Dinkes Lampung (ASI)
Dinkes Lampung (ASI)
2. Misi
Misi Dinas Kesehatan Provinsi Lampung mendukung kepada misi
Pemerintah Provinsi Lampung yaitu:
1) Menjamin Upaya Kesehatan yang Merata, Bermutu dan Terjangkau.
2) Menjamin Ketersediaan Sumber Daya Kesehatan
3) Meningkatkan Kemitraan dan Pemberdayaan Masyarakat
3. Tujuan
Tujuan terselengaranya pembangunan kesehatan untuk meningkatkan status
kesehatan masyarakat lampung. Derajat kesehatan yang diharapkan akan
tercapai akhir tahun 2019 adalah sebagai beikut :
a) Umur Harapan Hidup (UHH) diharapkan tercapai menjadi 72 tahun
b) Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 kelahiran hidup diharapkan akan
tercapai menjadi 149 per 100.000 kelahiran hidup
c) Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup diharapkan akan
tercapai menjadi 25 per 1000 kelahiran hidup
d) Prevalensi gizi kurang dan buruk kurang dari 15%.
6. Sasaran
Sasaran pembangunan kesehatan adalah meningkatnya ketersediaan dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi seluruh
masyarakat.
7. Indikator Kinerja
Indikator kinerja Program Kesmas Dinkes Provinsi Lampung yaitu:
a. Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan (PF);
b. Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK).
c. Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1).
F. Sistematika
Sistematika penulisan laporan kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Lampung adalah
sebagai berikut :
o Ringkasan Eksekutif
o Kata Pengantar
o Daftar Isi
- BAB I
Penjelasan umum organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Lampung,
penjelasan aspek strategis organisasi serta permasalahan utama
(strategic issued) yang sedang dihadapi organisasi.
- BAB II
Menjelaskan uraian ringkasan/ ikhtisar perjanjian kinerja Dinas
Kesehatan Provinsi Lampungtahun 2018.
- BAB III
Penyajian capaian kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Lampunguntuk
setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil
pengukuran kinerja organisasi, dengan melakukan beberapa hal
sebagai berikut: Membandingkan antara target dan realisasi kinerja
tahun ini; Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini
dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen
perencanaan strategis organisasi; Analisis penyebab
keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja serta alternatif
solusi yang telah dilakukan; Analisis atas efisiensi penggunaan sumber
daya; Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun
kegagalan pencapaian pernyataan kinerja dan melakukan analisa realisasi
anggaran.
- BAB IV
Penutup, Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja
organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan
organisasi untuk meningkatkan kinerjanya.
- LAMPIRAN
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
A. Perjanjian Kinerja
Perjanjian kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Lampungtelah ditetapkan
dalam dokumen penetapan kinerja yang merupakan suatu dokumen pernyataan
kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target
kinerja tertentu dengan didukung sumber daya yang tersedia.
Indikator dan target kinerja yang telah ditetapkan menjadi kesepakatan
yang mengikat untuk dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan sebagai upaya
mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat
Indonesia. Perjanjian penetapan kinerja tahun 2018 yang telah ditandatangani
bersama oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung dan Direktur
Jenderal Kesehatan Masyarakat berisi Indikator, antara lain:
Persentase Tempat-tempat
umum (TTU) yang memenuhi 50% 52% 54% 56% 58%
Penyehatan syarat kesehatan
Lingkungan Persentase RS yang
melakukan pengelolaan 10% 15% 21% 28% 36%
limbah medis sesuai standar
Persentase Tempat
Pengelolaan Makanan (TPM) 8% 14% 21% 28% 32%
yang memenuhi syarat
kesehatan
Jumlah Kabupaten/Kota yang
menyelenggarakan tatanan 364 356 366 376 386
kawasan sehat
Persentase Kab/Kota yang
memiliki Kebijakan PHBS 60 70 80
Persentase desa yang
memanfaatkan dana desa 30 40 80
Promosi
untuk UKBM
Kesehatan dan
Pemberdayaan Jumlah dunia usaha yang
Masyarakat memanfaatkan CSRnya untuk 20
program kesehatan
Jumlah organisasi
kemasyarakatan yang 15
memanfaatkan sumber
Dukungan dayanya untuk
Persentase mendukung
realisasi kegiatan
Manajemen dan administrasi dukungan
Pelaksanaan manajemen dan pelaksanaan
Tugas Teknis tugas teknis lainnya Program
Lainnya pada Kesehatan Masyarakat 91 92 93 94 95
Program
Pembinaan
Kesehatan
Masyarakat
90.0
92.9
80.0 76.9
70.0
73.4
60.0
50.0
53.0
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0
2015 2016 2017 2018
Dengan melihat capaian tersebut maka bisa dipastikan bahwa target Renstra di
tahun 2019 yaitu 50 % kemungkinan besar akan tercapai. Beberapa kabupaten
telah mencapai cakupan 100%. sebagaimana bisa dilihat pada grafik berikut.
Analisa keberhasilan
Cakupan seluruh kabupaten/kota menunjukkan lebih dari target hal tersebut
menunjukkan bahwa hampir bumil KEK mendapat makanan tambahan.
Hal-hal yang menyebabkan peningkatan capaian cakupan bumil KEK mendapat
makanan tambahan yaitu :
1. Ketersedian makanan tambahan Bumil KEK terpenuhi yang bersumber
dari pusat dan daerah.
2. Tersedianya ditribusi makanan tambahan bagi bumil KEK.
Alternatif solusi
Beberpa alternative solusi dalam penghambatan bumil KEK mendapat
makanan tambahan yaitu :
1. Perlunya monitoring dan evaluasi secara rutin tentang pemantauan
pemberian makanan tambahan bagi bumil KEK
2. Perlunya penyimpanan Dokumen yang berkaitan dengan indicator
makanan tambahan bagi bumil KEK seperti foto, SBBK, format
pemantauan dan dokumen lainnya yang diperlukan.
3. Pencatan dan pelaporan yang valid
4. Membuat usulan kebutuhan yang sesuai dengan sasaran.
88
86
84
83
82
80
78
2015 2016 2017 2018
Dari cakupan bumil mendapat TTD didapat bahwa 9 kabupaten yang tidak
tercapai target, bahkan kabupaten Tulang Bawang Barat dibawah 50%
seperti dalam grafik dibawah ini :
80.0
70.0
60.0
50.0
89.4
40.0
30.0
48.8
20.0
10.0
-
Analisa keberhasian
Hal-hal yang menyebabkan capaian bumil mendapat TTD adalah sebagai
berikut :
Analisa kegagalan
1. Pencatatan dan pelaporan pada bidan praktek swasta (BPS) tidak
terlapor
2. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pemberian tablet
tambah darah bagi ibu hamil.
3. Permintaan kebutuhan tablet tambah darah tidak sesuai dengan
sasaran yang ada.
Alternatif solusi :
1. Perlunya koordinasi antar program terutama dengan BPS mengenai
pencatatan dan pelaporan.
2. Permintaan kebutuhan tablet tambah darah memperhatikan stok dan
sasaran yang ada.
3. Pentingnya penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya
pemberian tablet tambah darah bagi ibu hamil.
c) Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif
Anak-anak yang diberi ASI Eksklusif 14 kali lebih kecil kemungkinanya untuk
meninggal dalam enam bulan pertama daripada anak yang tidak disusui. ASI
juga dapat mengurangi kematian akibat infeksi saluran pernapasan akut dan
diare (Lancet, 2008). WHO merekomendasikan ibu diseluruh dunia untuk
menyusui secara eksklusif selama enam bulan pertama untuk mencapai
pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang optimal. Selanjutnya,
mereka harus memberi makanana pendamping yang bergizi dan terus
menyusui hingga bayi berusia dua tahun atau lebih.
Perhitungan cakupan ini adalah dengan membandingkan bayi usia 6 bulan
yang mendapat ASI Eksklusif dibandingkan seluruh bayi yang berumur
kurang dari 6 bulan dan dikonversi dalam bentuk persentase.
Pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan memiliki banyak manfaat bagi bayi
dan ibu. Manfaat bagi bayi diantaranya adalah perlindungan terhadap infeksi
gastrointestinal baik dinegara berkembang dan di negara industri. Menyusui
meningkatkan IQ, kehadiran di sekolah dan dikaitkan dengan pendapatan
yang lebih tinggi ketika kehidupan dewasa. Indikator ini bertujuan untuk
mengetahui penurunan persentase ASI Eksklusif berdasarkan kelompok
umur sehingga dapat merencanakan edukasi gizi pada saat yang tepat bagi
ibu hamil dan menyusui.
Pada Renstra Tahun 2015 – 2019 salah satu indikator adalah ASI Ekslusif
dengan dua kriteria yaitu ASI yang diberikan pada bayi 0 – 6 bulan dan yang
lulus sampai pemberian usia 6 bulan, data yang bisa terpenuhi yaitu mulai
tahun 2016.
Trend capaian bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif
menunjukkan trend peningkatan dari tahun 2016-2019 seperti dalam grafik
berikut :
Tren capaian bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI Eksklusi
terlihat meningkat dari tahun 2016 sampai tahun 2018 seperti grafik berikut :
Grafik 3.5 Trend capaian bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat
ASI eksklusifProvinsi Lampung Tahun 2016-2018
70
60 61.4 61.6
50
46.4
40
30
20
10
0
2016 2017 2018
Cakupan bayi kurang dari 6 bulan mendapat ASI eksklusif sudah mencapai
target dan perkabupaten/kota telah mencapai target seperti dalam grafik
berikut :
Grafik 3.6 Capaian bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI
eksklusif per kabupaten/kota seProvinsi Lampung Tahun 2016-2018
87.1
90.0
74.7 76.0 76.9 74.5
80.0
70.0 62.5 62.3 61.6
56.8 57.6 56.9 57.0 54.8 58.4 56.0
60.0
47.1
50.0
40.0
30.0
20.0
10.0
-
Analisis kegagalan
hal-hal yang menyebabkan kegagalan capaian bayi usia 6 bulan
mendapat ASI Eksklusif :
1. Masih ada tenaga terlatih yang belum melaksanakan konseling
menyusui dan mensosialisasikannya kepada teman sejawat di
wilayah kerjanya
2. Sulit merubah kebiasaan dan menghilangkan mitos dalam
masyarakat
3. Masih ada susu formula untuk bayi 0-6 bulan yang tersedia di
fasilitas kesehatan baik faskes pemerintah ataupun swasta
4. Masih ada faskes pemerintah dan swasta yang belum
melaksanakan 10 LMKM
5. Tidak ada pengawasan mengenai PERDA ASI nomor 17 tahun
dan peraturan Gubernur tentang pemberian ASI Eksklusif
nomor 10 tahun 2016
Alternatif solusi
1. Penyegaran tenaga kesehatan mengenai konseling menyusui
2. Penyuluhan yang rutin mengenai pentingnya ASI Eksklusif
3. Dibentunya pengawas tentang perda dan pergub ASI Eksklusif
4. Diberlakukannya sanksi kepada pelanggar berdasarkan Perda
dan Pergub ASI Eksklusif.
5. Diberlakukannya 10 LMKM sebagai syarat akreditasi
dipelayanan kesehatan
Grafik 3.7 Trend capaian bayi baru lahir mendapat IMD di Provinsi
70 70.6
66
60 60.4
50
43.1
40
30
20
10
0
2015 2016 2017 2018
Grafik 3.8 Capaian bayi baru lahir mendapat IMD per kabupaten/kota se
provinsi Lampung tahun 2018
100.00 93.27 92.37
85.87 85.26 86.98
90.00 83.50
80.00
76.55 74.58 76.96 76.32
70.65
70.00 62.22 63.28 63.45
60.00 50.36
50.00
40.00
30.00
20.00
8.74
10.00
-
Analisis keberhasilan
1. Fasilitas kesehatan terutama di tempat praktek bidan sudah dilakukan
IMD
2. Masyarakat ada yang memahami pentingnya IMD
Analisa kegagalan
1. Penolong persalinan tidak melakukan IMD karena tidak memiliki
kompetensi dalam melakukan IMD
2. Ibu tidak memiliki pengetahuan tentang IMD
3. Ibu tidak bersedia dilakukan IMD
4. Tempat persalinan tidak bersedia melakukan IMD dengan alasan pasien
Alternatif solusi
1. perlunya pelatihan nakes dalam prosedur IMD
2. Perlunya konseling ibu dalam pemberian IMD
3. Dilakukannya bimbingan terhadap fasilitas kesehatan persalinan
Grafik 3.9 Trend capaian balita kurus mendapat makanan tambahan dari
tahun 2015 sampai 2018
90
85.1
80 78.5
70
60
57.1
50
47.9
40
30
20
10
0
2015 2016 2017 2018
Analisis keberhasilan
1. Pengadaan makanan terpenuhi yang bersumber dari pusat dan daerah
2. Tersedianya distribusi mp asi sehingga memudahkan masyarakat
menerima mp asi
Analisa kegagalan :
1. Pemberian MP ASI tidak tepat sasaran yang diperuntukkan bagi balita
kurus.
2. Pengarsipan dokumen masih belum berjalan optimal.
3. Beberapa balita masih ada yang tidak menyukai mp asi dikarenakan
kurangnya konseling nakes dalam pemberian MP ASI.
Alternatif solusi :
1. Perlunya monitoring dan evaluasi secara rutin tentang pemantauan
pemberian makanan tambahan bagi balita kurus
2. Perlunya penyimpanan Dokumen yang berkaitan dengan indicator
makanan tambahan bagi balita kurus seperti foto, SBBK, format
pemantauan dan dokumen lainnya yang diperlukan.
3. Perlunya refresing nakes dalam konseling MP ASI
70
67.5
60
50
40
32.9
30
20
14.2
10
0
2016 2017 2018
Capaian remaja puteri mendapat TTD ada satu kabupaten dengan capaian
rendah yaitu kabupaten Tulang Bawang Barat dan kabupaten lain telah
mencapai target seperti dalam grafik berikut :
Analisa keberhasilan :
1. Komitmen pemerintah dalam penanggulangan stunting dimulai pada
sasaran remaja puteri dengan pemberian tablet tambah darah sehingga
dalam perencanaan kebutuhan TTD telah tercukupi.
2. Alokasi anggaran meningkat untuk memenuhi keberhasilan dalam
cakupan ttd remaja puteri.
3. Lintas sektor di pendidikan telah terjalin sehingga pemberian ttd rematri
telah berjalan optimal.
4. Beberapa kabupaten (sekolah) menerapkan satu hari makan bersama
TTD
Analisa kegagalan :
1. Kurangnya pengetahuan remaja putri dalam pentingnya tablet tambah
darah.
2. Kurangan konseling oleh tenaga kesehatan.
3. Kurangnya komitemen antar lintas sektor terkait.
Alternatif solusi
1. Perlunya konseling oleh nakes pada remaja puteri dalam pentingnya
pemberian TTD
2. Perlunya pertemuan untuk memfasilitasi linsek tertama pendidikan dalam
membangun komitmen program secara bersama.
93.29
93.00
Di beberapa kabupaten cakupan program lebih dari 100 %, hingal ini dapat
disebabkan oleh adanya perbedaan sasaran jumlah penduduk atau system
pencataan dan pelaporan yang belum optimal sehingga terjadi duplikasi
pencatatan terutama di wilayah perkotaan atau wilayah lintas
kabupaten/kota. Kesulitan dalam menentukan sasaran penduduk menjadi
salah satu kendala karena ada beberapa versi jumlah penduduk yaitu
menurut BPS, Pusdatin datertn Pemerintah Daerah. Walaupun jumlah
penduduk menurut BPS dan Pusdatin tidak syarat dengan kepentingan
tertentu namun kelemahannya jumlah penduduk hanya bisa ditentukan
sampai level kabupaten sedangkan sampai level kecamatan dan desa
harus dihitung kembali. Ini menjadi salah satu masalah tersediri bagi
pengelola program Puskesmas karena terkadang sasaran mereka
Analisa Keberhasilan
Trend positif kenaikan kunjungan neonatal dari tahun ke tahun
menunjukkan telah semakin meningkatnya akses masyarakat khususnya
neonatal terhadap pelayanan kesehatan. Dengan adanya desentralisasi maka
alokasi anggaran Negara sudah menyebar di seluruh kabupaten sehingga
perbaikan infrastruktur termasuk fasilitas kesehatan semakin memudahkan
akses masyarakat menuju fasilitas kesehatan. Jumlah tenaga kesehatan yang
sudah semakin banyak yang tidak hanya terfokus di daerah perkotaan juga
berkontribusi terhadap peningkatan kunjungan neonatal.
Hal-hal yang menyebabkan peningkatan capaian cakupan KN1 yaitu :
1) Peningkatan penggunaan buku KIA mendorong peningkatan
pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pelayanan kesehatan bagi
baru baru lahir yang mendorong mereka untuk memeriksakan bayinya
ke fasilitas kesehatan.
2) Perbaikan infrastruktur terutama di daerah dengan akses sulit
memudahkan masyarakat untuk mengakses fasilitas pelayanan
kesehatan.
3) Meningkatnya jumlah fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan
serta distribusi fasilitas dan tenaga kesehatan di seluruh
kabupaten/kota.
4) Meningkatnya alokasi pembiayaan kesehatan bagi masyarakat
khususnya masyarakat yang tidak mampu seperti adanya
Jampersal dan APBD Kabupaten/Kota dan juga BOK di Puskesmas
yang dapat digunakan oleh petugas kesehatan untuk kunjungan
rumah kepada bayi yang tidak datang ke faskes.
5) Peningkatan pemanfaatan kohort bayi dan Balita mendukung
perbaikan system pencatatan dan pelaporan pelayanan pada bayi
dan Balita.
6) Peningkatan peran aktif lintas program dan lintas sektor dalam
mendukung pelayanan kesehatan bagi bayu baru lahir dan neonatal.
7) Meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan petugas dalam
pelayanan kesehatan mendorong peningkatan kualitas pelayanan
sehingga masyarakat merasa puas dengan pelayanan di fasilitas
kesehatan.
8) Terlaksananya program kemitraan bidan dan dukun mendorong
peran aktif masyarakat untuk mendorong ibu bersalin ke nakes dan
memeriksakan bayi baru lahir ke petugas kesehatan
Analisa Kegagalan
Hal yang menyebabkan rendahnya cakupan program antara lain:
1) Pemanfaatan buku KIA yang masih belum optimal menyebabkan
pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pelayanan kesehatan
pada bayi dan Balita
Alternatif solusi
Alternatif solusi yang dilakukan dalam mengatasi hambatan antara lain:
1. Meningkatkan sosialisasi kebijakan, peraturan dan pedoman
kesehatan anak.
2. Meningkatkan dukungan pemda dalam membuat peraturan dan
kebijakan yang mendukung pelayanan kesehatan.
3. Memfasilitasi pengadaan kebutuhan sarana dan prasarana
pendukung pelayanan kesehatan dengan menggunakan anggaran
yang bersumber dana dekonsentrasi, APBD Provinsi dan APBD
Kabupaten.
4. Sinkronisasi kegiatan antara provinsi dan kabupaten dalam
pemanfaatan dana BOK sehingga kegiatan yang disusun fokus
pada peningkatan indikator program/Resntra.
5. Meningkatkan koordinasi lintas sektor di semua jenjang untuk
mengatasi berbagai penyebab masalah yang memerlukan
dukungan lintas sektor.
85.00
83.00
82.00
81.00
80.00
K4 TARGET
2014 2015 2016 2017 2018
Analisis keberhasilan
Capaian sebagian besar kabupaten/kota dalam pelayanan antenatal telah
cukup baik. Beberapa hal yang menyebabkan tingginya capaian tersebut
adalah :
1. Peningkatan pemahaman nakes tentang pentingnya melaksanakan
pemeriksaan antenatal secara teratur
2. Perbaikan kualitas pelayanan mendorong masyarakat untuk datang lagi
ke fasilitas kesehatan
3. Sistem pencatatan dan pelaporan yang lebih baik
4. Peningkatan kapasitas nakes mendorong peningkatan kualitas pelayanan
5. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung pelayanan mendukung
petugas kesehatan dalam pemberian pelayanan sesuai standar
6. Meniingkatkan jumlah masyarakat yang memiliki pembiayaan kesehatan
meningkatkan akses mereka ke fasilitas kesehatan.
Analisis Kegagalan
1. Sistem pencatatan dan pelaporan yang belum baik sehingga ibu yang
berkunjung ke fasilitas kesehatan terutama swasta tidak terdata
2. Belum adanya sistem monitoring PUS
3. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan sehingga masyarakat enggan
berkunjung lagi ke petugas kesehatan
4. Insrastruktur yang belum baik membuat akses masyarakat ke petugas
kesehatan menjadi sulit terutama di daerah terpencil dan jauh dari
petugas kesehatan
5. Distribusi tenaga kesehatan yang belum merata.
Alternatif solusi
1. Penggunaan kohort oleh tenaga bidan untuk memantau ibu
2. Peningkatan kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan pada ibu hamil
yang tidak datang ke faskes karena alasan tertentu
3. Peningkatan kapasitas nakes dalam pemberian pelayanan kesehatan
yang berkualitas
4. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung pelayanan kesehatan di
tingkat pelayanan kesehatan dasar.
Capaian indikator tahunan tahun 2018 digambarkan dalam grafik di bawah ini
Grafik 3.17Capaian Cakupan Penjaringan Anak Kelas I SD per
kab/Kota se Provinsi LampungTahun 2018
Pesisir Barat 66.67
Lampung Barat 80
Provinsi 98.01
Kota Metro 100
Kota Bandar Lampung 100
Tulangbawang Barat 100
Mesuji 100
Pringsewu 100
Pesawaran 100
Tulangbawang 100
Way Kanan 100
Lampung Utara 100
Lampung Tengah 100
Lampung Timur 100
Lampung Selatan 100
Tanggamus 100
0 20 40 60 80 100 120
Dari grafik di atas terlihat bahwa hanya kabupaten Pesisir barat dan
Lampung Barat yang belum melaksanakan penjaringan pada anak kelas 1
SD. Kondisi wilayah yang sulit dan keterbatasan sarana prasarana pelayanan
kemungkinan menjadi penyebab rendahnya capaian cakupan.
PENJARINGAN SD TARGET
Analisis keberhasilan :
1) Dengan masuknya indikator ini menjadi SPM maka kegiatan menjadi
kegiatan priortas di Puskesmas sehingga terdapat alokasi anggaran untuk
melaksanakan kegiatan tersebut
2) Dengan semakin banyaknya nakes dilatih dalam melaksanakan
penjaringan maka jumlah tenaga yang melaksanakan semakin banyak.
3) Adanya pangadaan UKS Kit yang diberikan kepada beberapa
Puskesmas.
Analisis Kegagalan :
1) Kurangnya dukungan lintas sektor dalam mendukung pelaksanaan
penjarinagn di beberapa sekolah terutama sekolah swasta
2) Tidak adanya biaya transport petugas kesehatan menuju sekolah dan
biaya operasional karena tidak dialokasikan di dana BOK.
3) Kondisi geografis di wilayah-wilayah tertentu yang sulit untuk menuju
sekolah serta letak sekolah yang jauh dari faskes
Alternatif Solusi :
1) Kegiatan yang masuk di dalam SPM seharusnya masuk dalam pelayanan
kesehatan esensial di Puskesmas termasuk kegiatan penjaringan anak
usia sekolah.
2) Perlu penyediaan sarana dan prasarana pendukung untuk pelaksanaan
kegiatan penjaringan anak usia sekolah seperti UKS Kit, transport, bahan
reagent, dll.
3) Perlu dukungan lintas sektor agar kegiatan tersebut mendapat dukungan
dari sekolah saat pelaksanaan kegiatan dan sekolah dapat
menindaklanjuti.
100.00
97.68
96.31
95.00
90.90
90.00
85.00 85
84
83
80.00
75.00
2016 2017 2018
P ENJA RI NGA N SM P /SM A TA R GET
Walaupun capaian kegiatan naik turun namun capaian indiaktor lebihd ari
target yang diharapkan.
Analisis keberhasilan :
1) Dengan masuknya indikator ini menjadi SPM maka kegiatan menjadi
kegiatan priortas di Puskesmas sehingga terdapat alokasi anggaran untuk
melaksanakan kegiatan tersebut
2) Dengan semakin banyaknya nakes dilatih dalam melaksanakan
penjaringan maka jumlah tenaga yang melaksanakan semakin banyak.
3) Adanya pangadaan UKS Kit yang diberikan kepada beberapa
Puskesmas.
Analisis Kegagalan :
1) Kurangnya dukungan lintas sektor dalam mendukung pelaksanaan
penjarinagn di beberapa sekolah terutama sekolah swasta
2) Tidak adanya biaya transport petugas kesehatan menuju sekolah dan
biaya operasional karena tidak dialokasikan di dana BOK.
3) Kondisi geografis di wilayah-wilayah tertentu yang sulit untuk menuju
sekolah serta letak sekolah yang jauh dari faskes
Alternatif Solusi :
1) Kegiatan yang masuk di dalam SPM seharusnya masuk dalam pelayanan
kesehatan esensial di Puskesmas termasuk kegiatan penjaringan anak
usia sekolah.
2) Perlu penyediaan sarana dan prasarana pendukung untuk pelaksanaan
kegiatan penjaringan anak usia sekolah seperti UKS Kit, transport, bahan
reagent, dll.
3) Perlu dukungan lintas sektor agar kegiatan tersebut mendapat dukungan
dari sekolah saat pelaksanaan kegiatan dan sekolah dapat
menindaklanjuti.
100
92.72
90
87.21
80 78.86
70 68 70
66
60
50
40
30
20
10
0
2016 2017 2018
Analisis keberhasilan :
1) Meningkatnya jumlah Puskesmas yang terlatih dalam PKPR
2) Tersedianya paket PKPR Kit di sebagain besar Puskesmas
3) Yankes Remaja telah menjadi salah satu kegiatan prioritas sehingga
mendapatkan pembiayaan dari dana BOK
Analisis Kegagalan :
1) Belum semua Puskesmas menjadi pelayanan kesehatan remaja sebagai
salah satu kegiatan prioritas
2) Rendahnya minat remaja untuk mengunjungi fasiliatas kesehatan
3) Kurangnya sarana dan prasarana di Puskesmas dalam memberikan
pelayanan kesehatan remaja
4) Kurangnya kerjasama lintas sektor dalam mendukung pelayanan
kesehatan remaja terutama di sekolah
Solusi Alternatif :
1) Pengadaan PKPR Kit untuk seluruh puskesmas
2) Penyediaan reagen pemeriksaan sesuai dengan sasaran remaja
3) Penyediaan biaya operasional bagi petugas untuk pelayanan kesehatan
remaja di luar gedung.
98
96
95
94 94
93
92
90
88
2016 2017 2018
P USK ESM A S K ELAS IB U TAR GET
Analisis keberhasilan :
1) Meningkatnya jumlah nakes yang terlatih dalam pelaksanaan kelas ibu
2) Tersedianya paket pengadaan kelas ibu baik dari pusat ataupun dari
provinsi
3) Adanya pembinaan yang berkesinambungan dari kabupaten/kota ke
Puskesmas
4) Meningkatnya peran serta masyarakat dalam kegiatan di bidang
kesehatan
Analisis Kegagalan :
1) Belum semua Puskesmas memiliki paket kelas ibu sampai ke level bidan
di desa
2) Rendahnya partisiasi masyarakat terutama di daerah perkotaan
3) Infrastruktur yang kurang menyebabkan ibu tidak dapat mengakses lokasi
pelaksanaan kelas ibu.
Solusi Alternatif :
1) Penyediaan paket kelas ibu sesuai dengan jumlah desa
2) Mengembangkan pelaksanaan kelas ibu sesuai dengan kebutuhan
wilayah dimana dengan mengatur jadwal pelaksanaan kelas ibu
3) Meningkatkan jumlah nakes dalam orientasi kelas ibu.
98
97
96
95
94.63
94
93
92
91
2016 2017 2018
P USK ESM AS OR IENTA SI P 4 K TA R GET
Analisis keberhasilan :
1) Tersedianya buku KIA dalam jumlah yang cukup meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang pentingnya bersalin ke tenaga
kesehatan
2) Meningkatnya jumlah nakes yang telah dilatih dalam P4K
3) Dukungan ketersediaan dana BOK untuk kegiatan dan faslitasi
pelaksanaan P4K
Analisis Kegagalan :
1) Kurangnya dukungan lintas sektor dalam pelaksanaan kegiatan P4K
terutama di wilayah desa
2) Tidak adanya alokasi anggaran di Puskesmas untuk melaksanakan
Orientasi P4K.
Alternatif Solusi :
1) Optimalisasi pemanfaatan dana desa untuk mendukung kegiatan P4K di
tingkat desa
2) Peningkatan kerjasama lintas program dan lintas sektor di Puskesmas
untuk mendukung pelaksanaan kegiatan P4K
80
77.7
74.4
70 68.8 70
60 60
50 49.3 50
42.4
40 40
30
20
10
0
2014 2015 2016 2017 2018
Analisa Keberhasilan
Hal-hal yang menyebabkan peningkatan capaian indikator persentase
puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar yaitu :
1) Alokasi dana dekonsentrasi kegiatan Pembinaan Upaya Kesehatan
Kerja dan Olahraga untuk Provinsi Lampung yang mencukupi untuk
mengakomodir seluruh kegiatan kesehatan kerja dan olahraga yang
selaras dengan kegiatan Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga,
karena Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi prioritas.
2) Meningkatnya alokasi pembiayaan kegiatan kesehatan kerja
karena nomenklatur Kesehatan Kerja dan Olahraga pada SOTK
baru menjadi langkah untuk mengajukan kegiatan Kesehatan
Kerja pada APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota
3) Meningkatnya jumlah tenaga pengelola kesehatan kerja yang
sudah dilatih Kesehatan Kerja baik melalui pelatihan teknis
kesehatan kerja maupun orientasi kesehatan kerja dan olahraga
4) Sosialisasi berkelanjutan dan jaringan pencatatan pelaporan
Analisa Kegagalan
Hal yang menyebabkan rendahnya capaian indikator persentase
puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasarantara lain:
1) Pergantian petugas pengelola kesehatan kerja baik di tingkat
Kabupaten/Kota maupun Puskesmas saat penerapan SOTK baru
2) Tingginya tingkat mutasi petugas pengelola kesehatan kerja yang
sudah dilatih
3) Kegiatan kesehatan kerja bukan merupakan kegiatan UKM esensial
(hanya kegiatan UKM Pengembangan) sehingga sering belum
menjadi prioritas pendanaan kegiatan, baik di tingkat provinsi,
kabupaten/kota maupun puskesmas
4) Belum terlaksananya koordinasi dan komunikasi yang baik antara
Lintas Program dan Lintas Sektor yang mendukung pelaksanaan
pelayanan kesehatan kerja
5) System pencatatan dan pelaporan yang belum terpadu dan berbasis
computer.
Alternatif solusi
Alternatif solusi yang dilakukan dalam mengatasi hambatan antara lain:
1. Dukungan dana dekosentrasi kegiatan Pembinaan Upaya
Kesehatan Kerja dan Olahraga agar provinsi terus dapat
mensosialisasikan dan melaksanakan pembinaan kesehatan kerja.
2. Advokasi dan pembentukan tim koordinasi kesehatan kerja yang
melibatkan Lintas Program dan Lintas Sektor terkait, baik di
tingkat provinsi, kabupaten/kota maupun puskesmas.
3. Terus mengadakan pelatihan teknis maupun orientasi kepada
petugas pengelola kesehatan kerja.
4. Fasilitasi pendanaan kegiatan dan sarana pendukungnya dari
Kabupaten/kota dan Puskesmas.
5. Sinkronisasi kegiatan antara provinsi dan kabupaten dalam
pemanfaatan dana BOK sehingga kegiatan yang disusun fokus pada
peningkatan indikator program/Renstra.
20 20 20 20 20
15
12
10
9 9
5
3
0
2015 2016 2017 2018
Lampung Target
Sumber : Laporan Kesehatan Kerja Dinkes Provinsi Lampung Tahun 2018
Pesisir Barat 50
Tanggamus 20
0 20 40 60 80 100 120
Analisa Keberhasilan
Hal-hal yang menyebabkan peningkatan capaian indikator indikator jumlah
Pos UKK yang terbentuk di daerah PPI/ TPI yaitu :
1) Dukungan alokasi dana dekonsentrasi kegiatan Pembinaan Upaya
Kesehatan Kerja dan Olahraga untuk Provinsi Lampung yang
mengakomodir kegiatan Pembinaan Kesehatan Nelayan secara
bertahap tiap tahunnya. Dimulai dengan kegiatan Sosialisasi
Kesehatan Nelayan di tingkat Kabupaten/Kota, tahapan Pembentukan
Pos UKK yang diawali Pertemuan Tingkat Desa hingga ke
Musyawarah Masyarakat Desa dan dilengkapi dengan kegiatan
monitoring evaluasi.
2) Pemenuhan sarana prasarana Kit Pos UKK dan Kit Alat Pelindung Diri
(APD) khusus untuk Pos UKK Nelayan sebagai stimulan dari
Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga
3) Meningkatnya jumlah tenaga pengelola kesehatan kerja yang
sudah dilatih Kesehatan Kerja baik melalui pelatihan teknis
kesehatan kerja maupun orientasi kesehatan kerja dan olahraga
baik ditingkat Kabupaten maupun puskesmas
4) Sosialisasi berkelanjutan mengenai Pembentukan Pos UKK
Alternatif solusi
Alternatif solusi yang dilakukan dalam mengatasi hambatan antara lain:
1. Dukungan dana dekosentrasi kegiatan Pembinaan Upaya
Kesehatan Kerja dan Olahraga agar provinsi terus dapat
mensosialisasikan dan melaksanakan pembentukan dan
pembinaan pos UKK
2. Terus mengadakan pelatihan teknis maupun orientasi kepada
petugas pengelola kesehatan kerja.
3. Advokasi dan pembentukan jaringan komunikasi antara Pemerintah
Desa, Petugas Puskesmas dan Kader Pos UKK
4. Fasilitasi pendanaan kegiatan pelayanan kesehatan dan
pembinaan dari Kabupaten/kota dan Puskesmas.
5. Integrasi pelaksanaan kegiatan dengan Lintas Program dan Lintas
sektor dalam pelayanan kesehatan di Pos UKK
Nasional 100
RSUDAM 100
0 20 40 60 80 100 120
Sumber : Laporan Kesehatan Kerja Dinkes Provinsi Lampung Tahun 2018
Analisa Keberhasilan
Hal-hal yang menyebabkan stabilnya capaian indikator fasiltas
pemeriksaan kesehatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang memenuhi
standar yaitu :
1) Proses perizinan sebagai sarana kesehatan pemeriksa CTKI sudah
mengacu pada Permenkes No. 29 tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan CTKI
2) Alokasi dana dekonsentrasi kegiatan Pembinaan Upaya Kesehatan
Analisa Kegagalan
Hal yang menyebabkan rendahnya tingkat utilitas pemeriksaan kesehatan
di sarana kesehatan yang resmi ditunjuk Kementerian Kesehatan antara
lain:
1) Banyaknya PPTKIS yang langsung membawa calon TKI ke
Jakarta tanpa diperiksa kesehatannya terlebih dahulu di provinsi
asal
2) Adanya modus dan oknum PPTKIS nakal yang meminta fee
kepada sarana kesehatan yang ditunjuk
3) Perda tarif RSUDAM yang membuat tarif pemeriksaan kesehatan
CTKI di RSUDAM lebih mahal dibandingkan Permenkes No, 26
tahun 2015 tentang Pola Tarif
Alternatif solusi
Alternatif solusi yang dilakukan dalam mengatasi hambatan antara lain:
1. Dukungan dana dekosentrasi kegiatan Pembinaan Upaya
Kesehatan Kerja dan Olahraga agar provinsi terus dapat
mensosialisasikan dan melaksanakan pembinaan ke sarana
kesehatan TKI dan Kabupaten/Kota Kantong TKI
2. Advokasi kepada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigasi Provinsi
agar PPTKIS membawa CTKI nya untuk memeriksakan
kesehatannya ke sarana kesehatan yang sudah ditunjuk
3. Pembinaan terintegrasi lintas program dan lintas sektor
60 58.6
50 50
40 40
34.6
30 30
20 20 20.3
10
0
2015 2016 2017 2018
Pesisir Barat 89
Mesuji 83
Way Kanan 0
Tulang Bawang Barat 100
Tulang Bawang 78
Tanggamus 0
Pringsewu 100
Pesawaran 50
Lampung Barat 73
Lampung Selatan 73
Lampung Timur 85
Lampung Tengah 29
Lampung Utara 29
Metro 100
Bandar Lampung 90
0 20 40 60 80 100 120
Sumber : Laporan Kesehatan Olahraga Dinkes Provinsi Lampung Tahun 2018
Analisa Keberhasilan
Hal-hal yang menyebabkan peningkatan capaian persentase puskesmas
yang menyelenggarakan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat
di wilayah kerjanyayaitu :
1) Alokasi dana dekonsentrasi kegiatan Pembinaan Upaya Kesehatan
Kerja dan Olahraga untuk Provinsi Lampung yang mencukupi untuk
mengakomodir seluruh kegiatan kesehatan olahraga yang selaras
dengan kegiatan Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga, karena
Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi prioritas.
2) Meningkatnya alokasi pembiayaan kegiatan kesehatan olahraga
karena nomenklatur Kesehatan Kerja dan Olahraga pada SOTK
baru menjadi langkah untuk mengajukan kegiatan Kesehatan
Olahraga pada APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota
3) Meningkatnya jumlah tenaga pengelola kesehatan olahraga yang
sudah dilatih melalui orientasi kesehatan kerja dan olahraga
4) Sosialisasi berkelanjutan dan jaringan pencatatan pelaporan
Analisa Kegagalan
Hal yang menyebabkan rendahnya capaian indikator persentase
puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan olahraga pada kelompok
masyarakat di wilayah kerjanyaantara lain:
1) Pergantian petugas pengelola kesehatan olahraga baik di tingkat
Kabupaten/Kota maupun Puskesmas saat penerapan SOTK baru
2) Tingginya tingkat mutasi petugas pengelola kesehatan olahraga
yang sudah diorientasi
3) Kegiatan kesehatan olahraga bukan merupakan kegiatan UKM
esensial (hanya kegiatan UKM Pengembangan) sehingga sering
belum menjadi prioritas pendanaan kegiatan, baik di tingkat provinsi,
kabupaten/kota maupun puskesmas
4) Belum terlaksananya koordinasi dan komunikasi yang baik antara
Lintas Program dan Lintas Sektor yang mendukung pelaksanaan
pelayanan kesehatan olahraga
5) System pencatatan dan pelaporan yang belum terpadu dan berbasis
computer.
6) Belum adanya reward bagi pengelola kesehatan olahraga yang telah
dengan baik melaksanakan semua kegiatan hingga ke pencatatan
pelaporan
Alternatif solusi
Alternatif solusi yang dilakukan dalam mengatasi hambatan antara lain:
1. Dukungan dana dekosentrasi kegiatan Pembinaan Upaya
Kesehatan Kerja dan Olahraga agar provinsi terus dapat
mensosialisasikan dan melaksanakan pembinaan kesehatan
olahraga.
2. Advokasi Lintas Program dan Lintas Sektor terkait, baik di tingkat
provinsi, kabupaten/kota maupun puskesmas.
3. Terus mengadakan pelatihan teknis maupun orientasi kepada
petugas pengelola kesehatan olahraga.
4. Fasilitasi pendanaan kegiatan dan sarana pendukungnya dari
Kabupaten/kota dan Puskesmas.
5. Sinkronisasi kegiatan antara provinsi dan kabupaten dalam
pemanfaatan dana BOK sehingga kegiatan yang disusun fokus pada
peningkatan indikator program/Renstra
6. Pembinaan berkelanjutan
Analisa Keberhasilan
Trend Capaian Desa melaksanakan STBM yang selalu meningkat disetiap
tahunnya disebabkan karena kemitraan yang baik antara tenaga Provinsi,
tenaga Kabupaten/kota, Lintas Sektor/Program/Mitra terkaitdanSanitarian
Puskesmas dalam melakukan Pemicuan di Masyarakat (Desa/Kelurahan)
yang berdampak pada peningkatan akses terhadap sanitasi layak.
Analisa Kegagalan
Hal yang menyebabkan rendahnya cakupan program antara lain:
1) Kurangnya Komitment dan Dukungan Kepala Daerah terhadap Program
STBM
2) Masih terbatasnya anggaran APBD dan sumber daya manusia (Tenaga
Kesling) pada Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Puskesmas sehingga
pelaksanaan program tidak tercapai secara maksimal.
3) Belum maksimalnya koordinasi dan sinergitas lintas ector/lintas program
dan mitra terkait.
4) Untuk pelaporan triwulan Desa melaksanakan STBM
secaraonline/berbasis web masih banyak kendala, dikarenakan signal,
kurangnya kompetensi petugas kesling dalam pelaporan online
Alternatif Solusi
1) Refresing / Orientasi Peningkatan Kapasitas Petugas Puskesmas &
Kabupaten dalam advokasi dan pencatatan pelaporan triwulan/online
2) Meningkatkan komitment kepala daerah dan dukungan pemda terhadap
Sanitasi (STBM)
3) Memfasilitasi pengadaan kebutuhan sarana dan prasarana pendukung
Analisa Keberhasilan
Trend Capaian Persentase Sarana Air Minum yang dilakukan pengawasan
cendrung fluktuatif (naik turun) disebabkan karena proporsi pembagian
anggaran yg fluktuatif dan kurangnya tenaga kesling pukesmas yang
berkompeten (program kesling masih banyak dikelola oleh tenaga
bidan/perawat/kesehatan lainnya), namun jika di lihat realisasi pertahun sudah
mencapai target yang di harapkan.
Analisa Kegagalan
Hal yang menyebabkan rendahnya cakupan program antara lain:
1) Masih terbatasnya anggaran APBD/BOK non fisik (proporsi pembagian
anggaran yg fluktuatif) dan sumber daya manusia (Tenaga Kesling)
pada Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Puskesmas sehingga pelaksanaan
program tidak tercapai secara maksimal.
2) Belum maksimalnya koordinasi dan sinergitas lintas sektor/lintas
program dan mitra terkait.
3) Untuk pelaporan secaraonline masih banyak kendala, dikarenakan
signal dan kurangnya kompetensi petugas kesling dalam pelaporan
online
Alternatif Solusi
Alternatif solusi yang dilakukan dalam mengatasi hambatan antara lain:
1) Refresing / Orientasi Peningkatan Kapasitas Petugas Puskesmas &
Kabupaten dalam advokasi dan pencatatan pelaporan triwulan/online
Analisa Keberhasilan
1) Secara nasional bahwa Provinsi Lampung tahun 2018 sudah melebihi
capaian target Tempat –tempat umum sehat (capaianan sebesar 72, 70
%) dari target Kemenkes RI sebesar 58 %
2) Laporan rutin kegiatan program TTU sehat sudah aktif dikirim ke Provinsi
lampung setiap Triwulan.
Analisa Kegagalan
Hal yang menyebabkan rendahnya cakupan program antara lain:
1. Keterbatasan anggaran dari
berbagai sumber dana untuk kegiatan TTU sehat
Alternatif Solusi
1. Pembinaan dan Advokasi Program Penyehatan Tempat-Tempat Umum
oleh Petugas Penyehatan Lingkungan Propinsi secara intensif ke 15
Kota/Kabupaten se Propinsi Lampung, agar kegiatan Program Penyehatan
Tempat-Tempat Umum/institusi memperoleh dukungan dana.
2. Mengusulkan adanya petugas khusus yang mengelola Program
Penyehatan Tempat-Tempat Umum pada Seksi Kesehatan Lingkungan
dimasing-masing Kota/Kabupaten se Propinsi Lampung.
3. Memberikan feed back ke Kota/Kabupaten atas laporan hasil kegiatan yang
telah dicapai, maupaun laporan yang telah dikirimkan ke Propinsi.Lampung
secara berkesinambungan dan berjenjang sampai tingkat
puskesmas.Mengevaluasi kegiatan program bersama petugas pengelola
program Kota/Kabupaten se Propinsi Lampung, pada saat Rapat Evaluasi
Program Kesehatan Lingkungan di Propinsi.
4. Memberikan feed back ke Kota/Kabupaten atas hasil kegiatan yang telah
dicapai, maupaun laporan yang telah dikirimkan ke Propinsi.
5. Menyeragamkan format laporan rutin triwulan baik yang dikirim dari
puskesmas maupun Dinkes Kabupaten Kota.
6. Menambah keterangan jumlah puskesmas yang ada dan jumlah
puskesmas yang melapor pada formulir pelaporan.
7. Mensinergikan kegiatan penyehatan Tempat-Tempat Umum dengan
program kesehatan lingkungan yang lain serta kesehatan kerja dan
olahraga.
Analisa Keberhasilan
Trend positif Persentase Rumah Sakit yang melakukan Pengelolaan Limbah
Medis sesuai satandar disebabkan karena kemitraan yang baik antara tenaga
Provinsi, tenaga Kabupaten/ kota maupun di Fasyankes tentang dalam
pelaksanaan pengelolaan limbah medis Fasyankes dan Rumah Sakit
Analisa Kegagalan
Hal yang menyebabkan rendahnya cakupan program antara lain:
1) Untuk pelaporan triwulan pengelolaan limbah medis sesuai standar
secara on line berbasis web masih banyak kendala, dikarenakan
server di pusat sering bermasalah / ada gangguan, sehingga bagi
rumah sakit yang akan melaporkan pengelolaan limbah medis secara
on line tidak bisa mengupload datanya
2) Masih ada Fasilitas Pelayanan Kesehatan ( Rumah Sakit,
Puskesmas, Balai Pengobatan, Klinik Bersalin dan lain-lain) yang
belum mengelola limbahnya padat/cair medis dengan baik dan sesuai
peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah
3) Kegiatan program kesehatan lingkungan di Rumah Sakit belum
terlaksana dengan maksimal, sesuai dengan Kepmenkes 1204 Tahun
2004, tentang persyaratan Kesehatan Lingkungan di Rumah Sakit
4) Masih terbatasnya pendanaan dan sumber daya manusia di
setiap Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota, sehingga pengawasan
terhadap Fasilitas Pelayanan Kesehatan ( Rumah Sakit,
Puskesmas, Balai Pengobatan, Klinik Bersalin dan lain-lain) belum
maksimal
Alternatif Solusi
1) Orientasi Pengelolaan Limbah Medis Fasyankes bagi petugas kesling
Dinkes Kabupaten /Kota dan Rumah Sakit se - Provinsi Lampung
2) Monitoring Pengelolaan Limbah Medis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
(Rumah Sakit, Puskesmas, Balai Pengobatan, Klinik Bersalin dan lain-lain)
di Kabupaten/Kota Se-Provinsi Lampung
3) Pengkajian terhadap dokumen AMDAL bagi kegiatan/usaha yang
berpotensi menimbulkan dampak pencemaran terhadap lingkungan.
4) Peningkatan kerjasama lintas sektor terkait terutama dengan Dinas
Lingkungan Hidup Provinsi Lampung dalam rangka pengawasan dampak
pencemaran limbah padat/cair medis yang ditimbulkan dari Fasilitas
Analisa Kegagalan
Hal yang menyebabkan rendahnya cakupan program antara lain:
1) Masih terbatasnya dana dalam rangka pembinaan program Penyehatan
Makanan dan Minuman di kabupaten/kota , sehingga pencapaian
indikator sangat tergantung dengan ketersediaan anggaran dan aktifitas
2) Kurang adanya Pembinaan dan Pengawasan dalam rangka kegiatan
Penyehatan Makanan dan Minuman di kabupaten/kota.
3) Kesulitan dalam hal pengumpulan data – data dan informasi tentang TPM.
Dikarenakan Belum optimalnya kinerja petugas teknis dalam pembinaan
dan pengawasan TPM di tingkat kabupaten/kota, belum tersedianya
peralatan, dukungan logistik, media fasilitasi,dan medaia sosialisasi, serta
belum dilakukannya Pemetaan faktor risiko akibat pangan siap saji yang
dilakukan oleh puskesmas belum merata sehingga sulit untuk menentukan
target kegiatan.
4) Sistim informasi penyampaian laporan data dari kabupaten ke Provinsi
belum tepat waktu sehingga sangat lama untuk mengetahui
perkembangan capaian target per daerah.
Alternatif Solusi
1) Melakukan Inventarisasi/PendaftaranTempat Pengelolaan PanganSiap
Saji dengan Melaksanakan Inspeksi Sanitasi di Tempat Pengelolaan
Makanan (TPM) sebagai syarat utama untuk pemenuhan persyaratan
higiene sanitasi dalam rangka mendapatkan sertifikat laik higiene sanitasi.
2) Provinsi/Kab/Kota diharapkan dapat melaksanakan Pengadaan Peralatan
Pemeriksa Kontaminasi Pangan.
3) Peningkatan Sistim informasi Higiene Sanitasi Pangan dalam mendukung
program HSP dengan mengembangkan dan melaksanakan e monev HSP
yang akan dimulai serentak di 15 Kab/kota pada tahun 2015.
4) Penguatan Sumber Daya Petugas baik di kabupaten/kota, puskesmas
Analisis Keberhasilan
Pencapaian target pengembangan wilayah kabupaten kota sehat sampai
dengan Tahun 2019 sebanyak 9 Kabupaten (60%) telah melakukan
pendekatan Kabupaten/kota sehat. Kabupaten/Kota yang telah memiliki
Forum Kabupaten Kota Sehat yaitu : Kab Bandar Lampung, Lampung Utara,
Lampung Tengah, Metro, Lampung Selatan, Pringsewu, Tulang Bawang
Barat, Pesisir Barat dan Lampung Barat Keberhasilan ini dikarenakan faktor
adanya penguatan/ Komitmen dari pimpinan dan pemangku
jabatan,Tercukupinya anggaran dan Terjalinnya koordinasi yang baik pada
lintas sektor dan program
.
Analisis Kegagalan
Masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan program kabupaten kota sehat
adalah :
1) Masih ada kabupaten yang belun mepunyai Forum Kabupaten/Kota sehat
yaitu sebanyak 6 Kabupaten/Kota.
Alternatif Solusi
Alternatif solusi yang dilakukan dalam mengatasi hambatan antara lain:
1) Pembinaan Kegiatan Kabupaten Kota Sehat tetap diperlukan agar
kabupaten/kota tetap termotivasi untuk melaksanakan Program
Kabupaten/Kota Sehat terutama bagi kabupaten/kota yang sudah
memiliki forum.
2) Perlunya sosialisasi bagi Kabupaten/Kota yang belum memiliki forum
agar segera membentuk Kabupaten/Kota Sehat.
3) Perlunya workshop Kabupaten/Kota Sehat dengan mengundang 9
(sembilan Kabupaten/Kota) yang sudah memiliki forum Kabupaten/kota
Sehat. Ini dimaksudkan untuk menguatkan forum yang sudah ada.
4) Perlunya reward bagi Kabupaten/Kota yang telah mengikuti verifikasi dan
mendapatkan penghargaan Swasti Saba.
Nomor dan
Provinsi KabKota Bentuk Kebijakan Uraian
Tahun
PROVINSI Surat Edaran No. Pelaksanaan Gerakan
Gubernur Lampung 425/1498/VI.01/2 Masyarakat Hidup
018 Sehat ( Germas) di
Lingkungn Pemerintah
Tanggal 30 Juli
Provinsi Lampung
2018
Analisis Keberhasilan
Secara program kegiatan, dalam meningkatkan cakupan capain
Provinsi telah melakukan :
Analisis Kegagalan
Alternatif Solusi
1. Mengefektifkan peran Forum Komunikasi Germas atau
sejenisnya di Provinsi dan Kab/Kota .
2. Melakukan Koordinasi dengan BiroHukum/Bagian Hukum terkait
kebijakan yang dilakukan oleh lintas program, dan Lintas sektor.
3. Mendorong Kab/Kota agar dapat mendorong pimpinan daerah
terntang kebijakan PHBS dan pentingnya implementasi kebijakan
PHBS di daerah
b) Persentase desa yang memanfaatkan dana desa untuk UKBM
Dana desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan
belanja negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui
anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
Dana Desa digunakan untuk mendanai keseluruhan kewenangan desa
dengan prioritas untuk mendukung program pembangunan desa dan
pemberdayaan masyarakat.
Tabel 3.6 Persentase Desa Yang Memanfaatkan Dana Desa Untuk UKBM
di Provinsi Lampung Tahun 2018
Jumlah
Desa
Memanfa Jumlah dana
Kabupaten Jumlah % dana
No atkan Jumlah dana desa desa untuk
/Kota Desa desa
Dana Desa UKBM
Untuk
UKBM
1. Kota Bandar
Lampung 0
2. Kab. Lampung
Barat 131 131 54.798.403.000 1.161.000.000 2,12
3. Kota Metro
0 0,00
Dari 2.464 desa yang ada di Provinsi Lampung, sudah ada 1606 desa
(65,17 %) Adapun target pada tahun 2018 ini sebanyak 50 %% desa di
Lampung telah memanfaatkan dana desa minimal untuk UKBM dapat
tercapai cakupannya.
Analisis Keberhasilan
Meskipun persentase dana desa yang memanfaatkan yang
memanfaatkan dana desa telah mencapai target yang ditetapkan di
beberapa desa, pemanfaatan dana desa untuk kesehatan atau UKBM
sudah ada, sebagain besar desa sudah mencapai 10% dari dana desa
yang ada.
Advokasi terhadap Pimpinan Daerah dan Lintas program serta sosilisasi
sampai ke tingkat desa sangat mempengaruhi peningkatan cakupan ini.
Pada tahun 2018 Dinas kesehatan Provinsi telah melaksanakan dan
merencakan kegiatan malalui sumber dana APBN yaitu kegiatan
advokasi penguatan dana desa di Provinsi dan Kabupaten.
Provinsi telah mengadakan penggandaan buku pedoman dana Desa
untuk Kesehatan yang di alokasikan bagi Kab/Kota agar meningkatnya
pemahaman di Kab/Kota sampai desa tentang pemanfaatan dana desa
yang dapat dilakukan untuk kegiatan UKBM.
Analisis Kegagalan
Masih belum maksimalnya target ini disebabkan alokasi pemanfaatan dana
desa belum semua disosialisasikan kepada kepala desa sehingga
Alternatif Solusi
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pencapaian target dana
desa yaitu melakukan sosialisasi mengenai juknis pemanfaatan desa
yang terintegrasi pada kegiatan:
Melakukan advokasi kepada kepala desa dan BPMD agar
pengalokasian dana desa untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan RPJMDes tahun 2019 dapat ditingkatkan.
Mendorong petugas puskesmas dan bidan desa dalam ikut serta
dalam musrembangdes utnuk menetapkan prioritas penggunaan dana
desa bagi kesehatan.
Mendorong Dinas Kesehatan Kabupaten agar melakukan
koordinasi dengan BPMPD dan Lintas program teruntuk mengetahui
realisasi dana desa untuk UKBM.kait
Melakukan advokasi kepada BPMD dan kepala desa tentang
penggunaan dana desa untuk UKBM agar dapat dialokasikan pada
tahun berikutnya.
Pada Bulan Mei-Juni tahun 2018 Provinsi telah menerbitkan surat
himbauan peningkatan cakupan kepada Kabupaten Kota yang
ditembuskan kepada BPMD, lintas sektor terkait, Puskesmas dan
Kecamatan guna peningkatan cakupan Dandes untuk UKBM.
Duniausahadanswastajugamemilikikewajibanuntukturutserta dalam
pembangunan kesehatan. Melihat peluang besar dari dunia usaha melalui
programCorporateSocialResponsibility(CSR)-nya,Pusat promosi
Kesehatanmenggalangkemitraan denganduniausaha.
Tabel 3.7 Data Dunia Usaha/Swasta Yang Sudah Bekerja sama di Provinsi
Lampung dan Kab/Kota Tahun 2018
No Nama Dunia Nomor dan Tahun Bentuk Wilayah
Usaha yang MoU dan/ PKS Kerjasama kerjasama
Bekerjasama
1 Chandra Super No. Penyampaian Provinsi
Store 890/1006/III.03.2/XII/ pesan kesehatan Lampung
2015 dan No. di kantong belanja
180/CHD- chandra
TJK/12/2015 superstore dan
Tanggal 21 chandra mart
Desember 2015
(jangka waktu: 5 th)
2 RS.IMANUEL WAY 032/Adm/RSIM/01/2 Pemberian Bandar
HALIM 018, Makanan Lampung,
440/108/III.02/III/201 Tambahan Puskesmas
8 tanggal 11 Januari Posyandu Balita Sukarame
& Lansia di Kel.
Way Dadi
Kec.Sukarame
3 Kopi HELER 800/ 530.a /IV.02- Pesan Kesehatan Kabupaten
WK/IV/2017 (berlaku di Kemasan Way Kanan
5 tahun)
4 Kota Metro /441.7/D.2.04/2018 Pelaksanaan Pondok
Germas dan Pesantren
pengembangan se-kota
Poskestren Metro
5 Mitra Bentala 800/ 92/HK/2018 Pendampingan Kabupaten
Lampung District Legacy Lampung
tentang Sanitasi & Selatan
Lingkungan
Analisis Keberhasilan
Tahun 2018 , melalui anggaran APBN telah di dilaksanakan kegitan berupa
Penggalangan Kemitraan dengan Ormas dan Dunia Usaha untuk
Mendukung Program Kesehatan di tingkat Provinsi dan Kab/Kota ( Kab.
Lampung Utara , Mesuji dan Kab. Way Kanan) dengan mengundang
berbagai dunia usaha di Provinsi Lampung dan Kab/Kota guna menggalang
kemitraan di berbagai dunia usaha. Dalam meningkatkan cakupan
Analisis Kegagalan.
1. Di beberapa kabupaten/kota lainnya, kemitraan dengan usaha baru
bersifat insidentil saja, seperti sponsorship dalam acara kesehatan,
belum dibuat dalam jangka panjang yang memiliki dasar hukum berupa
MoU atau PKS kedua belah pihak.
2. Beberapa kemitraan yang sudah berjalan belum dibuatkan
MoU/PKSnya.
3. Dunia usaha yang ada , ingin melakukan kerjasama , tetapi tdak ingin
ada nya ikatan dalam bentuk MOU ( teikat dalam jangka waktu tertentu)
bantuan hanya bersifat dalam kondisi event tertentu.
Alternatif Solusi
Provinsi akan melalukan pembinaan secara berkesinambungan ke dinas
kesehatan kabupaten/kota dan sosialisasi program kesehatan kepada dunia
usaha dengan melibatkan unsur yang ada di daerah.
kepada calon dunia usaha potensial harus akan lebih dioptimalkan sehingga
dapat terjalin kemitraan yang lebih langgeng dan berdampak pada
peningkatan status kesehatan masyarakat.
No. meningkatnya
890/1000/III.03.2/ pengendalian
XII/2015 dan No. penyakit menular
PW Aisyiyah 01/SK- dan tidak Provinsi
1
Provinsi Lampung PWA/A/XI/2015 menular, Lampung
Tanggal 21 Peningkatan status
Desember 2015 ( kesehatan
MOU 5 tahun) masyarakat
No. meningkatnya
890/1001/III.03.2/ pengendalian
XII/2015 dan No. penyakit menular
PW Fatayat
01/MoU/PW.FNU/ dan tidak Provinsi
Nahdlatul Ulama
XII/2015 Tanggal menular, Lampung
Provinsi Lampung
21 Desember Peningkatan status
2015 ( MOU 5 kesehatan
tahun) masyarakat
No.
meningkatnya
890/1004/III.03.2/
pengendalian
XII/2015 dan No.
penyakit menular
PW Muslimat 001/MoU/
dan tidak Provinsi
Nahdlatul Ulama PAMI.LAMPUNG/
menular, Lampung
Provinsi Lampung XI/2015 Tanggal
Peningkatan status
21 Desember
kesehatan
2015 ( MOU 5
masyarakat
tahun)
No.
meningkatnya
890/1004/III.03.2/
pengendalian
XII/2015 dan No.
Pergerakan penyakit menular
001/MoU/
Anggota Muda dan tidak Provinsi
PAMI.LAMPUNG/
IAKMI (PAMI) menular, Lampung
XI/2015 Tanggal
Lampung Peningkatan status
21 Desember
kesehatan
2015 ( MOU 5
masyarakat
tahun)
No. meningkatnya
890/1005/III.03.2/ pengendalian
Persatuan Radio
XII/2015 dan No. penyakit menular
Siaran Swasta
024.A/PRSSNI- dan tidak Provinsi
Nasional Indonesia
LPG/XI/ 2015 menular, Lampung
(PRSSNI)
Tanggal 21 Peningkatan status
Lampung
Desember 2015 kesehatan
( MOU 5 tahun) masyarakat
Peningkatan Promosi
kesehatan dan
pemberdayaan
Aisyiyah cabang 445/0216/TH/II/2 Lampung
3 melalui Program
Lampung Timur 018 Timur
PKPR,TB Paru dan
Kespro Penjaringan
IVA
TENTANG
PERKUMPULAN
054/AK1.02/2018 KONSELING
KELUARGA 30
, PELAYANAN
BERENCANA Puskesmas di
4 440/723/III.02/V/2 KESEHATAN
INDONESIA Bandar
018 tanggal 2 REPRODUKSI &
DAERAH Lampung
April 2018 SEKSUALITAS
LAMPUNG
RAMAH REMAJA
/
Pondok Pesantren 441.7/D.2.04/201 Pelaksanaan
5 Kota Metro
se-kota Metro 8 tanggal Germas
15/05/2018
Di Provinsi Lampung, sudah ada 5 MOU dengan Ormas yang telah terlalin
dengan masa kerjasama selama 5 tahun . Kabupaten/kota yang sudah bekerja
sama dengan organisasi kemasyarakatan dan memiliki dasar hukum yang legal
seperti MoU atau PKS, yaitu Kota Bandar Lampung dan Kota Metro dan
Kabupaten Lampung Timur. Kota Bandar Lampung telah bermitra dengan
pehimpunan keluarga berencana indonesia dalam hal peningkatan konseling
kesehatan reproduksi dan seksualitas remaja di wilayah Kota Bandar Lampung,
sedangkan Kota Metro telah bermitra pondok pesantren di Kota Metro guna
peningkatan derajat kesehatan di Kota Metro melalui pesan germas.
Sedangkan Kabupaten Lampung Timur telah berkerjasama dengan Aisyah
untuk membantu mensukseskan kegiatan Germas di Kota Metro.
Di Provinsi sendiri, pada tahun 2018 ini telah Tahun 2018 , melalui anggaran
APBN telah di dilaksanakan kegitan berupa Penggalangan Kemitraan dengan
Ormas dan Dunia Usaha untuk Mendukung Program Kesehatan di tingkat
Analisa Keberhasilan
1. Di Provinsi Lampung kemitraan dengan ormas sudah terjalin sebanyak 5
ormas (dengan mou selama 5 tahun) melebihi dari target yang ditetapkan
yaitu sebanyak 3 ormas yang .menjalin kerjasama di bidang kesehatan, hal
ini dikarenakan provinsi telah melakukan advokasi dan melakukan
pendekatan intensif kepada beberapa ormas agar ormas mau melakukan
kerjasama di bidang kesehatan.
2. Tahun 2018 telah dilaksanakan kembali kegiatan pertemuan dengan
organisasi masyarakat di Provinsi dan Kab/Kota diharapkan terjadi
peningkatan penggalangan kemitraan baik di Provinsi maupun Kab/Kota.
Analisa Kegagalan
1. Di Kabupaten kemitraan dengan ormas terkendala masih kurangnya
advokasi dan pendekatan yang dilakukan dan kurangnya memanfaatkan
sumber daya yang ada (pendekatan pimpinan daerah dan sumber
lainnya) kepada ormas secara intensif, hal ini disebabkan kurangnya
SDM pengelola program di Kabupaten dan kurangnya anggaran
pelaksaan kegiatan sehingga beberapa kabupaten masih banyak yang
belum menjalin kerjasama dengan ormas di daerah.
2. Kurangnya anggaran kegiatan pada ormas sehingga banyak ormas
yang sulit melakukan MOU secara terikat di bidang kesehatan.
Alternatif solusi
1. Provinsi akan melalukan pembinaan secara berkesinambungan ke dinas
kesehatan kabupaten/kota dan sosialisasi program kesehatan kepada
ormas di daerah dengan melibatkan unsur yang ada di daerah.
92
90
88
86
84 83.33
82
80
78
Capaian Target
Analisis Kegagalan :
1) Adanya perubahan kebijakan menyebabkan beberapa kegiatan harus
dilakukan revisi
2) Kebijakan pembatasan perjadin menyebabkan proses revisi tidak dapat
dilakukan
3) Kegiatan bergantung pelaksanaannya pada kegiatan di pusat atau di
program lain sehingga saat kegiatan tersebut tidak dilaksanakan atau
dibatalkan menyebakan kegiatan tidak dapat dilaksanakan sedangkan
waktu untuk melakukan revisi terbatas
Alternatif Solusi :
1) Kegiatan yang melibatkan pusat sebaiknya dibiayai seluruhnya oleh pusat
2) Pembatasan perjadin sebaiknya difokuskan kepada program-program
tertentuyang fokus pada pengadaan namun untuk anggaran yang bersifat
operasional sebaiknya tidak ada pembatasan perjadin
3) Paket meeting sebaiknya tidak dihitung sebagai komponen akun perjadin
sehingga mengurangi beban pembatasan akun perjadin.
Persentase Tempat-tempat
umum (TTU) yang memenuhi 56% 73
Penyehatan syarat kesehatan
Lingkungan Persentase RS yang
melakukan pengelolaan 28% 28
limbah medis sesuai standar
Persentase Tempat
Pengelolaan Makanan (TPM) 28% 9,42
yang memenuhi syarat
kesehatan
Jumlah Kabupaten/Kota yang
menyelenggarakan tatanan 376 9
kawasan sehat
Persentase Kab/Kota yang
memiliki Kebijakan PHBS 80 73,33
Persentase desa yang
memanfaatkan dana desa 50 65,17
untuk UKBM
Promosi
Jumlah dunia usaha yang
Kesehatan dan
memanfaatkan CSRnya untuk 20 5
Pemberdayaan
program kesehatan
Masyarakat
Jumlah organisasi
kemasyarakatan yang
memanfaatkan sumber 15 9
dayanya untuk mendukung
kesehatan
Keterangan :
Lebih dari target
Mendekati target
Jauh di bawah target
B. Realisasi Anggaran
% Realisasi
No Kegiatan Alokasi Realisasi SP2D SP2D
Pembinaan Gizi
1 3.020.432.000 2.773.917.366 91.84
Masyarakat
Dukungan Manajemen
2 dan Tugas Teknis 923.507.000 693.569.037 75.10
lainnya
Pembinaan Upaya
3 Kesehatan Kerja dan 1.015.148.000 1.002.484.600 98.75
Olahraga
Pembinaan Upaya
4 2.290.098.000 2.207.619.500 96.40
Kesehatan Keluarga
Promosi Kesehatan
5 dan Pemberdayaan 7.507.370.000 6.784.883.901 90.38
Masyarakat
Penyehatan
6 1.054.227.000 1.017.404.800 96.51
Lingkungan
Total 15.810.782.000 14.479.879.20 91.58
15.810.782.000 4
Sumber Data: Laporan E Monev DJA Tahun 2018
OUTPUT
KODE URAIAN
TARGET REALISASI
.
Koordinasi antara pusat dan daerah dalam meonitoring pelaksanaan
anggaran serta meminimalisir adanya perubahan kebijakan di tahun berjalan
akan mendorong capaian realisasi anggaran yang lebih baik.