Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 1, Hlm.

1-14, Juni 2015

EFEK FOTOPROTEKTIF KRIM TABIR SURYA DENGAN PENAMBAHAN


KARAGINAN DAN BUAH BAKAU HITAM (Rhizopora mucronata Lamk.)

PHOTOPROTECTIVE EFFECT OF SUNSCREEN CREAM WITH ADDITION OF


CARRAGEENAN AND BLACK MANGROVE FRUIT (Rhizopora mucronata Lamk.)

Sri Purwaningsih1*, Ella Salamah1, dan M. Nur Adnin2


1
Departemen Teknologi Hasil Perairan, FPIK-IPB, Bogor
*
E-mail: sripurwa65@yahoo.com; sripurwa65@gmail.com
2
PT. Arta Pasada Consultan, Mendo Barat, Pangkal Pinang

ABSTRACT
The need of people’s face protection from sun exposure is continuosly increasing. However, the
available sunscreen in the market are mostly chemicaly generated. Seaweed (Kappaphycus alvarezii)
produced carrageenan, which can be used as stabilizer, thickener, and emulsifier on sunscreen
production. Black mangrove fruit (R. mucronata) contains an antioxidant activity, tanin, flavonoids,
and phenolic compounds, which are potential to be used for UV light absorber as well as skin
protector. The aims of this research were to determine: (1) the best carrageenan concentration in the
cream; (2) content of total phenol, flavonoids, and tannin of mangrove fruit extract; and (3) Sun
Protection Factor (SPF) value of sunscreen cream. The experiment used a complete random design
and with Duncan test. The result showed that the best natural sunscreen formulation was an addition
of 0.5% carrageenan and 1% extract from R. mucronata. The best characteristics of natural
sunscreen were found within the level of 7.62 pH, 38.250 cP viscosity, 100% emulsion stability,
3.72% shrinkage, and <102 colonies/g total microbial, 10.21 ± 0.06 SPF content, 37.90% total
phenol, 0.51% total flavonoids, and 6.20 mg/g tannins.

Keywords: antioxidant, carrageenan, flavonoids, Rhizophora mucronata, SPF

ABSTRAK
Kebutuhan masyarakat untuk melidungi wajah dari paparan sinar matahari (berupa tabir surya) sangat
tinggi, namun tabir surya yang ada dipasaran kebanyakan berasal dari bahan kimia. Rumput laut
Kappaphycus alvarezii merupakan penghasil karaginan yang dapat digunakan sebagai bahan penstabil,
pengental, dan pengemulsi dalam pembuatan krim tabir surya. Buah bakau hitam (R. mucronata)
memiliki aktivitas antioksidan tinggi, dan mengandung senyawa fenolik, tanin, dan flavonoid yang
berperan sebagai penyerap sinar UV, sehingga bisa digunakan sebagai pelindung kulit. Tujuan
penelitian ini adalah menentukan: (1) konsentrasi karaginan terbaik pada sediaan krim, (2) kandungan
senyawa aktif (fenolik, tanin, dan flavonoid) dari ekstrak buah mangrove, dan (3) nilai Sun Protection
Factor (SPF) dari krim tabir surya, sehingga dihasilkan formulasi tabir surya alami terbaik. Ran-
cangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan uji lanjut Duncan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa formulasi tabir surya alami terbaik adalah dengan penambahan
karaginan 0,5% dan ekstrak R. mucronata sebesar 1%. Karakteristik sensori dari tabir surya alami
terbaik adalah nilai pH 7,62, viskositas 38,250 cP, stabilitas emulsi 100%, penyusutan berat 3,72%,
dan total mikroba <102 koloni/g, kandungan SPF sebesar 10,21±0,06, total fenol 37,90%(b/b), total
flavonoid 0,51%(b/b), dan tanin 6,20 mg/g.

Kata kunci: antioksidan, karaginan, flavonoid, Rhizopora mucronata, SPF

I. PENDAHULUAN

Sinar UVB dapat menyebabkan kulit (Zulkarnain et al., 2013). Willis dan
penggelapan kulit dan pembentukan kanker Cylus (1977) juga menyatakan, sebagian

@Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia dan


Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB 1
Efek Fotoprotektif Krim Tabir Surya dengan Penambahan Karaginan . . .

besar sinar UVB diabsorpsi oleh epidermis Menurut Garoli et al. (2009), peneli-
dan dapat menstimulasi melanogenesis yang tian tentang usaha pencegahan dan pengu-
paling tinggi. Penggunaan krim tabir surya rangan dampak negatif sinar matahari terha-
dapat mencegah bahaya yang ditimbulkan dap kulit dengan penggunaan kosmetik krim
oleh sinar UV, sehingga dapat menurunkan tabir surya semakin meningkat. Akan tetapi
probabilitas terjadinya kanker pada kulit. bahan baku pembuatan krim tabir surya
Zulkarnain et al. (2013) menyatakan bahwa masih didominasi oleh penggunaan bahan-
krim tabir surya dapat menyerap sedikitnya bahan kimia sintesis bukan alami.
85% sinar matahari pada panjang gelombang Keuntungan penggunaan krim tabir
290-320 nm. surya dengan bahan-bahan kimia adalah mu-
Mambro dan Fonseca (2005), bahwa dah didapat, banyak pilihan (ada yang sifat-
diantara berbagai macam senyawa fenolik, nya menyerap sinar UV ataupun yang me-
flavonoid diduga komponen yang dapat me- mantulkan sinar UV), bisa dipilih sesuai de-
nangkal radikal induksi ultraviolet (UV), fla- ngan kebutuhan masing-masing pengguna
vonoid juga diduga memberikan efek per- karena orang berkulit hitam kebutuhan akan
lindungan terhadap radiasi UV dengan ber- krim tabir surya berbeda dengan orang yang
peran penyerap UV. Hasil penelitian Pur- berkulit putih. Kerugian penggunaan krim
waningsih et al. (2013) menunjukkan buah tabir surya dari bahan kimia ialah biasa me-
bakau (Rhizophora mucronata Lamk.) mem- nyebabkan iritasi dengan rasa terbakar, rasa
punyai aktivitas antioksidan yang sangat kuat menyengat, dan menyebabkan alergi kontak
dengan nilai IC50 sebesar 0,74 ppm dengan berupa reaksi foto kontak alergi. Tabir surya
komponen aktif fenolik, tanin, dan flavonoid. dari oksida logam merupakan partikel inor-
Peneliti lain Lahucky et al. (2010) mela- ganik titanium dioksida dan seng oksida me-
porkan bahwa buah bakau memiliki kan- mang tidak menimbulkan efek dermal, na-
dungan senyawa antioksidan dan senyawa mun kurang diterima karena dapat memben-
fenolik. Menurut Mokodompit et al. (2013), tuk lapisan film penghalang pada kulit dan
senyawa flavonoid dan tanin yang terkan- dapat menimbulkan rasa kurang nyaman.
dung di dalam buah alpokat merupakan se- Syarat lain krim tabir surya adalah mudah
nyawa yang berpotensi sebagai krim tabir dipakai, jumlah yang menempel mencukupi
surya. kebutuhan, bahan aktif dan bahan dasar
Krim tabir surya yang ada dipasaran mudah bercampur, bahan dasar harus mem-
menggunakan komponen-komponen kimia pertahankan kelembutan dan kelembaban pa-
yang berfungsi sebagai pengemulsi dan pen- da kulit, mampu menahan sinar ultraviolet
stabil. Salah satu pengemulsi dan penstabil (SPF) baik, dan tidak menimbulkan kemerah-
alami yang bisa digunakan sebagai pengganti an pada kulit. Jadi krim tabir surya dengan
adalah karaginan dari rumput laut Kappa- bahan alami akan sangat menguntungkan bila
phycus alvarezii yang termasuk ke dalam mempunyai nilai SPF yang tinggi.
kelas alga merah. Meningkatnya kebutuhan masyarakat
Efektivitas sediaan krim tabir surya terhadap kosmetika yang aman dan berasal
didasarkan penentuan nilai Sun Protection dari bahan alami memberikan peluang bagi
Factor (SPF) menggambarkan kemampuan penggunaan hasil perairan sebagai bahan ba-
tabir surya dalam melindungi kulit dari erite- ku kosmetika. Melihat adanya fakta-fakta di
ma (Stanfield, 2003). Produk SPF diperun- atas maka diperlukan adanya penelitian untuk
tukkan sebagi perlindungan terhadap UVB membuat suatu sediaan farmasi berupa krim
dan tidak secara khusus diperuntukkan untuk tabir surya dengan menggunakan karaginan
melawan UVA dan UVC (Draelos dan sebagai pengemulsi maupun penstabil alami
Thaman, 2006). dengan penambahan ekstrak buah bakau
(Rhizophora mucronata Lamk.) sebagai ba-

2 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt71
Purwaningsih et al.

han aktif pada krim tabir surya. Penelitian ini gliserin trietanolamin, pewangi, metil para-
bertujuan untuk menentukan konsentrasi ka- ben, akuades dan krim komersial.
raginan yang terbaik pada pembuatan se- Alat yang digunakan untuk preparasi
diaan krim tabir surya, aktivitas antioksidan rumput laut adalah wadah, timbangan digital
dan kandungan senyawa aktif (fenolik, tanin, dan blender. Alat yang digunakan untuk
flavonoid, dan lain-lain) dari ekstrak buah ekstraksi karaginan adalah panci merk
mangrove; dan nilai SPF dari krim tabir Luminarc, batang pengaduk, kompor listrik,
surya. termometer, kertas saring, wadah dan beaker
glass. Alat yang digunakan untuk pembuatan
II. METODE PENELITIAN sediaan krim adalah timbangan digital, alu-
minium foil, beaker glass, kompor listrik,
2.1. Waktu dan Tempat Penelitian batang pengaduk, termometer, magnetic stir-
Penelitian ini dilaksanakan pada bu- rer, penjepit dan jar kaca. Alat yang diguna-
lan April sampai dengan November 2013. kan untuk analisis adalah viskometer Brook-
Proses pembuatan karaginan dan ekstraksi, ield tipe LV, pH meter 744 Metrohm, dan
karakeristik organoleptik, uji pada mikrobio- spektrofotometer UV-Vis 1700.
logi krim tabir surya dilakukan di Labora-
torium Terpadu Fakultas Perikanan dan Ilmu 2.3. Tahapan Penelitian
Kelautan. Pengujian kimia dan fisik dari krim Penelitian ini terdiri dua tahap yaitu:
tabir surya dilakukan di laboratorium Fakul- (1) formulasi sediaan krim dan penambahan
tas Teknologi Pertanian, Laboratorium Ber- konsentrasi ekstrak Rizopora mucronata; dan
sama Fakultas Matematika dan Ilmu Penge- (2) pengujian krim untuk menentukan krim
tahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, dan tabir surya terbaik sebagai berikut:
Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka, Insti-
tut Pertanian Bogor. 2.3.1. Formulasi Sediaan Krim (Setiawan,
2010 dengan modifikasi)
2.2. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam
Bahan utama yang digunakan adalah pembuatan krim dipisahkan menjadi dua ba-
rumput laut Kappaphycus alvarezii dan gian yaitu sediaan 1 (fase minyak) dan se-
ekstrak buah bakau (R. mucronata). Rumput diaan 2 (fase air). Bahan-bahan pada fase
laut Kappaphycus alvarezii diambil dari minyak yaitu antara lain asam stearat, gliseril
pantai Santolo, Cilauteureun, Pameungpeuk, monostearat, dan parafin cair. Fase pada air
Garut, Jawa Barat. Selama transportasi diberi yang meliputi gliserin, trietanolamin, larutan
es dan setelah sampai laboratorium dicuci karaginan, dan air yang sisa dicampurkan.
dengan air bersih. Rumput laut yang sudah Sediaan 1 dan 2 masing-masing dipanaskan
bersih dikeringkan sampai kadar airnya dan diaduk sampai mencapai suhu 70-75°C
mencapai sekitar 10%, kemudian diekstrak. hingga homogen, untuk masing-masing se-
Buah bakau (R. mucronata) diambil dari diaan. Kedua sediaan dicampur pada suhu
pulau Untung Jawa, Kepulauan Seribu. Buah 70°C sampai homogen dan sediaan 3 dicam-
bakau dibungkus dan dimasukan dalam boks pur pada suhu 40°C. Metil paraben dan
sampel, setelah sampai laboratorium dikupas, parfum dimasukkan pada sediaan 3 pada
diserut kemudian diekstrak. Bahan yang suhu 35°C sambil diaduk sampai homogen.
digunakan untuk proses ekstraksi karaginan Konsentrasi karaginan yang digunakan pada
adalah NaOH, akuades dan isopropil alkohol. penelitian ini adalah 0%, 0,25%, 0,5%,
Bahan yang digunakan untuk pembuatan 0,75%, dan 1%. Formulasi krim tabir surya
sediaan krim yaitu asam stearat, gliseril terpilih ditambah dengan ekstrak Rhizopora
monostearat, setil alkohol, paraffin cair, mucronata 0,5% dan 1% untuk diuji
efektivitasnya sebagai tabir surya dengan

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 1, Juni 2015 3
Efek Fotoprotektif Krim Tabir Surya dengan Penambahan Karaginan . . .

menghitung nilai Sun Protection Factor suhu 45°C selama 1 jam. Pengamatan dila-
(SPF). kukan jika terjadinya pemisahan air dari
emulsi. Bila terjadi pemisahan, emulsi dika-
2.3.2. Pengujian Krim Tabir Surya takan tidak stabil dan tingkat kestabilan di-
Analisis terhadap krim tabir surya tentukan berdasarkan persentase fase pemi-
meliputi uji sensori (Carpenter et al., 2000), sahan.
analisis pH, viskositas Cottrell dan Kovacs Pengukuran penyusutan berat dapat
(1980), stabilitas emulsi (Mitsui, 1997), dilakukan dengan mengacu pada Suryani et
penyusutan berat (Suryani et al., 2000) , total al. (2000). Penyusutan berat berkaitan de-
mikroba (SNI 19-2897-1992). Analisis untuk ngan kestabilan emulsi suatu produk. Uji ini
ekstrak mangrove meliputi uji antioksidan dapat membuktikan keefektifan bahan-bahan
(Salazar-Aranda et al., 2009), penentuan total yang dipakai pada formulasi. Uji dilakukan
fenol (Velioglu et al., 1998), penentuan total dengan menimbang bahan pada saat sebelum
flavonoid (Nobre et al., 2005), penentuan dan setelah mengalami penyimpanan selama
kadar tanin (Sudarmadji et al., 1984), penen- satu bulan, kemudian dihitung persentase ke-
tuan nilai SPF (Pissavini et al., 2003). Ada- hilangan beratnya.
pun metode analisis secara lengkap adalah Total mikroba diuji berdasarkan SNI
sebagai berikut uji sensori dilakukan me- 19-2897-1992. Secara aseptis, sebanyak 10
ngacu pada Carpenter et al. (2000). Uji sen- gram sampel dimasukkan ke dalam garam fi-
sori bertujuan mengevaluasi daya terima pa- siologis kemudian dapat dihomogenkan. Pe-
nelis terhadap krim tabir surya. Skala he- ngenceran dilakukan sampai 10-3. Sebanyak
donik yang dapat digunakan berkisar 1-7, 1 mL dari sampel diinokulasikan pada cawan
dimana (1) sangat tidak suka; (2) tidak suka; petri steril. Media Plate Count Agar (PCA)
(3) agak tidak suka; (4) normal; (5) agak yang steril pada suhu 45-55°C dituangkan
suka; (6) suka; (7) sangat suka. Uji sensori pada cawan petri sebanyak 10-15 mL. Cawan
dilakukan menggunakan panelis sebanyak 30 petri digerakan dan dibiarkan memadat. In-
semi ahli. Nilai pH menurut Apriyantono et kubasi dilakukan pada suhu kamar selama 48
al. (1989), yaitu pH krim tabir surya diukur jam. Jumlah koloni yang tumbuh dihitung se-
dengan pH meter yang sebelumnya di- bagai total mikroba.
kalibrasi. Pengukuran yang dilakukan dengan Penentuan pada aktivitas antioksidan
mencelupkan pH ke dalam sampel, lalu di- mengacu Salazar-Aranda et al. (2009),
tunggu sampai angka stabil. dimana aktivitas antioksidan ekstrak kasar
Pengukuran viskositas krim tabir sur- buah bakau (Rhizophora mucronata) ditentu-
ya dilakukan menurut Cottrell dan Kovacs kan dengan metode 1,1-diphenyl-2-picryl-
(1980). Viskositas produk diukur dengan hdrazyl (DPPH). Sampel ekstrak kasar dari
mengambil sampel krim tabir surya sebanyak buah bakau dilarutkan dalam methanol de-
50 gram ke dalam wadah, lalu diukur nilai- ngan konsentrasi 0,781; 1,562; 3,125; 6,25;
nya menggunakan viskometer Brookfield tipe 12,5; dan 25 ppm. Larutan DPPH dengan
LV. Viskositas (cP) adalah angka hasil pe- konsentrasi 125 µM diambil sebanyak 100
ngukuran dikali faktor konversi. µL dan ditambah dengan 100 µL ekstrak,
Stabilitas emulsi diukur menurut me- kemudian dimasukkan ke dalam microplate
tode Mitsui (1997). Sampel krim tabir surya yang telah disiapkan. Campuran larutan ter-
dimasukkan dalam wadah dan ditimbang sebut dihomogenkan dan diinkubasi pada
beratnya. Wadah dan bahan tersebut dima- suhu 37°C selama 30 menit. Serapan yang
sukkan dalam oven dengan suhu 45°C se- dihasilkan diukur dengan menggunakan
lama 1 jam kemudian dimasukkan ke dalam EpochTM Microplate Spectrophotometer pada
pendingin bersuhu dibawah 0°C selama 1 panjang gelombang 517 nm. Suatu senyawa
jam dan dikembalikan lagi ke oven dengan dapat dikatakan memiliki aktivitas antioksi-

4 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt71
Purwaningsih et al.

dan apabila senyawa tersebut mampu men- Penentuan kadar tanin mengacu pada
donorkan atom hidrogennya yang ditandai Sudarmadji et al. (1984), yaitu sebanyak 5
oleh perubahan warna ungu menjadi kuning. mL bahan ditambahkan 400 mL aquades
Nilai IC50 menyatakan besarnya konsentrasi kemudian didihkan selama 30 menit. Setelah
larutan sampel yang dibutuhkan untuk didinginkan dimasukkan ke dalam labu takar
mereduksi radikal bebas DPPH sebesar 50%. dan ditambahkan aquades sampai 500 mL
Penentuan total fenol mengacu pada (filtrat I). Filtrat I diambil sebanyak 10 mL
metode Velioglu et al. (1998). Ekstrak seba- dan ditambahkan 25 mL larutan indigokar-
nyak 5 mg dilarutkan dengan 2 mL etanol min dan 750 mL aquades. Selanjutnya diti-
95%. Larutan ditambahkan 5 mL akuades trasi dengan larutan KMnO4 0,1 N sampai
dan 0,5 mL reagen Folin-Ciocalteau 50% warna kuning emas (A mL). Filtrat diambil
(v/v). Campuran didiamkan selama 5 menit sebanyak 100 mL dan ditambahkan berturut-
kemudian ditambahkan 1 mL Na2CO3 5% turut dengan 50 mL larutan gelatin, 100 mL
(b/v). Campuran dapat dihomogenkan lalu larutan garam asam, 10 g kaolin powder.
diinkubasi dalam kondisi gelap selama 1 jam. Selanjutnya dikocok beberapa menit dan
Serapan yang dihasilkan diukur dengan spek- disaring (filtrat II). Filtrat II diambil
trofotometer UV-Vis pada panjang gelom- sebanyak 25 mL, dicampur dengan 25 mL
bang 725 nm. Asam galat digunakan sebagai larutan indigokarmin dan aquades 750 mL.
standar dengan konsentrasi 0, 10, 20, 30, 40, Kemudian dititrasi dengan larutan KMnO4
50, 60, dan 70 mg/L. 0,1 N, (B mL). Larutan KMnO4 distandarisa-
Penentuan total flavonoid mengacu si dengan Na-Oksalat (1 mL) KMnO4=
pada Nobre et al. (2005), yaitu sebanyak 0,25 0,00416 tanin.
g ekstrak dimasukkan ke dalam labu takar Penentuan nilai SPF mengacu pada
ditambah 1 mL larutan heksametilentetr- Pissavini et al. (2003), dimana sebanyak 1
amina (HMT) 0,5%, 20 mL aseton, dan 2 mL gram sampel ditimbang dan dipindahkan ke
HCl, kemudian dipanaskan selama 30 menit. dalam labu ukur dan ditambah etanol sampai
Campuran disaring menggunakan kapas, 100 mL, dihomogenkan dan kemudian dapat
filtrat dimasukkan ke dalam labu takar 100 disaring menggunakan bahan kertas saring.
mL. Filtrat ditambahkan dengan aseton Sebanyak 5 mL larutan dipindahkan ke da-
sampai 100 mL. lam labu ukur dan ditambah etanol sampai50
Sebanyak 20 mL filtrat dan 20 mL mL. Sebanyak 5 mL larutan di-pindahkan ke
akuades dimasukkan ke dalam corong pisah, dalam labu ukur dan ditambah etanol sampai
lalu diekstraksi dengan etil asetat (ekstraksi 25 mL. Spektrum absorbansi ditentukan da-
pertama dengan 15 mL etil asetat, ekstraksi lam kisaran panjang gelombang 290-320 nm
kedua dan ketiga dengan 10 mL etil asetat). dengan interval 5 nm dan menggunakan
Fraksi etil asetat dikumpulkan dalam labu etanol sebagai blanko.
takar 50 mL, kemudian ditambahkan etil
asetat sampai 50 mL. Sebanyak 10 mL dari 2.4. Analisis Data
filtrat dimasukkan ke dalam labu takar 25 Perhitungan uji sensori menggunakan
mL, lalu ditambahkan1 mL larutan AlCl3 2% analisis non parametrik yaitu uji Kruskal
b/v dan larutan asam asetat glasial 5% v/v Wallis. Bila hasil uji berbeda nyata maka
dalam metanol sampai 25 mL. Pencampuran dapat dilanjutkan dengan uji Mulitiple Com-
larutan menggunakan vorteks kemudian parisons. Pada hasil analisis fisiko-kimia
dibaca nilai absorbansinya pada panjang terlebih dahulu diuji kenormalan galat de-
gelombang 370,8 nm menggunakan spek- ngan uji Anderson-Darling. Data selanjutnya
trofotometer UV-Vis. Kurva standar dibuat dianalisis dengan analisis ragam berdasarkan
dari kuersetin murni dengan konsentrasi 0,5; model percobaan rancangan acak lengkap,
1; 5; 10; dan 15 ppm. jika hasil uji memberikan pengaruh nyata,

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 1, Juni 2015 5
Efek Fotoprotektif Krim Tabir Surya dengan Penambahan Karaginan . . .

maka dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan (Mitsui, 1997). Warna dari karaginan yang
(Steel dan Torrie, 1993). digunakan berupa kuning kecoklatan sehing-
ga diduga mempengaruhi warna krim yang
III. HASIL DAN PEMBAHASAN dihasilkan. Penggunaan konsentrasi karagi-
nan yang tinggi akan menyebabkan warna
3.1. Karakteristik Sensori Krim krim menjadi lebih gelap.
Uji sensori terhadap sediaan krim Homogenitas menunjukkan tingkat
dilakukan dengan uji kesukaan untuk melihat kehalusan dan keseragaman dari tekstur krim
penerimaan konsumen terhadap produk. Pa- tabir surya yang dihasilkan. Menurut Rieger
rameter yang diamati adalah kenampakan, (2000), homogenitas dalam sistem emulsi
warna, homogenitas, kekentalan, kesan lem- dipengaruhi oleh teknik atau cara pencam-
bab dan rasa lengket. Pada uji sensori puran yang dilakukan dan alat yang diguna-
dilakukan pada sediaan krim dengan konsen- kan pada proses pembuatan emulsi. Hal lain
trasi karaginan 0%, 0,25%, 0,5%, 0,75%, dan dikemukakan oleh Silva et al. (2006) bahwa
1%. Nilai rata-rata parameter uji sensori semakin kecil dan seragam bentuk droplet,
disajikan pada Tabel 1. maka emulsi akan semakin stabil.
Kenampakan memiliki peranan pen- Nilai kesukaan panelis terhadap
ting pada penerimaan krim tabir surya oleh homogenitas krim berkisar antara 5,13-6,13
konsumen, karena kenampakan menjadi pe- yang berarti panelis memberikan penilaian
nilaian awal dari suatu produk. Nilai ke- antara agak suka sampai suka. Hasil uji
sukaan panelis terhadap kenampakan krim Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa penggu-
berkisar antara 4,9-6,03 yang berarti panelis naan karaginan memberikan pengaruh nyata
memberikan penilaian antara normal sampai (α= 0,05) terhadap tingkat homogenitas krim.
suka. Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan Hasil uji Multiple Comparisons menunjuk-
bahwa penggunaan karaginan memberikan kan bahwa nilai kesukaan homogenitas
pengaruh nyata (α= 0,05) terhadap tingkat tertinggi yaitu krim dengan karaginan 0,5%
kesukaan kenampakan krim. Hasil uji lanjut berbeda dengan karaginan 0%.
(Multiple Comparisons) menunjukkan bahwa Tekstur krim yang homogen dan
nilai kesukaan kenampakan tertinggi yaitu halus menunjukkan tercampurnya komponen
krim dengan karaginan 0,5% berbeda dengan minyak dan air dengan baik (Suryani et al.,
kenampakan krim karaginan 0% dan 0,25%. 2000). Karaginan memiliki fungsi sebagai
Penampakan krim dipengaruhi oleh warna, pengemulsi pada krim. Suatu emulsi dikata-
kekentalan, kestabilan produk sehingga me- kan homogen apabila tidak terlihat adanya
nunjukkan kesan menarik. pemisahan antara komponen penyusun emul-
Nilai kesukaan panelis terhadap war- si tersebut.
na krim berkisar antara 5,33-6,27 yang berar- Nilai kesukaan panelis terhadap ke-
ti panelis memberikan penilaian antara agak kentalan krim berkisar antara 4,7-5,83 yang
suka sampai suka. Hasil uji Kruskal-Wallis berarti panelis memberikan penilaian antara
menunjukkan bahwa penambahan karaginan normal sampai agak suka. Hasil uji Kruskal-
memberikan pengaruh nyata (α= 0,05) ter- Wallis menunjukkan bahwa peng-gunaan ka-
hadap tingkat kesukaan warna krim. Hasil uji raginan memberikan pengaruh nyata (α=
Multiple Comparisons menunjukkan bahwa 0,05) terhadap tingkat kekentalan krim. Hasil
nilai kesukaan warna tertinggi yaitu krim uji Multiple Comparisons menunjukkan nilai
dengan karaginan 0,5% berbeda dengan kesukaan kekentalan tertinggi pada krim
karaginan 0%. dengan karaginan 0,5% berbeda dengan
Warna yang terbentuk pada produk karaginan 0%.
dipengaruhi oleh warna bahan penyusunnya

6 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt71
Purwaningsih et al.

Tabel 1. Karakteristik sensori krim tabir surya.

Konsentrasi karagenan
Karakteristik
0% 0,25% 0,5% 0,75% 1%
Kenampakan 4,90±1,29a 5,80±1,50 a
6,02±1,32 b
5,93±1,46b 5,67±1,12ab
Warna 5,33±1,14a 5,97±1,26ab 6,27±1,03b 6,13±1,32b 5,60±0,86ab
Homogenitas 5,13±1,37a 5,80±1,33 ab
6,13±0,57 b
5,80±1,63ab 5,60±1,83ab
Kekentalan 4,97±1,22a 5,83±1,34 b
5,97±4,63 b
5,87±1,22b 5,27±1,31ab
Kesan lembab 4,97±1,14a 5,57±1,29 b
5,57±5,16 b
5,67±1,56b 5,20±1,61ab
Rasa lengket 4,87±1,26a 5,30±1,57 a
5,40±3,96 a
5,47±1,37a 5,40±1,42a
Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf superskrip berbeda pada baris yang sama
menunjukkan hasil perlakuan yang berbeda nyata (p<0,05), n= 3.

Menurut Velde et al. (2002) karage- Rasa lengket berhubungan dengan Kenya-
nan memiliki kemampuan membentuk gel manan setelah pemakaian. Penilaian ini di-
secara thermo-reversible atau larutan kental lakukan dengan mengoleskan krim pada kulit
jika dipanaskan pada suhu tertentu, sehingga selama beberapa menit kemudian menilai
banyak digunakan sebagai pembentuk gel, rasa lengket selama pemakaian. Nilai kesu-
pengental, dan bahan penstabil di industri kaan panelis terhadap rasa lengket berkisar
pangan, farmasi, kosmetik, percetakan, mau- antara 4,8-5,4 yang berarti bahwa panelis
pun tekstil. Penelitian yang dilakukan memberikan penilaian antara netral sampai
Yuliani et al. (2011) menyatakan bahwa ka- agak suka. Hasil uji Kruskal-Wallis menun-
raginan akan membentuk gel saat larutan jukkan bahwa penggunaan karaginan tidak
dipanaskan dan setelah dingin menjadi ken- memberikan pengaruh nyata (α= 0,05) ter-
tal, karena karaginan mengandung gugus 3,6- hadap tingkat kesukaan rasa lengket. Peni-
anhidrogalaktosa. laian secara organoleptik tentang rasa lengket
Penilaian kesan lembab dilakukan tidak berbeda antara krim dengan konsen-
dengan mengoleskan krim pada kulit selama trasi karaginan 0,25%; 0,5%; 0,75%; dan
beberapa menit sehingga panelis dapat mera- 1%. Penilaian penelis terhadap rasa lengket
sakan rasa lembab selama pemakaian krim. cukup menggembirakan karena permasalahan
Nilai kesukaan panelis terhadap kesan lem- pada krim tabir surya dari bahan kimia
bab berkisar antara 4,97-5,57 yang berarti biasanya panelis kurang nyaman karena ada
bahwa panelis memberikan penilaian antara rasa lengket.
netral sampai agak suka. Berdasarkan uji
Kruskal-Wallis, penggunaan karaginan tidak 3.2. Karakteristik Fisiko-kimia
memberikan pengaruh nyata (α= 0,05) terha- Persentase stabilitas emulsi dapat di-
dap tingkat kesukaan kesan lembab. Pe- hitung apabila terjadinya pemisahan fase da-
nilaian secara organoleptik tentang kesan lam suatu emulsi setelah siklus freeze-thaw
lembab tidak berbeda antara krim dengan (Mitsui, 1997). Hasil penelitian menunjukkan
konsentrasi karaginan 0,25%; 0,5%; 0,75%; bahwa tidak terjadi pemisahan fase pada
dan 1%, kemungkinan disebabkan rendahnya emulsi krim sehingga persentase stabilitas
perbedaan konsentrasi karaginan yang di- emulsi diyatakan sebesar 100%. Krim de-
gunakan. ngan penambahan karaginan 0,25%, 0,5%,
Polimer hidrofilik seperti asam al- 0,75%, dan 1% menunjukkan tidak terjadi
ginat, karaginan, kitosan, kolagen, dan asam pemisahan emulsi, tidak terjadi perubahan
hyaluronik berperan sebagai humektan dalam warna, dan tidak terjadi perubahan bau. Hal
kosmetik dengan membentuk film pada per- ini disebabkan karaginan pada formulasi
mukaan sehingga mempertahankan kelem- krim merupakan polimer alami sebagai pe-
butan dan kelembaban kulit (Rieger, 2000). ngental sehingga dapat menstabilkan emulsi.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 1, Juni 2015 7
Efek Fotoprotektif Krim Tabir Surya dengan Penambahan Karagianan . . .

Kestabilan emulsi akan meningkat ngaruhi viskositas krim. Uji lanjut memper-
dengan penambahan polimer yang sesuai da- lihatkan bahwa viskositas krim tertinggi yaitu
lam fase pendispersi dan penurunan ukuran krim karaginan 1% yang berbeda dengan
partikel fase terdispersi sehingga mencegah konsentrasi 0%, 0,25%, 0,5% dan 0,75%.
atau memperpanjang waktu terjadinya peng- Semakin banyak gugus hidrofilik
gabungan kembali partikel-partikel sejenis yang terkandung yaitu gugus ester dan
yang mengakibatkan terjadinya pemisahan hidroksil sehingga semakin banyak air dalam
fase (Rieger, 2000). Kestabilan emulsi krim krim yang dapat terikat oleh gugus tersebut
tabir surya dipengaruhi oleh faktor mekanis, dan mengakibatkan peningkatan viskositas
temperatur, dan proses pembentukan emulsi. krim (Guiseley et al., 1980). Penggunaan
Silva et al. (2006) menyatakan bahwa emulsi koloid hidrofilik sangat efektif untuk me-
berbentuk droplet dan ukurannya dipengaruhi ningkatkan viskositas suatu emulsi minyak
oleh laju pengadukan selama proses emulsi- dalam air karena dapat meningkatkan visko-
fikasi, semakin kecil dan seragam bentuk sitas fase air tanpa menaikkan volume fase
droplet, maka emulsi akan semakin stabil. minyak dalam emulsi tersebut (Rieger,
Data karakteristik secara fisiko-kimia krim 2000).
tabir surya disajikan pada Tabel 2. Hasil analisis ragam (α= 0,05) me-
Nilai pH pada krim berkisar antara nunjukkan bahwa konsentrasi karaginan
6,66 sampai dengan 7,03, nilai ini masih memberikan pengaruh nyata terhadap persen-
masuk dalam kisaran standar SNI untuk krim tase penyusutan berat. Hasil uji lanjut mem-
tabir surya. Produk yang memiliki nilai pH perlihatkan bahwa penyusutan berat tertinggi
sangat tinggi atau sangat rendah akan menye- terjadi pada krim karaginan 0% yang berbeda
babkan kulit teriritasi. Menurut SNI 16-4399- nyata dengan persentase penyusutan berat
1996 nilai pH produk kulit untuk tabir surya krim karaginan 0,25%, 0,5%, 0,75%, dan
adalah berkisar antara 4,5-8,0. Hasil analisis 1%. Semakin tinggi konsentrasi karaginan
ragam (α= 0,05) menunjukkan bahwa kon- yang digunakan maka penyusutan berat akan
sentrasi karaginan tidak memberikan penga- semakin kecil dikarenakan semakin tingginya
ruh nyata terhadap pH krim. viskositas emulsi dari krim tabir surya.
Nilai pH berada dalam standar SNI Karaginan dalam formulasi dapat
16-4399-1996, sehingga produk krim yang mengikat air karena adanya gugus ester dan
dihasilkan aman digunakan pada kulit. Nilai hidroksil sehingga dapat meningkatkan ke-
pH krim yang dihasilkan berbeda nilainya, lembaban produk. Kelembaban produk juga
diduga karena karaginan yang digunakan merupakan indikasi kestabilan produk ter-
memiliki nilai pH sebesar 7-9, sehingga hadap kemampuan produk dalam memper-
reaksi yang terjadi menyertakan gugus OH tahankan beratnya.
dan menyebabkan peningkatan pH krim. Karaginan memiliki fungsi sebagai
Bahan-bahan penyusun lain yang digunakan humektan dimana karaginan memiliki sifat
memiliki pH netral sehingga penambahan untuk mempertahankan kandungan air pada
karaginan lebih berperan dalam peningkatan kulit dan krim tabir surya. Humektan adalah
nilai pH. bahan higroskopis yang digunakan dalam
Viskositas merupakan faktor yang formulasi kosmetik yang berfungsi menjaga
erat hubungannya dengan stabilitas emulsi. kehilangan kandungan air selama penyim-
Semakin tinggi viskositas maka laju pe- panan dan pemakaian pada kulit (Rieger,
misahan fase terdispersi dan fase pendispersi 2000).
semakin kecil (Suryani et al., 2000). Nilai
viskositas krim tabir surya berkisar 22.500- 3.3. Karakteristik Mikrobiologi
46.000 cP. Hasil analisis ragam (α= 0,05) Krim merupakan produk dengan
menunjukkan konsentrasi karaginan mempe- jangka waktu pemakaian yang cukup lama,

8 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt71
Purwaningsih et al.

Tabel 2. Karakteristik fisiko-kimia krim tabir surya.

Karakteristik Konsentrasi karagenan


0% 0,5% 1% 1,5% 2%
Kestabilan 100% 100% (stabil) 100% (stabil) 100% (stabil) 100% (stabil)
emulsi (%) (stabil)
Nilai pH 6,66±0,769a6,75±0,605a 6,78±0,339a 7,02±0,126a 7,03±0,269a
Viskositas 25500±22,7 33500±18,32 38250±28,48 42750±21,02 46000±40,71
(cP) 8a b c d e

Penyusutan 9,39±1,27a
7,87±0,43b 6,87±4,13b 6,78±0,77c 6,23±0,36d
berat (%)
Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf superskrip berbeda pada baris yang sama
menunjukkan hasil perlakuan yang berbeda nyata (p<0,05), n=3.

sehingga adanya mikroba pada produk dapat gunakan dalam sediaan krim adalah 0,5%.
menjadi masalah terhadap daya awet. Hasil Karakteristik dari krim terpilih adalah nilai
uji total mikrob pada krim tabir surya dengan pH sebesar 6,78, viskositas sebesar 38.250
berbagai konsentrasi karaginan yaitu <2,5 x cP, dan tidak mengalami perubahan fase saat
102 koloni/gram. Hal menunjukkan bahwa pengujian stabilitas emulsi. Penyusutan berat
krim tabir surya aman digunakan, karena yang terjadi sebesar 6,87%, total mikroba
total mikrob masih berada dibawah batas <2,5 x 102koloni/gram.
total mikrob yang disyaratkan SNI 16-4399-
1996. Rendahnya pertumbuhan mikroba pa- 3.4. Komponen Bioaktif Ekstrak Buah
da krim tabir surya disebabkan adanya pe- Bakau (R. mucronata)
nambahan metil paraben yang berfungsi se- Ekstrak metanol buah bakau (R.
bagai pengawet dalam formulasi produk. mucronata) yang akan ditambahkan pada
Metil paraben digunakan biasa di- sediaan krim terlebih dahulu diuji fitokimia
gunakan dalam sediaan farmasi karena dapat secara kualitatif untuk mengetahui ke-ber-
mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur adaan senyawa metabolit sekunder yang di-
(Rieger, 2000). Dalam sediaan krim tabir sur- harapkan dapat berperan sebagai tabir surya.
ya ditambahkan metil paraben sebesar 0,2%. Hasil pengujian analisis fitokimia disajikan
Kontaminasi mikroba dalam sediaan farmasi pada Tabel 3.
dapat menurunkan kualitas sediaan dengan Hasil pengujian fitokimia menunjuk-
terjadinya perubahan warna, bau, bercak- kan bahwa ekstrak buah bakau mengandung
bercak miselium, kekeruhan warna, perubah- flavonoid, tanin, dan fenol hidrokuinon. Fla-
an pH (Djide, 2003). vonoid merupakan senyawa metabolit sekun-
Penentuan krim tabir surya terpilih der yang berperan sebagai pertahanan alami.
dilakukan dengan cara melihat hasil dari pa- Menurut Cushine and Lamb (2005),
rameter subyektif (kesukaan panelis ter-ha- dimana flavonoid mempunyai aktifitas seba-
dap kenampakan, homogenitas, warna, ke- gai antibakteri, antifungi, antifiral, dan anti-
kentalan, kesan lembab, dan rasa lengket) oksidan. Flavonoid merupakan senyawa pe-
dan objektif (pH, viskositas, stabilitas emulsi, reduksi, menghambat reaksi oksidasi seca- ra
dan total mikrob) dari krim tabir surya. enzimatis maupun non enzimatis. Alkhali
Berdasarkan hasil pengujian krim tabir surya and Bandy (2009) menyatakan flavonoid
ditentukan bahwa perlakuan konsentrasi menghambat beberapa kinerja enzim oksida-
karaginan 0,5% memiliki penilaian kesukaan tor (xantin oksidase), serta mengkelat logam.
tertinggi. Berdasarkan data diatas, disimpul- Hagerman (1998) menyatakan bahwa tanin
kan bahwa konsentrasi karaginan yang di- efektif sebagai pendonor elektron/atom hi-

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 1, Juni 2015 9
Efek Fotoprotektif Krim Tabir Surya dengan Penambahan Karaginan . . .

drogen dan pengkelat logam, senyawa ini nurunkan sinyal redoks-sensitif untuk meng-
memiliki gugus hidroksil dan ikatan rangkap hambat kerusakan DNA.
terkonjugasi yang memungkinkan terjadinya Flavonoid merupakan golongan fenol
delokalisasi elekron. Hidrokuinon berfungsi terbesar dan umumnya terdapat pada semua
tumbuhan hijau sebagai glikosida dan terda-
Tabel 3. Hasil uji fitokimia ekstrak metanol pat pada seluruh bagian tanaman termasuk
bakau (R. mucronata). pada buah (Sirait, 2007). Erukainure et al.
(2011) menyatakan hubungan antara total
Uji Hasil fenol dan senyawa flavonoid dengan aktivitas
Wagnerya - antioksidan bahwa semakin meningkatnya
Alkaloid Meyer - konsentrasi total fenol atau senyawa flavo-
Dragendorf - noid, maka semakin tinggi tingkat aktivitas
Steroid - antioksidan dari tumbuhan tersebut.
Flavonoid + Total flavonoid yang terkandung
Tanin + dalam ekstrak buah bakau adalah 0,51%
Tripernoid - (b/b). Flavonoid memiliki kemampuan seba-
Fenol hidrokuinon + gai antioksidan karena mampu mentransfer
Keterangan: (+) = positif, (-) = negatif. elektron ke senyawa radikal bebas dan dapat
membentuk kompleks yang sifatnya stabil.
sebagai inhibitor oksidatif untuk mengikat Svobodova et al. (2003) menyebutkan bahwa
radikal bebas dan bereaksi dengan senyawa flavonoid mampu menangkap superoksida
Reactive Oxygen Species (ROS) membentuk anion, singlet oksigen, radikal hidroksil, dan
senyawa yang lebih stabil (Eastman, 2009). radikal lipid peroksil. Flavonoid juga meng-
Menurut Purwaningsih et al. (2013), ekstrak hambat aktivitas enzim, diantaranya adalah
buah bakau memiliki nilai IC50 antioksidan lipoksigenase, siklooksigenase, mono-oksi-
sebesar 0,72ppm. Menurut Molyneux et al. genase, xantinoxidase, mitokondria suksinat
(2004), ekstrak buah bakau memiliki akti- dehidrogenase dan oksidase NADH, phos-
vitas antioksidan yang sangat kuat, karena pholipase-2, dan protein kinase.
nilainya kurang dari 0,05 mg/mL (<50 ppm). Kadar tanin yang terkandung pada
Hal ini sesuai dengan penelitian Atta-au- ekstrak buah bakau adalah 6,20 mg/g. Ab-
rahman and Coudhary et al. (2001), bahwa dullah (2013) menyatakan bahwa ekstrak
senyawa yang berpotensi memiliki antioksi- yang mengandung fitokonstituen seperti ya-
dan umumnya adalah senyawa flavonoid, itu, flavonoid dan tanin berperan dalam per-
alkaloid dan fenolat yang merupakan se- lindungan kulit dari sinar matahari. Menurut
nyawa-senyawa polar. Svobodová et al. (2003), tanin merupakan
Hasil uji total fenol pada ekstrak polifenol yang memiliki aktivitas antioksidan
buah bakau adalah sebesar 37,90 mg/g. Me- kuat yang dapat melindungi kerusakan ter-
nurut Meenakshi et al. (2009) dan Lim et al. hadap radikal bebas yang disebabkan oleh
(2002), terdapat hubungan antara total fenol paparan sinar UV, mengurangi resiko kanker
dan aktivitas antioksidan dimana jika di kulit, dan penuaan dini. Tanin mampu me-
dalam suatu bahan memiliki konsentrasi ngurangi produksi H2O2, menghambat induk-
senyawa fenol tinggi maka aktivitas antiok- si ornitin dekar boksilase dan menstimulasi
sidan dalam bahan tersebut juga tinggi. Me- sintesis DNA pada epidermis.
nurut Molyneux et al. (2004), senyawa fenol
yang memiliki aktivitas antioksidan memiliki 3.5. Nilai Sun Protection Factor (SPF)
gugus -OH dan -OR seperti flavonoid dan Krim Tabir Surya
asam fenolat. Menurut Svobodova et al. Krim tabir surya terbaik diteliti lebih
(2003), senyawa fenolat berperan dalam me- lanjut dengan perlakuan penambahan ekstrak

10 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt71
Purwaningsih et al.

Rhizopora mucronata dengan konsentrasi logam diyakini mampu mencegah efek


0%, 0,5%, 1% kemudian dibandingkan berbahaya dari sinar sinar UV. Mokodompit
dengan produk komersial dan diuji kandung- et al. (2013) menyebutkan, tanin merupakan
an Sun Protection Factor (SPF). antioksidan potensial yang dapat melindungi
Menurut Walters et al. (1997), efek- kerusakan kulit yang disebabkan oleh radikal
tivitas sebuah krim tabir surya dinyatakan bebas akibat paparan sinar UV. Menurut
oleh Sun Protection Factor (SPF), yang Majeed et al. (2010) radiasi UV B mempro-
didefinisikan sebagai perbandingan Dosis duksi ROS pada sel dan kulit. Saewan and
Eritema Minimum (DEM) pada kulit ma- Jimtaisong (2013) menyatakan bahwa flavo-
nusia terlindungi tabir surya dengan DEM noid melindungi tanaman dari radiasi sinar
tanpa perlindungan. Nilai SPF dapat ditentu- UV. Flavonoid memiliki tiga sifat fotopro-
kan melalui perbandingan energi dari sinar tektor yaitu penyerapan UV, sifat antiok-
yang dipaparkan untuk dapat menimbulkan sidan, dan memodulasi beberapa jalur pen-
eritema dan dapat juga melalui waktu yang sinyalan DNA.
diperlukan sampai timbul eritema (Draelos
and Thaman, 2006). Kategori kemampuan IV. KESIMPULAN
tabir surya menurut Damogalad et al. (2013)
adalah minimal (2-4), sedang (4-6), ekstra (6- Konsentrasi karaginan terbaik yang
8), maksimal (8-15), dan ultra (>15) (Tabel digunakan dalam sediaan krim tabir surya
4.) yaitu 0,5% dengan karakteristik sensori
Semakin tinggi konsentrasi ekstrak berkisar antara agak suka sampai suka, nilai
buah bakau yang ditambahan dalam krim pH 7,62, viskositas 38.250 cP, stabilitas
maka nilai SPF akan semakin tinggi. Krim emulsi 100%, penyusutan berat 3,72%, dan
dengan konsentrasi ekstrak 0,5% memiliki total mikroba <102 koloni/gram sesuai
kategori kemampuan ekstra, sedangkan krim dengan SNI 16-4399-1996. Ekstrak etanol
dengan ekstrak 1% memiliki kategori ke- buah bakau (R. mucronata) yang digunakan
mampuan maksimal. Nilai SPF yang tinggi untuk krim tabir surya memiliki total fenol
menunjukkan keefektifan produk dalam sebesar 37,90% (b/b), total flavonoid sebesar
menangkal radiasi UV pada kulit. Nilai SPF 0,51% (b/b), dan kadar tanin sebesar 6,20
krim dengan ekstrak 1% lebih rendah dari mg/g. Krim tabir surya terbaik adalah meng-
tabir surya komersial 14,15±0,04 (pada label gunakan konsentrasi karaginan 0,5% dengan
produk tertulis nilai SPF 20). penambahan ekstrak etanol buah bakau
(R.mukronata) sebesar 1%, mem-punyai nilai
Tabel 4. Nilai SPF Krim. SPF sebesar 10,21%.

SPF DAFTAR PUSTAKA


Sampel Nilai SPF
Label
Krim + ekstrak 0% 1,22±0,01 Abdullah, A.R. 2013. Study on the relation-
Krim + ekstrak 0,5% 7,75±0,01 ship of the phenolic, flavonoid and
Krim + ekstrak 1% 10,21±0,06 tannin content to the antioxidant acti-
Krim komersil 14,15±0,04 20 vity of Garcinia atroviridis. Univer-
sal J. of Applied Science, 1(3):95-100.
Kandungan flavonoid dan tanin yang Alkhali, M. and B. Bandy. 2009. Mechanism
terkandung pada buah bakau diduga bekerja of flavonoids protection against
sebagai bahan aktif tabir surya. Menurut myocardial ischemia reperfusion in-
Damogalad et al. (2013), flavonoid sebagai jury. J. Molec. and Cellul. Cardiolo-
antioksidan yang kuat dan pengikat ion gy, 46(1):309-317.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 1, Juni 2015 11
Efek Fotoprotektif Krim Tabir Surya dengan Penambahan Karaginan . . .

Apriyantono, A., D. Fardiaz, N.L. Puspita- Garoli, D., M.G. Pelizzo, P. Nicolossi, A.
sari, Sedarnawati, dan S. Budiyanti. Peserico, E. Tonin, and M. Alaibac.
1989. Analisis Pangan. Pusat Antar 2009. Effectiveness of different sub-
Univeritas Pangan dan Gizi. Institut strate materials for in vitro sunscreen
Pertanian Bogor. Bogor. 233hlm. test. J. of Dermatological Science,
Attaau-rahman and M.I. Coudhary. 2001. 56(2):89-98.
Bioactive natural product as a poten- Guiseley, K.B., N.F. Stanley, and P.A.
tial of new pharmacophores. A theory Whitehouse. 1980. Carrageenan. In:
of memory. Pure and Applied Che- Davidson, R.l. (ed.). Handbook of
mistry, 73(2):555-560. water-soluble gums. McGraw-Hill
Carpenter, R.P., D.H. Lyon, and T.A. Has- Book Co. New York. 5-30pp.
dell. 2000. Guidelines for sensory Hagerman, A.E., K.M. Riedl, G.A. Jones,
analysis in food product development K.N. Sovik, N.T. Ritchard, P.W.
and quality control. 2nd Ed. Maryland Hartzfeld, and T.L. Riechel. 1998.
Aspe Publisher. Maryland. 201p. High molecular weight plant poly-
Cottrell and P. Kovacs. 1980. Alginats. In: phenolics (tannins) as biological anti-
Davidson, R.I. (ed.). Hand book of oxidants. J. of Agricultural and Food
water soluble gums and resin. Mc- Chemistry, 46(1):1887-1892.
Graw Hill Book, Co. New York. 24- Lahucky, R., K. Nuernberg, L. Kovac, O.
34pp. Bucko, and Nuenberg. 2010. Asses-
Cushine, T.P.T. and A.J. Lamb. 2005. Anti- ment of the antioxidant potential of
microbial activity of flavonoids. Int. selected plant extract in vitro and in
J. Antimicrobial Agents, 26(5):343- vivo experiments on pork. J. of Meat
356. Science, 85(2):779-7784.
Damogalad, V., H.J. Edy, dan H.S. Supriati. Lim, S.N., P.C.K. Cheung, V.E.C. Ooi, and
2013. Formulasi krim tabir surya P.O. Ang. 2002. Evaluation of anti-
ekstrak kulit nanas (Ananas comosus oxidative activity of extracts from a
L. Merr) dan uji in vitronilai sun brown seaweed, Sargassum siliquas-
protecting factor (SPF). Pharmacon, trum. J. of Agricultural Food Chem.,
J. Ilmiah Farmasi UNSRAT, 2(2):12- 50:3862-3866.
16. Majeed, M., B. Bhat, and T.S.S. Anand.
Djide, N. 2008. Dasar-dasar mikrobiologi 2010. Inhibition of UV induced
farmasi. Universitas Hasanuddin. Ma- adversaries by β-glucogallin from
kassar. 87hlm. amla (Emblica officinalis Gaertn.)
Draelos, Z.D. and L.A. Thaman. 2006. Cos- fruits. Indian J. of Nature Products
metic formulation of skin care pro- and Resources, 4(2):62-66.
ducts. Taylor and Francis Group. Mambro, V.M.D. and M.J.V. Fonseca. 2005.
New York. 456p. Assays of physical stability and anti-
Erukainure, O.L., O.V. Oke, A.J. Ajiboye, oxidant activity of a topical formu-
and O.Y. Okafor. 2011. Nutritional lation added with different plant ex-
qualities and phytochemical consti- tracts. J. Pharm Biomed Anal., 37:
tuents of Clerodendrum volubile, a 287-295.
tropical nonconventional vegetable. Meenakshi, S., D.M. Gnanambigai, S.T.
Int. Food Research J., 18(4):1393- Mozhi, M. Arumugam, and T. Bala-
1399. subramanian. 2009. Total flavonoid
Eastman. 2009. Hydroquinonen and hydro- and in vitro antioksidant activity of
quinon derivates. Eastman Chemical two seaweeds of Rameshwaram
Company. Canada. 41p.

12 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt71
Purwaningsih et al.

coast. Global J. of Pharm., 3(2):59- Silva, C.M., A.J. Riberio, M. Figueiredo, D.


62. Ferreira, and F. Veiga. 2006. Micro-
Mitsui. 1997. New Cosmetic Science. El- encapsulation of hemoglobin in chito-
sevier. New York. 30p. san coated alginate microspheres
Mokodompit, A.N., H.J. Edy, dan W. prepared by emulsification internal
Wiyono. 2013. Penentuan nilai sun gelation. AAPS J., l7:E903-E912.
protective factor (SPF) secara in vitro Sirait, M. 2007. Penuntun fitokimia dalam
krim tabir surya ekstrak etanol kulit farmasi. Institut Teknologi Bandung.
alpukat. J. Ilmiah Farmasi UNSRAT Bandung. 246hlm.
PHARMACON, 2(3):83-85. Standar Nasional Indonesia. 1996. Sediaan
Molyneux, P. 2004. The use of stable free Tabir Surya. SNI 16-4399-1996. Ja-
radical diphenylpicrylhydrazyl (DP- karta. Badan Standardisasi Nasional.
PH) for estimating antioksidan acti- 7hlm.
vity. Songklanakarin J. Sci. Tech, Standar Nasional Indonesia. 1992. Penentuan
26(2):211-219. total mikroba. SNI 19-2897-1992. Ja-
Nobre, C.P., F.N. Raffin, and T.F. Moura. karta. Badan Standardisasi Nasional.
2005. Standardization of extracts 56hlm.
from Momordica charantia L. (cucur- Suryani, A., I. Sailah, dan E. Hambali. 2000.
bitaceae) by total flavonoids content Teknologi emulsi. Institut Pertanian
determination. Acta Farmaceutica Bogor. Bogor. 117hlm.
Bonaerense, 24(4):562-566. Stanfield, J.W. 2003. Sun protectans:
Pissavini, M., L. Ferrero, V. Alaro, U. Hein- enhancing product functionality. In:
rich, H. Tronnir, T.D. Kockott, D. Schueller, R. and P. Romanowski
Lutz, V. Torrnier, M. Zambonin, and (eds.). Multifunctional cosmetics.
M. Melonin. 2003. Determination of Marcell Dekker Inc. New York. 145-
the in vitro SPF. Cosmet. Toiletries, 150pp.
118:63-72. Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1991. Prinsip
Purwaningsih, S., E. Salamah, dan A.Y.P. dan prosedur statistika. Sumantri, B.
Sukarno. 2013. Aktivitas antioksidan (penterjemah). Gramedia Pustaka
dari buah mangrove (Rhizopora mu- Utama. Jakarta. 772hlm.
cronata Lamk.) pada suhu yang ber- Sudarmadji, S., Bambang, dan Suhardi. 1984.
beda. J. Pengolahan Hasil Prikanan Prosedur analisa untuk bahan ma-
Indonesia, 19(3):4-8. kanan dan pertanian. Penerbit Liberty.
Rieger, M. 2000. Harry’s Cosmeticology. 8th Yogyakarta. 137p.
ed. Chemical Publishing Co. Inc. Svobodová, A., J. Psotová, and D. Wal-
New York. 986p. terová. Natural phenolic in the pre-
Saewan, N. and A. Jimtaisong. 2013. Photo- vention of UV-induced skin damage,
protection of natural flavonoids. J. of a review. J. Biomed. Papers, 147:
Applied Pharmaceutical Science, 137-145.
3(09):129-141. Velioglu , Y.S., G. Mazza, L. Gao, and B.D.
Salazar-Aranda, R., L.A. Perez-Lopez, J.L. Oomah. 1998. Antioxidant activity
Arroyo, B.A. Alanis Garza, and N.W. and total phenolics in selected fruits,
de Torres. 2009. Antimicrobial and vegetables and grain products. J. of
antioxidant activities of plants from Agricultural and Food Chem, 46(10):
northeast of Mexico. J. of Evidence- 4113- 4117.
Based Complementary and Alterna- Velde, V.A., Knutsen, Usov, A.I. Romella,
tive Medicine, 41(2):233-236. and A.S. Cerezo. 2002. 1H and 13C
high resolution NMR spectoscopy

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 1, Juni 2015 13
Efek Fotoprotektif Krim Tabir Surya dengan Penambahan Karaginan . . .

of carrageenans: Aplication in re- Willis, I. and L. Cylus. 1977. UVA erythema


search and industry. Trend in in skin: is it a sunburn? J. of Wil-
Food Science and Technology, 13:73- dernes Med.,3(1):174-179.
92. Zulkarnain, A.K., N. Ernawati, dan N.I.
Yuliani, Marwati, dan M.R.F. Wahyu. 2011. Sukardani. 2013. Aktivitas amilum
Studi variasi konsentrasi ekstrak ro- bengkuang (Pachyrrizus erosusL. Ur-
sela (Hibiscus sabdariffa L.) dan Ka- ban) sebagai tabir surya pada mencit
raginan terhadap mutu minuman jeli dan pengaruh kenaikan kadarnya
rosela. J. Teknologi Pertanian, 7(1): terhadap viskositas sediaan. Trad.
1-8. Med. J., 4(2):2-25.
Walters, C., A. Keeney, C.T. Wigal, C.R.
Johnston, and R.D. Cornelius. 1997. Diterima : 21 Agustus 2014
Spectroscopy analysis and modelling Direview : 22 Agustus 2014
of sunscreens. J. Chem. Educ, 2:99- Disetujui :16 Juni 15
101.

14 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt71

Anda mungkin juga menyukai