TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Puskesmas
2. Konsep Wilayah
10
ditujukan kepada semua jenis dan golongan umur, sejak pembuahan dalam
terdiri dari balai pengobatan, balai kesehatan ibu dan anak, usaha hygiene
melapor kepada Kepala Dinas Kesehatan Dati II. Dengan adanya sistem
maka tugas pokok yang dapat dilaksanakan oleh setiap puskesmas akan
berbeda pula. Namun demikian tugas pokok puskesmas adalah (Depkes RI,
a.Kedudukan
pemerintah daerah.
b. Organisasi
c. Tata kerja
6) Dengan masyarakat
12
B. Tinjauan Tentang Tuberculosis
1. Definisi
paru. Pada saat penderita batuk, butir-butir air ludah beterbangan di udara
dan terhisap oleh orang sehat, sehingga masuk kedalam paru-parunya, yang
diwarnai, namun jika telah diwarnai, bakteri ini tahap terhadap peluntur
warna (dekolarisasi) asam atau alkohol. Oleh karena itu dinamakan bakteri
2. Tanda-Tanda TB Paru
antaranya:
darah,
13
c. Dada terasa sakit atau nyeri, dan
terinfeksi sampai pada lesi primer muncul, kurang lebih 4-12 minggu.
biasanya memakan waktu lebih lama, samapai beberapa tahun. (Naga 2014)
3. Micobacterium Tuberculosis
1882 oleh Robert Koch. Bakteri ini juga sering di sebut Abasilus Koch.
14
3) Suhu optimum 37 0C dan tidak tumbuh pada suhu 25 0C atau lebih
dari 400C.
15-20 menit.
2) Biakan dapat mati jika terkena sinar matahari langsung selama 2 jam.
4) Bahil yang berda dalam percikan bahan dapat bertaha hidup 8-10
hari.
5) Dalam suhu kamar, biakan basil ini dapat hidup selama 6-8 bulan dan
lain phenol 5%, asam sulfat 15%, asam sitrat 3%, dan NaOH 4%.
7) Basil ini dapat dihancurkan oleh jodium tinetur dalam waktu 5 menit,
15
a. Tuberkulosis Paru
Penyakit ini merupakan bentuk yang paling sering dijumpai, yaitu sekitar
kepada manusia lain, asal kuman bisa keluar dari sipenderita. (Naga
2014)
tulang belakang, saluran kencing, dan susunan saraf pusat. Oleh karena
bulu, karena dapat menyerang seluruh organ dalam tubuh manusia secara
bertahap. Dengan kondisi organ tubuh yang telah rusak, tentu saja dapat
kuman tuberkulosis ini terjadi di udara melalui dahak berupa droplet. Bagi
16
tentunya sangat menular dan berbahaya bagi lingkungan penderita. (Naga
2014)
Pada saat penderita batuk atau bersein, kuman TB paru dan BTA
positif yang berbentuk droplet sangat kecil ini akan beterbangan di udara.
Droplet yang sangat kecil ini kemudian mengering dengan cepat dan menjadi
udara selama beberapa jam lamanya, sehingga cepat atau lambat droplet yang
seseorang, maka kuman ini akan membelah diri atau berkembang biak. Dari
sinilah akan terjadi infeksi dari satu penderita ke calon penderita lain (mereka
6. Faktor-Faktor Penyebab TB
Kondisi social ekonomi, status gizi, umur, jenis kelamin, dan faktor
toksis pada manusia, ternyata menjadi faktor penting dari penyebab penyakit
2014)
b. Status Gizi
c. Umur
atau usia produktif, yaitu 15-50 tahun. Dewasa ini, dengan terjadinya
tinggi. Pada usia lanjut, lebih dari 55 tahun sistem imunologis seseorang
d. Jenis Kelamin
perempuan yang meninggal akibat tuberkulosis paru. Dari fakta ini, dapat
dan persalinan. Pada laki-laki, penyakit ini lebih tinggi, karena rokok dan
7. Pengobatan TB Paru
1) Tahap intensif awal diaman pasien mendapat obat setiap hari dan
ini diberikan secara tepat pasien menular menjadi tidak menular dalam
waktu dua minggu. Sebagian besar TB Paru BTA Positif (+) menjadi
BTA Negatif (-) pada akhir pengobatan ini. (Kemenkes RI, 2015)
2) Tahap lanjutan, pasien mendapata obat dalam jangka waktu yang lebih
19
1) Isoniasid (H) dikenal dengan INH, bersifat bakteriasid dapat
pengobatan.
1) Kategori I
(Z) dan Etamburol (E), obat diberikan setiap hari selama 2 (dua) bulan
bulan (4H3R3).
20
b) Pasien baru TB-Paru Negatif (-), Rontgen positif (+) yang sakit
berat.
2) Kategori II
dengan HRZE setiap hari. Setelah itu diteruskan dengan tahap lanjutan
3) Kategori III
Tahap intensif terdiri dari HR2 yang berikan setiap hari selama
a) Pasien batuk TB Paru BTA Negatif (-) dan rontgen positif (+) sakit
ringan.
c. Hasil Pengobatan
1) Sembuh
21
Penderita dinyatakan sembuh bila penderita telah menyelesaikan
sebelumnya.
2) Pengobatan lengkap
3) Pindah
Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2
1. Lingkungan Fisik
a. Definisi
22
Lingkungan adalah segala sesuatu yang mengelilingi dan juga kondisi
tempat hidup organisme dan efek dari lingkungan terhadap organisme itu.
1) Luas ventilasi
2) Kepadatan Hunian
Ukuran luas rumah sangat berkaitan dengan rumah yang sehat, rumah
kejadian TB Paru (p value < α 0,05). Yang memiliki kepadatan hunian <
3) Pencahayaan
dinding rumah menjadi tidak berjamur akibat bakteri atau kuman yang
dari sinar matahari secara langsung yang masuk melalui ventilasi, jendela,
pintu dan lubang angin. Berdasarkan Permenkes No. 1077 Tahun 2011
4) Kelembaban
5) Jenis Lantai
Komponen yang harus di penuhi rumah sehat memiliki lantai kedap air
dan tidak lembab. Jenis lantai tanah memiliki peran terhadap proses
rumah hendaknya kedap air seperti keramik atau marmer, rata tak licin
serta mudah dibersihkan. Bukan lantai yang lembab atau lantai dari tanah,
27
karena lantai yang lembab atau mudah basah dapat menyebabkan media
kali lebih besar dari responden dengan jenis lantai rumah yang memenuhi
syarat. Karena lantai yang tidak kedap air atau tanah menimbulkan
6) Jenis Dinding
angin dan debu, di buat tidak tembus pandang, bahan di buat dari batu
adalah dinding yang kedap air seperti tembok atau diplester, bukan
yang memenuhi syarat. Karena dinding yang tidak kedap air menimbulkan
7) Suhu
dengan head stroke. Suhu yang tidak normal juga dapat menyebabkan
ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara suhu ruangan dengan
responden dengan suhu ruang < 18oC dan >30oC (tidak memenuhi syarat)
2. Status Gizi
Indeks Masa Tubuh (IMT) atau Boddy Mass Index (BMI) merupakan
indikator untuk memantau status gizi pada kelompok umur >18 tahun. Status
gizi seseorang akan mempegaruhi risiko tertular TB. Seseorang dengan status
paru, perubahan analisis gas dalam darah, dan produktivitas kerja. Seperti
penyakit maka timbulah kejadian penyakit tuberkulosis paru. Oleh karena itu
salah satu kekuatan daya tangkal adalah status gizi yang baik. Selain itu,
status gizi buruk juga mempengaruhi daya tahan tubuh dimana penurunan
(Fatimah, 2008).
IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang
tahun, IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan
sebagai berikut :
Kemenkes RI
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat Badan < 17,0 17,0 - 18,5
Kekurangan berat badan
tingkat ringan
Normal >18,5 - 25,0
Normal Kelebihan Berat badan >25,0 - 27,0 >27,0
tingkat ringan Kelebihan
berat badan tingkat berat
dengan keadaan status gizi kurang pada kelompok kasus adalah 96,8%,
penelitian tersebut sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Elvina
31
D. Kajian Empiris
fisik rumah dengan kejadian Tb Paru BTA (+) di wilayah kerja Puskesmas II
metode case control.Variabel yang diteliti meliputi luas jendela ruang keluarga,
luas jendela kamar, luas ventilasi ruang keluarga, luas ventilasi kamar, kepadatan
penghuni, jenis lantai dan jenis dinding. Analisis data menggunakan analisis
univariat dan bivariat.Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: Luas jendela
luas ventilasi ruang keluarga (p=0,026; OR= 0,229), luas ventilasi kamar
pencahayaan dan kebiasaan merokok. Dilihat dari nilai Odds Ratio (OR) yang
32
paling tinggi maka faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya TB Paru
26,000 yang berarti bahwa seseorang yang tinggal di rumah dengan intensitas
pencahayaan yang tidak memenuhi syarat kesehatan (< 60 lux) berisiko 26 kali
lebih besar dibandingkan seseorang yang tinggal di rumah dengan intensitas yang
Tuberkulosis Paru”. .Status gizi adalah salah satu faktor terpenting dalam
pertahanan tubuh terhadap infeksi tuberkolusis. Pada keadaan gizi yang buruk,
mempengaruhi statu sgizi seseorang adalah status sosial ekonomi. Pendapatan per
kapita pasien Tuberkulosis Paru menjadi salah satu faktor yang berhubungan
dengan status gizi pada pasien Tuberkulosis Paru. Tujuan penelitian adalah untuk
kejadian Tuberkulosis paru dengan nilai OR= 3,484 (CI= 1,246 – 9, 747) yang
berarti status gizi kurang beresiko menderita Tuberkulosis paru sebesar 3,4 kali
dibandingkan dengan status gizi cukup. Terdapat hubungan yang bermakna antara
pendapatan dengan kejadian Tuberkulosis paru dengan nilai OR= 4,421 (CI=
33
1,638 – 11, 930) yang berarti responden dengan pendapatan rendah beresiko
kepatuhan minum obat. Penurunan status gizi terjadi pada pasien TBC paru,
bahkan menjadi status gizi buruk pada awal diagnosis. Pemberian OAT dapat
meningkatkan status gizi pasien TBC paru. Kenaikan berat badan pada fase
intensif terjadi sebesar 1-5 kg. Tujuan penelitian ini ntuk mengetahui hubungan
antara kepatuhan minum Obat Anti TBC (OAT) dengan status gizi pasien TBC
diperoleh berdasarkan IMT dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan.
Data dianalisis menggunakan SPSS 20 dengan uji statistik Chi Square. Hasil :
status gizi kurus yaitu 16 sampel (53,3%). Uji statistik menunjukkan tidak ada
hubungan antara kepatuhan minum OAT dengan status gizi pasien TBC paru pada
34