Fetal Death (IUFD)
sebanyak 29,5% dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 11,2%, ini berarti
faktor kondisi ibu sebelum dan selama kehamilan amat menentukan kondisi
bayinya. Tantangan ke depan adalah mempersiapkan calon ibu agar benar-
benar siap untuk hamil dan melahirkan dan menjaga agar terjamin kesehatan
lingkungan yang mampu melindungi bayi dari infeksi. Untuk usia di atas neonatal
sampai satu tahun, penyebab utama kematian adalah infeksi khususnya
pnemonia dan diare. Ini berkaitan erat dengan perilaku hidup sehat ibu dan juga
kondisi lingkungan setempat.
Untuk status gizi remaja, hasil Riskesdas 2014, secara nasional prevalensi
remaja usia 13-15 tahun yang pendek dan amat pendek adalah 35,1% dan pada
usia 16-18 tahun sebesar 31,4%. Sekitar separuh remaja mengalami defisit energi
dan sepertiga remaja mengalami defisit protein dan mikronutrien.
Pelaksanaan UKS harus diwajibkan di setiap sekolah dan madrasah mulai
dari TK/RA sampai SMA/ SMK/MA, mengingat UKS merupakan wadah
untuk mempromosikan masalah kesehatan. Wadah ini menjadi penting dan strategis,
karena pelaksanaan program melalui UKS jauh lebih efektif dan efisien serta
berdaya ungkit lebih besar. UKS harus menjadi upaya kesehatan wajib
Puskesmas. Peningkatan kuantitas dan kualitas Puskesmas melaksanakan
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang menjangkau remaja di
sekolah dan di luar sekolah. Prioritas program UKS adalah perbaikan gizi usia
sekolah, kesehatan reproduksi dan deteksi dini penyakit tidak menular.
Selain penyakit tidak menular yang mengancam pada usia kerja, penyakit
akibat kerja dan terjadinya kecelakaan kerja juga meningkat. Jumlah yang meninggal
akibat kecelakaan kerja semakin meningkat hampir 10% selama 5 tahun terakhir.
Proporsi kecelakaan kerja paling banyak terjadi pada umur 31-45 tahun. Oleh
karena itu program kesehatan usia kerja harus menjadi prioritas, agar sejak awal
faktor risiko sudah bisa dikendalikan. Prioritas untuk kesehatan usia kerja adalah
mengembangkan pelayanan kesehatan kerja primer dan penerapan keselamatan
dan kesehatan kerja di tempat kerja, selain itu dikembangkan Pos Upaya Kesehatan
Kerja sebagai salah satu bentuk UKBM pada pekerja dan peningkatan kesehatan
kelompok pekerja rentan seperti Nelayan, TKI, dan pekerja perempuan.
Perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks saat ini, selain masih
menghadapi masalah kekurangan gizi, masalah kelebihan gizi juga menjadi
persoalan yang harus kita tangani dengan serius. Selain itu kita dihadapi
dengan masalah stunting. Stunting terjadi karena kekurangan gizi kronis yang
disebabkan oleh kemiskinan dan pola asuh tidak tepat, yang mengakibatkan
kemampuan kognitif tidak berkembang maksimal, mudah sakit dan berdaya saing
rendah, sehingga bisa terjebak dalam kemiskinan. Seribu hari pertama kehidupan
seorang anak adalah masa kritis yang menentukan masa depannya, dan pada

5 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


periode itu anak Indonesia menghadapi gangguan pertumbuhan yang serius. Yang
menjadi masalah, lewat dari 1000 hari, dampak buruk kekurangan gizi sangat
sulit diobati. Untuk mengatasi stunting, masyarakat perlu dididik untuk
memahami pentingnya gizi bagi ibu hamil dan anak balita. Secara aktif turut
serta dalam komitmen global (SUN-Scalling Up Nutrition)dalam menurunkan
stunting, maka Indonesia fokus kepada 1000 hari pertama kehidupan
(terhitung sejak konsepsi hingga anak berusia 2 tahun) dalam
menyelesaikan masalah stunting secara terintegrasi karena masalah gizi tidak
hanya dapat diselesaikan oleh sektor kesehatan saja (intervensi spesifik) tetapi
juga oleh sektor di luar kesehatan (intervensi sensitif). Hal ini tertuang dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2014 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi.

F. Sistematika
Sistematika penulisan laporan kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Lampung adalah
sebagai berikut :
o Ringkasan Eksekutif
o Kata Pengantar
o Daftar Isi
- BAB I
Penjelasan umum organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Lampung,
penjelasan aspek strategis organisasi serta permasalahan utama
(strategic issued) yang sedang dihadapi organisasi.
- BAB II
Menjelaskan uraian ringkasan/ ikhtisar perjanjian kinerja Dinas
Kesehatan Provinsi Lampungtahun 2018.
- BAB III
Penyajian capaian kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Lampunguntuk
setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil
pengukuran kinerja organisasi, dengan melakukan beberapa hal
sebagai berikut: Membandingkan antara target dan realisasi kinerja
tahun ini; Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini
dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen
perencanaan strategis organisasi; Analisis penyebab
keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja serta alternatif
solusi yang telah dilakukan; Analisis atas efisiensi penggunaan sumber
daya; Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun
kegagalan pencapaian pernyataan kinerja dan melakukan analisa realisasi
anggaran.
- BAB IV
Penutup, Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja
organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan
organisasi untuk meningkatkan kinerjanya.
- LAMPIRAN

6 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


Formulir PK: Pengukuran Kinerja

BAB II
PERENCANAAN KINERJA

A. Perjanjian Kinerja
Perjanjian kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Lampungtelah ditetapkan
dalam dokumen penetapan kinerja yang merupakan suatu dokumen pernyataan
kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target
kinerja tertentu dengan didukung sumber daya yang tersedia.
Indikator dan target kinerja yang telah ditetapkan menjadi kesepakatan
yang mengikat untuk dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan sebagai upaya
mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat
Indonesia. Perjanjian penetapan kinerja tahun 2018 yang telah ditandatangani
bersama oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung dan Direktur
Jenderal Kesehatan Masyarakat berisi Indikator, antara lain:

B. Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat


Indikator kinerja program Kesehatan Masyarakat terdiri dari tiga indikator yang
dianggap dapat merefleksikan kinerja program, yang meliputi:
a. Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan (PF)
b. Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK)
c. Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1)
Cakupan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan menggambarkan
indikator pelayanan kesehatan terhadap pelayanan persalinan yang dilakukan
di fasilitas pelayanan kesehatan. Indikator PF menjadi penting karena penyebab
kematian ibu di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh karena perdarahan dan
infeksi pada saat persalinan. Menurunkan angka kematian ibu merupakan bagian
dari kesepakatan global terhadap pembangunan kesehatan berkelanjutan
(SDGs).
Persentase ibu hamil Kurang energi Kronik (KEK) menggambarkan risiko
yang akan dialami ibu hamil dan bayinya dalam masa kehamilan, persalinan dan
pasca persalinan.
Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1) menggambarkan
keberlangsungan neonatal pada 6 jam sampai dengan 48 jam. Hal ini
dilakukan sebagai antisipasi atau skreening diawal kehidupan bayi.
Ketiga indikator diatas diharapkan dapat menjadi daya ungkit
terhadap keberhasilan dalam pencapaian renstra Kementerian Kesehatan tahun
2015-2019.

7 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


Tabel 2.1 Indikator Kinerja Program Kesmas Dinkes Provinsi Lampung
Tahun 2015-2019
Progr Target
Indikator
am 2015 2016 2017 2018 2019
Persentase ibu hamil Kurang
Energi Kronik yang mendapat 50 50 50 95 50
makanan tambahan
Persentase ibu hamil yang
mendapat Tablet Tambah 84 87 90 98 95
Darah (TTD)
Persentase bayi usia kurang
dari 6 bulan yang mendapat 30 35 40 50 50
Pembinaan Gizi ASI eksklusif
Masyarakat 2. Persentase bayi baru lahir
mendapat Inisiasi Menyusu 33 36 39 50 55
Dini (IMD)
Persentase balita kurus yang
mendapat makanan 35 40 45 90 45
tambahan
Persentase remaja puteri
yang mendapat Tablet 10 15 20 30 30
Tambah Darah (TTD
Persentase kunjungan
neonatal pertama (KN1) 87 88 89 90 91
Persentase ibu hamil yang
mendapatkan pelayanan 74 76 78 80 82
antenatal ke empat (K4)
Persentase Puskesmas yang
melaksanakan penjaringan 64 66 68 70 72
kesehatan untuk peserta didik
kelas 1
Persentase Puskesmas yang
Pembinaan melaksanakan penjaringan 45 50 55 60 65
Kesehatan kesehatan untuk peserta didik
Keluarga kelas 7 dan 10
Persentase Puskesmas yang
menyelenggarakan kegiatan 30 35 40 45 50
kesehatan remaja
Persentase Puskesmas yang
melaksanakan kelas ibu hamil 84 86 88 90 92
Persentase Puskesmas yang
melakukan Orientasi Program
Perencanaan Persalinan dan 100 100 100 100 100
Pencegahan Komplikasi
(P4K)
Pembinaan Persentase Puskesmas yang
Upaya menyelenggarakan kesehatan 40 50 60 70 80
Kesehatan Kerja kerja dasar
dan Olahraga Jumlah pos UKK yang
terbentuk di daerah PPI/TPI 230 355 480 605 730

Persentase fasiltas 100 100 100 100 100


pemeriksaan kesehatan TKI
yang memenuhi standar

8 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


Persentase Puskesmas yang
melaksanakan kegiatan 20 30 40 50 60
kesehatan olahraga pada
kelompokdesa/kelurahan
Jumlah masyarakat yang
di
melaksanakan STBM 25000 30000 35000 40000 45000
(Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat)Sarana air minum
Persentase
yang dilakukan pengawasan 30% 35% 40% 45% 50%

Persentase Tempat-tempat
umum (TTU) yang memenuhi 50% 52% 54% 56% 58%
Penyehatan syarat kesehatan
Lingkungan Persentase RS yang
melakukan pengelolaan 10% 15% 21% 28% 36%
limbah medis sesuai standar
Persentase Tempat
Pengelolaan Makanan (TPM) 8% 14% 21% 28% 32%
yang memenuhi syarat
kesehatan
Jumlah Kabupaten/Kota yang
menyelenggarakan tatanan 364 356 366 376 386
kawasan sehat
Persentase Kab/Kota yang
memiliki Kebijakan PHBS 60 70 80
Persentase desa yang
memanfaatkan dana desa 30 40 80
Promosi
untuk UKBM
Kesehatan dan
Pemberdayaan Jumlah dunia usaha yang
Masyarakat memanfaatkan CSRnya untuk 20
program kesehatan
Jumlah organisasi
kemasyarakatan yang 15
memanfaatkan sumber
Dukungan dayanya untuk
Persentase mendukung
realisasi kegiatan
Manajemen dan administrasi dukungan
Pelaksanaan manajemen dan pelaksanaan
Tugas Teknis tugas teknis lainnya Program
Lainnya pada Kesehatan Masyarakat 91 92 93 94 95
Program
Pembinaan
Kesehatan
Masyarakat

9 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Kinerja Organisasi


Perkembangan terbaru membuktikan bahwa manajemen tidak cukup
hanya memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan
efisien. Diperlukan instrumen baru, pemerintahan yang baik (good governance)
untuk memastikan bahwa manajemen berjalan dengan baik. Selain itu, budaya
organisasi turut mempengaruhi penerapan pemerintahan yang baik di Indonesia.
Pengukuran kinerja dalam penyusunan laporan akuntabilitas kinerja dilakukan
dengan cara membandingkan target kinerja sebagaimana telah ditetapkan
dalam penetapan kinerja pada awal tahun anggaran dengan realisasi kinerja
yang telah dicapai pada akhir tahun anggaran.
Laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan
fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan
anggaran. Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan laporan kinerja
adalah pengukuran kinerja dan evaluasi serta pengungkapan (disclosure) secara
memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja
1. Indikator Kinerja Program
Program Kesehatan Masyarakat adalah salah satu program Dinas
Kesehatandengan upaya prioritas untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI),
Angka Kematian Bayi (AKB) dan prevalensi gizi kurang. Sebagaimana telah
termuat dalam dokumen Perjanjian Kinerja (PK) tahun 2018, indikator kinerja
Program Kesehatan Masyarakat terdiri dari:

Persentase Persentase Ibu Persentase


Persalinan di Hamil Kurang Energi Kunjungan Neonatal
Fasilitas Kronik (KEK) Pertama (KN1)
Pelayanan
Kesehatan
Gambar 3.1 Indikator Kinerja Utama Program Kesehatan Masyarakat

10 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


Capaian kinerja program dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1Target Capaian Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat


Provinsi LampungTahun 2018
No. Sasaran Indikator Kinerja Target Target
Program/Kegiatan Provinsi
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Pembinaan Gizi 1. Persentase ibu hamil Kurang Energi 95% 50%
Masyarakat Kronik yang mendapat makanan
tambahan
2. Persentase ibu hamil yang mendapat 98% 95%
Tablet Tambah Darah (TTD)
3. Persentase bayi usia kurang dari 6 50% 50%
bulan yang mendapat ASI eksklusif
4. Persentase bayi baru lahir mendapat 50% 55%
Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
5. Persentase balita kurus yang mendapat 90% 45%
makanan tambahan
6. Persentase remaja puteri yang 30% 30%
mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)
2. Pembinaan 1. Persentase kunjungan neonatal pertama 90% 43%
Kesehatan Keluarga (KN1)
2. Persentase ibu hamil yang 80% 90%
mendapatkan pelayanan antenatal ke
3. empat (K4) 70% 85%
Persentase Puskesmas yang
melaksanakan penjaringan kesehatan
4. untuk peserta didik kelas 1 60% 85%
Persentase Puskesmas yang
melaksanakan penjaringan kesehatan
5. untuk peserta didik kelas 7 dan 10 45% 70%
Persentase Puskesmas yang
menyelenggarakan kegiatan kesehatan
6. remaja 90% 95%
Persentase Puskesmas yang
7. melaksanakan kelas ibu hamil 100% 100%
Persentase Puskesmas yang
melakukan Orientasi Program
Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K)
3. Pembinaan Upaya 1. Persentase Puskesmas yang 80% 80%
Kesehatan Kerja dan menyelenggarakan kesehatan kerja
Olahraga dasar 730 19
2. Jumlah pos UKK yang terbentuk di
daerah PPI/TPI 100% 100%
3. Persentase fasiltas pemeriksaan
kesehatan TKI yang memenuhi standar 60% 60%
4. Persentase Puskesmas yang
melaksanakan kegiatan kesehatan
olahraga pada kelompok masyarakat di
wilayah kerjanya
4. Penyehatan 1. Jumlah desa/kelurahan yang 45.000 2636
Lingkungan melaksanakan STBM (Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat) 50% 50%
2. Persentase Sarana air minum yang
dilakukan pengawasan 58% 58%

11 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


3. Persentase Tempat-tempat umum
(TTU) yang memenuhi syarat kesehatan 36% 36%
4. Persentase RS yang melakukan
pengelolaan limbah medis sesuai
standar 32% 32%
5. Persentase Tempat Pengelolaan
Makanan (TPM) yang memenuhi syarat 386 13
kesehatan
6. Jumlah Kabupaten/Kota yang
menyelenggarakan tatanan kawasan
sehat
5. Promosi Kesehatan 1. Persentase Kab/Kota yang memiliki 80% 80%
dan Pemberdayaan Kebijakan PHBS
Masyarakat 2. Persentase desa yang memanfaatkan 50% 50%
dana desa untuk UKBM
3. Jumlah dunia usaha yang 20 3
memanfaatkan CSRnya untuk program
4. kesehatan 15 3
Jumlah organisasi kemasyarakatan
yang memanfaatkan sumber dayanya
untuk mendukung kesehatan
6. Dukungan 1. Persentase realisasi kegiatan 94% 95%
Manajemen dan administrasi dukungan manajemen dan
Pelaksanaan Tugas pelaksanaan tugas teknis lainnya
Teknis Lainnya pada Program Kesehatan Masyarakat
Program Pembinaan
Kesehatan
Masyarakat

1) Pembinaan Gizi Masyarakat


a) Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik yang mendapat makanan
tambahan
Cakupan ibu hamil kurang Energi Kronik yang mendapat makanan
tambahan adalah cakupan yang menggambarkan penanganan terhadap
bumil KEK dengan pemberian makanan tambahan, pada kelompok ibu hamil
baik di pedesaan maupun perkotaan lebih dari separuhnya mengalami defisit
asupan energi dan protein, berdasarkan hal tersebut pemberian makanan
tambahan yang berfokus baik pada zat gizi makro maupun zat gizi mikro bagi
balita dan ibu hamil sangat diperlukan dalam rangka pencegahan Bayi Berat
Lahir (BBLR) dan balita pendek (Stunting).
Perhitungan cakupan ini adalah dengan membandingkan jumlah bumil
KEK yang mendapat makanan tambahan dengan seluruh sasaran bumil KEK
yang ada kemudian dikonversi dalam bentuk persentase.

Analisa Capaian Kinerja


Capaian indikator ibu hamil KEK mendapat makanan tambahan dari
tahun ke tahun cenderung naik sejak tahun 2015 sampai dengan
2017namun pada tahun 2018 mengalami penurunan dan ditahun 2018
meningkat tajam sebagaiman terlihat pada grafik berikut :

12 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


Grafik 3.1 Trend Cakupan bumil KEK mendapat makanan tambahan
Provinsi LampungTahun 2015–2018
100.0

90.0
92.9
80.0 76.9

70.0
73.4

60.0

50.0
53.0

40.0

30.0

20.0

10.0

0.0
2015 2016 2017 2018

Dengan melihat capaian tersebut maka bisa dipastikan bahwa target Renstra di
tahun 2019 yaitu 50 % kemungkinan besar akan tercapai. Beberapa kabupaten
telah mencapai cakupan 100%. sebagaimana bisa dilihat pada grafik berikut.

Grafik 3.2 Cakupan bumil KEK mendapat makanan tambahan


per Kabupaten/Kota se-Provinsi LampungTahun 2018100.00
100.00100.00100.00100.00100.00100.00
100.00 94.46 93.44 92.53 92.88
90.15
86.96
90.00
74.43 76.27
80.00
70.00 60.33
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
-
at i I
s n
ar amu lata imu nga Uta
r h ra nan ang ran wu uj arat arat ung etro INS
B g e T e K a aw wa gse Mes B r b p M O P
ng ang m
g S ung ng T ung ay g B Pes
a
Pr
in gB isi La PR
pu T un p u p W lan lan Pes dar
m p m p m u
La m La Lam La Tu T n
La Ba

Analisa keberhasilan
Cakupan seluruh kabupaten/kota menunjukkan lebih dari target hal tersebut
menunjukkan bahwa hampir bumil KEK mendapat makanan tambahan.
Hal-hal yang menyebabkan peningkatan capaian cakupan bumil KEK mendapat
makanan tambahan yaitu :
1. Ketersedian makanan tambahan Bumil KEK terpenuhi yang bersumber
dari pusat dan daerah.
2. Tersedianya ditribusi makanan tambahan bagi bumil KEK.

13 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


Analisa kegagalan
Cakupan bumil KEK mendapat makanan telah mencapai target bahkan ada
beberapa kabupaten yang telah terpenuhi 100%, namun perlunya pembenahan
dalam pengarsipan dokumen dan pencatatan yang belum optimal.

Alternatif solusi
Beberpa alternative solusi dalam penghambatan bumil KEK mendapat
makanan tambahan yaitu :
1. Perlunya monitoring dan evaluasi secara rutin tentang pemantauan
pemberian makanan tambahan bagi bumil KEK
2. Perlunya penyimpanan Dokumen yang berkaitan dengan indicator
makanan tambahan bagi bumil KEK seperti foto, SBBK, format
pemantauan dan dokumen lainnya yang diperlukan.
3. Pencatan dan pelaporan yang valid
4. Membuat usulan kebutuhan yang sesuai dengan sasaran.

b) Persentase ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)


Cakupan ibu hamil mendapat tablet tambah darah (TTD) merupakan satu
intervensi untuk mencegah terjadinya anemia pada ibu selama proses
kehamilan. Sebaiknya ibu hamil mulai mengkonsumsi TTD sejak konsepsi
sampai akhir trimester III. Indikator ini sebagai evaluasi kinerja apakah TTD
sudah diberikan kepada seluruh sasaran.
Perhitungan cakupan ini adalah dengan membandingkan ibu hamil yang
mengkonsumsi TTD minimal 90 tablet dibandingkan dengan seluruh ibu
hamil dan dikonversi dalam persentase.
Anemia dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain defisiensi zat besi,
defisiensi vitamin B12, defisiensi asam folat, penyakit infeksi, faktor bawaan
dan perdarahan. Di negara sedang berkembang 40% anemia disebabkan
karena defisiensi zat besi (The World Bank, 2006) yang dikenal dengan
istilah anemia gizi besi. Pola makan yang miskin zat gizi besi, tingginya
prevalensi kecacingan, dan tingginya prevalensi malaria di daerah endemis
merupakan faktor-faktor yang sering dikaitkan dengan tingginya defisiensi
besi di negara berkembang.
Khusus untuk ibu hamil, kebutuhan tambahan zat besi selama kehamilannya
adalah lebih kurang 1000 mg, yang diperlukan untuk pertumbuhan janin,
plasenta dan perdarahan saat persalinan yang mengeluarkan rata-rata 250
mg besi. Anemia pada ibu hamil berisiko terhadap terjadinya hambatan
pertumbuhan janin sehingga bayi lahir dengan berat badan lahir rendah
(BBLR), perdarahan pada saat persalinan dan dapat berlanjut setelah
persalinan yang dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya (WHO,
2001). Prevalensi BBLR di Indonesia pada kurun waktu tahun 2007 sampai
tahun 2010 cenderung tetap yakni sebesar 11% (Riskesdas 2007 dan 2010).
Berdasarkan data laporan rutin tahun 2013, sekitar 32% kematian ibu
disebabkan karena pendarahan.
kebutuhan zat besi pada wanita hamil meningkat 25% dibandingkan wanita
yang tidak hamil. Kebutuhan tersebut sangat sulit dipenuhi hanya dari
makanan saja. Oleh karena itu, diperlukan Tablet Tambah darah (TTD) untuk
mencegah dan menanggulangi anemia gizi besi.

14 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


Analisis capaian kinerja
Capaian bumil mendapat tablet tambah darah meningkat dari tahun 2015
sampai tahun 2019 terlihat dalam grafik berikut :

Grafik 3.3 Trend Cakupan bumil mendapat TTD Provinsi


LampungTahun 2015–2018
92

90 89.5 89.4 90.1

88

86

84
83
82

80

78
2015 2016 2017 2018

Dari cakupan bumil mendapat TTD didapat bahwa 9 kabupaten yang tidak
tercapai target, bahkan kabupaten Tulang Bawang Barat dibawah 50%
seperti dalam grafik dibawah ini :

Grafik 3.4 Cakupan bumil mendapat Tablet tambah Darah (TTD)


per Kabupaten/Kota se-Provinsi LampungTahun 2018
95.8 96.0 94.4 98.9
100.0 93.2 92.2 93.9 94.3
89.3 89.7 90.1
90.0 83.5 84.5 85.4

80.0
70.0
60.0
50.0
89.4
40.0
30.0
48.8
20.0
10.0
-

Analisa keberhasian
Hal-hal yang menyebabkan capaian bumil mendapat TTD adalah sebagai
berikut :

15 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


1. Tersedianya tablet tambah darah bagi ibu hamil
2. Meningkatnya pengetahuan petugas tentang 1000 hpk yang dimulai
pada masa kehamilan dengan pemberian tablet tambah darah bagi
ibu hamil.

Analisa kegagalan
1. Pencatatan dan pelaporan pada bidan praktek swasta (BPS) tidak
terlapor
2. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pemberian tablet
tambah darah bagi ibu hamil.
3. Permintaan kebutuhan tablet tambah darah tidak sesuai dengan
sasaran yang ada.

Alternatif solusi :
1. Perlunya koordinasi antar program terutama dengan BPS mengenai
pencatatan dan pelaporan.
2. Permintaan kebutuhan tablet tambah darah memperhatikan stok dan
sasaran yang ada.
3. Pentingnya penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya
pemberian tablet tambah darah bagi ibu hamil.

c) Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif
Anak-anak yang diberi ASI Eksklusif 14 kali lebih kecil kemungkinanya untuk
meninggal dalam enam bulan pertama daripada anak yang tidak disusui. ASI
juga dapat mengurangi kematian akibat infeksi saluran pernapasan akut dan
diare (Lancet, 2008). WHO merekomendasikan ibu diseluruh dunia untuk
menyusui secara eksklusif selama enam bulan pertama untuk mencapai
pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang optimal. Selanjutnya,
mereka harus memberi makanana pendamping yang bergizi dan terus
menyusui hingga bayi berusia dua tahun atau lebih.
Perhitungan cakupan ini adalah dengan membandingkan bayi usia 6 bulan
yang mendapat ASI Eksklusif dibandingkan seluruh bayi yang berumur
kurang dari 6 bulan dan dikonversi dalam bentuk persentase.
Pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan memiliki banyak manfaat bagi bayi
dan ibu. Manfaat bagi bayi diantaranya adalah perlindungan terhadap infeksi
gastrointestinal baik dinegara berkembang dan di negara industri. Menyusui
meningkatkan IQ, kehadiran di sekolah dan dikaitkan dengan pendapatan
yang lebih tinggi ketika kehidupan dewasa. Indikator ini bertujuan untuk
mengetahui penurunan persentase ASI Eksklusif berdasarkan kelompok
umur sehingga dapat merencanakan edukasi gizi pada saat yang tepat bagi
ibu hamil dan menyusui.
Pada Renstra Tahun 2015 – 2019 salah satu indikator adalah ASI Ekslusif
dengan dua kriteria yaitu ASI yang diberikan pada bayi 0 – 6 bulan dan yang
lulus sampai pemberian usia 6 bulan, data yang bisa terpenuhi yaitu mulai
tahun 2016.
Trend capaian bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif
menunjukkan trend peningkatan dari tahun 2016-2019 seperti dalam grafik
berikut :

16 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


Analisa capaian Kinerja

Tren capaian bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI Eksklusi
terlihat meningkat dari tahun 2016 sampai tahun 2018 seperti grafik berikut :

Grafik 3.5 Trend capaian bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat
ASI eksklusifProvinsi Lampung Tahun 2016-2018

70

60 61.4 61.6

50
46.4
40

30

20

10

0
2016 2017 2018

Cakupan bayi kurang dari 6 bulan mendapat ASI eksklusif sudah mencapai
target dan perkabupaten/kota telah mencapai target seperti dalam grafik
berikut :
Grafik 3.6 Capaian bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI
eksklusif per kabupaten/kota seProvinsi Lampung Tahun 2016-2018
87.1
90.0
74.7 76.0 76.9 74.5
80.0
70.0 62.5 62.3 61.6
56.8 57.6 56.9 57.0 54.8 58.4 56.0
60.0
47.1
50.0
40.0
30.0
20.0
10.0
-

17 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


Analisis keberhasilan
1. Tenaga kesehatan telah banyak dilatih konseling menyusui
2. Masyarakat mulai memahami pentingnya pemberian ASI
Eksklusif
3. Beberapa faskes sudah menjalankan LMKM

Analisis kegagalan
hal-hal yang menyebabkan kegagalan capaian bayi usia 6 bulan
mendapat ASI Eksklusif :
1. Masih ada tenaga terlatih yang belum melaksanakan konseling
menyusui dan mensosialisasikannya kepada teman sejawat di
wilayah kerjanya
2. Sulit merubah kebiasaan dan menghilangkan mitos dalam
masyarakat
3. Masih ada susu formula untuk bayi 0-6 bulan yang tersedia di
fasilitas kesehatan baik faskes pemerintah ataupun swasta
4. Masih ada faskes pemerintah dan swasta yang belum
melaksanakan 10 LMKM
5. Tidak ada pengawasan mengenai PERDA ASI nomor 17 tahun
dan peraturan Gubernur tentang pemberian ASI Eksklusif
nomor 10 tahun 2016

Alternatif solusi
1. Penyegaran tenaga kesehatan mengenai konseling menyusui
2. Penyuluhan yang rutin mengenai pentingnya ASI Eksklusif
3. Dibentunya pengawas tentang perda dan pergub ASI Eksklusif
4. Diberlakukannya sanksi kepada pelanggar berdasarkan Perda
dan Pergub ASI Eksklusif.
5. Diberlakukannya 10 LMKM sebagai syarat akreditasi
dipelayanan kesehatan

d) Persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


Cakupan bayi baru lahir mendapat IMD menggambarkan bayi baru lahir yang
mendapat IMD dalam waktu 1 jam setelah kelahiran, melindungi bayi yang
baru lahir dari tertular infeksi dan mengurangi angka kematian bayi baru lahir.
IMD merupakan salah satu indikator keberhasilan pelayanan kesehatan pada
ibu hamil.
Perhitungan cakupan ini adalah membandingkan jumlah bayi baru lahir
yang mendapat IMD dengan seluruh bayi baru lahir hidup dikonversi dalam
persentase.

Analisis capaian kinerja


Trend capaian bayi baru lahir mendapat IMD terjadi peningkatan tahun 2018
namun tahun 2017 mengalami penurunan seperti dalam grafik berikut :

Grafik 3.7 Trend capaian bayi baru lahir mendapat IMD di Provinsi

18 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


Lampung Tahun 2015-2018
80

70 70.6
66
60 60.4

50
43.1
40

30

20

10

0
2015 2016 2017 2018

Cakupan bayi baru lahir mendapat IMD hampir semua ,kabupaten


berada di atas target namun kabupaten Tulang Bawang Barat sangat rendah
sebesar 8,74% seperti terlihat dalam grafik berikut :

Grafik 3.8 Capaian bayi baru lahir mendapat IMD per kabupaten/kota se
provinsi Lampung tahun 2018
100.00 93.27 92.37
85.87 85.26 86.98
90.00 83.50
80.00
76.55 74.58 76.96 76.32
70.65
70.00 62.22 63.28 63.45
60.00 50.36
50.00
40.00
30.00
20.00
8.74
10.00
-

Analisis keberhasilan
1. Fasilitas kesehatan terutama di tempat praktek bidan sudah dilakukan
IMD
2. Masyarakat ada yang memahami pentingnya IMD

Analisa kegagalan
1. Penolong persalinan tidak melakukan IMD karena tidak memiliki
kompetensi dalam melakukan IMD
2. Ibu tidak memiliki pengetahuan tentang IMD
3. Ibu tidak bersedia dilakukan IMD
4. Tempat persalinan tidak bersedia melakukan IMD dengan alasan pasien

19 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


cukup banyak.

Alternatif solusi
1. perlunya pelatihan nakes dalam prosedur IMD
2. Perlunya konseling ibu dalam pemberian IMD
3. Dilakukannya bimbingan terhadap fasilitas kesehatan persalinan

e) Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan


Cakupan balita kurus mendapat makanan tambahan menggambarkan
intervensi terhadap balita kurus dengan pemberian makanan tambahan. Di
banyak negara, kurang dari seperempat anak balita usia 6-23 bulan dengan
frekuensi makan dan kriteria keragaman makanannya sesuai untuk usianya.
Berdasarkan data survei Diet Total (SDT) tahun 2014 diketahui bahwa lebih
dari separuh balita (55,7%) mempunyai asupan energi yang kurang dari
angka Kecukupan Energi (AKE) yang dianjurkan. Pemberian makanan
tambahan khususnya bagi kelompok rawan merupakan salah satu strategi
suplementasi dalam mengatasi masalah gizi.
Perhitungan cakupan ini adalah membandingkan balita kurus yang
mendapat makanan tambahan terhadap jumlah seluruh balita kurus
dikonversi dalam persentase.

Analisis capaian kinerja


Trend capaian balita kurus mendapat makanan tambahan dari tahun
2015 samapai 2018 mengalami peningkatan seperti terlihat dalam grafik
berikut :

Grafik 3.9 Trend capaian balita kurus mendapat makanan tambahan dari
tahun 2015 sampai 2018
90
85.1
80 78.5
70

60
57.1
50
47.9
40

30

20

10

0
2015 2016 2017 2018

Capaian balita kurus mendapat makanan tambahan hampir semua mencapai


target hanya kota Bandar Lampung dibawah target. Delapan kabupaten
bahkan telah mencapai 100 % seperti terlihat dalam grafik berikut :

20 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


Grafik 3.10Capaian Balita Kurus Mendapat Makanan Tambahan per
Kabupaten/Kota seProvinsi Lampung Tahun 2018
100.00
100.00 100.00
100.00
100.00
100.00 100.00 100.00
100.00 94.40 89.65 92.89
90.00 82.49 85.08
80.00
66.67
70.00
58.45
60.00
50.00 43.43
40.00
30.00
20.00
10.00
-

Analisis keberhasilan
1. Pengadaan makanan terpenuhi yang bersumber dari pusat dan daerah
2. Tersedianya distribusi mp asi sehingga memudahkan masyarakat
menerima mp asi

Analisa kegagalan :
1. Pemberian MP ASI tidak tepat sasaran yang diperuntukkan bagi balita
kurus.
2. Pengarsipan dokumen masih belum berjalan optimal.
3. Beberapa balita masih ada yang tidak menyukai mp asi dikarenakan
kurangnya konseling nakes dalam pemberian MP ASI.

Alternatif solusi :
1. Perlunya monitoring dan evaluasi secara rutin tentang pemantauan
pemberian makanan tambahan bagi balita kurus
2. Perlunya penyimpanan Dokumen yang berkaitan dengan indicator
makanan tambahan bagi balita kurus seperti foto, SBBK, format
pemantauan dan dokumen lainnya yang diperlukan.
3. Perlunya refresing nakes dalam konseling MP ASI

f) Persentase remaja puteri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)


Prevalensi anemia di Indonesia pada perempuan usia 15 tahun keatas
sebesar 22,7%. Remaja yang menderita anemia akan mengalami gangguan
kehamilan jika tidak segera ditangani. Pemberian TTD pada remaja putri
(rematri) usia 12-18 tahun sebagai upaya pencegahan anemia sejak dini.
Pemberian TTD rematri yang diikuti dengan KIE gizi dan kesehatan
diharapkan akan memperbaiki masalah-masalah pada priode berikutnya.
Perhitungan cakupan ini dengan membandingkan jumlah remaja puteri
yang mendapat TTD terhadap seluruh remaja puteri 12-18 tahun disekolah
kemudian dikonversi dalam persentase.

21 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


Remaja putri (rematri) rentan menderita anemia karena banyakkehilangan
darah pada saat menstruasi. Rematri yang menderita anemiaberisiko
mengalami anemia pada saat hamil. Hal ini akan berdampaknegatif terhadap
pertumbuhan dan perkembangan janin dalamkandungan serta berpotensi
menimbulkan komplikasi kehamilan danpersalinan, bahkan menyebabkan
kematian ibu dan anak. AngkaKematian Ibu (AKI) menurut Survei Penduduk
Antar Sensus (SUPAS)2015 sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup dan
penyebab utamakematian ibu adalah pre-eklampsia dan eklampsia (32,4%)
sertaperdarahan paska persalinan (20,3%) (Sensus Penduduk, 2010).
Sesuai rekomendasi WHO tahun 2011, upaya penanggulangan anemiapada
rematri dan WUS difokuskan pada kegiatan promosi danpencegahan, yaitu
peningkatan konsumsi makanan kaya zat besi,suplementasi TTD, serta
peningkatan fortifikasi bahan pangan denganzat besi dan asam folat.
Organisasi profesi dan sektor swastadiharapkan dapat berkontribusi
mendukung kegiatan komprehensif Promotif dan Preventif untuk menurunkan
prevalensi anemia pada rematri dan WUS.

Analisis capaian kinerja


Trend cakupan remaja puteri mendapat tablet tambah darah (TTD) terlihat
menigkat dari tahun 2016 sampai tahun 2018 untuk data tahun 2015 tidaj ada
dikarenakan indikator tersebut masih baru.

Grafik 3.11 Trend Cakupan Remaja Puteri Mendapat Tablet Tambah


Darah (TTD) di Provinsi Lampung tahun 2016-2018
80

70
67.5
60

50

40

32.9
30

20
14.2
10

0
2016 2017 2018

Capaian remaja puteri mendapat TTD ada satu kabupaten dengan capaian
rendah yaitu kabupaten Tulang Bawang Barat dan kabupaten lain telah
mencapai target seperti dalam grafik berikut :

22 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


Grafik 3.12 Trend Cakupan Remaja Puteri Mendapat Tablet Tambah
Darah (TTD) per kab/kota di Provinsi Lampung tahun 2018
100.00
100.00
88.64 88.66 88.36
90.00 82.95 81.39 78.89
80.00 72.66 70.91
66.81 67.53
70.00
60.00
54.73 53.22 52.53
50.68
50.00
40.00
30.00
18.61
20.00
10.00
-

Analisa keberhasilan :
1. Komitmen pemerintah dalam penanggulangan stunting dimulai pada
sasaran remaja puteri dengan pemberian tablet tambah darah sehingga
dalam perencanaan kebutuhan TTD telah tercukupi.
2. Alokasi anggaran meningkat untuk memenuhi keberhasilan dalam
cakupan ttd remaja puteri.
3. Lintas sektor di pendidikan telah terjalin sehingga pemberian ttd rematri
telah berjalan optimal.
4. Beberapa kabupaten (sekolah) menerapkan satu hari makan bersama
TTD

Analisa kegagalan :
1. Kurangnya pengetahuan remaja putri dalam pentingnya tablet tambah
darah.
2. Kurangan konseling oleh tenaga kesehatan.
3. Kurangnya komitemen antar lintas sektor terkait.

Alternatif solusi
1. Perlunya konseling oleh nakes pada remaja puteri dalam pentingnya
pemberian TTD
2. Perlunya pertemuan untuk memfasilitasi linsek tertama pendidikan dalam
membangun komitmen program secara bersama.

2) Pembinaan Kesehatan Keluarga


a) Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1)
Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama atau yang dikenal dengan
sebutan dengan KN1, merupakan indikator yang menggambarkan upaya
kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko kematian pada periode
neonatal yaitu 6 - 48 jamsetelah lahir, dengan cara mendeteksi sedini
mungkin permasalahan yang mungkin dihadapi bayi baru lahir, sekaligus
memastikan pelayanan yang seharusnya didapatkan oleh bayi baru lahir

23 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


yang diantaranya terdiri dari konseling perawatan bayi baru lahir, ASI
eksklusif, pemberian Vitamin K1 injeksi (bila belum diberikan) dan Hepatitis
B 0 (nol) injeksi (bila belum diberikan). Kunjungan ini dilakukan dengan
pendekatan MTBM (Manajemen Terpadu Bayi Muda).
Perhitungan cakupan ini dilakukan dengan cara membandingkan bayi
baru lahir yang mendapatkan kunjungan neonatal pertama dengan jumlah
seluruh bayi baru lahir di wilyahnya yang kemudian dikonversi dalam bentuk
persentase.
Masa Neonatal merupakan masa yang sangat kritis karena pada masa ini
banyak terjadi kematian. Masalah utama bayi baru lahir pada masa perinatal dapat
menyebabkan kematian, kesakitan dan kecacatan. Hal ini merupakan akibat dari
kondisi kesehatan ibu yang jelek, perawatan selama kehamilan yang tidak adekuat,
penanganan selama persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, serta perawatan
neonatal yang tidak adekuat. Bila ibu meninggal saat melahirkan, kesempatan hidup
yang dimiliki bayinya menjadi semakin kecil. Kematian neonatal tidak dapat
diturunkan secara bermakna tanpa dukungan upaya menurunkan kematian ibu dan
meningkatkan kesehatan ibu. Perawatan antenatal dan pertolongan persalinan sesuai
standar, harus disertai dengan perawatan neonatal yang adekuat dan upaya-upaya
untuk menurunkan kematian bayi akibat bayi berat lahir rendah, infeksi pasca lahir
(seperti tetanus neonatorum, sepsis), hipotermia dan asfiksia. Sebagian besar
kematian neonatal yang terjadi pasca lahir disebabkan oleh penyakit – penyakit yang
dapat dicegah dan diobati dengan biaya yang tidak mahal, mudah dilakukan, bisa
dikerjakan dan efektif. Intervensi imunisasi Tetanus Toxoid pada ibu hamil
menurunkan kematian neonatal hingga 33-58% (The Lancet Neonatal Survival 2005).
Di negara berkembang, sekitar 3% bayi mengalami asfiksia lahir tingkat sedang
dan berat. Bayi asfiksia yang mampu bertahan hidup namun mengalami kerusakan
otak, jumlahnya cukup banyak. Hal ini disebabkan karena resusitasi tidak adekuat
atau salah prosedur. Resusitasi yang dilaksanakan secara adekuat dapat mencegah
kematian dan kecacatan pada bayi karena hipoksia. Intervensi post natal terhadap
peningkatan ketrampilan resusitasi bayi baru lahir dapat menurunkan kematian
neonatal hingga 6-42% (The Lancet Neonatal Survival 2005).
Sekitar 11,5 % bayi lahir dengan berat lahir rendah kurang dari 2500 gram
(Riskesdas 2007). Data dari SKRT 2001 menunjukkan bahwa Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor terpenting kematian neonatal.
Penyumbang utama kematian BBLR adalah prematuritas, infeksi, asfiksia lahir,
hipotermia dan pemberian ASI yang kurang adekuat. Beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa kematian karena hipotermia pada bayi berat lahir rendah
(BBLR) dan bayi prematur jumlahnya cukup bermakna. Perilaku/kebiasaan yang
merugikan seperti memandikan bayi segera setelah lahir atau tidak segera
menyelimuti bayi setelah lahir, dapat meningkatkan risiko hipotermia pada
bayi baru lahir. Intervensi untuk menjaga bayi baru lahir tetap hangat dapat
menurunkan kematian neonatal sebanyak 18-42% (The Lancet Neonatal
Survival 2005).
Salah satu penyakit infeksi yang merupakan penyebab kematian bayi
baru lahir adalah Pneumonia, suatu infeksi yang dapat terjadi saat lahir atau
setelah lahir. Faktor risiko terpenting terjadinya Pneumonia adalah perawatan
yang tidak bersih, hipotermia dan pemberian ASI yang kurang adekuat.
Pneumonia pada bayi baru lahir gejalanya tidak jelas dan seringkali tidak
diketahui sampai keadaannya sudah sangat terlambat.

24 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi hingga berusia 6
bulan.Walaupun proporsi bayi yang pernah mendapat ASI cukup tinggi yaitu
95,7% (SDKI 2007), namun proporsi ASI eksklusif pada bayi 0 - 6 bulan
masih rendah yaitu 32,4% (SDKI 2007), demikian juga dengan proporsi bayi
mendapat ASI sekitar 1 jam setelah lahir yaitu 43,9% (SDKI 2007). Tidak
memberikan kolostrum merupakan salah satu kebiasaan merugikan yang
sering ditemukan. Pemberian ASI dapat menurunkan kematian neonatal
hingga 55-87% (The Lancet Neonatal Survival 2005).
Penurunan Angka Kematian Neonatal memerlukan upaya bersama
tenaga kesehatan dengan melibatkan dukun bayi, keluarga dan masyarakat
dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi ibu dan bayi
baru lahir. Untuk mengukur keberhasilan penerapan intervensi yang efektif
dan efisien, dapat dimonitor melalui indikator cakupan pelayanan yang
mencerminkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan bayi baru lahir.
Penurunan angka kematian neonatal dapat dicapai dengan memberikan
pelayanan kesehatan yang berkualitas dan berkesinambungan sejak bayi
dalam kandungan, saat lahir hingga masa neonatal.

Analisa Capaian Kinerja


Capaian indicator KN1 dari tahun ke tahun cenderung naik sejak tahun
2014 sampai dengan 2018 sebagaiman terlihat pada grafik berikut :
Grafik 3.13 Trend Cakupan KN1 Provinsi Lampung
Tahun 2014 - 2018
97.60
97.00

96.07 96.00 96.00


95.68
95.39
95.00

93.29
93.00

2014 2015 2016 2017 2018


K N1 TAR GET

Sumber : Laporan KIA Dinkes Provinsi Lampung Tahun 2018

Dengan melihat capaian tersebut maka bisa dipastikan bahwa target


Renstra di tahun 2019 yaitu 83 % kemungkinan besar akan tercapai.
Namun begitu bila kita melihat capaian indicator per kabupaten/kota masih
terlihat ada beberapa kabupaten yang capaiannya lebih rendah dari
provinsi sebagaimana bisa dilihat pada grafik berikut.

25 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


Grafik 3.14 Cakupan KN1 per Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung
Tahun 2018

Lampung Tengah 87.24


Tulangbawang 90.07
Way Kanan 90.18
Lampung Barat 92.66
Pringsewu 93.56
Pesawaran 94.75
Provinsi 95.39
Lampung Utara 95.44
Lampung Selatan 96.16
Kota Bandar Lampung 97.23
Kota Metro 100
Mesuji 100.13
Lampung Timur 100.79
Pesisir Barat 100.85
Tulangbawang Barat 102.51
Tanggamus 102.65
75 80 85 90 95 100 105
Sumber : Laporan KIA Dinkes Provinsi Lampung Tahun 2018

Walapun secara umum hampir seluruh kabupaten/kota sudah mencapai


target yang diharapkan namun ada beberapa kabupaten yang capaiannya
masih di bawah provinsi yaitu Kabupaten Lampung Tengah, Pringsewu dan
Pesawaran.Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi geografis yang sulit,
infrastruktur yang masih kurang dan distribusi faskes dan nakes yang tidak
merata sehingga menghambat akses masyarakat ke fasilitas kesehatan.

Di beberapa kabupaten cakupan program lebih dari 100 %, hingal ini dapat
disebabkan oleh adanya perbedaan sasaran jumlah penduduk atau system
pencataan dan pelaporan yang belum optimal sehingga terjadi duplikasi
pencatatan terutama di wilayah perkotaan atau wilayah lintas
kabupaten/kota. Kesulitan dalam menentukan sasaran penduduk menjadi
salah satu kendala karena ada beberapa versi jumlah penduduk yaitu
menurut BPS, Pusdatin datertn Pemerintah Daerah. Walaupun jumlah
penduduk menurut BPS dan Pusdatin tidak syarat dengan kepentingan
tertentu namun kelemahannya jumlah penduduk hanya bisa ditentukan
sampai level kabupaten sedangkan sampai level kecamatan dan desa
harus dihitung kembali. Ini menjadi salah satu masalah tersediri bagi
pengelola program Puskesmas karena terkadang sasaran mereka

26 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


terlampau tinggi atau terlampau rendah.

Analisa Keberhasilan
Trend positif kenaikan kunjungan neonatal dari tahun ke tahun
menunjukkan telah semakin meningkatnya akses masyarakat khususnya
neonatal terhadap pelayanan kesehatan. Dengan adanya desentralisasi maka
alokasi anggaran Negara sudah menyebar di seluruh kabupaten sehingga
perbaikan infrastruktur termasuk fasilitas kesehatan semakin memudahkan
akses masyarakat menuju fasilitas kesehatan. Jumlah tenaga kesehatan yang
sudah semakin banyak yang tidak hanya terfokus di daerah perkotaan juga
berkontribusi terhadap peningkatan kunjungan neonatal.
Hal-hal yang menyebabkan peningkatan capaian cakupan KN1 yaitu :
1) Peningkatan penggunaan buku KIA mendorong peningkatan
pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pelayanan kesehatan bagi
baru baru lahir yang mendorong mereka untuk memeriksakan bayinya
ke fasilitas kesehatan.
2) Perbaikan infrastruktur terutama di daerah dengan akses sulit
memudahkan masyarakat untuk mengakses fasilitas pelayanan
kesehatan.
3) Meningkatnya jumlah fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan
serta distribusi fasilitas dan tenaga kesehatan di seluruh
kabupaten/kota.
4) Meningkatnya alokasi pembiayaan kesehatan bagi masyarakat
khususnya masyarakat yang tidak mampu seperti adanya
Jampersal dan APBD Kabupaten/Kota dan juga BOK di Puskesmas
yang dapat digunakan oleh petugas kesehatan untuk kunjungan
rumah kepada bayi yang tidak datang ke faskes.
5) Peningkatan pemanfaatan kohort bayi dan Balita mendukung
perbaikan system pencatatan dan pelaporan pelayanan pada bayi
dan Balita.
6) Peningkatan peran aktif lintas program dan lintas sektor dalam
mendukung pelayanan kesehatan bagi bayu baru lahir dan neonatal.
7) Meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan petugas dalam
pelayanan kesehatan mendorong peningkatan kualitas pelayanan
sehingga masyarakat merasa puas dengan pelayanan di fasilitas
kesehatan.
8) Terlaksananya program kemitraan bidan dan dukun mendorong
peran aktif masyarakat untuk mendorong ibu bersalin ke nakes dan
memeriksakan bayi baru lahir ke petugas kesehatan

Analisa Kegagalan
Hal yang menyebabkan rendahnya cakupan program antara lain:
1) Pemanfaatan buku KIA yang masih belum optimal menyebabkan
pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pelayanan kesehatan
pada bayi dan Balita

27 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


2) Pemanfaatan dana BOK yang tidak optimal menyebabkan tidak
tercapainya indikator output walaupun anggarannya terealisasi
semuanya
3) Infrastruktur yang belum baik di beberapa wilayah terutama di daerah
terpencil
4) Keterbatasan sarana dan prasarana di beberapa wilayah menyebabkan
rendahnya kualitas pelayanan
5) System pencatatan dan pelaporan yang belum terpadu dan berbasis
computer dapat menyebabkan missed record terhadap pelayanan yang
diberikan.
6) Kurangnya kebijakan di tingkat pengambil keputusan dalam
mendukung pelayanan kesehatan bayi yang berkualitas.

Alternatif solusi
Alternatif solusi yang dilakukan dalam mengatasi hambatan antara lain:
1. Meningkatkan sosialisasi kebijakan, peraturan dan pedoman
kesehatan anak.
2. Meningkatkan dukungan pemda dalam membuat peraturan dan
kebijakan yang mendukung pelayanan kesehatan.
3. Memfasilitasi pengadaan kebutuhan sarana dan prasarana
pendukung pelayanan kesehatan dengan menggunakan anggaran
yang bersumber dana dekonsentrasi, APBD Provinsi dan APBD
Kabupaten.
4. Sinkronisasi kegiatan antara provinsi dan kabupaten dalam
pemanfaatan dana BOK sehingga kegiatan yang disusun fokus
pada peningkatan indikator program/Resntra.
5. Meningkatkan koordinasi lintas sektor di semua jenjang untuk
mengatasi berbagai penyebab masalah yang memerlukan
dukungan lintas sektor.

b) Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal ke empat (K4)


Indikator ini memperlihatkan akses pelayanan kesehatan terhadap ibu
hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya
ke tenaga kesehatan minimal 4 kali, sesuai dengan ketetapan waktu
kunjungan. Disamping itu, indikator ini menggambarkan tingkat perlindungan
ibu hamil di suatu wilayah, Melalui kegiatan ini diharapkan ibu hamil dapat
dideteksi secara dini adanya masalah atau gangguan atau kelainan dalam
kehamilannya dan dilakukan penanganan secara cepat dan tepat.
Pada saat ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan, tenaga
kesehatan memberikan pelayanan antenatal secara lengkap (10 T) yang
terdiri dari: timbang badan dan ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, nilai
status gizi (ukur LiLA), ukur tinggi fundus uteri, tentukan presentasi janin dan
denyut jantung janin, skrining status imunisasi TT dan bila perlu pemberian
imunisasi Td, pemberian tablet besi (90 tablet selama kehamilan), test lab
sederhana (Golongan Darah, Hb, Glukoprotein Urin) dan skrining
terhadap Hepatitis B, Sifilis, HIV, Malaria, TBC, tata laksana kasus, dan

28 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


temu wicara/ konseling termasuk P4K serta KB PP.
Melalui konseling yang aktif dan efektif, diharapkan ibu hamil dapat
melakukan perencanaan kehamilan dan persalinannya dengan baik serta
memantapkan keputusan ibu hamil dan keluarganya untuk melahirkan
ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.
Capaian kunjungan antenatal tahun 2018 digambarkan dalam grafik berikut :
Grafik 3.15 Cakupan K4per Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung
Tahun 2018
Way Kanan 82.95
Lampung Tengah 83.49
Tulangbawang 84.37
Pringsewu 85.44
Lampung Utara 91.52
Provinsi 91.88
Pesisir Barat 93.03
Lampung Barat 93.70
Mesuji 93.90
Kota Bandar Lampung 94.48
Tulangbawang Barat 95.03
Pesawaran 95.29
Tanggamus 96.33
Lampung Selatan 96.57
Lampung Timur 97.81
Kota Metro 100.00
- 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00

Grafik di atas memperlihatkan masih ada beberapa kabupaten dengan


cakupan kunjungan antenatal yang rendah seperti Kabupaten Way Kanan,
Lampung Tengah, tulang Bawan dan Pringsewu. Sedangkan data trend
tahunan juga menunjukkan adanya fluktuasi cakupan dari tahun ke tahun
sebagaimana terlihat pada tabel berikut :

Grafik 3.16Trend Cakupan K4 Provinsi Lampung


Tahun 2014-2018

29 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


93.09 93.36
91.40 91.88
89.62

85.00
83.00
82.00
81.00
80.00

K4 TARGET
2014 2015 2016 2017 2018

Analisis keberhasilan
Capaian sebagian besar kabupaten/kota dalam pelayanan antenatal telah
cukup baik. Beberapa hal yang menyebabkan tingginya capaian tersebut
adalah :
1. Peningkatan pemahaman nakes tentang pentingnya melaksanakan
pemeriksaan antenatal secara teratur
2. Perbaikan kualitas pelayanan mendorong masyarakat untuk datang lagi
ke fasilitas kesehatan
3. Sistem pencatatan dan pelaporan yang lebih baik
4. Peningkatan kapasitas nakes mendorong peningkatan kualitas pelayanan
5. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung pelayanan mendukung
petugas kesehatan dalam pemberian pelayanan sesuai standar
6. Meniingkatkan jumlah masyarakat yang memiliki pembiayaan kesehatan
meningkatkan akses mereka ke fasilitas kesehatan.

Analisis Kegagalan
1. Sistem pencatatan dan pelaporan yang belum baik sehingga ibu yang
berkunjung ke fasilitas kesehatan terutama swasta tidak terdata
2. Belum adanya sistem monitoring PUS
3. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan sehingga masyarakat enggan
berkunjung lagi ke petugas kesehatan
4. Insrastruktur yang belum baik membuat akses masyarakat ke petugas
kesehatan menjadi sulit terutama di daerah terpencil dan jauh dari
petugas kesehatan
5. Distribusi tenaga kesehatan yang belum merata.

Alternatif solusi
1. Penggunaan kohort oleh tenaga bidan untuk memantau ibu
2. Peningkatan kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan pada ibu hamil
yang tidak datang ke faskes karena alasan tertentu
3. Peningkatan kapasitas nakes dalam pemberian pelayanan kesehatan
yang berkualitas
4. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung pelayanan kesehatan di
tingkat pelayanan kesehatan dasar.

c) Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk


peserta didik kelas 1

30 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


Penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 1 adalah pemeriksaan
kesehatan secara yang dilaksanakan pada peserta didik kelas satu baik di
SD maupun MI milik pemerintah dan swasta.
Penjaringan kesehatan peserta didik meliputi :
1.     Pemeriksaan Keadaan Umum 
2.     Pengukuran Tekanan darah dan denyut nadi
3.     Penilaian status gizi
4.     Pemeriksaan gigi dan mulut
5.     Pemerikasaan indera ( Penglihatan dan pendengaran )
6.     Pemeriksaan laboratorium
7.     Pengukuran kesegaran jasmani
8.     Deteksi dini penyimpangan mental emosional

Capaian indikator tahunan tahun 2018 digambarkan dalam grafik di bawah ini
Grafik 3.17Capaian Cakupan Penjaringan Anak Kelas I SD per
kab/Kota se Provinsi LampungTahun 2018
Pesisir Barat 66.67
Lampung Barat 80
Provinsi 98.01
Kota Metro 100
Kota Bandar Lampung 100
Tulangbawang Barat 100
Mesuji 100
Pringsewu 100
Pesawaran 100
Tulangbawang 100
Way Kanan 100
Lampung Utara 100
Lampung Tengah 100
Lampung Timur 100
Lampung Selatan 100
Tanggamus 100
0 20 40 60 80 100 120

Dari grafik di atas terlihat bahwa hanya kabupaten Pesisir barat dan
Lampung Barat yang belum melaksanakan penjaringan pada anak kelas 1
SD. Kondisi wilayah yang sulit dan keterbatasan sarana prasarana pelayanan
kemungkinan menjadi penyebab rendahnya capaian cakupan.

31 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


Sedangkan trend cakupan tahunanan dapat dilihat pada grafik berikut :
Grafik 3.18Trend Cakupan Penjaringan Anak Kelas I SD
Provinsi LampungTahun 2014-2018

99.67 100.00 98.01


93.76
89.96
83 84 85
81 82

2014 2015 2016 2017 2018

PENJARINGAN SD TARGET

Grafik di atas menunjukkan bahwa capaian cakupan walaupun fluktuasi tetapi


telah mencapai target yang diharapkan.

Analisis keberhasilan :
1) Dengan masuknya indikator ini menjadi SPM maka kegiatan menjadi
kegiatan priortas di Puskesmas sehingga terdapat alokasi anggaran untuk
melaksanakan kegiatan tersebut
2) Dengan semakin banyaknya nakes dilatih dalam melaksanakan
penjaringan maka jumlah tenaga yang melaksanakan semakin banyak.
3) Adanya pangadaan UKS Kit yang diberikan kepada beberapa
Puskesmas.

Analisis Kegagalan :
1) Kurangnya dukungan lintas sektor dalam mendukung pelaksanaan
penjarinagn di beberapa sekolah terutama sekolah swasta
2) Tidak adanya biaya transport petugas kesehatan menuju sekolah dan
biaya operasional karena tidak dialokasikan di dana BOK.
3) Kondisi geografis di wilayah-wilayah tertentu yang sulit untuk menuju
sekolah serta letak sekolah yang jauh dari faskes

Alternatif Solusi :
1) Kegiatan yang masuk di dalam SPM seharusnya masuk dalam pelayanan
kesehatan esensial di Puskesmas termasuk kegiatan penjaringan anak
usia sekolah.
2) Perlu penyediaan sarana dan prasarana pendukung untuk pelaksanaan
kegiatan penjaringan anak usia sekolah seperti UKS Kit, transport, bahan
reagent, dll.
3) Perlu dukungan lintas sektor agar kegiatan tersebut mendapat dukungan
dari sekolah saat pelaksanaan kegiatan dan sekolah dapat
menindaklanjuti.

32 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


d) Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk
peserta didik kelas 7 dan 10
Penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 7 dan 10 adalah
pemeriksaan kesehatan secara yang dilaksanakan pada peserta didik kelas
satu baik di SMP/MTs dan SMA/SMK/MA atau sederajat baik milik
pemerintah dan swasta.
Penjaringan kesehatan peserta didik meliputi :
1.     Pemeriksaan Keadaan Umum 
2.     Pengukuran Tekanan darah dan denyut nadi
3.     Penilaian status gizi
4.     Pemeriksaan gigi dan mulut
5.     Pemerikasaan indera ( Penglihatan dan pendengaran )
6.     Pemeriksaan laboratorium
7.     Pengukuran kesegaran jasmani
8.     Deteksi dini penyimpangan mental emosional

Grafik 3.19 Capaian Cakupan Penjaringan Anak Kelas 9 & 10 Per


Kab/Kota se Provinsi LampungTahun 2018

Pesisir Barat 66.67


Lampung Barat 73.33
Provinsi 97.68
Kota Metro 100
Kota Bandar Lampung 100
Tulangbawang Barat 100
Mesuji 100
Pringsewu 100
Pesawaran 100
Tulangbawang 100
Way Kanan 100
Lampung Utara 100
Lampung Tengah 100
Lampung Timur 100
Lampung Selatan 100
Tanggamus 100
0 20 40 60 80 100 120

Grafik di atas menunjukkan bahwa cakupan terendah ada di kabupaten


Pesisir barat dan Lampung Barat. Grafik trend capaian tahunan menunjukkan
ternd sebaga berikut :

33 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


Grafik 3.20Trend Cakupan Penjaringan Anak Kelas 7 & 10
Provinsi LampungTahun 2014-2018

100.00
97.68
96.31
95.00

90.90
90.00

85.00 85
84
83

80.00

75.00
2016 2017 2018
P ENJA RI NGA N SM P /SM A TA R GET

Walaupun capaian kegiatan naik turun namun capaian indiaktor lebihd ari
target yang diharapkan.

Analisis keberhasilan :
1) Dengan masuknya indikator ini menjadi SPM maka kegiatan menjadi
kegiatan priortas di Puskesmas sehingga terdapat alokasi anggaran untuk
melaksanakan kegiatan tersebut
2) Dengan semakin banyaknya nakes dilatih dalam melaksanakan
penjaringan maka jumlah tenaga yang melaksanakan semakin banyak.
3) Adanya pangadaan UKS Kit yang diberikan kepada beberapa
Puskesmas.

Analisis Kegagalan :
1) Kurangnya dukungan lintas sektor dalam mendukung pelaksanaan
penjarinagn di beberapa sekolah terutama sekolah swasta
2) Tidak adanya biaya transport petugas kesehatan menuju sekolah dan
biaya operasional karena tidak dialokasikan di dana BOK.
3) Kondisi geografis di wilayah-wilayah tertentu yang sulit untuk menuju
sekolah serta letak sekolah yang jauh dari faskes

Alternatif Solusi :
1) Kegiatan yang masuk di dalam SPM seharusnya masuk dalam pelayanan
kesehatan esensial di Puskesmas termasuk kegiatan penjaringan anak
usia sekolah.
2) Perlu penyediaan sarana dan prasarana pendukung untuk pelaksanaan
kegiatan penjaringan anak usia sekolah seperti UKS Kit, transport, bahan
reagent, dll.
3) Perlu dukungan lintas sektor agar kegiatan tersebut mendapat dukungan
dari sekolah saat pelaksanaan kegiatan dan sekolah dapat
menindaklanjuti.

34 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


e) Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja
Cakupan Puskesmas yang menyelenggaran pelayannan kesehatan remaja
adalah Puskesmas yang memberikan pelayanan meliputi pelayanan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang harus diberikan secara komprehensif
di semua tempat yang akan melakukan pelayanan remaja dengan
pendekatan PKPR

Fokus sasaran layanan puskesmas PKPR adalah berbagai kelompok remaja,


antara lain:
1) Remaja di sekolah: sekolah umum, madrasah, pesantren, sekolah luar
biasa.
2) Remaja di luar sekolah: karang taruna, saka bakti husada, palang merah
remaja, panti yatim piatu/rehabilitasi, kelompok belajar mengajar,
organisasi remaja, rumah singgah, kelompok keagamaan.
3) Remaja putri sebagai calon ibu dan remaja hamil tanpa
mempermasalahkan status pernikahan.
4) Remaja yang rentan terhadap penularan HIV, remaja yang sudah
terinfeksi HIV, remaja yang terkena dampak HIV dan AIDS, remaja yang
menjadi yatim/piatu karena AIDS,
5) Remaja berkebutuhan khusus, yang meliputi kelompok remaja sebagai
berikut:  Korban kekerasan, korban traficking, korban eksploitasi seksual
 Penyandang cacat, di lembaga pemasyarakatan (LAPAS), anak jalanan,
dan remaja pekerja  Di daerah konflik (pengungsian), dan di daerah
terpencil

Capaian cakupan Puskesmas melaksanakan Yankes Remaja di provinsi


Lampungtahun 2019 dapat dilihat pada grafik berikut :

Grafik 3.21 Capaian Cakupan Puskesmas melaksanakan Yankes Remaja


Per Kab/Kota se Provinsi LampungTahun 2018

Lampung Tengah 58.97


Pesisir Barat 66.67
Lampung Barat 80
Provinsi 92.72
Kota Metro 100
Kota Bandar Lampung 100
Tulangbawang Barat 100
Mesuji 100
Pringsewu 100
Pesawaran 100
Tulangbawang 100
Way Kanan 100
Lampung Utara 100
Lampung Timur 100
Lampung Selatan 100
Tanggamus 100
0 20 40 60 80 100 120

35 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


Sedangkan trend tahun capaian cakupan puskesmas yang melaksanakan
yankes remaja dapat dilihat pada grafik berikut :
Grafik 3.22 Trend Capaian Puskesmas melaksanakan Yankes Remaja di
Provinsi LampungTahun 2016 - 2018

100
92.72
90
87.21
80 78.86

70 68 70
66
60

50

40

30

20

10

0
2016 2017 2018

PUSKESMAS YANKES REMAJA TARGET

Analisis keberhasilan :
1) Meningkatnya jumlah Puskesmas yang terlatih dalam PKPR
2) Tersedianya paket PKPR Kit di sebagain besar Puskesmas
3) Yankes Remaja telah menjadi salah satu kegiatan prioritas sehingga
mendapatkan pembiayaan dari dana BOK
Analisis Kegagalan :
1) Belum semua Puskesmas menjadi pelayanan kesehatan remaja sebagai
salah satu kegiatan prioritas
2) Rendahnya minat remaja untuk mengunjungi fasiliatas kesehatan
3) Kurangnya sarana dan prasarana di Puskesmas dalam memberikan
pelayanan kesehatan remaja
4) Kurangnya kerjasama lintas sektor dalam mendukung pelayanan
kesehatan remaja terutama di sekolah

Solusi Alternatif :
1) Pengadaan PKPR Kit untuk seluruh puskesmas
2) Penyediaan reagen pemeriksaan sesuai dengan sasaran remaja
3) Penyediaan biaya operasional bagi petugas untuk pelayanan kesehatan
remaja di luar gedung.

f) Persentase Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil


Kelas Ibu Hamil ini merupakan sarana untuk belajar bersama tentang
kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu mengenai
kehamilan, persalinan, nifas, KB pasca persalinan, pencegahan komplikasi,
perawatan bayi baru lahir dan aktivitas fisik/ senam ibu hamil.
Kelas Ibu Hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan jumlah
peserta maksimal 10 orang. Di kelas ini ibu-ibu hamil akan belajar bersama,
diskusi dan tukar pengalaman tentang kesehatan Ibu dan anak (KIA)

36 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


secara menyeluruh dan sistematis serta dapat dilaksanakan secara
terjadwal dan berkesinambungan. Kelas ibu hamil difasilitasi oleh
bidan/tenaga kesehatan dengan menggunakan paket Kelas Ibu Hamil
yaitu Buku KIA, Flip chart (lembar balik), Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu
Hamil, dan Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil.

Adapun capaian cakupan puskesmas melaskanakan kelas ibu di proinsi


Lampung tahun 2018 dapat dilihat pada grafik berikut :

Grafik 3.23 Capaian Cakupan Puskesmas melaksanakan Kelas Ibu Per


Kab/Kota se Provinsi LampungTahun 2018
Provinsi 100
Kota Metro 100
Kota Bandar Lampung 100
Pesisir Barat 100
Tulangbawang Barat 100
Mesuji 100
Pringsewu 100
Pesawaran 100
Tulangbawang 100
Way Kanan 100
Lampung Utara 100
Lampung Tengah 100
Lampung Timur 100
Lampung Selatan 100
Tanggamus 100
Lampung Barat 100
0 20 40 60 80 100 120
Sedangkan tren cakupan puskesmas yang melaksanakan kelas ibu tahun
2016-2018 dapat dilihat pada grafik berikut ini :

37 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


Grafik 3.24 Trend Cakupan Puskesmas melaksanakan Kelas Ibu
di Provinsi LampungTahun 2016 - 2018
102

100 100 100


99.33

98

96
95
94 94
93
92

90

88
2016 2017 2018
P USK ESM A S K ELAS IB U TAR GET

Analisis keberhasilan :
1) Meningkatnya jumlah nakes yang terlatih dalam pelaksanaan kelas ibu
2) Tersedianya paket pengadaan kelas ibu baik dari pusat ataupun dari
provinsi
3) Adanya pembinaan yang berkesinambungan dari kabupaten/kota ke
Puskesmas
4) Meningkatnya peran serta masyarakat dalam kegiatan di bidang
kesehatan

Analisis Kegagalan :
1) Belum semua Puskesmas memiliki paket kelas ibu sampai ke level bidan
di desa
2) Rendahnya partisiasi masyarakat terutama di daerah perkotaan
3) Infrastruktur yang kurang menyebabkan ibu tidak dapat mengakses lokasi
pelaksanaan kelas ibu.

Solusi Alternatif :
1) Penyediaan paket kelas ibu sesuai dengan jumlah desa
2) Mengembangkan pelaksanaan kelas ibu sesuai dengan kebutuhan
wilayah dimana dengan mengatur jadwal pelaksanaan kelas ibu
3) Meningkatkan jumlah nakes dalam orientasi kelas ibu.

g) Persentase Puskesmas yang melakukan Orientasi Program


Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
Orientasi P4K menitikberatkan pada kegiatan monitoring terhadap ibu
hamil dan bersalin. Pemantauan dan pengawasan yang menjadi salah satu
upaya deteksi dini, menghindari risiko kesehatan pada ibu hamil dan
bersalin yang dilakukan diseluruh Indonesia dalam ruang lingkup kerja
Puskesmas setempat serta menyediakan akses dan pelayanan di fasilitas
kesehatan tingkat pertama yang sekaligus merupakan kegiatan yang

38 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


membangun potensi masyarakat khususnya kepedulian masyarakat
untuk persiapan dan tindakan dalam menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir.
Dalam pelaksanaan P4K, bidan diharapkan berperan sebagai fasilitator dan
dapat membangun komunikasi persuasif dan setara diwilayah kerjanya agar
dapat terwujud kerjasama dengan ibu, keluarga dan masyarakat
sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kepedulian masyarakat
terhadap upaya peningkatan kesehatan ibu dan bayi baru lahir dengan
menyadarkan masyarakat bahwa persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan
akan menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir.

Capaian cakupan Puskesmas yang melaksanakan P4K di Provinsi Lampng


tahun 2018 dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

Grafik 3.25 Capaian Cakupan Puskesmas melaksanakan orientasi P4K


Per Kab/Kota se Provinsi LampungTahun 2018
Lampung Tengah 97.44
Provinsi 99.67
Kota Metro 100
Kota Bandar Lampung 100
Pesisir Barat 100
Tulangbawang Barat 100
Mesuji 100
Pringsewu 100
Pesawaran 100
Tulangbawang 100
Way Kanan 100
Lampung Utara 100
Lampung Timur 100
Lampung Selatan 100
Tanggamus 100
Lampung Barat 100
96 96.5 97 97.5 98 98.5 99 99.5 100 100.5

Sedangkan tren capaian cakupan puskesmas yang melaksanakan orientasi


P4K tahun 2016 – 2018 dapat dilihat pada garik berikut :

39 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


Grafik 3.26Trend Cakupan Puskesmas melaksanakan orientasi P4K
di Provinsi LampungTahun 2016-2018
101

100 100 100 100


99.67
99

98

97

96

95
94.63
94

93

92

91
2016 2017 2018
P USK ESM AS OR IENTA SI P 4 K TA R GET

Analisis keberhasilan :
1) Tersedianya buku KIA dalam jumlah yang cukup meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang pentingnya bersalin ke tenaga
kesehatan
2) Meningkatnya jumlah nakes yang telah dilatih dalam P4K
3) Dukungan ketersediaan dana BOK untuk kegiatan dan faslitasi
pelaksanaan P4K

Analisis Kegagalan :
1) Kurangnya dukungan lintas sektor dalam pelaksanaan kegiatan P4K
terutama di wilayah desa
2) Tidak adanya alokasi anggaran di Puskesmas untuk melaksanakan
Orientasi P4K.

Alternatif Solusi :
1) Optimalisasi pemanfaatan dana desa untuk mendukung kegiatan P4K di
tingkat desa
2) Peningkatan kerjasama lintas program dan lintas sektor di Puskesmas
untuk mendukung pelaksanaan kegiatan P4K

3) Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga


a) Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar
Indikator persentase puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja
dasar menurut definisi operasional adalahpuskesmas yang
menyelenggarakan Kesehatan kerja dasar, dan atau memberikan
pelayanan kesehatan terhadap pekerja di wilayah kerjanya.

40 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


Puskesmas dikatakan menyelenggarakan kesehatan kerja dasarminimal
menerapkan salah satu kriteria :
1. Memiliki kebijakan mengenai Keselamatan dan kesehatan kerja, yang
dikeluarkan oleh pimpinan Puskesmas
2. Mempunyai tim K3 Puskesmas
3. Implementasi K3 di Puskesmas minimal menerapkan kewaspadaan
standar (standart precaution)
4. Pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan pekerja yang dibuktikan
dengan Laporan Bulanan Kesehatan Pekerja (LBKP-1) Puskesmas

Analisa Capaian Kinerja


Capaian indikator persentase puskesmas yang menyelenggarakan
kesehatan kerja dasar dari tahun ke tahun cenderung naik sejak tahun 2014
sampai dengan 2018 sebagaiman terlihat pada grafik berikut :

Grafik 3.27Trend Capaian Indikator


Persentase Puskesmas Menyelenggarakan Kesehatan Kerja Dasar
di Provinsi LampungTahun 2014 - 2018
90

80
77.7
74.4
70 68.8 70

60 60

50 49.3 50
42.4
40 40

30

20

10

0
2014 2015 2016 2017 2018

Lampung Target Nasional


Sumber : Laporan Kesehatan Kerja Dinkes Provinsi Lampung Tahun 2018

Dengan melihat capaian tersebut maka bisa dipastikan bahwa target


Renstra di tahun 2019 yaitu 80% kemungkinan besar akan tercapai.
Namun begitu bila kita melihat capaian indicator per kabupaten/kota masih
terlihat ada beberapa kabupaten yang capaiannya lebih rendah dari
provinsi sebagaimana bisa dilihat pada grafik berikut.

41 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


Grafik 3.28 Capaian Indikator
Persentase Puskesmas Menyelenggarakan Kesehatan Kerja Dasar
per Kabupaten/Kota se-Provinsi LampungTahun 2018
Provinsi 74.4

Pesisir Barat 44.4


Mesuji 100.0
Way Kanan 52.6
Tulang Bawang Barat 100.0
Tulang Bawang 72.2
Tanggamus 100.0
Pringsewu 100.0
Pesawaran 91.7
Lampung Barat 66.7
Lampung Selatan 80.8
Lampung Timur 100.0
Lampung Tengah 39.5
Lampung Utara 51.9
Metro 58.3
Bandar Lampung 86.7
0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0
Sumber : Laporan Kesehatan Kerja Dinkes Provinsi Lampung Tahun 2018

Walapun secara umum hampir seluruh kabupaten/kota sudah mencapai


target yang diharapkan, namun ada beberapa kabupaten yang
capaiannya masih di bawah provinsi yaitu Kabupaten Pesisir Barat, Way
Kanan, Lampung Barat, Lampung Tengah, Lampung Utara dan Metro.

Analisa Keberhasilan
Hal-hal yang menyebabkan peningkatan capaian indikator persentase
puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar yaitu :
1) Alokasi dana dekonsentrasi kegiatan Pembinaan Upaya Kesehatan
Kerja dan Olahraga untuk Provinsi Lampung yang mencukupi untuk
mengakomodir seluruh kegiatan kesehatan kerja dan olahraga yang
selaras dengan kegiatan Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga,
karena Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi prioritas.
2) Meningkatnya alokasi pembiayaan kegiatan kesehatan kerja
karena nomenklatur Kesehatan Kerja dan Olahraga pada SOTK
baru menjadi langkah untuk mengajukan kegiatan Kesehatan
Kerja pada APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota
3) Meningkatnya jumlah tenaga pengelola kesehatan kerja yang
sudah dilatih Kesehatan Kerja baik melalui pelatihan teknis
kesehatan kerja maupun orientasi kesehatan kerja dan olahraga
4) Sosialisasi berkelanjutan dan jaringan pencatatan pelaporan

42 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


melalui social media

Analisa Kegagalan
Hal yang menyebabkan rendahnya capaian indikator persentase
puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasarantara lain:
1) Pergantian petugas pengelola kesehatan kerja baik di tingkat
Kabupaten/Kota maupun Puskesmas saat penerapan SOTK baru
2) Tingginya tingkat mutasi petugas pengelola kesehatan kerja yang
sudah dilatih
3) Kegiatan kesehatan kerja bukan merupakan kegiatan UKM esensial
(hanya kegiatan UKM Pengembangan) sehingga sering belum
menjadi prioritas pendanaan kegiatan, baik di tingkat provinsi,
kabupaten/kota maupun puskesmas
4) Belum terlaksananya koordinasi dan komunikasi yang baik antara
Lintas Program dan Lintas Sektor yang mendukung pelaksanaan
pelayanan kesehatan kerja
5) System pencatatan dan pelaporan yang belum terpadu dan berbasis
computer.

Alternatif solusi
Alternatif solusi yang dilakukan dalam mengatasi hambatan antara lain:
1. Dukungan dana dekosentrasi kegiatan Pembinaan Upaya
Kesehatan Kerja dan Olahraga agar provinsi terus dapat
mensosialisasikan dan melaksanakan pembinaan kesehatan kerja.
2. Advokasi dan pembentukan tim koordinasi kesehatan kerja yang
melibatkan Lintas Program dan Lintas Sektor terkait, baik di
tingkat provinsi, kabupaten/kota maupun puskesmas.
3. Terus mengadakan pelatihan teknis maupun orientasi kepada
petugas pengelola kesehatan kerja.
4. Fasilitasi pendanaan kegiatan dan sarana pendukungnya dari
Kabupaten/kota dan Puskesmas.
5. Sinkronisasi kegiatan antara provinsi dan kabupaten dalam
pemanfaatan dana BOK sehingga kegiatan yang disusun fokus pada
peningkatan indikator program/Renstra.

b) Jumlah pos UKK yang terbentuk di daerah PPI/TPI


Indikator jumlah Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK) yang terbentuk di
daerah Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) /Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
menurut definisi operasional adalahjumlah pos UKKdi daerah PPI/TPI yang
dibentuk dan dibina masyarakat yang difasilitasi oleh Puskesmas. Indikator
ini menjadi prioritas dalam pembentukan pos UKK secara keseluruhan
sehingga masuk ke dalam indikator resntra karena merupakan merupakan
salah satu arah kebijakan Kementerian Kesehatan pada renstra 2015-2019
yaitu intervensi berbasis risiko kesehatan pada kelompok rentan
(vulnerable) yaitu masyarakat nelayan. Masyarakat nelayan memiliki
karakteristik khusus mulai dari mudah terkena gangguan kesehatan hingga
lingkungan sekitar yang kumuh miskin.

43 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, data PPI di
Provinsi Lampung berjumlah 20 PPI yang terdapat di :
1. Kota Bandar Lampung 2 PPI
2. Kab. Lampung Selatan 8 PPI
3. Kab. Tanggamus 5 PPI
4. Kab. Lampung Timur 2 PPI
5. Kab. Tulang Bawang 1 PP
6. Kab. Pesisir Barat 2 PPI

Analisa Capaian Kinerja


Capaian indikator jumlah Pos UKK yang terbentuk di daerah PPI/ TPI
dari tahun ke tahun cenderung naik sejak tahun 2015 sampai dengan 2018
sebagaimana terlihat pada grafik berikut :

Grafik 3.29Trend Capaian Indikator


Jumlah Pos UKK yang terbentuk di daerah PPI/ TPI
di Provinsi LampungTahun 2015 - 2018
25

20 20 20 20 20

15

12
10
9 9

5
3

0
2015 2016 2017 2018

Lampung Target
Sumber : Laporan Kesehatan Kerja Dinkes Provinsi Lampung Tahun 2018

44 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


Grafik 3.30Capaian Indikator
Jumlah Pos UKK yang terbentuk di daerah PPI/ TPI
per Kabupaten/Kota daerah PPI/TPI
se-Provinsi LampungTahun 2018
Provinsi 60

Pesisir Barat 50

Tulang Bawang 100

Lampung Timur 100

Tanggamus 20

Lampung Selatan 62.5

Bandar Lampung 100

0 20 40 60 80 100 120

Sumber : Laporan Kesehatan Kerja Dinkes Provinsi Lampung Tahun 2018

Dari 6 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung yang memiliki daerah


PPI/TPI,terdapat2 (dua) kabupaten yang capaiannya masih di bawah
provinsi yaitu Kabupaten Pesisir Barat dan Tanggamus.

Analisa Keberhasilan
Hal-hal yang menyebabkan peningkatan capaian indikator indikator jumlah
Pos UKK yang terbentuk di daerah PPI/ TPI yaitu :
1) Dukungan alokasi dana dekonsentrasi kegiatan Pembinaan Upaya
Kesehatan Kerja dan Olahraga untuk Provinsi Lampung yang
mengakomodir kegiatan Pembinaan Kesehatan Nelayan secara
bertahap tiap tahunnya. Dimulai dengan kegiatan Sosialisasi
Kesehatan Nelayan di tingkat Kabupaten/Kota, tahapan Pembentukan
Pos UKK yang diawali Pertemuan Tingkat Desa hingga ke
Musyawarah Masyarakat Desa dan dilengkapi dengan kegiatan
monitoring evaluasi.
2) Pemenuhan sarana prasarana Kit Pos UKK dan Kit Alat Pelindung Diri
(APD) khusus untuk Pos UKK Nelayan sebagai stimulan dari
Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga
3) Meningkatnya jumlah tenaga pengelola kesehatan kerja yang
sudah dilatih Kesehatan Kerja baik melalui pelatihan teknis
kesehatan kerja maupun orientasi kesehatan kerja dan olahraga
baik ditingkat Kabupaten maupun puskesmas
4) Sosialisasi berkelanjutan mengenai Pembentukan Pos UKK

45 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


Analisa Kegagalan
Hal yang menyebabkan rendahnya capaian indikatorjumlah Pos UKK
yang terbentuk di daerah PPI/ TPIantara lain:
1) Puskesmas dan Kabupaten/kota tidak memiliki basis data jumlah
kelompok pekerja informal, jenis-jenis pekerjaan maupun
penyebarannya
2) Puskesmas belum melakukan mapping jumlah pekerja formal dan
pekerja informal disertai segala karakteristiknya
3) Kegiatan kesehatan kerja bukan merupakan kegiatan UKM esensial
(hanya kegiatan UKM Pengembangan) sehingga sering belum
menjadi prioritas pendanaan kegiatan, baik di tingkat provinsi,
kabupaten/kota maupun puskesmas
4) Belum terlaksananya koordinasi dan komunikasi yang baik antara
Lintas Program dan Lintas Sektor yang mendukung pelaksanaan
pelayanan kesehatan kerja khususnya bagi masyarakat pekerja
informal
5) Kurangnya advokasi kepada pihak Desa sebagai pemilik Pos UKK
untuk mendukung dan memfasilitasi segala sarana prasana
pendukung pelaksanaan kegiatan di Pos UKK

Alternatif solusi
Alternatif solusi yang dilakukan dalam mengatasi hambatan antara lain:
1. Dukungan dana dekosentrasi kegiatan Pembinaan Upaya
Kesehatan Kerja dan Olahraga agar provinsi terus dapat
mensosialisasikan dan melaksanakan pembentukan dan
pembinaan pos UKK
2. Terus mengadakan pelatihan teknis maupun orientasi kepada
petugas pengelola kesehatan kerja.
3. Advokasi dan pembentukan jaringan komunikasi antara Pemerintah
Desa, Petugas Puskesmas dan Kader Pos UKK
4. Fasilitasi pendanaan kegiatan pelayanan kesehatan dan
pembinaan dari Kabupaten/kota dan Puskesmas.
5. Integrasi pelaksanaan kegiatan dengan Lintas Program dan Lintas
sektor dalam pelayanan kesehatan di Pos UKK

c) Persentase fasiltas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar


Indikator fasiltas pemeriksaan kesehatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang
memenuhi standar menurut definisi operasional adalahRumah Sakit atau
klinik utama yang ditetapkan Menteri Kesehatan dan telah dibina oleh
kementerian kesehatan yang dapat menyelenggarakan pemeriksaan
kesehatan calon TKI sesuai standar pemeriksaan yang ditetapkan oleh
Peraturan Menteri Kesehatan RI.

Provinsi Lampung merupakan kantong TKI no. 4 di Indonesia dengan


distribusi terbesar calon TKI berasal dari Kabupaten Lampung Timur. Salah
satu permasalahan utama yang selalu terjadi pada TKI adalah rendahnya
kualitas pemeriksaan kesehatan di sarana kesehatan pemeriksa calon TKI,
sehingga calon TKI sering dipulangkan kembali dari negara penempatan

46 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


karena masalah kesehatan. Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan
melalui Permenkes No. 29 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Pemeriksaan Kesehatan CTKI mengatur standar minimal yang harus dimiliki
oleh sarana kesehatan (baik itu rumah sakit maupun klinik utama) agar
dapat memberikan pelayanan pemeriksaan kesehatan kepada calon TKI
yang memenuhi standar.

Berdasarkan data dari Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan Kemenkes


RI, sarana kesehatan yang ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan sebagai
sarana kesehatan Pemeriksa CTKI di Provinsi Lampung adalah Rumah
Sakit Umum Daerah dr. Hj. Abdoel Moeloek (RSUDAM) dan Klinik Utama
As-Salam Medical Center.

Analisa Capaian Kinerja


Capaian fasiltas pemeriksaan kesehatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
yang memenuhi standardapat dilihat sebagaimana grafik berikut :

Grafik 3.31 Capaian Indikator


Fasiltas pemeriksaan kesehatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang
memenuhi standar di Provinsi LampungTahun 2018

Nasional 100

Klinik As-Salam 100

RSUDAM 100

0 20 40 60 80 100 120
Sumber : Laporan Kesehatan Kerja Dinkes Provinsi Lampung Tahun 2018

Analisa Keberhasilan
Hal-hal yang menyebabkan stabilnya capaian indikator fasiltas
pemeriksaan kesehatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang memenuhi
standar yaitu :
1) Proses perizinan sebagai sarana kesehatan pemeriksa CTKI sudah
mengacu pada Permenkes No. 29 tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan CTKI
2) Alokasi dana dekonsentrasi kegiatan Pembinaan Upaya Kesehatan

47 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


Kerja dan Olahraga untuk Provinsi Lampung yang mengakomodir
kegiatan pembinaan ke sarana kesehatan pemeriksa CTKI
3) Integrasi lintas program khususnya dengan pengelola perizinan di
provinsi dalam pembinaan ke sarana kesehatan pemeriksa CTKI

Analisa Kegagalan
Hal yang menyebabkan rendahnya tingkat utilitas pemeriksaan kesehatan
di sarana kesehatan yang resmi ditunjuk Kementerian Kesehatan antara
lain:
1) Banyaknya PPTKIS yang langsung membawa calon TKI ke
Jakarta tanpa diperiksa kesehatannya terlebih dahulu di provinsi
asal
2) Adanya modus dan oknum PPTKIS nakal yang meminta fee
kepada sarana kesehatan yang ditunjuk
3) Perda tarif RSUDAM yang membuat tarif pemeriksaan kesehatan
CTKI di RSUDAM lebih mahal dibandingkan Permenkes No, 26
tahun 2015 tentang Pola Tarif

Alternatif solusi
Alternatif solusi yang dilakukan dalam mengatasi hambatan antara lain:
1. Dukungan dana dekosentrasi kegiatan Pembinaan Upaya
Kesehatan Kerja dan Olahraga agar provinsi terus dapat
mensosialisasikan dan melaksanakan pembinaan ke sarana
kesehatan TKI dan Kabupaten/Kota Kantong TKI
2. Advokasi kepada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigasi Provinsi
agar PPTKIS membawa CTKI nya untuk memeriksakan
kesehatannya ke sarana kesehatan yang sudah ditunjuk
3. Pembinaan terintegrasi lintas program dan lintas sektor

d) Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan


olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya
Indikator persentase puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan
olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya menurut definisi
operasional adalahpuskemas yang menyelenggarakan upaya kesehatan
olahraga melalui pembinaan kelompok olahraga (meliputi pendataan
kelompok/klub olahraga, pemeriksaan kesehatan pada kelompok dan
penyuluhan kesehatan pada kelompok; dan atau pelayanan kesehatan
olahraga di wilayah kerjanya (meliputi konsultasi kesehatan olahraga,
pengukuran tingkat kebugaran jasmani, pelayanan cedera olahraga akut
serta pelayanan kesehatan atlet pada event olahraga).

Analisa Capaian Kinerja


Capaian indikator persentase puskesmas yang menyelenggarakan
kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya dari
tahun ke tahun cenderung naik sejak tahun 2015 sampai dengan 2018
sebagaiman terlihat pada grafik berikut :

48 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


Grafik 3.32Trend Capaian Indikator
Persentase puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan
olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya
di Provinsi LampungTahun 2015 - 2018
70

60 58.6

50 50

40 40
34.6
30 30

20 20 20.3

10

0
2015 2016 2017 2018

Lampung Target Nasional


Sumber : Laporan Kesehatan Olahraga Dinkes Provinsi Lampung Tahun 2018

Dengan melihat capaian tersebut maka bisa dipastikan bahwa target


Renstra di tahun 2019 yaitu 60% kemungkinan besar akan tercapai.
Namun begitu bila kita melihat capaian indicator per kabupaten/kota masih
terlihat ada beberapa kabupaten yang capaiannya lebih rendah dari
provinsi sebagaimana bisa dilihat pada grafik berikut.

49 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


Grafik 3.33Capaian Indikator
Persentase Puskesmas Menyelenggarakan Kesehatan Kerja Dasar
per Kabupaten/Kota se-Provinsi LampungTahun 2018
Provinsi 59

Pesisir Barat 89
Mesuji 83
Way Kanan 0
Tulang Bawang Barat 100
Tulang Bawang 78
Tanggamus 0
Pringsewu 100
Pesawaran 50
Lampung Barat 73
Lampung Selatan 73
Lampung Timur 85
Lampung Tengah 29
Lampung Utara 29
Metro 100
Bandar Lampung 90
0 20 40 60 80 100 120
Sumber : Laporan Kesehatan Olahraga Dinkes Provinsi Lampung Tahun 2018

Walapun secara umum hampir seluruh kabupaten/kota sudah mencapai


target yang diharapkan, namun ada beberapa kabupaten yang
capaiannya masih di bawah provinsi yaitu Kabupaten Way Kanan,
Tanggamus, Pesawaran, lampung Tengah dan Lampung Utara

Analisa Keberhasilan
Hal-hal yang menyebabkan peningkatan capaian persentase puskesmas
yang menyelenggarakan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat
di wilayah kerjanyayaitu :
1) Alokasi dana dekonsentrasi kegiatan Pembinaan Upaya Kesehatan
Kerja dan Olahraga untuk Provinsi Lampung yang mencukupi untuk
mengakomodir seluruh kegiatan kesehatan olahraga yang selaras
dengan kegiatan Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga, karena
Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi prioritas.
2) Meningkatnya alokasi pembiayaan kegiatan kesehatan olahraga
karena nomenklatur Kesehatan Kerja dan Olahraga pada SOTK
baru menjadi langkah untuk mengajukan kegiatan Kesehatan
Olahraga pada APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota
3) Meningkatnya jumlah tenaga pengelola kesehatan olahraga yang
sudah dilatih melalui orientasi kesehatan kerja dan olahraga
4) Sosialisasi berkelanjutan dan jaringan pencatatan pelaporan

50 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


melalui social media

Analisa Kegagalan
Hal yang menyebabkan rendahnya capaian indikator persentase
puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan olahraga pada kelompok
masyarakat di wilayah kerjanyaantara lain:
1) Pergantian petugas pengelola kesehatan olahraga baik di tingkat
Kabupaten/Kota maupun Puskesmas saat penerapan SOTK baru
2) Tingginya tingkat mutasi petugas pengelola kesehatan olahraga
yang sudah diorientasi
3) Kegiatan kesehatan olahraga bukan merupakan kegiatan UKM
esensial (hanya kegiatan UKM Pengembangan) sehingga sering
belum menjadi prioritas pendanaan kegiatan, baik di tingkat provinsi,
kabupaten/kota maupun puskesmas
4) Belum terlaksananya koordinasi dan komunikasi yang baik antara
Lintas Program dan Lintas Sektor yang mendukung pelaksanaan
pelayanan kesehatan olahraga
5) System pencatatan dan pelaporan yang belum terpadu dan berbasis
computer.
6) Belum adanya reward bagi pengelola kesehatan olahraga yang telah
dengan baik melaksanakan semua kegiatan hingga ke pencatatan
pelaporan

Alternatif solusi
Alternatif solusi yang dilakukan dalam mengatasi hambatan antara lain:
1. Dukungan dana dekosentrasi kegiatan Pembinaan Upaya
Kesehatan Kerja dan Olahraga agar provinsi terus dapat
mensosialisasikan dan melaksanakan pembinaan kesehatan
olahraga.
2. Advokasi Lintas Program dan Lintas Sektor terkait, baik di tingkat
provinsi, kabupaten/kota maupun puskesmas.
3. Terus mengadakan pelatihan teknis maupun orientasi kepada
petugas pengelola kesehatan olahraga.
4. Fasilitasi pendanaan kegiatan dan sarana pendukungnya dari
Kabupaten/kota dan Puskesmas.
5. Sinkronisasi kegiatan antara provinsi dan kabupaten dalam
pemanfaatan dana BOK sehingga kegiatan yang disusun fokus pada
peningkatan indikator program/Renstra
6. Pembinaan berkelanjutan

51 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


4) Penyehatan Lingkungan
a) Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan STBM (Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat)
Tabel 3.2 Capaian Desa Yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasisi
Masyarakat (STBM) Provinsi Lampung Tahun 2015 – 2018

Analisa Keberhasilan
Trend Capaian Desa melaksanakan STBM yang selalu meningkat disetiap
tahunnya disebabkan karena kemitraan yang baik antara tenaga Provinsi,
tenaga Kabupaten/kota, Lintas Sektor/Program/Mitra terkaitdanSanitarian
Puskesmas dalam melakukan Pemicuan di Masyarakat (Desa/Kelurahan)
yang berdampak pada peningkatan akses terhadap sanitasi layak.

Analisa Kegagalan
Hal yang menyebabkan rendahnya cakupan program antara lain:
1) Kurangnya Komitment dan Dukungan Kepala Daerah terhadap Program
STBM
2) Masih terbatasnya anggaran APBD dan sumber daya manusia (Tenaga
Kesling) pada Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Puskesmas sehingga
pelaksanaan program tidak tercapai secara maksimal.
3) Belum maksimalnya koordinasi dan sinergitas lintas ector/lintas program
dan mitra terkait.
4) Untuk pelaporan triwulan Desa melaksanakan STBM
secaraonline/berbasis web masih banyak kendala, dikarenakan signal,
kurangnya kompetensi petugas kesling dalam pelaporan online

Alternatif Solusi
1) Refresing / Orientasi Peningkatan Kapasitas Petugas Puskesmas &
Kabupaten dalam advokasi dan pencatatan pelaporan triwulan/online
2) Meningkatkan komitment kepala daerah dan dukungan pemda terhadap
Sanitasi (STBM)
3) Memfasilitasi pengadaan kebutuhan sarana dan prasarana pendukung

52 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


pelaksanaan program dengan menggunakan anggaran yang bersumber
dana dekonsentrasi, APBD Provinsi dan APBD Kabupaten.
4) Sinkronisasi kegiatan antara provinsi dan kabupaten dalam
pemanfaatan dana BOK sehingga kegiatan yang disusun ecto pada
peningkatan ector or program/Resntra.
5) Meningkatkan koordinasi lintas ector / lintas program / mitra terkait di
semua jenjang untuk mengatasi berbagai penyebab masalah yang
memerlukan dukungan & komitment mereka.

b) Persentase Sarana air minum yang dilakukan pengawasan


Cakupan Persentase Sarana air minum yang dilakukan pengawasan adalah
sebagai berikut :
Tabel 3.3 Cakupan Persentase Sarana air minum yang dilakukan
pengawasan tahun 2015-2018

Analisa Keberhasilan
Trend Capaian Persentase Sarana Air Minum yang dilakukan pengawasan
cendrung fluktuatif (naik turun) disebabkan karena proporsi pembagian
anggaran yg fluktuatif dan kurangnya tenaga kesling pukesmas yang
berkompeten (program kesling masih banyak dikelola oleh tenaga
bidan/perawat/kesehatan lainnya), namun jika di lihat realisasi pertahun sudah
mencapai target yang di harapkan.

Analisa Kegagalan
Hal yang menyebabkan rendahnya cakupan program antara lain:
1) Masih terbatasnya anggaran APBD/BOK non fisik (proporsi pembagian
anggaran yg fluktuatif) dan sumber daya manusia (Tenaga Kesling)
pada Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Puskesmas sehingga pelaksanaan
program tidak tercapai secara maksimal.
2) Belum maksimalnya koordinasi dan sinergitas lintas sektor/lintas
program dan mitra terkait.
3) Untuk pelaporan secaraonline masih banyak kendala, dikarenakan
signal dan kurangnya kompetensi petugas kesling dalam pelaporan
online

Alternatif Solusi
Alternatif solusi yang dilakukan dalam mengatasi hambatan antara lain:
1) Refresing / Orientasi Peningkatan Kapasitas Petugas Puskesmas &
Kabupaten dalam advokasi dan pencatatan pelaporan triwulan/online

53 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


2) Memfasilitasi pengadaan kebutuhan sarana dan prasarana pendukung
pelaksanaan program dengan menggunakan anggaran yang
bersumber dana dekonsentrasi, APBD Provinsi dan APBD Kabupaten.
3) Sinkronisasi kegiatan antara provinsi dan kabupaten dalam
pemanfaatan dana BOK sehingga kegiatan yang disusun fokus pada
peningkatan indikator program/Resntra.
4) Meningkatkan koordinasi lintas sektor / lintas program / mitra terkait di
semua jenjang untuk mengatasi berbagai penyebab masalah yang
memerlukan dukungan & komitment mereka.

c) Persentase Tempat-tempat umum (TTU) yang memenuhi syarat kesehatan

Trend Capaian indikator cakupan Tempat-tempat umum (TTU) yang


memenuhi syarat kesehatan digambarkan pada grafik di bawah ini :

Grafik 3.34Persentase TTU Sehat per Kota/Kab Propinsi Lampung


Tahun 2014-2018

Analisa Keberhasilan
1) Secara nasional bahwa Provinsi Lampung tahun 2018 sudah melebihi
capaian target Tempat –tempat umum sehat (capaianan sebesar 72, 70
%) dari target Kemenkes RI sebesar 58 %
2) Laporan rutin kegiatan program TTU sehat sudah aktif dikirim ke Provinsi
lampung setiap Triwulan.

Analisa Kegagalan
Hal yang menyebabkan rendahnya cakupan program antara lain:
1. Keterbatasan anggaran dari
berbagai sumber dana untuk kegiatan TTU sehat

54 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


2. Ego program dari sektor dan
program terkait TTU sehat
3. Belum semua Kota/Kabupaten
memiliki petugas khusus yang mengelola Program Penyehatan Tempat-
Tempat Umum, rata-rata pengelola program merangkap/mengelola
beberapa program, sehingga pengelolaan Program Penyehatan Tempat-
Tempat Umum belum maksimal.
4. Belum maksimalnya kerjasama
dengan lintas program maupun dengan lintas sektor terkait dalam
operasional maupun pemantauan
5. Relatif masih kurangnya sarana
prasarana serta buku panduan/pedoman formulir observasi/chesklist serta
peralatanuntuk pengukuran di lapangan.
6. Belum ada dana khusus yang
mendukung petugas Pengelola Progam Penyehatan Tempat-Tempat
Umum Kota/Kabupaten dan Puskesmas, untuk melakukan pembinaan ke
sasaran (Tempat-Tempat Umum ) yang ada diwilayah kerjanya sesuai
dengan standar pelayanan minimal Program Penyehatan Lingkungan.

Alternatif Solusi
1. Pembinaan dan Advokasi Program Penyehatan Tempat-Tempat Umum
oleh Petugas Penyehatan Lingkungan Propinsi secara intensif ke 15
Kota/Kabupaten se Propinsi Lampung, agar kegiatan Program Penyehatan
Tempat-Tempat Umum/institusi memperoleh dukungan dana.
2. Mengusulkan adanya petugas khusus yang mengelola Program
Penyehatan Tempat-Tempat Umum pada Seksi Kesehatan Lingkungan
dimasing-masing Kota/Kabupaten se Propinsi Lampung.
3. Memberikan feed back ke Kota/Kabupaten atas laporan hasil kegiatan yang
telah dicapai, maupaun laporan yang telah dikirimkan ke Propinsi.Lampung
secara berkesinambungan dan berjenjang sampai tingkat
puskesmas.Mengevaluasi kegiatan program bersama petugas pengelola
program Kota/Kabupaten se Propinsi Lampung, pada saat Rapat Evaluasi
Program Kesehatan Lingkungan di Propinsi.
4. Memberikan feed back ke Kota/Kabupaten atas hasil kegiatan yang telah
dicapai, maupaun laporan yang telah dikirimkan ke Propinsi.
5. Menyeragamkan format laporan rutin triwulan baik yang dikirim dari
puskesmas maupun Dinkes Kabupaten Kota.
6. Menambah keterangan jumlah puskesmas yang ada dan jumlah
puskesmas yang melapor pada formulir pelaporan.
7. Mensinergikan kegiatan penyehatan Tempat-Tempat Umum dengan
program kesehatan lingkungan yang lain serta kesehatan kerja dan
olahraga.

d) Persentase RS yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai standar


Trend presentasi RS yang melakukan pengelolaan limbah edis sesuai
standar tahun 2015 – 2018 digambarkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 3.4 Trend presentasi RS yang melakukan pengelolaan limbah
Medis sesuai standar tahun 2015 – 2018
TARGET
NO. INDIKATOR CAPAIAN
2018 2015 2016 2017 2018 2019
(%) (%) (%) (%) (%) (%)
T R T R T R

55 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


1. 67 10 84 15 63 21 35 28 36
Persent
ase
Rumah
Sakit
yang
melakuk
an
Pengelol
aan
Limbah
Medis
sesuai
satandar

Analisa Keberhasilan
Trend positif Persentase Rumah Sakit yang melakukan Pengelolaan Limbah
Medis sesuai satandar disebabkan karena kemitraan yang baik antara tenaga
Provinsi, tenaga Kabupaten/ kota maupun di Fasyankes tentang dalam
pelaksanaan pengelolaan limbah medis Fasyankes dan Rumah Sakit

Analisa Kegagalan
Hal yang menyebabkan rendahnya cakupan program antara lain:
1) Untuk pelaporan triwulan pengelolaan limbah medis sesuai standar
secara on line berbasis web masih banyak kendala, dikarenakan
server di pusat sering bermasalah / ada gangguan, sehingga bagi
rumah sakit yang akan melaporkan pengelolaan limbah medis secara
on line tidak bisa mengupload datanya
2) Masih ada Fasilitas Pelayanan Kesehatan ( Rumah Sakit,
Puskesmas, Balai Pengobatan, Klinik Bersalin dan lain-lain) yang
belum mengelola limbahnya padat/cair medis dengan baik dan sesuai
peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah
3) Kegiatan program kesehatan lingkungan di Rumah Sakit belum
terlaksana dengan maksimal, sesuai dengan Kepmenkes 1204 Tahun
2004, tentang persyaratan Kesehatan Lingkungan di Rumah Sakit
4) Masih terbatasnya pendanaan dan sumber daya manusia di
setiap Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota, sehingga pengawasan
terhadap Fasilitas Pelayanan Kesehatan ( Rumah Sakit,
Puskesmas, Balai Pengobatan, Klinik Bersalin dan lain-lain) belum
maksimal

Alternatif Solusi
1) Orientasi Pengelolaan Limbah Medis Fasyankes bagi petugas kesling
Dinkes Kabupaten /Kota dan Rumah Sakit se - Provinsi Lampung
2) Monitoring Pengelolaan Limbah Medis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
(Rumah Sakit, Puskesmas, Balai Pengobatan, Klinik Bersalin dan lain-lain)
di Kabupaten/Kota Se-Provinsi Lampung
3) Pengkajian terhadap dokumen AMDAL bagi kegiatan/usaha yang
berpotensi menimbulkan dampak pencemaran terhadap lingkungan.
4) Peningkatan kerjasama lintas sektor terkait terutama dengan Dinas
Lingkungan Hidup Provinsi Lampung dalam rangka pengawasan dampak
pencemaran limbah padat/cair medis yang ditimbulkan dari Fasilitas

56 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, Balai Pengobatan,
Klinik Bersalin dan lain-lain) terhadap lingkungan.

e) Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat


kesehatan

Grafik 3.35Trend Jumlah TPM Yang Terdaftar Dalam E Monev HSP


Per Kabupaten Kota Th 2014 – 2018

Grafik 3.36Trend Jumlah TPM Yang Memenuhi Syarat


Per Kabupaten Kota Th 2014 – 2018

57 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


Analisa Keberhasilan
Trend positif kenaikan TPM yang terdaftar pada e monev HSP th 204 – 2018
menunjukkan peningkatan, diketahui bahwa kab/kota yang sudah mengupload
data TPM ecara bertahap hingga tahun 2018 sudah 15 Kab yang ada di
provinsi Lampung, hal ini menunjukkan adanya keseriusan tenaga sanitarian
dalam mengelola program HSP melalui website.

Analisa Kegagalan
Hal yang menyebabkan rendahnya cakupan program antara lain:
1) Masih terbatasnya dana dalam rangka pembinaan program Penyehatan
Makanan dan Minuman di kabupaten/kota , sehingga pencapaian
indikator sangat tergantung dengan ketersediaan anggaran dan aktifitas
2) Kurang adanya Pembinaan dan Pengawasan dalam rangka kegiatan
Penyehatan Makanan dan Minuman di kabupaten/kota.
3) Kesulitan dalam hal pengumpulan data – data dan informasi tentang TPM.
Dikarenakan Belum optimalnya kinerja petugas teknis dalam pembinaan
dan pengawasan TPM di tingkat kabupaten/kota, belum tersedianya
peralatan, dukungan logistik, media fasilitasi,dan medaia sosialisasi, serta
belum dilakukannya Pemetaan faktor risiko akibat pangan siap saji yang
dilakukan oleh puskesmas belum merata sehingga sulit untuk menentukan
target kegiatan.
4) Sistim informasi penyampaian laporan data dari kabupaten ke Provinsi
belum tepat waktu sehingga sangat lama untuk mengetahui
perkembangan capaian target per daerah.

58 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


5) Koordinasi Lintas sektor dan lintas program dalam mendukung kegiatan
pelaksanaan program Hygiene sanitasi pangan masih belum optimal, hal
ini dikarenakan program belum mendapatkan prioritas.

Alternatif Solusi
1) Melakukan Inventarisasi/PendaftaranTempat Pengelolaan PanganSiap
Saji dengan Melaksanakan Inspeksi Sanitasi di Tempat Pengelolaan
Makanan (TPM) sebagai syarat utama untuk pemenuhan persyaratan
higiene sanitasi dalam rangka mendapatkan sertifikat laik higiene sanitasi.
2) Provinsi/Kab/Kota diharapkan dapat melaksanakan Pengadaan Peralatan
Pemeriksa Kontaminasi Pangan.
3) Peningkatan Sistim informasi Higiene Sanitasi Pangan dalam mendukung
program HSP dengan mengembangkan dan melaksanakan e monev HSP
yang akan dimulai serentak di 15 Kab/kota pada tahun 2015.
4) Penguatan Sumber Daya Petugas baik di kabupaten/kota, puskesmas

f) Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat

Analisis Keberhasilan
Pencapaian target pengembangan wilayah kabupaten kota sehat sampai
dengan Tahun 2019 sebanyak 9 Kabupaten (60%) telah melakukan
pendekatan Kabupaten/kota sehat. Kabupaten/Kota yang telah memiliki
Forum Kabupaten Kota Sehat yaitu : Kab Bandar Lampung, Lampung Utara,
Lampung Tengah, Metro, Lampung Selatan, Pringsewu, Tulang Bawang
Barat, Pesisir Barat dan Lampung Barat Keberhasilan ini dikarenakan faktor
adanya penguatan/ Komitmen dari pimpinan dan pemangku
jabatan,Tercukupinya anggaran dan Terjalinnya koordinasi yang baik pada
lintas sektor dan program
.
Analisis Kegagalan
Masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan program kabupaten kota sehat
adalah :
1) Masih ada kabupaten yang belun mepunyai Forum Kabupaten/Kota sehat
yaitu sebanyak 6 Kabupaten/Kota.

59 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


2) Masih adanya Persepsi bahwa program kabupaten kota sehat adalah
milik Dinas Kesehatan, baik di tingkat Propinsi maupun di tingkat
kabupaten
3) Beberapa dari Kabupaten/Kota yang sudah terbentuk forum sudah tidak
aktif lagi dalam program Kabupaten/Kota Sehat.

Alternatif Solusi
Alternatif solusi yang dilakukan dalam mengatasi hambatan antara lain:
1) Pembinaan Kegiatan Kabupaten Kota Sehat tetap diperlukan agar
kabupaten/kota tetap termotivasi untuk melaksanakan Program
Kabupaten/Kota Sehat terutama bagi kabupaten/kota yang sudah
memiliki forum.
2) Perlunya sosialisasi bagi Kabupaten/Kota yang belum memiliki forum
agar segera membentuk Kabupaten/Kota Sehat.
3) Perlunya workshop Kabupaten/Kota Sehat dengan mengundang 9
(sembilan Kabupaten/Kota) yang sudah memiliki forum Kabupaten/kota
Sehat. Ini dimaksudkan untuk menguatkan forum yang sudah ada.
4) Perlunya reward bagi Kabupaten/Kota yang telah mengikuti verifikasi dan
mendapatkan penghargaan Swasti Saba.

5) Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat


a) Persentase Kab/Kota yang memiliki Kebijakan PHBS
Persentase Kabupaten/Kota yang memiliki kebijakan PHBS (%) adalah
persentase kabupaten/kota yang membuat kebijakan yang mendukung PHBS
minimal 1 kebijakan baru per tahun. Kebijakan yang dimaksud adalah
kebijakan yang mendukung kesehatan/PHBS/gaya hidup sehat dalam bentuk
Peraturan Daerah, Peraturan Bupati/Walikota, Instruksi Bupati/Walikota,
Surat Keputusan Bupati/Walikota, dan/atau Surat Edaran/Himbauan
Bupati/Walikota pada tahun pelaporan. Adapun pencapaian kabupaten/kota
di Provinsi Lampung yang telah mengeluarkan kebijakan terkait PHBS pada
Tahun 2018 ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5 Kebijakan PHBS di Kab/Kota Provinsi Lampung dan


Kabupaten/Kota Tahun 2018

Nomor dan
Provinsi KabKota Bentuk Kebijakan Uraian
Tahun
PROVINSI Surat Edaran No. Pelaksanaan Gerakan
Gubernur Lampung 425/1498/VI.01/2 Masyarakat Hidup
018 Sehat ( Germas) di
Lingkungn Pemerintah
Tanggal 30 Juli
Provinsi Lampung
2018

60 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


Draft Peraturan Pembentukan
Gubernur Lampung Stunting
Agent
1 Kota Bandar Peraturan Daerah 03 THN 2018 Pencegahan dan
Lampung Kota Bandar TGL 1 FEBRUARI Penularan Penyakit
lampung 2018
2 Kota Metro Penyediaan Sarana
441.1/14/SE/D-
dan Fasilitas
Surat edaran 2/2018
PemberianASI
13/08/2018
Eksklusif
    Penanggulangan
Perda Kota Metro 9 Tahun 2018 Penyakit Menular dan
Tidak Menular
3 Kab. 440/ 48/03- Pedoman
Lampung SK/Bid.I/2018 Pelaksanaan Germas
Peraturan Bupati
Timur tanggal 14
Desember 2018
    440/49/03- Penurunan Stunting
SK/Bid.I/ 2018
tanggal 14
Peraturan Bupati Desember 2018
    B.551/03- Pembentukan Forum
SK/2018 tanggal Komunikasi Germas
SK Bupati
18 Desember
2018
4 Kabupaten SK Bupati Pesisir No. B/134 / Pembentukan Tim
Pesisir Barat Barat. KPTS/V.01/HK- Kerja Sanitasi Kab.
PSB/2018 Pesisir Barat
    Peraturan Bupati No. 37 Tahun Pedoman
2018 Pelaksanaan Gerakan
Masyarakat Hidup
Sehat di Kabupaten
Pesisir Barat
    Peraturan Bupati No. 612 tahu Pembentukan Tim,
2018 Sekretariat dan
Kelompok Bidang
Forum Komunikasi
Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat Tingkat
Kabupaten Pesisir
Barat.
    Peraturan Bupati No 41 Tahun Pemberian ASI
2018 Ekslusif
5 Kabupaten Peraturan Bupati Nomor 31 Tahun KTR di Rumah Sakit
Pringsewu Pringsewu 2018

6 Kab. PERBUP NOMOR 51 tahun TENTANG GERMAS


Pesawaran GERMAS

    PERBUP PIS-PK NOMOR 58 2018 TENTANG PIS-PK

7 Kab Peraturan Bupati No. 1 Tahun 2018 Penurunan Stunting di


Lampung Kabupaten Lampung
Selatan Selatan
    Surat Edaran 060 / 3219 / IV.03 Implementasi

61 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


/ XII / 2018 Komunikasi
Perubahan Prilaku
Masyarakat Untuk
Mencegah Stunting
8 Kab. Tulang Surat Edaran Nomor Dukungan Kecamatan
Bawang 963.ATahun 2018 Terhadap
Pelaksanaan Program
Imunisasi Measles
Rubella (MR)
    Surat Edaran Nomor 018 Tahun Sosialisasi
2018 Pelaksanaan Senam
BMW (Bergerak
Melayani Warga) di
Lingkup Kabubaten
Tulang Bawang
    Surat Edaran Nomor 027 Tahun Pelaksanaan Program
2018 Kawasan Tanpa
Rokok (KTR) di
Lingkup Kabupaten
Tulang Bawang
    Peraturan Bupati Nomor 023 Tahun Rencana Aksi Daerah
2018 Penanggulangan
Tuberkulosis
Kabupaten Tulang
Bawang Tahun 2018-
2022
    Surat Edaran Nomor 063 Tahun Pemanfaatan Dana
2018 Desa untuk
Jambanisasi di
Lingkup Kabupaten
Tulang Bawang
9 Kab. Tulang Peraturan Bupati No. 1 Tahun 2018 Penurunan Stunting di
Bawang Kabupaten Lampung
Barat Selatan
    Pokja ASI 213/MOU/KTJ/LK/ Penyuluhan ASI
TBB/2018 Ekslusif

    Perbub No.44 Tahun STBM


2018
10 Kab. Mesuji PERATURAN
Pedoman yang
BUPATI
mengatur tentang
TENNTANG
pelaksanaan GERMAS
PEDOMAN
di kabupaten mesuji
PELAKSANAAN
NOMOR 21 dengan melibatkan
GERAKAN
Tahun 2018 berbagai komponen
MASYARAKAT
dan listas sektoral
HIDUP SEHAT
untuk menajamin
(GERMAS) DI
pelaksanaan GERMAS
KABUPATEN
berjalan secara baik
MESUJI
11 Kab. Way Surat Edaran 440/255/IV.02- Tentang Penyediaan
Kanan Bupati WK/2018 Ruang Laktasi Dan
Tempat Bermain Anak
Di Instansi Pemerintah
Dan swasta
Kabupaten Way Kanan
    SE Bupati 440/255/IV.02- Tentang Penyediaan

62 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


WK/2018 Ruang Laktasi Dan
Tempat Bermain Anak
Di Instansi Pemerintah
Dan Swasta
Kabupaten Way Kanan

Dinas Kesehatan Provinsi telah melakukan berbagai sosialisasi dan


pembinaan yang terintegrasi di kegiatan yang ada dalam rangka
mendorong dinas kesehatan kabupaten/kota untuk menginisiasi
keluarnya kebijakan PHBS di Kabupaten/Kota.
Pada tahun 2018 di Provinsi Lampung telah mengeluarkan 2 kebijakan
terkait PHBS yaitu tentang terbitnya Surat Edaran Pelaksanaan Germas
Di Provinsi Lampung dan DRAFT Peraturan Peraturan Gubernur
tentang pembentukan Lampung Stunting Agent (LSA) di Provinsi
Lampung.

Dari 15 kabupaten/kota, ada 11 kabupaten kota (73,3%) yang memiliki


minimal satu kebijakan baru terkait PHBS yang dikeluarkan pada Tahun
2018 ini. Adapun target capaian untuk indikator kabupaten/kota yang
mengeluarkan kebijakan PHBS pada tahun 2018 ini adalah sebesar
80%. Dengan demikian, capaian indikator kinerja kegiatan untuk
indikator Kabupaten/kota yang memiliki kebijakan PHBS pada tahun
2018 ini belum mencapai target yang ditetapkan.
Kendala dalam pencapaian target kabupaten/kota yang memiliki
kebijakan PHBS di antaranya minimnya dana untuk advokasi ke
pengambil kebijakan di kabupaten/kota secara langsung. Oleh karena
itu, upaya pencapaian target yang dilakukan pada Tahun 2018 lalu lebih
mendorong dan dan melakukan sosialisasi ke petugas di dinas
kesehatan dan beberapa sektor terkait kabupaten/kota yang terintegrasi
di beberapa pertemuan yang mengundang kabupaten/kota.

Analisis Keberhasilan
Secara program kegiatan, dalam meningkatkan cakupan capain
Provinsi telah melakukan :

1. Dalam meningkatkan cakupan kebijakan PHBS di Provinsi dan


Kab/Kota , provinsi telah melakukan advokasi kepada kab/kota agar
dapat mengadvokasi lintas program, lintas sektor dan pimpinan
daerah agar dalam meningkatkan cakupan PHBS dapat
mengeluarkan penguatan kebijakan terkait PHBS di setiap
pertemuan yang dilaksanakan di Provinsi maupun pelaksanaan
kegiatan di Kab/Kota.
2. Telah di bentuk Forum Komunikasi Germas melalui Peraturan
Gubernur Lampung tahun 2017 dan beberapa Kab/kota telah
terbentuk Forum Komunikasi Germas yang bertujuan untuk
meningkatkan implementasi prilaku hidup sehat di masyarakat dan
mendorong para pimpinan daerah dan anggota Forkom Germas
untuk melalukan melukakan penguatan dalam bentuk kebijakan
terkait PHBS dan kebijakan berwawasan kesehatan di Provinsi dan
Kab/Kota.

Analisis Kegagalan

63 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


1. Lemahnya SDM di daerah dan Kurangnya advokasi di daerah
kepada pimpinan daerah sehingga kebijakan PHBS capaian nya
belum mencapai target yang diharapkan .
2. Minimnya dana untuk advokasi ke pengambil kebijakan dan
mengambil langkah tindakan implementasi kebijakan di
kabupaten/kota secara langsung .
3. Kurangnya koordinasi dan inventarisir kebijakan di lintas program,
lintas sektor dan Badan pengelola Hukum di daerah , sehingga
banyak kebijakan yang tidak terinventarisir oleh pengelola program
di daerah.

Alternatif Solusi
1. Mengefektifkan peran Forum Komunikasi Germas atau
sejenisnya di Provinsi dan Kab/Kota .
2. Melakukan Koordinasi dengan BiroHukum/Bagian Hukum terkait
kebijakan yang dilakukan oleh lintas program, dan Lintas sektor.
3. Mendorong Kab/Kota agar dapat mendorong pimpinan daerah
terntang kebijakan PHBS dan pentingnya implementasi kebijakan
PHBS di daerah
b) Persentase desa yang memanfaatkan dana desa untuk UKBM
Dana desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan
belanja negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui
anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
Dana Desa digunakan untuk mendanai keseluruhan kewenangan desa
dengan prioritas untuk mendukung program pembangunan desa dan
pemberdayaan masyarakat.

Tabel 3.6 Persentase Desa Yang Memanfaatkan Dana Desa Untuk UKBM
di Provinsi Lampung Tahun 2018
Jumlah
Desa
Memanfa Jumlah dana
Kabupaten Jumlah % dana
No atkan Jumlah dana desa desa untuk
/Kota Desa desa
Dana Desa UKBM
Untuk
UKBM
1. Kota Bandar
Lampung 0    
2. Kab. Lampung
Barat 131 131 54.798.403.000 1.161.000.000 2,12
3. Kota Metro
0     0,00

64 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


4. Kab. Lampung
Timur 264 264 184.054.964.500 21.025.622.760 11,42
5. Lampung Tengah
304 301   6.020.000.000 0,00
6. Kab. Pesisir Barat 62.743.239.02 1.2
116 83,00 1,00 49.547.125,00 1,99
7. Kab. Pesawaran
144 141 9.658.610.388 1.418.537.489 14,69
8. Kab. Pringsewu
126 105 118.529.439.409 6.556.653.039 5,53
9. Kab. Tanggamus
299 164 105.593.644.053 2.980.677.404 2,82
10. Kab. Lampung
Selatan 260 248 261.237.694.000 10.449.507.760 4,00
11. Kab. Tulang
Bawang 151 116 79.153.556.395 3.166.129.662 4,00
12. Kab. Tulang
Bawang Barat 96     0,00
13. Kab. Mesuji
105 64 70.028.417.108 2.254.850.610 3,22
14. Kab. Lampung
Utara 247 69 83.400.000.000 38.907.614.388 46,65
15. Kab. Way Kanan
221 221 164.879.793.000 7.899.000.000 4,79

  2464 1.606 1.184.419.150.486 101.670.602.748 7,23

Dari 2.464 desa yang ada di Provinsi Lampung, sudah ada 1606 desa
(65,17 %) Adapun target pada tahun 2018 ini sebanyak 50 %% desa di
Lampung telah memanfaatkan dana desa minimal untuk UKBM dapat
tercapai cakupannya.

Analisis Keberhasilan
 Meskipun persentase dana desa yang memanfaatkan yang
memanfaatkan dana desa telah mencapai target yang ditetapkan di
beberapa desa, pemanfaatan dana desa untuk kesehatan atau UKBM
sudah ada, sebagain besar desa sudah mencapai 10% dari dana desa
yang ada.
 Advokasi terhadap Pimpinan Daerah dan Lintas program serta sosilisasi
sampai ke tingkat desa sangat mempengaruhi peningkatan cakupan ini.
Pada tahun 2018 Dinas kesehatan Provinsi telah melaksanakan dan
merencakan kegiatan malalui sumber dana APBN yaitu kegiatan
advokasi penguatan dana desa di Provinsi dan Kabupaten.
 Provinsi telah mengadakan penggandaan buku pedoman dana Desa
untuk Kesehatan yang di alokasikan bagi Kab/Kota agar meningkatnya
pemahaman di Kab/Kota sampai desa tentang pemanfaatan dana desa
yang dapat dilakukan untuk kegiatan UKBM.

Analisis Kegagalan
Masih belum maksimalnya target ini disebabkan alokasi pemanfaatan dana
desa belum semua disosialisasikan kepada kepala desa sehingga

65 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


pemanfaatan dana desa sebagaian besar masih diperuntukkan
pembangunan sarana/prasarana desa. Selain itu, masalah terbesar adalah
dalam pengumpulan data dan pelaporan data pemanfaatan dana desa masih
terkendala, yaitu ada sebagian bidan desa atau petugas puskesmas yang
tidak dapat mengakses data tersebut di sebagian besar desa, padahal
pemanfaatan dana desa tersebut untuk kesehatan sudah ada. Hal ini
menyebabkan data % dana desa yang dimanfaatkan untuk kesehatan tidak
dapat diketahui.

Alternatif Solusi
 Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pencapaian target dana
desa yaitu melakukan sosialisasi mengenai juknis pemanfaatan desa
yang terintegrasi pada kegiatan:
 Melakukan advokasi kepada kepala desa dan BPMD agar
pengalokasian dana desa untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan RPJMDes tahun 2019 dapat ditingkatkan.
 Mendorong petugas puskesmas dan bidan desa dalam ikut serta
dalam musrembangdes utnuk menetapkan prioritas penggunaan dana
desa bagi kesehatan.
 Mendorong Dinas Kesehatan Kabupaten agar melakukan
koordinasi dengan BPMPD dan Lintas program teruntuk mengetahui
realisasi dana desa untuk UKBM.kait
 Melakukan advokasi kepada BPMD dan kepala desa tentang
penggunaan dana desa untuk UKBM agar dapat dialokasikan pada
tahun berikutnya.
 Pada Bulan Mei-Juni tahun 2018 Provinsi telah menerbitkan surat
himbauan peningkatan cakupan kepada Kabupaten Kota yang
ditembuskan kepada BPMD, lintas sektor terkait, Puskesmas dan
Kecamatan guna peningkatan cakupan Dandes untuk UKBM.

c) Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSRnya untuk program kesehatan


Sesuai dengan Strategi Global Promosi Kesehatan, selain mendorong
kebijakan publik berwawasan kesehatan, reorientasi pelayanan kesehatan
serta gerakan masyarakat, kegiatan utama Promosi Kesehatan lainnya
adalah bina suasana dengan mengembangkan jaringan kemitraan dan
memberikan edukasi kepada masyarakat.

Duniausahadanswastajugamemilikikewajibanuntukturutserta dalam
pembangunan kesehatan. Melihat peluang besar dari dunia usaha melalui
programCorporateSocialResponsibility(CSR)-nya,Pusat promosi
Kesehatanmenggalangkemitraan denganduniausaha.

Jumlahduniausaha yang memanfaatkanCSR-nyauntukprogram kesehatan


adalahjumlahduniausaha yangtelah melakukanPerjanjian KerjaSama
(MOU/PKS) di Provinsi, Kab dan kotauntukmemanfaatkan CSR-nyauntuk

66 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


programkesehatan.

Tabel 3.7 Data Dunia Usaha/Swasta Yang Sudah Bekerja sama di Provinsi
Lampung dan Kab/Kota Tahun 2018
No Nama Dunia Nomor dan Tahun Bentuk Wilayah
Usaha yang MoU dan/ PKS Kerjasama kerjasama
Bekerjasama
1 Chandra Super No. Penyampaian Provinsi
Store 890/1006/III.03.2/XII/ pesan kesehatan Lampung
2015 dan No. di kantong belanja
180/CHD- chandra
TJK/12/2015 superstore dan
Tanggal 21 chandra mart
Desember 2015
(jangka waktu: 5 th)
2 RS.IMANUEL WAY 032/Adm/RSIM/01/2 Pemberian Bandar
HALIM 018, Makanan Lampung,
440/108/III.02/III/201 Tambahan Puskesmas
8 tanggal 11 Januari Posyandu Balita Sukarame
& Lansia di Kel.
Way Dadi
Kec.Sukarame
3 Kopi HELER 800/ 530.a /IV.02- Pesan Kesehatan Kabupaten
WK/IV/2017 (berlaku di Kemasan Way Kanan
5 tahun)
4 Kota Metro /441.7/D.2.04/2018 Pelaksanaan Pondok
Germas dan Pesantren
pengembangan se-kota
Poskestren Metro
5 Mitra Bentala 800/ 92/HK/2018 Pendampingan Kabupaten
Lampung District Legacy Lampung
tentang Sanitasi & Selatan
Lingkungan

Berdasarkan data tabel di atas, terlihat bahwa upaya kemitraan dengan


dunia usaha atau lintas sektor yang sudah memiliki dasar hukum (MoU atau
PKS) sudah berjalan di Kota Bandar Lampung Utara, Kota Metro, Kab. Way
Kanan dan dan Kab lampung Selatan, serta Dinas Kesehatan Provinsi
Lampung. Kemitraan tersebut di antaranya dilakukan dengan Bebeberapa
perusahaan Swasta , dan pusat perbelanjaan (Chandra Superstore) dan
pondok pesantren.

Analisis Keberhasilan
Tahun 2018 , melalui anggaran APBN telah di dilaksanakan kegitan berupa
Penggalangan Kemitraan dengan Ormas dan Dunia Usaha untuk
Mendukung Program Kesehatan di tingkat Provinsi dan Kab/Kota ( Kab.
Lampung Utara , Mesuji dan Kab. Way Kanan) dengan mengundang
berbagai dunia usaha di Provinsi Lampung dan Kab/Kota guna menggalang
kemitraan di berbagai dunia usaha. Dalam meningkatkan cakupan

67 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


dikalakukan sosialisasi program-program kesehatan kepada dunia usaha
sehingga diharapkan dunia usaha dapat mendukung dalam bentuk apapun
dan mau bermitra dengan dinas kesehatan Provinsi Lampung.

Analisis Kegagalan.
1. Di beberapa kabupaten/kota lainnya, kemitraan dengan usaha baru
bersifat insidentil saja, seperti sponsorship dalam acara kesehatan,
belum dibuat dalam jangka panjang yang memiliki dasar hukum berupa
MoU atau PKS kedua belah pihak.
2. Beberapa kemitraan yang sudah berjalan belum dibuatkan
MoU/PKSnya.
3. Dunia usaha yang ada , ingin melakukan kerjasama , tetapi tdak ingin
ada nya ikatan dalam bentuk MOU ( teikat dalam jangka waktu tertentu)
bantuan hanya bersifat dalam kondisi event tertentu.

Alternatif Solusi
Provinsi akan melalukan pembinaan secara berkesinambungan ke dinas
kesehatan kabupaten/kota dan sosialisasi program kesehatan kepada dunia
usaha dengan melibatkan unsur yang ada di daerah.
kepada calon dunia usaha potensial harus akan lebih dioptimalkan sehingga
dapat terjalin kemitraan yang lebih langgeng dan berdampak pada
peningkatan status kesehatan masyarakat.

d) Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya


untuk mendukung kesehatan
Organisasikemasyarakatanmerupakan kelompokpotensialuntuk
meningkatkan perilakusehatmasyarakat karena merekamemiliki
sumberdayasampai digrassroot.Pusat promosi Kesehatanmenggalang peran
serta ormas baik ormas keagamaan, kepemudaan, dan wanita untuk
meningkatkanjangkauanaksesinformasikesehatandan pemberdayaan
programkesehatanprioritas terhadapmasyarakatluas.

Jumlah ormas yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung


kesehatan adalah jumlah organisasi kemasyarakatan yang melakukan
kerjasama (MoU/PKS) dengan Pemerintah Provinsi/Dinas Kesehatan
Provinsi yang memanfaatkan sumberdayanya untuk mendukung program
kesehatan.

Tabel 3.8 Data Organisasi Kemasyarakatan Yang Sudah Bekerja sama


di Provinsi Lampung Tahun 2018
No Nama Dunia Nomor dan Bentuk Kerjasama Wilayah

68 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


Usaha yang Tahun MoU
kerjasama
Bekerjasama dan/ PKS

No. meningkatnya
890/1000/III.03.2/ pengendalian
XII/2015 dan No. penyakit menular
PW Aisyiyah 01/SK- dan tidak Provinsi
1
Provinsi Lampung PWA/A/XI/2015 menular, Lampung
Tanggal 21 Peningkatan status
Desember 2015 ( kesehatan
MOU 5 tahun) masyarakat

No. meningkatnya
890/1001/III.03.2/ pengendalian
XII/2015 dan No. penyakit menular
PW Fatayat
01/MoU/PW.FNU/ dan tidak Provinsi
Nahdlatul Ulama
XII/2015 Tanggal menular, Lampung
Provinsi Lampung
21 Desember Peningkatan status
2015 ( MOU 5 kesehatan
tahun) masyarakat

No.
meningkatnya
890/1004/III.03.2/
pengendalian
XII/2015 dan No.
penyakit menular
PW Muslimat 001/MoU/
dan tidak Provinsi
Nahdlatul Ulama PAMI.LAMPUNG/
menular, Lampung
Provinsi Lampung XI/2015 Tanggal
Peningkatan status
21 Desember
kesehatan
2015 ( MOU 5
masyarakat
tahun)

No.
meningkatnya
890/1004/III.03.2/
pengendalian
XII/2015 dan No.
Pergerakan penyakit menular
001/MoU/
Anggota Muda dan tidak Provinsi
PAMI.LAMPUNG/
IAKMI (PAMI) menular, Lampung
XI/2015 Tanggal
Lampung Peningkatan status
21 Desember
kesehatan
2015 ( MOU 5
masyarakat
tahun)

No. meningkatnya
890/1005/III.03.2/ pengendalian
Persatuan Radio
XII/2015 dan No. penyakit menular
Siaran Swasta
024.A/PRSSNI- dan tidak Provinsi
Nasional Indonesia
LPG/XI/ 2015 menular, Lampung
(PRSSNI)
Tanggal 21 Peningkatan status
Lampung
Desember 2015 kesehatan
( MOU 5 tahun) masyarakat

69 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


meningkatnya
'No.
pengendalian
PW Lembaga 890/1003/III.03.2/
penyakit menular
Kesehatan XII/2015 dan No.
dan tidak Provinsi
Nahdlatul Ulama 105/LKNU-
menular, Lampung
(LKNU) Provinsi LPG/XII/2015
Peningkatan status
Lampung Tanggal 21
kesehatan
Desember 2015
masyarakat

Peningkatan Promosi
kesehatan dan
pemberdayaan
Aisyiyah cabang 445/0216/TH/II/2 Lampung
3 melalui Program
Lampung Timur 018 Timur
PKPR,TB Paru dan
Kespro Penjaringan
IVA

TENTANG
PERKUMPULAN
054/AK1.02/2018 KONSELING
KELUARGA 30
, PELAYANAN
BERENCANA Puskesmas di
4 440/723/III.02/V/2 KESEHATAN
INDONESIA Bandar
018 tanggal 2 REPRODUKSI &
DAERAH Lampung
April 2018 SEKSUALITAS
LAMPUNG
RAMAH REMAJA

/
Pondok Pesantren 441.7/D.2.04/201 Pelaksanaan
5 Kota Metro
se-kota Metro 8 tanggal Germas
15/05/2018

Di Provinsi Lampung, sudah ada 5 MOU dengan Ormas yang telah terlalin
dengan masa kerjasama selama 5 tahun . Kabupaten/kota yang sudah bekerja
sama dengan organisasi kemasyarakatan dan memiliki dasar hukum yang legal
seperti MoU atau PKS, yaitu Kota Bandar Lampung dan Kota Metro dan
Kabupaten Lampung Timur. Kota Bandar Lampung telah bermitra dengan
pehimpunan keluarga berencana indonesia dalam hal peningkatan konseling
kesehatan reproduksi dan seksualitas remaja di wilayah Kota Bandar Lampung,
sedangkan Kota Metro telah bermitra pondok pesantren di Kota Metro guna
peningkatan derajat kesehatan di Kota Metro melalui pesan germas.
Sedangkan Kabupaten Lampung Timur telah berkerjasama dengan Aisyah
untuk membantu mensukseskan kegiatan Germas di Kota Metro.

Di Provinsi sendiri, pada tahun 2018 ini telah Tahun 2018 , melalui anggaran
APBN telah di dilaksanakan kegitan berupa Penggalangan Kemitraan dengan
Ormas dan Dunia Usaha untuk Mendukung Program Kesehatan di tingkat

70 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


Provinsi dan Kab/Kota ( Kab. Lampung Utara , Mesuji dan Kab. Way Kanan
guna menggalang kemitraan di berbagai Organisasi Masyarakat. Di harapkan
melalui kegiatan ini cakupan menjalinan kerjasama pada tahun selanjutnya
dapat meningkat.

Analisa Keberhasilan
1. Di Provinsi Lampung kemitraan dengan ormas sudah terjalin sebanyak 5
ormas (dengan mou selama 5 tahun) melebihi dari target yang ditetapkan
yaitu sebanyak 3 ormas yang .menjalin kerjasama di bidang kesehatan, hal
ini dikarenakan provinsi telah melakukan advokasi dan melakukan
pendekatan intensif kepada beberapa ormas agar ormas mau melakukan
kerjasama di bidang kesehatan.
2. Tahun 2018 telah dilaksanakan kembali kegiatan pertemuan dengan
organisasi masyarakat di Provinsi dan Kab/Kota diharapkan terjadi
peningkatan penggalangan kemitraan baik di Provinsi maupun Kab/Kota.

Analisa Kegagalan
1. Di Kabupaten kemitraan dengan ormas terkendala masih kurangnya
advokasi dan pendekatan yang dilakukan dan kurangnya memanfaatkan
sumber daya yang ada (pendekatan pimpinan daerah dan sumber
lainnya) kepada ormas secara intensif, hal ini disebabkan kurangnya
SDM pengelola program di Kabupaten dan kurangnya anggaran
pelaksaan kegiatan sehingga beberapa kabupaten masih banyak yang
belum menjalin kerjasama dengan ormas di daerah.
2. Kurangnya anggaran kegiatan pada ormas sehingga banyak ormas
yang sulit melakukan MOU secara terikat di bidang kesehatan.

Alternatif solusi
1. Provinsi akan melalukan pembinaan secara berkesinambungan ke dinas
kesehatan kabupaten/kota dan sosialisasi program kesehatan kepada
ormas di daerah dengan melibatkan unsur yang ada di daerah.

6) Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada


Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat
a) Persentase realisasi kegiatan administrasi dukungan manajemen dan
pelaksanaan tugas teknis lainnya Program Kesehatan Masyarakat
Pada kegiatan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis
lainnya terdapat dua belas kegiatan yang meliputi :
1) Honor Pengelola Keuangan Satker
2) Administrasi Keuangan
3) Pertemuan Penyusunan Laporan Keuangan
4) Pertemuan Penyusunan dan Perencanaan Program Kesmas Tingkat
Provinsi
5) Review RKAKL
6) Konsultasi Pusat

71 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


7) Rapat Koordinasi Penyusunan Anggaran
8) Pembinaan Teknis Program Kesmas ke Kab/Kota
9) Pendampingan Tim Evaluasi dan Pemantauan Capaian Indikator
Program
10) Rapat Koordinasi Program Kesmas
11) Pertemuan Penggerakan Program Kesmas
12) Workshop PIS-PK

Adapun capaian pelaksanaan kegiatan tersebut dapat dilihat pada grafik


berikut ini :
Grafik 3.37 Capaian Pelaksanaan Kegiatan Dukungan Manajemen
dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya di Provinsi Lampung
Tahun 2018
94
93

92

90

88

86

84 83.33

82

80

78
Capaian Target

Analisis Kegagalan :
1) Adanya perubahan kebijakan menyebabkan beberapa kegiatan harus
dilakukan revisi
2) Kebijakan pembatasan perjadin menyebabkan proses revisi tidak dapat
dilakukan
3) Kegiatan bergantung pelaksanaannya pada kegiatan di pusat atau di
program lain sehingga saat kegiatan tersebut tidak dilaksanakan atau
dibatalkan menyebakan kegiatan tidak dapat dilaksanakan sedangkan
waktu untuk melakukan revisi terbatas

Alternatif Solusi :
1) Kegiatan yang melibatkan pusat sebaiknya dibiayai seluruhnya oleh pusat
2) Pembatasan perjadin sebaiknya difokuskan kepada program-program
tertentuyang fokus pada pengadaan namun untuk anggaran yang bersifat
operasional sebaiknya tidak ada pembatasan perjadin
3) Paket meeting sebaiknya tidak dihitung sebagai komponen akun perjadin
sehingga mengurangi beban pembatasan akun perjadin.

72 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


Secara ringkas capaian masing-masing indikator untuk setiap kegiatan pada
program Kesmas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.9Ringkasan Capaian Indikator Program Kesmas Per


Kegiatan Di Provinsi Lampung Tahun 2018
Capaian Indikator Kesmas thun
Prog 2018
Indikator
ram
Target Capaian Keterangan
Persentase ibu hamil Kurang
Energi Kronik yang mendapat 95 92,9
makanan tambahan
Persentase ibu hamil yang
mendapat Tablet Tambah 98 90,1
Darah (TTD)
Persentase bayi usia kurang
dari 6 bulan yang mendapat 50 61,6
Pembinaan Gizi ASI eksklusif
Masyarakat 3. Persentase bayi baru lahir
mendapat Inisiasi Menyusu 50 70,6
Dini (IMD)
Persentase balita kurus yang
mendapat makanan tambahan 90 85,1

Persentase remaja puteri yang


mendapat Tablet Tambah 30 67,5
Darah (TTD
Pembinaan Persentase kunjungan
Kesehatan neonatal pertama (KN1) 90 95,89
Keluarga Persentase ibu hamil yang
mendapatkan pelayanan 80 91,88
antenatal ke empat (K4)
Persentase Puskesmas yang
melaksanakan penjaringan
kesehatan untuk peserta didik 70 98,01
kelas 1
Persentase Puskesmas yang
melaksanakan penjaringan
kesehatan untuk peserta didik 60 97,68
kelas 7 dan 10
Persentase Puskesmas yang
menyelenggarakan kegiatan 45 92,72
kesehatan remaja
Persentase Puskesmas yang 90 100
melaksanakan kelas ibu hamil

73 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


Persentase Puskesmas yang
melakukan Orientasi Program
Perencanaan Persalinan dan 100 99,67
Pencegahan Komplikasi (P4K)

Persentase Puskesmas yang


menyelenggarakan kesehatan 70 74,4
kerja dasar
Jumlah pos UKK yang
terbentuk di daerah PPI/TPI 605 20
Pembinaan
Upaya Persentase fasiltas
Kesehatan pemeriksaan kesehatan TKI 100 100
Kerja dan yang memenuhi standar
Olahraga Persentase Puskesmas yang
melaksanakan kegiatan
kesehatan olahraga pada 50 58,6
kelompok masyarakat di
wilayah kerjanya
Jumlah desa/kelurahan yang
melaksanakan STBM (Sanitasi 40000 1832
Total Berbasis Masyarakat)
Persentase Sarana air minum
yang dilakukan pengawasan 45% 91,38

Persentase Tempat-tempat
umum (TTU) yang memenuhi 56% 73
Penyehatan syarat kesehatan
Lingkungan Persentase RS yang
melakukan pengelolaan 28% 28
limbah medis sesuai standar
Persentase Tempat
Pengelolaan Makanan (TPM) 28% 9,42
yang memenuhi syarat
kesehatan
Jumlah Kabupaten/Kota yang
menyelenggarakan tatanan 376 9
kawasan sehat
Persentase Kab/Kota yang
memiliki Kebijakan PHBS 80 73,33
Persentase desa yang
memanfaatkan dana desa 50 65,17
untuk UKBM
Promosi
Jumlah dunia usaha yang
Kesehatan dan
memanfaatkan CSRnya untuk 20 5
Pemberdayaan
program kesehatan
Masyarakat
Jumlah organisasi
kemasyarakatan yang
memanfaatkan sumber 15 9
dayanya untuk mendukung
kesehatan

74 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


Dukungan Persentase realisasi kegiatan
Manajemen dan administrasi dukungan
Pelaksanaan manajemen dan pelaksanaan
Tugas Teknis tugas teknis lainnya Program
Lainnya pada Kesehatan Masyarakat 94 83,33
Program
Pembinaan
Kesehatan
Masyarakat

Keterangan :
Lebih dari target
Mendekati target
Jauh di bawah target

B. Realisasi Anggaran

Alokasi PAGU Anggaran yang diperjanjikan antara Dinas Kesehatan


Provinsi Lampung dengan Direktorat Jenderal Kesehatan Masyakat sebesar Rp
15.810.782,000,-. dengan rincian per kegiatan sebagai berikut :

Tabel 3.10 Alokasi Pagu Dana Dekonsentrasi Program Kesmas


Dinkes Provinsi Lampung Tahun 2018

NO KEGIATAN PAGU 2018

1 Pembinaan Gizi Masyarakat 3.020.432.000

Dukungan Manajemen dan Tugas Teknis


2 923.507.000
lainnya

Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan


3 1.015.148.000
Olahraga

4 Pembinaan Upaya Kesehatan Keluarga 2.290.098.000

Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan


5 7.507.370.000
Masyarakat

6 Penyehatan Lingkungan 1.054.227.000


  Total 15.810.782.000
Sumber : Laporan Dekonsentrasi APBN Provinsi Lampung (03) Tahun 2018

Sumber daya anggaran merupakan unsur utama selain SDM dalam


menunjang pencapaian indikator kinerja. Peranan pembiayaan sangat
berpengaruh terhadap penentuan arah kebijakan dan pelaksanaan

75 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


kegiatan yang berhubungan dengan upaya pembangunan Program
Kesehatan Masyarakat. Lebih terperinci alokasi dan realisasi anggaran
menurut jenis anggaran dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 3.11 Realisasi anggaran dana Dekonsentrasi Program Kesehatan


Masyarakat Dinkes Provinsi LampungTahun 2018

% Realisasi
No Kegiatan Alokasi Realisasi SP2D SP2D
Pembinaan Gizi
1 3.020.432.000 2.773.917.366 91.84
Masyarakat
Dukungan Manajemen
2 dan Tugas Teknis 923.507.000 693.569.037 75.10
lainnya
Pembinaan Upaya
3 Kesehatan Kerja dan 1.015.148.000 1.002.484.600 98.75
Olahraga
Pembinaan Upaya
4 2.290.098.000 2.207.619.500 96.40
Kesehatan Keluarga
Promosi Kesehatan
5 dan Pemberdayaan 7.507.370.000 6.784.883.901 90.38
Masyarakat
Penyehatan
6 1.054.227.000 1.017.404.800 96.51
Lingkungan
  Total 15.810.782.000 14.479.879.20 91.58
15.810.782.000 4
Sumber Data: Laporan E Monev DJA Tahun 2018

Capaian realisasia keuangan secara umum masih di bawah target yang


diharapkan yaitu > 95 %, hal ini disebabkan :
1. Keterlambatan dalam proses SK Penanggungjawab Keuangan
menyebabkan kegiatan baru dapat dilaksanakan mulai bulan
April 2019
2. Adanya perubahan kebijakan di tingkat pusat menyebkan
beberapa kegiatan harus dirubah dan menunggu proses revisi
untuk dapat dilaksanakan
3. Proses revisi yang sulit karena adanya pembatasan perjadin
menyebabkan beberapa kegiatan tidak dapat dilaksanakan
4. Beberapa kegiatan pelaksanaannya tergantung pada
pelaksanaan kegitan di pusat atau program terkait lainnya
sehingga saat kegiatan tersebut dibatalkan oleh pihak lain, satker
tidak memiliki waktu untuk melakukan revisi.
5. Adanya keterlambatan pencaian anggaran dana BOK Provinsi
menyebabkan kegiatan menumpuk di akhir tahun menyebabkan
perubahan rencana pelaksanaan kegiatan di dana BOK.
Tabel di atas juga menunjukkan adanya realisasi anggaran yang rendah
pada kegiatan Dukungan Manajemen dan Tugas Teknis lainnya dimana hal
tersebut disebabkan ada kegiatan yang pelaksanaannya bergantung kepada

76 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


program lain dimana kegiatan dukungan manajemen hanya menyiapkan paket
meeting, uang harian dan transport tetapi ternyata program lain tidak
mengusulkan kegiatan sebagaimana diinstruksikan oleh Kementrian
Kesehatan akibatnya kegiatan yang ada tidak dapat direalisasikan. Sedangkan
pada kegiatan program gizi karena adanya perubahan kebijakan dimana
kegiatan yag bersifat paket tidak dapat dapat dilaksanakan karena tidak dapat
direvisi karena akan menyebabkan penambahan alokasi PAGU Perjadin maka
kegiatan tersebut tidak dapat dilaksanakan dan berdampak pada realisasi
anggaran. Sedangkan capaian yang rendah pada kegiatan Promosi Kesehatan
dan Pemberdayaan Masyarakat disebabkan adanya kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan di kabupaten/kota dan kegiatan yang dilaksanakan oleh pihak
kedua tidak dapat dilaksanakan karena terkendala dalam proses pelaksanaan
kegiatan karena tidak dapat direvisi akibat pembatasan perjadin. Namun bila
dilihat dari realisasi output, seluruh capaian output telah tercapai 100 %
walaupun ada beberapa komponen yang tidak dilaksanakan. Adapun realisasi
per kommponen kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.12 Realisasi Per Komponen Kegiatan Anggaran Dana Dekonsentrasi


Program Kesehatan Masyarakat Dinkes Provinsi LampungTahun 2018

OUTPUT

KODE URAIAN
TARGET REALISASI

    ABS SATUAN ABS %


024.03. Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat
06        
2080 Pembinaan Gizi Masyarakat        
2080.0 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Ibu Hamil
01 Kurang Energi Kronis (KEK) ibu hamil
[Base Line] 1 KEK 1 100
2080.0 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Ibu Hamil
01.001 Kurang Energi Kronis (KEK) Kirim Daerah
1 Doc 1 100
052 Manajemen dan Distribusi Makanan Tambahan Ibu
Hamil KEK 1 Doc 1 100
A Manajemen dan Distribusi PMT 1 Doc 1 100
2080.0 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Balita
02 Kekurangan Gizi balita
[Base Line] 1 kurus 1 100
2080.0 Penyediaan Makanan Tambahan bagi balita kurus
02.001 kirim daerah
1 Doc 1 100
052 Manajemen dan Distribusi makanan tambahan
bagi balita kurus 1 Doc 1 100
A Manajemen dan Distribusi PMT Balita 1 Doc 1 100
2080.0 Penguatan Intervensi Paket Gizi (PMT, Vit A, TTD)
03 pada Ibu Hamil dan Balita
15 kab 15 100

77 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


[Base Line]
2080.0 Penguatan Intervensi Paket Gizi pada Ibu Hamil
03.001 dan Balita
15 kab 15 100
051 Penguatan Intervensi Paket Gizi (PMT, Vit A, TTD)
pada Ibu Hamil dan Balita di 100 Kab/Kota Prioritas
Stunting 15 kab 15 100
A Penguatan Intervensi Paket Gizi Untuk 1000 HPK
Yang Dilakukan Oleh Pihak ke III
3 Kab 0 0
B Monev, Pelacakan dan Konfirmasi Kasus Gizi 15 kab 15 100
C Pertemuan Pusat Dalam Rangka HGN, PAS dan PSG 4 Doc 3 75
D Konsultasi Pusat 2 Doc 1 50
2080.5 Peningkatan Surveilans Gizi
04 [Base Line] 15 kab 15 100
2080.5 Pemantauan Status Gizi
04.002
15 kab 15 100
051 Pemantauan Status Gizi 15 kab 15 100
A ORIENTASI PENYIAPAN TENAGA PELAKSANA
SURVEILANS GIZI 1 Doc 1 100
B PENGUMPULAN DATA 15 kab 15 100
C Orientasi Implementasi PAGT dan Surveilans Gizi
Tingkat Provinsi 6 Doc 3 50
D Desiminasi Hasil Surveilans 1 doc 0 0
           
2085 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya pada Program Pembinaan
Kesehatan Masyarakat        
2085.9 Layanan Dukungan Manajemen Eselon I
50 [Base Line] 1 LAYANAN 1 100
061 Mengelola Keuangan dan BMN
18 DOC 17 94,44
A HONOR PENGELOLA KEUANGAN SATKER
12 DOC 11 91,67
B ADMINISTRASI KEUANGAN
6 PT 5 83,33
C PERTEMUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN 10
1 DOC 1 0,00
071 Menyusun Rencana Program 10
1 DOC 1 0,00
A PERTEMUAN PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN 10
PROGRAM KESMAS TINGKAT PROVINSI 1 DOC 1 0,00
072 Menyusun Rencana Anggaran
7 DOC 6 85,71
A REVIEW RKAKL 10
1 DOC 1 0,00
C KONSULTASI PUSAT
4 DOC 3 75,00
D RAPAT KOORDINASI PENYUSUNAN ANGGARAN 10
KESMAS 2 DOC 2 0,00
091 Melakukan Pembinaan kepada Provinsi dan 10
Kabupaten dalam bidang Kesehatan Masyarakat 6 DOC 6 0,00

78 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


A PEMBINAAN TEKNIS PROGRAM KE KAB/KOTA 10
2 DOC 2 0,00
B PENDAMPINGAN TIM EVALUASI DAN PEMANTAU
CAPAIAN INDIKATOR PROGRAM DARI PUSAT KE 10
KAB/KOTA 4 DOC 4 0,00
092 Menggerakkan Propinsi dan Kabupaten dalam
pelaksanaan Program Kesehatan Masyarakat 3 DOC 0 -
A RAPAT KOORDINASI PROGRAM KESMAS
1 DOC 0 -
B PERTEMUAN PENGGERAKAN PROGRAM KESMAS
1 DOC 0 -
C WORKSHOP PIS-PK TINGKAT PROVINSI
1 DOC 0 -
           
2089 Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga        
2089.0 Pembinaan Pemeriksaan Kebugaran Jasmani bagi
35 Pekerja 10
[Base Line] 100 ORANG 100 0,00
052 - Melakukan koordinasi/sosialisasi kegiatan
kesehatan olahraga termasuk kebugaran jasmani 10
bagi pekerja 2 KL 2 0,00
A Pertemuan Koordinasi K3 Transportasi & 10
Pencegahan Kecelakaan Arus Mudik 2 KL 2 0,00
053 - Melakukan bimbingan teknis dan evaluasi
kegiatan kesehatan olahraga termasuk kebugaran
jasmani bagi pekerja 3 KL 2 66,67
A Pemeriksaan Kesehatan Pengemudi (Arus Mudik)
2 KL 1 50,00
B Monitoring Evaluasi Pelaksanaan Pemeriksaan
Kesehatan Arus Mudik di Entry Point Pelabuhan 10
Bakauheni 1 KL 1 0,00
2089.0 Pembinaan Pemeriksaan Kebugaran Jasmani bagi
36 Jemaah Haji JEMAAH 10
[Base Line] 3924 HAJI 3924 0,00
055 - Melakukan bimbingan teknis dan evaluasi
kegiatan kesehatan olahraga termasuk kebugaran 10
jasmani jamaah haji 37 KL 37 0,00
A Pengukuran Kebugaran Jasmani 10
36 KL 36 0,00
B Pertemuan Konsolidasi Pengukuran Kebugaran 10
Jasmani 1 KL 1 0,00
2089.0 Pembinaan Pelaksanaan Kesehatan Olahraga bagi
37 Anak SD PUSKESMA 10
[Base Line] 290 S 290 0,00
052 - Melakukan koordinasi/sosialisasi kegiatan
kesehatan olahraga termasuk pembinaan 10
kesehatan olahraga bagi anak SD 2 KL 2 0,00
A Pertemuan Koordinasi Kesehatan Olahraga bagi 10
Anak SD 2 KL 2 0,00
2089.0 Pembinaan dan Pembentukan Pos Upaya
38 Kesehatan Kerja (UKK) 10
[Base Line] 63 UNIT 63 0,00

79 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


052 - Melakukan koordinasi/sosialisasi kegiatan 10
kesehatan kerja 5 KL 5 0,00
A Pertemuan Koordinasi Kesehatan Kerja & Olahraga 10
Tingkat Provinsi 1 KL 1 0,00
B Sosialisasi Peningkatan Kesehatan dan 10
Perlindungan Pekerja 1 KL 1 0,00
E Rapat diluar Kantor 10
3 KL 3 0,00
053 - Melakukan orientasi, pelatihan, dan TOT kegiatan 10
kesehatan kerja 1 KL 1 0,00
A Orientasi Kesehatan Kerja & Olahraga 10
1 KL 1 0,00
054 - Menyediakan dukungan sarana dan prasarana 10
kegiatan kesehatan kerja 1 PAKET 1 0,00
A KIE Kesehatan Kerja & Olahraga 10
1 PAKET 1 0,00
           
5832 Pembinaan Kesehatan Keluarga        
5832.0 Kabupaten/Kota Yang Mendapat Pembinaan
01 Dalam Peningkatan Pelayanan Antenatal 10
[Base Line] 15 KAB 15 0,00
051 Pembinaan Kabupaten/Kota Dalam Rangka 10
Peningkatan Kualitas Pelayanan Antenatal 15 KAB 15 0,00
A ORIENTASI KIE KESPRO CATIN BAGI PENYULUH 10
PERNIKAHAN 2 KAB 2 0,00
B SUPERVISI FASILITATIF KESEHATAN KELUARGA KE 10
KAB/KOTA 15 KAB 15 0,00
C SUPERVISI FASILITATIF KE PUSKESMAS 10
15 KAB 15 0,00
5832.0 Kabupaten/Kota Yang Mendapat Pembinaan
02 Dalam Peningkatan Persalinan di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan 10
[Base Line] 15 KAB 15 0,00
051 Pembinaan Kabupaten/Kota Dalam Peningkatan 10
Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan 15 KAB 15 0,00
A PENINGKATAN KAPASITAS NAKES DALAM
PENANGANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL 10
DAN NEONATAL 15 KAB 15 0,00
B PENGKAJIAN KASUS KEMATIAN IBU DAN BALITA 10
15 KAB 15 0,00
C ORIENTASI SDM DALAM PELAYANAN KESEHATAN 10
MATERNAL DAN NEONATAL 15 KAB 15 0,00
5832.0 Kabupaten/Kota Yang Mendapat Pembinaan
03 Dalam Peningkatan Kunjungan Neonatal Pertama
[Base Line] 15 KAB 11 73,33
051 Pembinaan Kabupaten/Kota Dalam Peningkatan
Kunjungan Neonatal Pertama 15 KAB 11 73,33
A PELAKSANAAN SKRINING HIPOTIROID KONGENITAL
(SHK) 15 KAB 11 73,33
5832.0 Kabupaten/Kota Yang Mendapat Pembinaan 7 KAB 7 100
04 Pelayanan Penjaringan Kesehatan Bagi Peserta
Didik Kelas 1, 7, dan 10

80 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


[Base Line]
051 Pembinaan Kabupaten/Kota Dalam Pelayanan
Penjaringan Kesehatan Bagi Peserta Didik Kelas 1, 7
dan 10 7 KAB 7 100
A PERTEMUAN KOORDINASI TP UKS
KABUPATEN/KOTA DAN KECAMATAN DALAM
RANGKA PENERAPAN SEKOLAH SEHAT 7 KAB 7 100
5832.0 Kabupaten/Kota Yang Mendapat Pembinaan
05 Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia 10
[Base Line] 1 KAB 1 0,00
051 Pembinaan Kabupaten/Kota Dalam Peningkatan 10
Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia 1 KAB 1 0,00
A SOSIALISASI PEDOMAN KESEHATAN LANJUT USIA 10
1 KAB 1 0,00
           
5833 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat        
5833.0 Pembinaan Kabupaten/Kota dalam Pelaksanaan
01 Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
[Base Line] 3 Layanan 3 100
051 Melakukan Koordinasi penguatan implementasi
kebijakan lintas sektor terkait Germas di Daerah 8 DOC 6 75,00
A Koordinasi penguatan implementasi kebijakan
lintas sektor terkait Germas Di Kab./Kota 7 KAB 6 85,71
B Penguatan Kelompok Masyarakat Germas
1 KEG 0 -
052 Menyelenggarakan Forum Koordinasi pelaksanaan 10
Germas di daerah 4 DOC 4 0,00
A Pertemuan Forum Koordinasi Germas Tingkat 10
Provinsi 1 PROV 1 0,00
B Pertemuan Forkom Germas di Kab./Kota 10
3 KAB 3 0,00
C Pertemuan Koordinasi Pelaksanaan Germas 10
Dengan Kabupaten/Kota 1 PROV 1 0,00
053 Melaksanakan Workshop pelaksanaan kampanye 10
germas di daerah 4 DOC 4 0,00
A Workshop Pelaksanaan Kampanye Germas Di 10
Provinsi 1 KEG 1 0,00
B Workshop Pelaksanaan Kampanye Germas di 10
Kab./Kota 3 KAB 3 0,00
055 Menggerakan Masyarakat sebagai implementasi
kampanye germas 4 kab 3 75,00
A Pertemuan Kelompok Peduli Kesehatan di
Puskesmas 4 KAB 3 75,00
B Pertemuan Tingkat Desa Bagi Kelompok Peduli
Kesehatan 12 desa 9 75,00
C Intervensi Permasalah Kesehatan
12 desa 6 50,00
D Pembinaan Kelompok Peduli Kesehatan
4 KAB 0 -
056 Melakukan Evaluasi pelaksanaan Germas di Daerah
3 KAB 0 -

81 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


A Pertemuan Evaluasi Pelaksanaan Kampanye
Germas di Kab./Kota 3 KAB 0 -
5833.0 Kampanye Hidup Sehat melalui Berbagai Media 10
02 [Base Line] 9 saluran 9 0,00
053 Menyebarluasan Informasi 5 tema germas melalui 10
berbagai media di daerah 9 saluran 9 0,00
A Penyebarluasan Informasi Melalui Media 10
Elektronik 1 saluran 1 0,00
B Penyebarluasan Informasi Melalui Media Luar 10
Ruang 1 saluran 1 0,00
C Penyebarluasan Informasi Melalui Media Cetak 10
1 saluran 1 0,00
D Penyebarluasan Informasi Melalui Media Online 10
1 saluran 1 0,00
E Penyebarluasan Informasi Melalui Media Massa 10
Cetak 1 saluran 1 0,00
F Penyebarluasan Informasi Melalui 10
Pameran/Event/Festival 1 saluran 1 0,00
G Penyebarluasan Informasi Melalui Mobilisasi 10
Massa 1 saluran 1 0,00
H Penyebarluasan Informasi dalam gedung 10
1 saluran 1 0,00
I Penyebarluasan Informasi Melalui Branding 10
Kendaraan 1 saluran 1 0,00
054 Evaluasi Pelaksanaan Penyebarluasan Informasi 10
Germas 3 doc 3 0,00
A Orientasi SBH dalam Peningkatan Germas dan 10
Keluarga Sehat 1 KEG 1 0,00
B Koordinasi Perencanaan Kegiatan Promkes dan 10
Pemberdayaan Masyarakat 1 KEG 1 0,00
C Pertemuan Evaluasi Kegiatan Promkes dan 10
Pemberdayaan Masyarakat 1 KEG 1 0,00
5833.0 Dukungan Sektoral dalam pelaksanaan Gerakan
03 Masyarakat Sehat
[Base Line] 1 DOC 1 100
5833.0 Advokasi mendorong regulasi sektoral yang 10
03.001 mendukung program kesehatan 4 DOC 4 0,00
052 Melakukan Sosialisasi Pedoman Umum 10
Pemafaatan Dana Desa tahun 2018 1 DOC 1 0,00
A Sosialisasi Pedoman Umum Pemanfaatan Dana 10
Desa 1 DOC 1 0,00
053 Melakukan Advokasi Pemerintah Daerah
Kabupaten untuk memasukkan menu kesehatan
dalam kebijakan pemerintah daerah (perbub) 10
terkait pemanfaatan dana desa tahun 2018 4 DOC 4 0,00
A Advokasi Pemerintah Daerah Kabupaten Untuk
Mendukung Pemanfaatan Dana Desa Di Bidang 10
Kesehatan 4 KAB 4 0,00
5833.0 Kemitraan/Jejaring Kerja dengan Sektoral 10
03.002 4 DOC 4 0,00
052 Menggalang Dunia Usaha untuk memanfaatkan
CSR-nya dan Ormas untuk mendukung kesehatan 10
di daerah 4 DOC 4 0,00

82 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


A Penggalangan Kemitraan Dengan Dengan Ormas
dan Dunia Usaha Untuk Mendukung Program 10
Kesehatan 1 PROV 1 0,00
B Penggalangan Kemitraan dengan Ormas dan Dunia 10
Usaha di Kab./Kota 3 KAB 3 0,00
054 Melaksanakan Pertemuan Koordinasi berkala SBH
di Daerah 11 DOC 10 90,91
A Pertemuan Koordinasi SBH Di Provinsi
1 PROV 0 -
B Pertemuan koordinasi SBH di Kab./Kota 10
10 KAB 10 0,00
C Fasilitasi SBH di Kab./Kota 10
10 KAB 10 0,00
D Pengadaan Media Pendidikan SBH
1 KEG 0 -
5833.0 Pemberdayaan Masyarakat
51 [Base Line] 1 DOC 1 100
5833.0 Pengorganisasian dan Peran Serta Masyarakat
51.001 1 DOC 0 -
053 Mengadakan Media Keluarga Sehat
1 doc 0 -
A Pengadaan Media Keluarga Sehat
1 KEG 0 -
055 Melaksanakan Rapat Koordinasi Pokjanal Posyandu 10
4 DOC 4 0,00
C Pembinaan UKBM dan Promkes 10
1 DOC 1 0,00
D Konsultasi Program ke Pusat 10
3 DOC 3 0,00
           
5834 Penyehatan Lingkungan        
5834.5 Pengawasan Pasar Sehat 10
02 [Base Line] 40 PASAR 40 0,00
052 - Melakukan Orientasi SDM dalam Pengawasan 10
Pasar Sehat 40 PASAR 40 0,00
A Praktek Implementasi Pasar Sehat 10
40 PASAR 40 0,00
5834.5 Pengawasan Tempat Tempat Umum (TTU) yang
03 memenuhi Syarat Kesehatan 10
[Base Line] 4586 TTU 4586 0,00
052 - Melakukan Orientasi SDM dalam Pengawasan 10
TTU 4586 TTU 4586 0,00
A Orientasi Pengawasan Internal (seluruh pelaku 10
masyarakat sekolah SD, SMP/sederajat) 4586 TTU 4586 0,00
054 - Melakukan Bimbingan Teknis Pengawasan TTU 10
4586 TTU 4586 0,00
A Pembinaan Kualitas Lingkungan Fisik TTU 10
4586 TTU 4586 0,00
5834.5 Pengawasan terhadap Sarana Air Minum Sarana Air
04 [Base Line] Minum 10
2091 (SA) 2091 0,00
052 - Melakukan Orientasi SDM dalam Pengawasan 2091 Sarana Air 2091 10

83 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


Sarana Air Minum Minum
(SA) 0,00
A Orientasi petugas dalam pengawasan kualitas air Sarana Air
minum yang memenuhi syarat (Puskesmas dan Minum 10
Kabupaten/Kota) 2091 (SA) 2091 0,00
5834.5 Pembinaan Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis
05 Masyarakat (STBM) Desa/Kelur 10
[Base Line] 550 ahan 550 0,00
052 - Melakukan Orientasi SDM terkait Pelaksanaan Desa/Kelur 10
STBM 550 ahan 550 0,00
A Orientasi STBM stunting kepada TNI, MUI/Tokoh
agama, PKK, Pramuka dan Camat dan Kepala Desa/Kelur 10
Puskesmas, sanitarian dan gizi 550 ahan 550 0,00
053 - Melakukan Koordinasi, Advokasi dan Sosialisasi 10
terkait STBM 1 DOC 1 0,00
A Pertemuan koordinasi dan evaluasi bagi tenaga 10
STBM dan Penanggung Jawab Kabupaten 1 DOC 1 0,00
054 - Melakukan Bimbingan Teknis STBM 10
1 DOC 1 0,00
A Monev tenaga STBM Provinsi ke Kabupaten 10
12 KAB/KOTA 12 0,00
B Monev percepatan capaian desa ODF 10
8 KAB/KOTA 8 0,00
C Pertemuan Tribulanan Monitoring dan Evaluasi
Program STBM bagi TNI dan Kab Kota 11 KAB/KOTA 7 63,64
D HONORARIUM PENYULUH NON PNS /
KOORDINATOR STBM PROVINSI 12 BLN 8 66,67
E Penggandaan buku pedoman pengawasn NSPK 10
kesling 1 Paket 1 0,00

.
Koordinasi antara pusat dan daerah dalam meonitoring pelaksanaan
anggaran serta meminimalisir adanya perubahan kebijakan di tahun berjalan
akan mendorong capaian realisasi anggaran yang lebih baik.

Efisiensi yang telah dilakukan

Dinas Kesehatan Provinsi lampung telah menerapkan kebijakan


pengintegrasian kegiatan yang dilakukan antara lain:
a) Rapat Koordinasi teknis yang biasanya dilakukan di masing-masing
program telah digabungkan pada kegiatan Dukungan manajemen
dan tugas teknis lainnya dan hanya dilaksanakan satu kali.
b) Kegiatan Konsultasi Program juga hanya dialokasikan di Dukungan
Manajemen dan tugas teknis lainnya sehingga kegiatan mengurangi
jumlah anggaran dan kegiatan menjadi lebih terintegrasi.
c) Beberapa kegitan dilakukan di kab/kota untuk mengurangi biaya
perjalanan dinas yang terlampau besar dan menjangkau sasaran
yang lebih banyak.

84 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


C. Kesimpulan
1. Indikator yang disepakati untuk dicapai oleh satker Dinas Kesehatan
Provinsi Lampung sebanyak 28 indikator dengan target yang telah
disepakati. Namun dari 28 target tersebut hanya 16 indikator yang
capaiannya lebih dari target, 8 indikator yang capaiannya mendekati target
dan 4 indikator yangcapaiannya jauh dari target yang diharapkan..
2. Untuk beberapa indikator sudah lebih dari target yang ditetapkan namun
capaian masing-masing indikator mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun.
Perbedaan jumlah sasaran menjadi salah satu penyebab fluktuasi capaian
dari tahun ke tahun.
3. Analisa keberhasilan indikator terutama adalah karena adanya dukungan
sumber daya kesehatan dan tenaga kesehatan yang memadai,
peningkatan pembiayaan kesehatan, sistem pencatatan dan pelaporan
yang lebih baik, perbaikan infrastruktur di beberapa wilayah dengan
adanya otonomi daerah dan meningkatnya dukungan pemerintah daerah.
4. Untuk analisa penghambat, beberapa point yang perlu digaris bawahi adalah
belum adanya sistem pencatatan dan pelaporan terintegrasi satu pintu dan
masih berjalan berdasarkan program masing-masing, kondisi beberapa
wilayah yang sulit, distribusi tenaga kesehatan yang belum merata di
beberapa wilayah dan belum adanya reward dan punishment dalam
sistem penilaian kinerja pegawai di daerah.
5. Alternatif solusi yang dapat diberikan antara lain peningkatan kapasitas tenaga
kesehatan di wilayah tertentu khususnya yang jauh dari faskes rujukan,
distribusi tenaga khususnya di daerah terpencil dan penyediaan sarana dan pra
sarana yang diperlukan untuk peningkatan keualitas pelayanan serta
peningkatan peran pemerintah daerah daam mendukung pembangunan
infrastruktur yang mendukung peningkatan akses masyarakat ke fasilitas
kesehatan.
6. Pada tahun 2018, Satker Dinas Kesehatan Provinsi Lampung
mendapatkan alokasi PAGU anggaran sebesar 15.810.782,000 dengan
realisasi sebesar Rp. 14.479.879.204 (91,58%).Hal ini dapat dikatakan sejalan
dengan capaian indikator kinerja, dimana telah mencapai target.

85 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


7. LAMPIRAN

86 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG


87 | LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017
88 | LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017
89 | LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

Anda mungkin juga menyukai