Anda di halaman 1dari 3

Definisi

Diabetes melitus merupakan penyebab hiperglikemi. Hiperglikemi disebabkan oleh berbagai hal, namun
hiperglikemi paling sering disebabkan oleh diabetes melitus. Pada diabetes melitus gula menumpuk
dalam darah sehingga gagal masuk ke dalam sel. Kegagalan tersebut terjadi akibat hormon insulin
jumlahnya kurang atau cacat fungsi. Hormon insulin merupakan hormon yang membantu masuknya gula
darah (WHO, 2016).

Gejala

Beberapa pasien diabetes melitus mungkin mengalami gejala-gejala berikut dalam tahap awal penyakit
ini: sering merasa haus, sering buang air kecil, sering merasa lapar , penurunan berat badan, kelelahan ,
penglihatan yang kabur , tingkat penyembuhan luka yang lambat , rasa gatal pada kulit, wanita mungkin
merasa gatal di daerah vitalnya Beberapa pasien mungkin tidak mengalami gejala-gejala di atas sama
sekali, sehingga pemeriksaan kesehatan secara rutin dianjurkan untuk menghindari penundaan tindakan
medis yang diperlukan.

Patofisiologi

Diabetes melitus merupakan penyakit kronis dengan metabolisme yang tidak teratur. Ketika kita
mengonsumsi karbohidrat (termasuk gula dan pati, dll), bahan-bahan tersebut dipecah menjadi
dekstrosa setelah dicerna dan menjadi glukosa pada saat diserap oleh usus kecil ke dalam sistem
peredaran darah. Pankreas mengeluarkan insulin, yang membantu glukosa masuk ke dalam sel untuk
digunakan oleh tubuh. Kadar glukosa meningkat bila sekresi insulin tidak mencukupi atau tubuh tidak
bisa menggunakan insulin yang dihasilkan. Hiperglikemia bisa mengakibatkan gangguan metabolisme
lemak dan protein, dan penghancuran berbagai macam sistem tubuh dan organ, termasuk:
kardiovaskular, retina, saraf, dan ginjal dalam jangka waktu yang lama.

Faktor risiko

Faktor risiko untuk DM adalah ;Riwayat diabetes melitus pada anggota keluarga dekat, penderita
hipertensi atau hiperlipidemia (kadar lemak dalam darah yang sangat tinggi), wanita yang memiliki
riwayat diabetes melitus gestasional (jenis diabetes melitus yang terjadi hanya selama kehamilan) atau
melahirkan bayi yang mengalami kelebihan berat badan (bobot 4 kg ke atas), obesitas (dengan IMT
lebih dari 23), berada di usia paruh baya (usia 45 tahun ke atas), dll. Merokok merupakan salah satu
kebiasaan masyarakat sekarang yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan. Salah satu penyakit
yang menjadi faktor resiko penyakit dari paparan asap rokok yaitu Diabetes Melitus (DM) tipe 2. Nikotin
yang dikenal sebagai bahan aktif utama pada rokok bertanggung jawab sebagai penyebab dari asap
rokok terhadap perkembangan DM tipe 2, diikuti oleh peran nicotinic acetylcholine receptors (nAChRs)
dan mekanisme – mekanisme potensial kompleks lainnya. Pengaruh nikotin terhadap insulin yaitu
penurunan pelepasan insulin, pengaruh negatif pada kerja insulin, gangguan sel β pankreas dan
perkembangan resistensi insulin. Nikotin memiliki pengaruh terhadap perkembangan DM tipe 2 dan
berhenti merokok penting untuk memperbaiki kontrol gula pada pasien DM tipe 2 yang merokok.
Prognosis

Prognosis dari DM bergantung pada pola hidup yang dilakukan oleh pasien dalam mengontrol kadar gula
nya. Pasien dengan kontrol glikemik ketat (HbA1c < 7%), tanpa disertai riwayat gangguan kardiovaskuler,
dan juga tidak ada gangguan mikrovaskuler serta makrovaskuler akan mempunyai harapan hidup lebih
lama. Namun jika pasien memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler dan telah menderita diabetes lama (≥
15 tahun) akan mempunyai harapan hidup lebih singkat, walaupun telah melakukan kontrol glikemik
ketak sekalipun (Khardori, 2017)

Khardori, R. (2017). medscape endocrine diabetes mellitus type 2.Diunduh November 24 2020, dari
medscape: http://emedicine.medscape.com/article/117853- overview?src=medscapeapp-
android&ref=email#a4

Definisi

Hipertensi adalah keadaan seseorang yan gmengalami peningkatan tekanan darah yang tinggi sehingga
mengakibatkan peningkatan angka morbiditas dan mortalitas. Klasifikasi hipertensi menurut WHO untuk
tekanan darah orang dewasa normal adalah diatas 120 mmHg sistolik dan 80 mmHg diastolik, jika sudah
mencapai diatas 140mmHg dan diastolic mencapai 90mmHg maka tekanan darah dianggap tinggi.

Triyanto E. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu;
2014.

Gejala

Keluhan-keluhan pada penderita hipertensi antara lain : Sakit kepala, gelisah, jantung berdebar-
debar, pusing, penglihatan kabur, rasa sakit di dada, mudah lelah, dll

Patofisiologi

Patofisiologi hipertensi adalah perihal resistensi insulin. Peningkatan tekanan darah karena resistensi
insulin dapat karena beberapa penyebab, di antaranya adalah peningkatan: a) produksi angiotensinogen
oleh jaringan adiposa jaringan viseral yang resisten terhadap insulin; b) penurunan kadar NO karena
resistensi insulin yang dapat menyebabkan disfungsi endotel; c) peningkatan reseptor AT1 dan ekspresi
endotelin-1; d) peningkatan reabsorpsi natrium di tubulus proksimal serta, e) peningkatan aktifi tas
simpatik.7 Pasien-pasien ini pada umumnya lebih resisten dan membutuhkan terapi kombinasi untuk
kontrol hipertensinya. Pasien hipertensi dan juga diabetes melitus, yang melibatkan resistensi insulin,
lebih sulit diterapi dan pada umumnya membutuhkan dua golongan obat antihipertensi atau lebih

Terdapat dua Faktor Risiko Hipertensi yaitu, Faktor Risiko yang tidak dapat diubah

 Faktor Risiko yang melekat pada penderita Hipertensi dan tidak dapat diubah,antara lain :

 Umur
 Jenis Kelamin

 Genetik

Faktor Risiko yang dapat diubah

 Faktor Risiko yang diakibatkan perilaku tidak sehat dari penderita hipertensi antara lain :

 Merokok

 Diet rendah serat

 Dislipidemia

 Konsumsi garam berlebih

 Kurang aktivitas fisik

 Stres

 Berat badan berlebih/ kegemukan

 Konsumsi alcohol

Prognosis

Terdapat beberapa skor prediktor yang dapat digunakan untuk menilai prognosis jangka panjang.
Tekanan darah termasuk salah satu komponen penting untuk penilaian risiko kejadian kardiovaskular.
Skor WHO/ISH memprediksi kejadian kardiovaskular (infark miokard atau stroke) dalam jangka waktu 10
tahun berdasarkan tekanan darah sistolik, kadar kolesterol total, diabetes, status merokok, jenis
kelamin, serta usia.

Penurunan tekanan darah terbukti memberikan prognosis baik. Studi metaanalisis menunjukkan bahwa
setiap penurunan tekanan darah sistolik 10 mmHg dapat menurunkan risiko komplikasi penyakit jantung
iskemik sebesar 17%, gagal jantung sebesar 28%, dan stroke sebesar 27% . (Ettehad, 2016)

Ettehad D, Emdin CA, Kiran A, Anderson SG, Callender T, Emberson J, Chalmers J, Rodgers A, Rahimi
K. Blood pressure lowering for prevention of cardiovascular disease and death: a systematic review and
meta-analysis. Lancet. 2016;387:957–967. doi: 10.1016/S0140-6736(15)01225-8

Anda mungkin juga menyukai