Proposal PRINT
Proposal PRINT
DOSEN :
Disusun oleh :
Nama : Arip Rahman Rahayu
NPM : 1685210037
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
SUBANG” dengan tepat waktu. Proposal ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Penelitian Pendidikan. Selain itu tujuan dari penyusunan proposal ini tidak
lain juga untuk menambah wawasan kita semua tentang penelitian pendidikan
Saputra, M.Pd selaku dosen mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas yang tidak
propposal ini masih jauh dari kata sempurna baik dari teknis penulisan maupun
materi, mengingat akan kemampuan yang penyusun miliki. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati, penyusun menerima kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak agar penyusunan makalah yang selanjutnya bisa
ii
Akhir kata penyusun ucapkan salam doa, semoga karya ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua dan dapat memberikan kontribusi yang baik bagi
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...ii
BAB I.......................................................................................................................5
PENDAHULUAN...................................................................................................5
A. Latar Belakang.........................................................................................5
B. Identifikasi Masalah................................................................................6
C. Pembatasan Masalah................................................................................7
D. Perumusan Masalah.................................................................................7
E. Tujuan Penelitian.....................................................................................7
F. Manfaat Penelitian...................................................................................8
BAB II.....................................................................................................................9
KAJIAN TEORI....................................................................................................9
A. Tinjauan tentang Hasil Belajar................................................................9
1. Definisi Belajar........................................................................................9
1
BAB III..................................................................................................................34
METODE PENELITIAN....................................................................................34
A. Metode Penelitian..................................................................................34
B. Pendekatan Penelitian............................................................................36
C. Desain Penelitian...................................................................................36
D. INSTRUMENT PENELITIAN.............................................................42
G. SASARAN PENELITIAN....................................................................51
H. ANALISIS DATA.................................................................................51
BAB IV..................................................................................................................56
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................................56
4.1 Hasil Penelitian....................................................................................56
4.2 Pembahasan..........................................................................................69
BAB V....................................................................................................................77
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................77
A. Kesimpulan......................................................................................77
B. Saran.................................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................79
LAMPIRAN - LAMPIRAN................................................................................80
2
DAFTAR TABEL
3
DAFTAR BAGAN
50 cm
30-40 cm
4
BAB I
PENDAHULUAN
disaat waktu luang salah satu olahraga rekreasi. Saat ini permainan tenis meja
Tinggi. Permainan tenis meja termasuk permainan yang tidak memerlukan tempat
yang besar akan tetapi memerlukan konsentrasi yang besar dan ketepatan pukulan
yang baik, agar saat melakukan bola dapat melewati net. Permainan ini dapat
Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam melakukan teknik siswa harus
mampu melakukan teknik yang sesuai dengan tuntunan permainan tenis meja
yang ada dalam peraturan tenis meja. Menciptakan pemain yang handal perlu
diadakan di SMA Negeri 2 Subang. Cabang olahraga ini kurang diminati oleh
siswa namun dalam setiap pergantian tahun selalu ada yang memilih untuk
ini dilakukan di depan loby SMA Negeri 2 Subang. Meja yang digunakan dalam
5
Federation). Hal ini dapat dilihat dari permukaan meja yang tidak rata sehingga
pantulan bola tidak setabil, net yang seadanya sehingga tinggi net tidak standar
dan meja masih menggunakan meja jaman dahulu yang masih menggunakan
tenis meja di SMA Negeri 2 Subang pada umumnya, belum memiliki teknik dasar
pukulan yang baik, hal tersebut dapat dilihat dari gerakan siswa dalam melakukan
ketepatan pukulan salah satu faktor yang sangat penting guna untuk menempatkan
bola yang sulit kearah yang sulit dipukul lawan saat pertandingan. Oleh karena
itu, siswa perlu mendapat latihan dalam menguasai teknik-teknik latihan yang
ragam sesuai dengan keinginan yang akan dicapai. Metode latihan umumnya
kemampuan pukulan. Salah satunya dengan metode latihan beban yang dapat
melatih ketepatan pukulan agar lebih maksimal. Dalam permainan tenis meja
ketepatan pukulan sangat berpengaruh sekali terhadap baik atau buruknya dalam
permainan, maka dengan metode latihan ketepatan pukulan dan daya tahan
pukulan akan lebih maksimal saat memainkan bola dengan durasi yang lebih
lama.
gerakan yang salah dan teknik pukulan tidak dikuasai dengan baik. Sering
6
biasanya anak langsung bermain tenis meja. Siswa dibiarkan bermain dengan
Sedangkan guru santai duduk memperhatikan mereka atau bahkan tidak diawasi.
tercapai. Untuk mencapai tujuan yang maksimal, seorang guru harus kreatif dalam
menyajikan materi dengan berbagai cara agar bahan praktek yang disajikan dapat
anak kemudian di tinggal begitu saja. Selain itu, guru hanya melihat tanpa
memberikan arahan – arahan bagaimana cara teknik memukul bola yang benar.
Namun dilihat dari faktor teknik yang belum memadahi mengakibatkan kualitas
dalam bermain jauh dengan apa yang diharapkan. Kurangnya sarana dan
perkembangan anak dalam bermain tenis meja dan mencapai prestasi maksimal.
perhatian dari guru atau pelatih. Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan
didik dalam bermain tenis meja, sehingga akan mendukung keterampilan bermain
tenis meja.
guru belum menerapkan metode latihan yang baik, guru hanya menekankan
kepada siswa sekedar dapat melakukan pukulan forehand dan backhand tanpa
7
memperhatikan teknik yang benar atau salah. Atas dasar inilah, penulis ingin
B. Identifikasi Masalah
sebagai berikut:
5. Kurangnya perhatian dari guru dalam melatih teknik permainan tenis meja.
C. Batasan Masalah
ketepatan pukulan forehand dan backhand pada peserta ekstrakurikuler tenis meja
D. Perumusan Masalah
8
1. Adakah pengaruh metode latihan beban terhadap ketepatan pukulan forehand
pada peserta ekstrakurikuler tenis meja tahun 2019 di SMA Negeri 2 Subang?.
pada peserta ekstrakurikuler tenis meja tahun 2019 di SMA Negeri 2 Subang?”.
E. Tujuan Penelitian
latihan beban terhadap ketepatan pukulan forehand dan backhand pada peserta
F. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
b. Dapat digunakan sebagai acuan penelitian lain sejenis untuk mengupas lebih
jauh tentang pengaruh metode latihan beban terhadap ketepatan pukulan forehand
2. Praktis
Bagi guru dan pelatih, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
3. Peneliti
9
a. Menambah pengetahuan tentang dunia pendidikan serta melatih peneliti dalam
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
Menurut Utama, dkk.(2005: 5), “pada dasarnya bermain tenis meja adalah
psikis dalam suatu permainan tenis meja. ”Permainan tenis meja adalah suatu
dan bola sebagai alatnya. Permainan ini diawali dengan pukulan pembuka
(service) yaitu bola dipantulkan di meja sendiri lalu melewati atas net lalu
memantul di meja lawan, kemudian bola tersebut dipukul melalui atas net harus
memantul ke meja lawan sampai meja lawan tidak bisa mengembalikan dengan
diharapkan pihak lawan tidak dapat mengembalikan bola. Dari beberapa pendapat
bola kecil yang menggunakan meja untuk memantulkan bola ke daerah lawan
dengan mengawali service sebagai pukulan awal dengan menggunakan raket dan
diarahkan ke daerah yang susah dijangkau lawan bertujuan untuk lawan tidak bisa
11
a. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permainan Tenis Meja
Menurut Gunarsa (2004: 3-5) ada tiga faktor mental yang menjadi penentu
keberhasilan seorang atlet, dan kita menyadari bahwa permainan seorang atlet
1) Faktor fisik
Jika membicarakan mengenai faktor fisik, maka tidak perlu adanya proses untuk
membentuk suatu kondisi fisik menjadi seperti apa yang ditargetkan. Hal ini
dicapai melalui prosedur latihan yang baik, teratur, sistematis dan terencana
permainan tenis meja permainan bola kecil untuk menmpatkan bola ke bidang
diperlukan karena untuk mengarahkan datangnya bola dan kecepatan bola agar
oleh lawan.
2) Faktor teknik
dikembangkan menjadi suatu tampilan yang harus dikuasai. Atlet tenis meja harus
12
bisa menguasai beberapa teknik, diantaranya teknik pukulan, teknik olah kaki
(footwork). Pemain tenis meja jika memiliki kemampuan teknik pukulan yang
baik dapat mengantisipasi jenis pukulan apapun. Sebaliknya dengan teknik olah
kaki baik maka dalam mengantisipasi datangnya bola, kaki selalu siap untuk
atlet tenis meja bisa berlatih secara teratur dan terprogram agar bisa menguasai
3) Faktor psikis
Faktor psikis dapat mempengaruhi prestasi semua para atlet. Seorang atlet
tidak mungkin mencapai prestasi yang luar biasa apabila tidak memiliki dorongan
yang kuat dari dalam dirinya untuk berprestasi sebaik mungkin. Atlet dalam
kesulitan dan semua pukulan pasti akan ragu-ragu akibat kesalahan sendiri.
mengembangkan teknik bermain tenis meja dengan baik, kita harus benar – benar
menguasai teknik dasar dalam bermain tenis meja. Menurut Tomoliyus (2012: 2),
pukulan forehand dan backhand”. Secara umum pukulan forehand dan backhand
yang penting dalam permainan tenis meja ada tujuh macam, yaitu pukulan drive,
pukulan push, pukulan block, pukulan chop, pukulan service, pukulan smash,
pukulan flick.
1) Pukulan Drive
13
Kertamanah (2003: 7), “drive adalah pukulan yang paling kecil tenaga
gesekannya. Pukulan drive sering juga disebut lift, merupakan dasar dari berbagai
jenis pukulan serangan. Drive merupakan salah satu teknik pukulan yang sangat
a) Tinggi atau rendah bola di atas ketinggian garis net mudah dikuasai.
e) Dapat dilancarkan disetiap posisi titik bola di atas meja tanpa merasakan
kesulitan terhadap bola berat (bola-bola yang bersifat membawa putaran), ringan,
cepat, lambat, tinggi maupun rendah serta terhadap jenis putaran pukulan.
Menurut Damiri dan Kusnaedi (1992: 95), “drive adalah teknik pukulan yang
dilakukan dengan gerakan bet dari bawah serong ke atas dan sikap bet tertutup”.
merupakan teknik dasar dari segala jenis pukulan serangan yang dilakukan dengan
gerakan bet dari bawah serong ke atas dan sikap bet tertutup.
2) Pukulan Push
perkembangan teknik block, sehingga disebut juga pukulan push block. Pada
dasamya pukulan push atau pukulan mendorong sangat bervariasi, yaitu meliputi
push datar, push menggesek dan lain-lain. Pukulan-pukulan push ini biasanya
merupakan pukulan jarak dekat dan jarak tengah. Teknik ini merupakan teknik
14
pukulan bertahan yang paling penting dan berperan aktif dalam permainan.
a) Bola push dapat dijadikan alat yang bersifat penjagaan untuk melewati situasi
transisi, yang dapat juga diubah menjadi 1 pukulan mendorong berupa serangan
balik.
b) Bola push termasuk bola polos, dengan bola pertahanan yang mengandung arti
satu pukulan penting bagi para pemain serang cepat didekat meja, khususnya bagi
Menurut Hodges (1996: 64), “push adalah pukulan backspin pasif yang
menghadapi service backspin atau serangan yang tidak menyenangkan, baik untuk
alasan taktik atau karena pushing merupakan cara yang lebih konsisten untuk
kesimpulan bahwa push adalah teknik memukul bola dengan gerakan mendorong
dan merupakan teknik pukulan bertahan yang paling penting dan berperan aktif
3) Pukulan Block
Dalam bermain tenis meja kita tidak bisa selalu melakukan serangan. Ada
kalanya kita harus dapat bertahan untuk menghadapi serangan dari lawan.
Kertamanah (2003: 7), “block selalu digunakan dekat meja, sehigga sering disebut
15
block pendek”. Ada 2 macam pukulan block, yaitu block datar dan block redam.
Menurut Hodges (1996: 72), “block adalah pukulan yang dilakukan tanpa
mengayunkan bet tetapi hanya menahan bet tersebut”. Block termasuk pukulan
dari pukulan, untuk itu kebanyakan pelatih mengajarkan block terlebih dahulu
kesimpulan bahwa block adalah teknik memukul bola dengan gerakan menahan
bet untuk menahan laju bola keras agar lebih terkontrol dengan sikap bet tertutup.
4) Pukulan Chop
Pukulan chop dalam permainan tenis meja salah satu teknik dasar sangat
penting saat bermain. Seorang pemain tidak bisa selalu melakukan pukulan
(chooper) mundur sekitar 5 hingga 15 kaki dari meja, mengembalikan bola rendah
5) Pukulan Service
16
Menurut Hodges (2007: 64) service adalah pukulan yang dilakukan untuk
memulai permainan tenis meja. Menurut Tomoliyus (2012: 13) dalam permainan
tenis meja ada dua macam service yaitu (1) service forehand, dan (2) service
backhand. Service forehand adalah service yang dilakukan dengan bagian depan
bet/raket, di sebelah kanan badan bagi seorang pemain yang memegang bet
dengan tangan kanan atau sebelah kiri badan bagi seorang pemain kidal. Service
kepala bet.
Menurut Damiri dan Kusnaedi (1992: 72) service adalah teknik memukul
terlebih dahulu bola tersebut ke meja server, kemudian harus melewati atas net
telapak tangan dan kemudian dipukul menggunakan bet melewati atas net dan
6) Pukulan Smash
pukulan smash yang akurat. Pukulan smash yang akurat dan keras dapat mencetak
point dengan mudah. Menurut Hodges (1996: 111), “smash adalah pukulan
backhand atau forehand yang sangat keras dan mempunyai fungsi untuk
mematikan lawan”.
7) Pukulan Flick
17
Menurut Damiri dan Kusnaedi (1992: 105), “flick adalah gerakan
dekat net dengan pukulan serangan”. Sedangkan Hodges (1996: 92), “flick adalah
pengembalian bola pendek yang agressif, pukulan ini dilakukan bila bola tersebut
akan memantul dua kali di sisi meja bila dibiarkan”. Berdasarkan beberapa
serangan yang dilakukan apabila bola di tempatkan dekat net dan dilakukan secara
tenis meja. Menurut Sutarmin (2007: 21) pukulan forehand adalah pukulan bola
Pukulan forehand dianggap pukulan yang penting karena tiga alasan, yaitu
melakukan smash.
pemain yang menggunakan tangan kiri sebalik. Pada pukulan forehand posisi
telapak tangan yang memegang bet menghadap ke depan pada waktu memukul
bola. Sedangkan pukulan backhand posisi telapak tangan yang memegang bet
18
memukul bola. Berdasar beberapa pendapat diatas, menunjukkan bahwa pukulan
forehand tenis meja merupakan pukulan yang digunakan untuk menyerang dari
sisi forehand dengan posisi telapak tangan yang menghadap ke depan. Pukulan
forehand mempunyai banyak kelebihan yaitu, lebih kuat jika melakukan pukulan
atau smash. Hal ini karena posisi forehand tidak dihalangi tubuh saat melakukan
ayunan ke belakang.
Pukulan backhand merupakan salah satu teknik dasar tenis meja yang
harus dimiliki para pemain tenis meja. Menurut Hodges (2007: 35), “backhand
adalah pukulan yang dilakukan dengan menggerakkan bet ke arah kiri siku bagi
pemain yang menggunakan tangan kanan dan kebalikannya bagi pemain yang
Menurut Adi dan Mu’arifin (1994: 17), “pukulan backhand adalah pertama
rendahkan posisi tubuh lalu gerakan tangan ke arah pinggang sebelah kiri jika
tidak kidal, dengan sudut siku sembilan puluh derajat”. Gerakkan tangan dan bet
ke arah depan, jaga siku agar tetap sembilan puluh derajat dan bet tetap lurus.
memukul bola yang berada di sebelah kiri untuk pemain yang menggunaka tangan
kebelakang atau punggung tangan menghadap ke depan pada saat memukul bola.
backhand adalah sikap permulaan lengan yang memegang bet ditarik mendekati
19
tubuh, dengan sedikit di bawah bahu kiri sudut bet terbuka”. Saat perkenaan bola
mencapai titik pantulan tertinggi. Pada saat melakukan gerakan berat badan dari
sampai tangan lurus. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa pukulan backhand adalah gerakan pukulan dalam tenis meja dengan posisi
tangan mengahadap ke depan pada saat memukul bola dan dilakukan pada saat
bola berada di sebelah kiri, posisi kaki kiri berada didepan sedikit dari kaki kanan.
4. Hakikat Metode
Metode merupakan cara bagi seorang guru atau pelatih untuk membantu
bahwa metode dapat diartikan sebagai proses atau prosedur yang hasilnya adalah
belajar atau dapat pula merupakan alat melalui makna belajar menjadi aktif. Hal
kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.
adalah cara yang digunakan dengan tujuan membantu guru dalam mencapai
bertahap, agar dalam menyampaikan materi bisa mudah di pahami olah siswa.
5. Hakikat Beban
kepada atlet dalam latihan yang dapat menimbulkan efek latihan . Tuntutan dan
20
rangsangan yang dimaksud bisa dalam bentuk tuntutan dan rangsangan fisik dan
bisa juga dalam bentuk rangsangan psikis (mental). Dalam bentuk fisik misalnya
seperti barbell, dumble atau beban tubuh sendiri seperti lari, loncat dan lain
sebagainya. Sedangkan dalam bentuk tuntutan psikis adalah segala sesuatu yang
bersifat non fisik yang dapat dapat mempengaruhi atlet secara psikologis seperti
Beban dapat dibedakan atas beban luar dan beban dalam di satu sisi, dan
beban fisik dan beban psikis di lain sisi. Namun yang lebih populer dibahas dalam
teori training adalah pengelompokkan yang pertama yaitu beban luar (outer loads)
dan beban dalam (inner loads), meskipun pada prinsipnya cukup sulit
yang berkaitan dengan intensitas, volume, interval, durasi dan frekuensi beban
(Rothig & Grossing, 1985: 59). Kelima faktor inilah yang merupakan karakteristik
atau ciri pembebanan latihan yang akan dijelaskan pada bagian berikutnya. Beban
luar dapat merangsang timbulnya beban dalam, yang diartikan sebagai efek-efek
dan biokemis. Beban dalam pada prinsipnya ditimbulkan oleh beban luar yang
indikator perubahan akibat pengaruh beban luar terhadap beban dalam adalah
disebabkan oleh pembebanan secara fisik, tetapi juga disebabkan beban psikis.
21
a. Pengertian latihan
pembebanan yang diberikan secara progresif. Selain itu, latihan merupakan upaya
dalam proses latihan harian untuk meningkatkan kualitas fungsi sistem organ
geraknya.
prinsip latihan yang seluruhnya dapat dilaksanakan sebagai pedoman dalam satu
kemampuan yang tidak sama antara yang satu dan yang lainya. Artinya bahwa
dan cara olahragawan dalam mensikapi kegiatan latihan. Oleh karena itu, dalam
Dengan demikian untuk setiap olahragawan beban latihanya harus tepat sesuai
22
berlatih melatih, sehingga kemampuan manusia dapat dipengaruhi dan diubah
melalui latihan. Latihan menyebabkan timbunya proses adaptasi bagi organ tubuh.
berbeda-beda antara yang satu dan yang lainya. Hal itu antara lain tergantung dari
usia olahragawan, usia (lama) latihan, kualitas kebugaran otot, kualitas kebugaran
3) Prinsip Beban Lebih (Overload) Beban latihan harus mencapai atau sedikit
rangsang saat latihan. Hal itu akan mengakibatkan sakit dan latihan yang
berlebihan (over training). Beban latihan harus diberikan secara progresif dan
meningkatkan kualitas fisik cara yang harus ditempuh ialah berlatih dengan
melawan atau mengatasi beban latihan. Bila tubuh sudah beradaptasi dengan
beban latihan yang sudah ditentukan selama waktu tertentu, maka beban latihan
berikutnya harus ditingkatkan. Oleh karena itu dalam setiap latihan harus selalu
dipantau dengan cara mencatat dan melakukan tes pada waktu tertentu sebagai
dasar untuk menentukan beban latihan pada latihan berikutnya. Selain itu para
salah satu dasar dalam menentukan beban latihan Adapun cara meningkatkan
beban latihan, antara lain melali: (a) diperberat, (b) dipercepat, dan (c) diperlama
23
4) Prinsip Progresif (Peningkatan) Prinsip ini terkait erat dengan prinsip beban
lebih (overload), karena dengan pemberian beban yang bersifat progresif akan
berarti juga memberikan beban yang lebih overload. Selain itu, latihan bersifat
progresif, artinya latihan harus dilakukan secara ajeg, maju, dan berkelanjutan.
Ajeg berarti latihan harus dilakukan secara kontinyu, tidak kadang-kadang. Maju
sebelumnya. Untuk itu, dalam menerapkan prinsip beban lebih harus dilakukan
secara bertahap, cermat, terus-menerus, dan tepat. Artinya setiap tujuan latihan
memiliki jangka waktu tertentu untuk dapat diadaptasi oleh olahragawan. Setelah
jangka waktu adaptasi dicapai, maka beban latihan harus mulai ditingkatkan. 5)
khusus oleh setiap olahragawan. Untuk itu, materi latihan harus dipilih sesuai
dalam prinsip spesifikasi, antara lain mencakup: (a) spesifikasi kebutuhan energi,
(b) spesifikasi bentuk atau model latihan, dan (c) spesifikasi pola gerak dan
6) Prinsip Latihan bervariasi Proses latihan yang lama dan monoton akan
akan mengakibatkan kelelahan baik yang bersifat fisik maupun psikis. Untuk itu,
terhindar dari rasa bosan (boring). Dalam memvariasikan beban latihan dapat
dilakukan dengan cara mengubah bentuk atau model, tempat, sarana dan
24
prasarana latihan serta teman berlatihnya. Namun dengan catatan, meskipun
latihan di buat bervariasi, tetapi latihan harus tetap mengacu kepada tujuan dan
7) Prinsip Pemanasan dan Pendinginan (Warm up dan cooling down) Dalam satu
pertemuan latihan selalu diawali dengan pemanasan dan diakhiri pula dengan
pendinginan (penenangan). Oleh karena itu dalam satu sesi (tatap muka) latihan
selalu mengandung unsur-unsur yang terdiri dari: (a) pemnasan, (b) latihan inti,
(c) latihan suplemen, dan (d) penutup. Untuk mengantar memasuki latihan inti
latihan inti diperlukan latihan suplemen yang dapat berupa bermain atau bentuk
latihan fisik dengan intensitas yang disesuiakan dengan tujuanya. Untuk itu pada
secara fisiologis agar tubuh kembali normal secara bertahap dan tidak mendadak.
Adapun tujuan akhir dari suatu proses latihan adalah mencapai prestasi optimal.
Untuk dapat meraih prestasi terbaik, memerlukan proses latihan dan jangka waktu
yang panjang. Oleh karena berbagai kemampuan dan keterampilan harus dikuasai,
sehingga diperlukan waktu yang lama agar olahragawan dapat mengadaptasi dan
12 tahun yang dilakukan secara teratur, intensif dan progresif. Untuk itu latihan
25
yang memerlukan waktu vukup lama tersebut, pentahapan tujuanya dijabarkan ke
bila olahragawan berhenti dari latihan, maka kualitas organ tubuhnya akan
mengalami penurunan secara otomatis. Adaptasi yang terjafi sebagai akibat dari
hasil latihan akan menurun atau bahkan hilang, bila tidak dipraktekan atau
dipelihara melalui latihan yang kontinyu. Untuk itu prinsip progresif harus selalu
beban latihan yang diberikan tidak terlalu berat dan juga tidak terlalu ringan.
Sebab, bila beban latihan terlalu ringan tidak akan berdampak terhadap
11) Prinsip Sistematik Prestasi olahragawan sifatnya adalah labil dan sementara,
(dosis) dan skala prioritas dari sasaran latihan. Setiap sasaran latihan memiliki
aturan dosis yang berbeda, sehingga akan membantu proses adaptasi ke dalam
organ tubuh. Dosis latihan yang selalu berat setiap tatap nuka akan meyebabkan
overtraining, sebaliknya dosis yang selalu ringan tidak memiliki dampak pada
organ tubuh. Oleh karena itu latihan harus dilakukan secara sistematik, sehingga
perlu skala prioritas latihan disesuaikan dengan tujuanya. Adapun skal prioritas
26
latihan merupakan urutan sasaran latihan utama yang disesuaikan dengan
periodisasi.
maka beban harus di tambah. Otot yang sudah terbiasa dengan beban yang ringan
maka harus dilatih dengan menambah beban latihan agar otot dapat berkontraksi
secara maksimal. Dalam metode latihan beban menggunakan bet besi beban yang
latihan bet besi ditingkatkan menjadi 55 gerakan. Hal tersebut diharapkan otot
ketepatan pukulan.
Latihan dalam mencapai hasil yang sesuai dengan harapan harus bersifat
khusus, yaitu khusus dalam mengembangkan dalam tubuh atlet sesuai dengan
otot yang dilatih, variasi latihan dan jenis kontraksi otot. Pada metode latihan
beban latihan pembebanan diarahkan pada kekuatan otot lengan agar otot dapat
27
3). Prinsip intensitas latihan
Intensitas latihan melihat pada jumlah beban yang diberikan dalam setiap
minggu untuk mengatur berat ringannya beban yang dilakukan saat latihan.
yang diberikan. Pada metode latihan beban menggunakan bet besi setiap minggu
gerakan tersebut dan tidak boleh lebih dari waktu yang di tentukan.
Latihan yang baik dan berkualitas adalah yang penuh dengan makna dan
harus dilandasi dengan konsep tujuan yang jelas apa yang haru di berikan dan apa
yang harus dilakukan oleh atlet. Latihan atau program yang di berikan walaupun
kurang intensif , namun lebih bermutu dari pada yang latihan intensif namun tidak
dengan konsep tujuan dari metode tersebut agar, program program yang telah di
buat dapat berjalan dengan lancar dan berdampak baik dan juga meningkatkan
Perencanaan latihan yang berasal dari kata training adalah penerapan dari
materi teori dan praktek, metode, dan aturan pelaksanaan sesuai dengan tujuan
dan sasaran yang akan dicapai (Sukadiyanto, 2010: 6). Latihan yang baik adalah
Pada treatmen yang saya berikan dalam upaya meningkatkan ketepatan pukulan
28
dalam permainan tenis meja adalah menggunakan bet besi. Bet besi merupakan
salah satu model latihan yang berfungi untuk menguatkan otot pada bagian lengan
agar dalam melakukan dapat melakukan pukulan yang konsisten apabila memiliki
otot yang yang kuat. Kekuatan otot lengan yang baik berpengaruh dalam daya
tahan tangan dalam melakukan pukulan forehand maupun backhand. Oleh karena
itu, dengan metode latihan beban ini diharapkan bisa meningkatkan ketepatan
pukulan forehand dan backhand sehingga keterampilan dalam bermain tenis meja
7. Hakikat Ketepatan
pukulan forehand dan backhand yang baik. Tidak hanya teknik yang baik tetapi
juga harus diimbangi dengan ketepatan pukulan yang baik pula. Ketepatan
pukulan harus dimiliki oleh para atlet tenis meja karena apabila memiliki
yang datang.
Permainan tenis meja diperlukan pukulan yang tepat sasaran, sehingga atlet dapat
sasaran tergantung dari metode yang dilatih atau yang diberikan oleh pelatih,
salah satunya untuk meningkatkan ketepatan dalam tenis meja yaitu metode
latihan beban.
Latihan beban menggunakan bet besi ini sangat menunjang dalam latihan
29
menempatkan pukulan forehand dan backhand ke sasaran tergantung dalam
pemain yang masih pemula harus melakukan latihan di klub-klub atau yang ada
forehand dan backhand yang baik. Tidak hanya teknik yang baik tetapi juga harus
diimbangi dengan ketepatan pukulan yang baik pula. Ketepatan pukulan harus
dimiliki oleh para atlet tenis meja karena apabila memiliki ketepatan pukulan yang
baik lawan akan kewalahan dalam mengantisipasi pukulan yang datang. Banyak
a. Faktor Psikis
teknik pukulan akan kesulitan dan semua pukulan pasti akan ragu-ragu akibat
kesalahan sendiri. Psikis merupakan faktor yang muncul dari diri dalam
seseorang. Hal tersebut muncul karena beberapa pengaruh antara lain : pengaruh
teknik yang dimiliki, dan lain-lain. Mengatasi hal tersebut maka, setiap atlet harus
begitu atlet mampu melakukan pukulan dengan yakin dan dapat menempatkan
b. Faktor Teknik
30
Faktor teknik merupakan yang wajib dimiliki seorang atlet yang harus
Atlet tenis meja harus bisa menguasai beberapa teknik, salahsatunya teknik
pukulan. Pemain tenis meja jika memiliki kemampuan teknik pukulan yang baik
pukulan seorang atlet tenis meja bisa berlatih secara teratur dan terprogram agar
forehand maupun backhand sudah dikuasai dengan baik akan berdampak baik
c. Faktor Fisik
Jika membicarakan mengenai faktor fisik, maka tidak perlu adanya proses untuk
membentuk suatu kondisi fisik menjadi seperti apa yang ditargetkan. Hal ini
dicapai melalui prosedur latihan yang baik, teratur, sistematis dan terprogram
Dari berbagai faktor yang saya sebutkan diatas dalam penelitian saya
mengambil salah satu tersebut yaitu faktor ketepatan. Ketepatan merupakan salah
satu faktor penting dalam permainan tenis meja karena dalam melakukan teknik
pukulan ketepatan sangat diperlukan. Atlet yang memiliki ketepatan pukulan yang
31
9. Hakikat Ekstrakurikuler
(tatap muka) baik dilaksanakan di sekolah maupun di luar sekolah dengan maksud
yang telah dimilikinya dari berbagai bidang studi (Usman & Setiawati 1993:22).”
diselenggarakan sekolah untuk mewadahi bagi siswa yang memiliki bakat dan
(2009) : Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh
bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan
pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau
yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan
32
b. Menumbuhkan dan mengembangkan berbagai macam nilai, kepribadian
bangsa, sehingga terbentuk manusia yang berwatak, beriman dan berbudi pekerti
luhur.
c. Membina bakat dan minat, sehingga lahir manusia yang terampil dan mandiri.
dan pengetahuan para siswa yang berkaitan dengan mata pelajaran sesuai dengan
sebagai berikut :
siswa-siswa berprestasi yang dilatih oleh guru maupun pelatih agar kemampuan
dan bakat yang dimiliki menjadi lebih berkembang dan menghasilkan prestasi
diajang perlombaan.
33
B. Penelitian yang Relevan
drive dan backhand drive. Teknik analisis data menggunakan uji-t, melalui uji
uji-t pukulan forehand mendapatkan 4,710 sebesar dan t table 2,365 dan pukulan
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
backhand pada peserta didik ekstrakurikuler tahun 2016/2017 tenis meja SMA N
2 Subang.
Dalam Permainan Tenis Meja Pada Mahasiswa FIK UNM”. Penelitian ini
34
yang digunakan adalah siswa putra sebanyak 30 orang. Teknik penentuan sampel
adalah dengan pemilihan secara acak dengan cara undian (Simple Random
Sampling). Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis
regresi (r), dan analisis regresi ganda (R) pada taraf signifikan α = 0,05. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa; (1) Ada hubungan kekuatan otot lengan dengan
kemampuan servis dalam permainan tenis meja pada mahasiswa FIK UNM,
dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,68 (Pvalue < 0,05); (2) Ada hubungan
meja pada mahasiswa FIK UNM, dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,754
(Pvalue < 0,05); (3) Ada hubungan antara kekuatan otot lengan dan kelentukan
permainan tenis meja pada mahasiswa FIK UNM, dengan nilai koefisien korelasi
ganda sebesar 0,834 (Pvalue < 0,05); dan nilai F hitung (F) sebesar 30,896.
C. Kerangka Berfikir
kemampuan keterampilan yang baik mulai dari faktor teknik, fisik, dan
ketepatan pukulan yang tinggi. Pukulan forehand dan backhand harus dikuasai
siswa karena dalam permainan tenis meja kedua faktor pukulan tersebut sangat
menentukan dalam reflek menantisipasi datangnya bola dari arah lawan sehingga
dapat di kembalikan dengan baik. Teknik dasar pukulan sangat penting dalam
tenis meja yang harus dikuasai oleh pemain tenis meja, oleh karena itu dalam
membentuk teknik ketepatan pukulan forehand dan backhand yang baik pada
35
bimbingan dari seorang guru agar dalam pelaksanaan lebih terstruktur dan
terorganisir secara terus menerus agar para siswa lebih serius dalam berlatih agar
Metode latihan beban menggunakan bet besi salah satu cara untuk
menguatkan otot lengan sehingga dalam bermain tenis meja siswa dapat
pukulan dalam bermain tenis meja, maka peneliti berkeinginan untuk meneliti
D. Hipotesis Penelitian
penelitian sebagai berikut : ada pengaruh metode latihan beban terhadap ketepatan
pukulan forehand dan backhand pada peserta ekstrakurikuler tenis meja tahun
36
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
O1 → X → O2
Keterangan :
X : Treatment / perlakuan
Dalam penelitian ini tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu pretest sebelum
treatment dan postest sesudah treatment. Perbedaan antara pretest dan posttest ini
merupakan efek dari treatment. Sehingga hasil dari treatment diharapkan dapat
diketahui lebih akurat, karena terdapat perbandingan antara keadaan sebelum dan
sesudah diberi treatment. Treatment yang di berikan berupa latihan beban dengan
menggunakan bet besi.
38
B. Definisi Operasional Variable Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Dua variabel bebas, yaitu metode latihan beban, dan variable terikatnya
adalah ketepatan pukulan forehand dan backhand. Adapun definisi opeasional
yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Variable bebas: metode latihan beban adalah salah satu bentuk program latihan
untuk membentuk kemampuan melakukan ketepatan pukulan saat melakukan
permainan tenis meja. Latihan ini dapat dilakukan oleh seluruh peserta
ekstrakurikuler tenis meja di SMA Negeri 2 Subang.
1. Populasi
2. Sample
39
Maka terbentuk satu kelompok yang akan dijadikan sampel sebanyak 10
siswa. Perlakuan yang diberikan kepada subjek diharapkan dapat diketahui
manfaat dan kemajuannya.
“Menurut instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjanya lebih mudah dan hasilnya
lebih baik, sehingga lebih mudah diolah” (Arikunto, 2006: 160). Instrumen yang
digunakan untuk mengumpulkan data sebagai berikut :
Y
5
40
Y
5
Keterangan:
X: Testi
Y: Pengumpan
a. Petunjuk tes :
b. Petunjuk penskoran:
41
1) Penskoran dilakukan 3 orang, 1 orang pencatat, 1 orang pemegang stopwatch,
dan 1 orang mengamati bola masuk sasaran.
2) Bola yang masuk sasaran 30 cm persegi bernilai 5, dan bola yang masuk
sasaran daerah 60 cm persegi diberi nilai 3, bola yang tidak masuk sasaran
sisanya bernilai 1.
b. Rencana Pelaksanaan
42
Bentuk perlakuan/treatment sebanyak 16 kali latihan seminggu 3 kali
pertemuan, sebelum treatment melakukan terlebih dahulu pre test. Setelah pre test
dilakukan maka melakukan treatment metode latihan menggunakan bet besi pada
minggu pertama melakukan gerakan kekuatan otot lengan sebanyak 45 kali
gerakan forehand dan backhand. Setiap minggu beban di tambah sebanyak 10
gerakan. Bentuk gerakan seperti pukulan drive forehand dan backhand. Setelah
melakukan 16 kali latihan dilanjutkan dengan melakukan pengukuran kembali
post test. Setelah semua data di dapatkan pre test dan post test kemudian data
tersebut diolah untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan ketepatan pukulan
forehand dan backhand secara signifikan atau tidak.
1. Uji Normalitas
2. Uji Homogenitas
3. Uji-t
43
Analisis data pada penelitian ini menggunakan Uji-t. Uji-t digunakan
untuk menguji hipotesis pada penelitian ini. Kaidah yang digunakan untuk
mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh signifikan adalah apabila nilai t
hitung lebih besar dari t-tabel (t-hitung > t-tabel) maka Ho ditolak dan jika nilai
nilai t-hitung lebih kecil dari t-tabel (t-hitung < t-tabel) maka Ha diterima (Santosa
dan Ashari, 2005: 34).
Hasil penelitian meliputi hasil belajar siswa, hasil observasi aktivitas guru,
dan hasil observasi aktivitas siswa dari siklus I, dan II. Masing-masing hasil
Pada penelitian ini, hasil belajar diperoleh dari hasil tes (posttest) pada
mata pelajaran kimia yang dinilai dari aspek kognitif yang diberikan pada setiap
saintifik di Sekolah dasar negeri Kalapa Kembar di Kota Subang didapatkan hasil
belajar siswa terus meningkat pada setiap siklus. Hasil belajar yang diperoleh
44
Tabel 4.1 hasil belajar siswa siklus 1, dan siklus 2
45
66 69 80
46
Hasil Belajar
18
16
14
12
10
Axis Title
8
belajar tercapai jika > 85% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai > 70.
Dari hasil pengamatan proses belajar mengajar pada siklus I dan II, didapatkan
1. Terlalu banyaknya soal yang berupa reaksi dan sulit, sehingga siswa tersebut
setelah pelajaran matematika adalah jam istirahat sehingga siswa ingin segera
47
kemampuan tinggi, sedang dan ada juga yang mempunyai kemampuan yang
rendah di dalam proses pembelajaran sehingga dalam proses belajar mengajar ada
siswa yang selalu aktif dalam bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru, tetapi
4. Dalam mengerjakan LKS, kerja sama antar anggota kelompok masih kurang.
Hal itu terlihat pada saat diskusi, siswa yang berkemampuan rendah cenderung
tersebut. Sehingga siswa belum dapat mengerjakan soal dengan baik dan secara
pendapatnya sehingga guru tidak mengetahui apakah para siswa telah memahami
Hasil belajar yang terus meningkat dari siklus I sampai siklus II tidak
terlepas dari peningkatan keaktifan guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.
Aktivitas guru dan siswa yang diamati dalam pembelajaran kimia dengan
pendekatan saintifik adalah aktivitas guru dan siswa selama proses belajar
kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament) dengan pendekatan saintifik dan
hasil analisis lembar observasi guru dan siswa dari penelitian yang telah dilakukan
48
dengan menerapkan model kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament)
Tabel 4.3. Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Pada Siklus I, II
Dari tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru dan siswa
tetapi guru tidak menuliskan dan menjelaskan apa maksud dari tujuan
pembelajaran itu.
kurang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa atau siswa dengan guru.
3. Guru masih kurang dalam membimbing siswa dalam proses diskusi kelompok.
hasil diskusi dan guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
5. Masih kurangnya guru memotivasi siswa dan guru kurang melibatkan siswa
49
Sedangkan aktivitas siswa yang belum terlaksana dengan baik pada prasiklus ,
yaitu :
1. Kesiapan siswa dalam menyiapkan alat dan bahan belajar, seperti buku tulis,
buku cetak, dan peralatan tulis lainnya masih sangat kurang.ini terlihat dari hanya
sebagian siswa saja yang telah menyiapkan alat dan bahan belajar di atas meja
belajar masing-masing.
3. Masih sangat sedikit siswa yang mau bekerja sama dalam diskusi kelompok.
5. Pada saat siswa mengerjakan posttest, masih banyak siswa yang mengisinya
dengan asal-asalan.
6. Kurang jelasnya atau kurang tegasnya guru dalam menyampaikan tata cara
permainan akademik games dan turnamen sehingga masih banyak siswa yang
8. Guru kurang tegas dalam menentukan waktu setiap kegiatan belajar mengajar,
50
Tabel 4.4 Refleksi Siklus I
51
12 Siswa kurang mampu Guru hendaknya
menjawab dan memberi pertanyaan
bertanya terhadap atau masalah dengan
masalah atau singkat dan jelas serta
pertanyaan yang sesuai dengan
diajukan guru kemampuan siswa
agar siswa dapat
memahaminya
13 Siswa kurang bekerja Guru hendaknya
sama dalam diskusi mampu
kelompok mengorganisasikan
siswa agar mampu
bekerja sama dan
saling membantu agar
tidak ada yang lebih
mendominasi dalam
kegiatan
pembelajaran
52
siswa dalam membimbing siswa
mengerjakan tugas dan mengarahkan
mandiri dan siswa agar siswa lebih
kelompok mudah untuk
memahaminya
18 Kurangnya motivasi Guru harus memberi
siswa dalam penguatan dan
mengikuti proses semangat lagi agar
pembelajaran siswa lebih
termotivasi
1. Guru masih terlihat kurang dalam membimbing siswa dalam proses kerja sama
hasil diskusi.
3. Masih kurangnya guru memotivasi siswa dan guru kurang melibatkan siswa
Sedangkan aktivitas siswa yang belum terlaksana dengan baik pada siklus I,
yaitu :
2. Siswa masih kurang berbagi peran dan aktif bekerja sama dengan anggota
mengajukan pertanyaan, ini terlihat dari hanya sekitar 5-8 siswa yang aktif.
53
4. Kemampuan siswa dalam menyimpulkan hasil pembelajaran masih kurang, ini
54
lebih melibatkan
siswa lagi agar siswa
lebih semangat lagi
dalam mengikuti
pelajaran
55
sekitar 5-8 siswa pertanyaan tentang
yang aktif. hasil diskusi.
7 Kemampuan siswa Guru lebih banyak
dalam memberi arahan dan
menyimpulkan hasil pertanyaan yang
pembelajaran masih memacu siswa dalam
kurang, ini terlihat menyimpulkan materi
hanya beberapa pelajaran
siswa yang berani
menyimpulkan hasil
pembelajaran.
Kekurangan yang dilakukan guru pada siklus II, yaitu : masih kurangnya
Sedangkan aktivitas siswa yang belum terlaksana dengan baik pada siklus II, yaitu
4.2 Pembahasan
56
kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima suatu tahapan pencapaian
pengalaman belajar. Berdasarkan data hasil belajar siswa secara umum pada
penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model kooperatif tipe TGT (Team
siswa di setiap siklus. Hasil belajar pada siklus I didapatkan 0% siswa yang tuntas
dalam mengerjakan soal posttest. Ini artinya adalah tidak ada satupun siswa yang
bisa mendapatkan nilai > 75 sehingga proses belajar mengajar pada prasiklus
belum tuntas. Pada siklus I, hasil belajar yang diperoleh dari mengerjakan soal
posttest meningkat drastis, yaitu 66,67%. Tetapi proses belajar mengajar pada
siklus I juga belum tuntas karena ketuntasan belajar belum mencapai 85%, yaitu
16 siswa dari 30 siswa yang bisa mendapatkan nilai > 75. Pada siklus ke-II hasil
pada siklus II sebesar 66,67% menjadi 87,50% pada siklus II. Artinya pada siklus
II ada 21 siswa dari 30 siswa yang hasil belajarnya memenuhi nilai standar
kelulusan, yaitu > 75 sehingga proses belajar mengajar pada siklus II dikatakan
berhasil atau tuntas karena > 85% siswa berhasil mencapai nilai > 75. Peningkatan
hasil belajar siswa yang selalu meningkat pada setiap siklus karena setelah guru
kooperatif tipe TGT dengan pendekatan saintifik yang telah diterapkan. Pada
kesempatan kepada setiap peserta didik untuk secara langsung terlibat dalam
57
proses belajar yaitu peserta didik mengamati contoh yang diberikan dan
saintifik ini sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik,
peserta didik dan melatih siswa untuk berpikir. Kegiatan ini dapat membuat siswa
menjadi aktif untuk mencari tahu permasalahan dari contoh yang diberikan oleh
guru (Kemdikbud, 2013). Tahapan selanjutnya adalah belajar tim, dimana siswa
lembar diskusi siswa. Dalam fase belajar tim ini, siswa akan mengumpulkan data.
Disini siswa bekerja sama untuk berdiskusi dalam menjawab soal-soal LKS atau
LDS dari guru, yaitu siswa yang bekemampuan tinggi mengajari siswa yang
penjelasan dari temannya yang memiliki kemampuan lebih tinggi sehingga semua
siswa lebih mudah untuk memahami materi yang dipelajari. Kegiatan ini dapat
telah diterima di kelas (Kemdikbud, 2013). Setelah percobaan atau diskusi selesai,
siswa mengasosiasikan hasil percobaan atau diskusi yang diperoleh dengan teori
yang sudah mereka peroleh pada tahap pembelajaran. Pada tahap mengasosiasi ini
siswa akan saling berdiskusi dengan teman kelompoknya. Dalam diskusi siswa
dengan adanya diskusi ini, dapat menumbuhkan komunikasi yang efektif diantara
anggota kelompok. Selain itu, siswa juga memiliki kebebasan untuk berinteraksi
58
menjadi lebih tinggi. Tahapan terakhir yaitu mengkomunikasikan, dimana tahap
mengetahui dengan tepat apakah yang telah dikerjakan sudah benar atau ada yang
harus diperbaiki. Sedangkan, pada tahap games dan turnamen dalam pembelajaran
kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks di samping
belajar (A’la, 2010). Selain itu, pada pembelajaran kooperatif tipe TGT, tahap
penghargaan kelompok menjadi hal yang sangat berarti karena jika pada awalnya
siswa merasa tidak diperhatikan dan tidak mampu, ternyata mereka punya andil
mereka raih membuat siswa percaya diri. Dan dengan pendekatan saintifik ini,
belajar mengajar yang dapat dilihat dari bentuk interaksi antara siswa dan
interaksi siswa dengan guru (Suyatno, 2009). Pengamatan aktivitas ini dilakukan
59
pada 2 siklus, dimana siklus I dilaksanakan pada tanggal 10 Desember - 15
dengan skenario pembelajaran dan RPP yang telah dibuat yang terdiri dari 3
masalah atau pertanyaan yang berkaitan dengan materi kepada siswa, membagi
berupa games dan turnamen. Kemudian diakhiri dengan kegiatan penutup, guru
peningkatan setiap siklus, pada siklus I sebesar 42 (Kategori cukup) ; pada siklus I
pada siklus II. Aktivitas guru ini mengalami peningkatan pada setiap siklus
Secara keseluruhan aktivitas pengajaran yang dilakukan oleh guru sesuai dengan
yang diharapkan. Dapat dilihat dari analisis data observasi aktivitas guru yang
menunjukan kriteria baik dengan skor yang memuaskan. Dalam hal ini
60
menunjukan, pembelajaran kimia dengan menerapkan model kooperatif tipe TGT
kualitas pembelajaran. Pada proses pembelajaran ini, peran guru sudah maksimal
diskusi sehingga terjadi interaksi antara guru dengan siswa dan antara siswa
dengan siswa. Selain itu, pelaksanaan TGT yang telah dilakukan oleh guru telah
membuat siswa merasa senang karena dalam pelaksanaan TGT siswa bermain
membuat siswa sangat puas dengan pembelajaran yang diterapkan guru, dan
dengan adanya kegiatan diskusi, games dan turnamen membuat siswa lebih
bertanggung jawab dan dapat lebih aktif lagi dalam mengikuti pelajaran, sehingga
61
( kategori baik) pada siklus II. Peningkatan keaktifan siswa ini disebabkan karena
siswa telah dapat menyesuaikan dan terbiasa dengan model pembelajaran yang
semakin lebih baik sesuai dengan yang diharapkan dan siswa telah sepenuhnya
tanggung jawab, dan keberanian siswa. Hal ini disebabkan karena siswa merasa
lebih semangat belajar dan mudah memahami materi pelajaran. Dari hasil tes yang
telah dicapai oleh siswa dan hasil observasi yang telah dilakukan, yaitu observasi
aktivitas siswa dan observasi aktivitas guru, proses pembelajaran telah mengalami
peningkatan dari prasiklus sampai siklus II, terutama pada siklus II telah
tercapainya ketuntasan belajar klasikal dan keaktifan guru dan siswa dalam proses
yang terjadi pada aktivitas guru dan siswa pada siklus sebelumnya (siklus I dan
siklus II).
62
2. Siswa mulai terbiasa dengan penerapan model kooperatif tipe TGT (Team
3. Rasa percaya diri siswa bertambah menjadi lebih tinggi karena di dalam proses
karena kelompok yang mendapat skor tertinggi akan mendapatkan hadiah dan
dengan pendekatan saintifik ini berjalan dengan baik karena dapat memenuhi
peserta didik pun dapat belajar mandiri, aktif, kreatif, dan menambah wawasan.
Selain itu, dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa dan peningkatan
keaktifan guru dan siswa pada setiap siklus, maka dapat di Tournament) dengan
pendekatan saintifik ini efektif untuk digunakan sebagai salah satu model dan
media pembelajaran kimia. Jadi dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa
63
dasar negeri padasuka kabupaten subang. nyatakan bahwa penerapan model
BAB V
64
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa kondisi awal hasil belajar siswa
pelajaran matematika sub-pokok KPK dan FPB tidak memenuhi KKM 70. Hal ini
Team Games Tournament dalam pelajaran matematika sub-pokok KPK dan FPB
terdiri beberapa tahap. Dan terlihat hasil peningkatan hasil belajar siswa dalam
setiap siklusnya. Kondisi prasiklus hasil evaluasi siswa hanya mencapai 56%,
siklus 1 meningkat menjadi 70%, dan siklus 2 lebih meningkat lagi menjadi 92%.
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini
komperhensif.
B. Saran
sebagai berikut :
kreatif.
atau metode yang tepat karena dengan model atau metode yang tepat
65
dapat meningkatkan hasil belajar siswa lebih baik dan siswa menjadi
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Ann Yuni Astuti, Miyanto, Matematika Kelas IV, Jakarta, Intan Pariwara
Arif, Gunarso, 1993, Hasil Belajar dan prestasi belajar. Bandung, Erlangga.
66
Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Beaty, J. Janice. (2014). Observasi Perkembangan Anak Usia Dini. Bandung:
Alfabet Latif,
Mukhtar. Dkk. (2013). Orientasi Baru Pendidikan anak sekolah dasar. Jakarta:
Kencana Mulyasa. (2012). Manajemen SD. Bandung:
PT.Remaja
67
LAMPIRAN - LAMPIRAN
68
I. Standar Kompetensi
2. Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan dalam pemecahan
masalah.
II. Kompetensi Dasar
2.3 Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dan faktor
persekutuan terbesar (FPB).
III. Indikator
2.3.1. Menyebutkan kelipatan persekutuan dan faktor persekutuan dari dua
bilangan.
2.3.2. Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dan faktor persekutuan
terbesar (FPB) dari pasangan bilangan.
2.3.3. Menerapkan KPK dan FPB dalam memecahkan masalah sehari-hari.
IV. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menemukan kelipatan persekutuan dan faktor persekutuan dari
dua bilangan dengan benar melalui dakon bilangan.
2. Siswa dapat menyebutkan kelipatan persekutuan dan faktor persekutuan
dari dua bilangan dengan benar melalui garis bilangan.
3. Siswa dapat menunjukkan KPK dan FPB dari dua bilangan dua angka
dengan benar melalui permainan Dakon Bilangan.
4. Siswa dapat menemukan KPK dan FPB dari dua bilangan dua angka benar
dengan Faktor Prima.
5. Siswa dapat menyebutkan contoh dalam kehidupan sehari-hari yang
berkaitan dengan KPK dan FPB dengan benar melalui cerita yang
disampaikan guru.
6. Siswa dapat menerapkan KPK dan FPB dengan baik dengan mengerjakan
soal-soal cerita yang diberikan oleh guru.
V. Materi Pembelajaran
KPK dan FPB
VI. Media dan Sumber Belajar
1. Dakon Bilangan
2. Buku Ayo Belajar Matematika 4: untuk SD dan MI Kelas IV Karangan
Burhan Mustaqim dan Ary Astuti.
69
VII. Strategi Pembelajaran
1. Pendekatan :Kooperatif
2. Model Pembelajaran : TGT (Team Games Tournament)
3. Metode :Ceramah, Diskusi Kelompok, Tanya Jawab.
VIII. Langkah-Langkah Pembelajaran
Tahapan/ Sintaks
Kegiatan Guru-Peserta Didik Waktu
Pembelajaran
Pra Kegiatan 1. Mempersiapkan media dan sumber belajar.
2. Pengkondisian kelas.
5
3. Salam.
menit
4. Doa.
5. Presensi.
Kegiatan Awal1. Appersepsi, dengan memberikan pertanyaan kepada
peserta didik mengenai materi yang telah diajarkan
sebelumnya dan mengaitkan dengan materi yang
akan dipelajari.
10
2. Memotivasi, memberi respon positif terhadap
menit
jawaban siswa.
3. Menginformasikan tujuan pembejaran.
4. Menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan oleh
siswa.
Kegiatan Inti: 1. Guru menggali pengetahuan siswa mengenai cara
Eksplorasi untuk menentukan FPB dan KPK dari dua bilangan.
2. Siswa menjawab pertanyaan guru.
10
3. Guru memperagakan cara penggunaan dakon
menit
bilangan.
4. Siswa diberi kesempatan untuk memperagakan
penggunaan dakon bilangan.
Elaborasi 1gguru mengkondisikan siswa untuk duduk pada
kelompoknya masing-masing yang sudah
ditentukan guru menjelaskan cara mengerjakan cara 60
mengerjakan soal dengan TGT dan siswa untuk menit
duduk pada kelompoknya masing-masing
70
Konfirmasi 1. Memfasilitasi peserta didik menyelesaikan masalah
yang belum terselesaikan.
10
2. Memberi pujian terhadap jalannya diskusi.
menit
3. Memberi bintang prestasi kepada kelompok yang
aktif dalam kegiatan diskusi dan presentasi.
Kegiatan 1. Peserta didik bersama guru membuat kesimpulan
Penutup pembelajaran.
2. Refleksi terhadap kegiatan diskusi yang telah
berlangsung.
10
3. Memberi penguatan proses dan hasil pembelajaran
menit
yang dilakukan peserta didik.
4. Memberikan PR.
5. Menyampaikan topik pembelajaran pada pertemuan
selanjutnya.
IX. Penilaian
1. Jenis Tes
a. Tes tertulis : ada
b. Tes lisan : ada
c. Tes unjuk kerja : ada
2. Instrumen Tes Tertulis
1) Sebutkan kelipatan persekutuan dan faktor persekutuan dari 12 dan 16! (skor 4)
2) Carilah KPK dan FPB dari bilangan 12 dan 14 melalui faktorisasi prima! (skor
4)
3) Ema dan Menik sama-sama ikut les matematika. Ema masuk setiap 4 hari
sekali, sedangkan Menik masuk setiap 6 hari sekali. Jika hari ini mereka masuk
les bersama-sama, berapa hari lagi mereka masuk les bersama-sama dalam waktu
terdekat? (skor 6)
4) Pak Jono ingin menjual dua jenis padi hasil panennya. Padi jenis A 200 kuintal
dan padi jenis B 150 kuintal. Ia akan memasok ke beberapa took sama
banyak.Berapa toko yang dipasok Pak Jono paling banyak? (skor 6)
5) Ada 3 buah lampu, merah, kuning, dan hijau. Mula-mula ketiga lampu itu
menyala serentak bersamaan. Kemudian, lampu merah menyala setiap 3 detik,
lampu kuning menyala setiap 4 detik, dan lampu hijau menyala setiap 5 detik.
Tiap berapa detik ketiga lampu itu menyala bersamaan?(skor 5)
71
Kunci Jawaban
1) Faktor 12 = 1, 2, 3, 4, 6, 12
Faktor 16 = 1, 2, 4, 8, 16
Faktor persekutuan 12 dan 16 adalah 1, 2, dan 4.
Kelipatan 12 = 12, 24, 36, 48, 60, 72, 84, 96, ...
Kelipatan 16 = 16, 32, 48, 64, 80, 96, ...
Kelipatan persekutuan 12 dan 16 adalah 48 dan 96.
2) Faktorisasi prima dari 12 = ×3
Faktorisasi prima dari 14 = 2 × 7
KPK dari 12 dan 14 =
FPB dari 12 dan 14 = 2
3) Diketahui : Ema dan Menik ikut les matematika
Ema masuk 4 hari sekali, Menik masuk 6 hari sekali
Hari ini mereka les bersama
Ditanyakan : Berapa hari lagi mereka les bersama lagi?
Jawab :
Banyaknya hari mereka les bersama lagi yaitu KPK dari 4 dan 6.
Kelipatan 4 = 4, 8, 12, 16, 20, 24, ...
Kelipatan 6 = 6, 12, 18, 24, ...
KPK dari 4 dan 6 adalah 12. Jadi, Ema dan Menik akan les bersama lagi 12 hari
lagi.
4) Diketahui : Pak Jono akan menjual padi
200 Kw padi jenis A, 150 Kw padi jenis B
Akan dipasok ke beberapa toko dengan sama banyak.
Ditanyakan : Berapa paling banyak toko dapat dipasok Pak Joko?
Jawaban :
Untuk mencari jumlah maksimal toko yang bisa dipasok, dengan mencari FPB
dari 150 dan 200.
Faktorisasi prima dari 150 =
Faktorisasi prima dari 200 =
FPB dari 150 dan 200 = = 50. Jadi, jumlah toko paling banyak yang dapat
dipasok Pak Joko adalah 50 toko.
5) Diketahui : 3 lampu, yaitu merah, kuning, hijau.
Ketiga lampu menyala bersama.
72
Lampu merah menyala setiap 3 detik, lampu kuning setiap 4 detik, dan lampu
hijau setiap 5 detik.
Ditanyakan : Tiap berapa detik ketiga lampu menyala bersama?
Jawab :
Untuk mengetahui setip berapa detik lampu menyala bersamaan, dicari KPK dari
3, 4, dan 5.
Kelipatan dari 3 = 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30, 33, 36, 39, 42, 45, 48, 51, 54,
57, 60, 63, 66, ...
Kelipatan dari 4 = 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, 36, 40, 44, 48, 52, 56, 60, 64, 68, ...
Kelipatan dari 5 = 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55, 60, 65, 70, 75, ...
KPK dari 3, 4, dan 5 adalah 60. Jadi, ketiga lampu akan menyala secara
bersamaan setiap 60 detik sekali, atau setiap 1 menit.
Skor Penilaian =
73
Subang, …………………
74
LEMBAR KEGIATAN SISWA 1
Kelompok:
1. ……………………………….
2. ……………………………….
3. ……………………………….
4. ……………………………….
Gunakanlah dakon bilangan untuk menentukan KPK dan FPB dari pasangan
bilangan berikut!
a) 4 dan 6
b) 8 dan 12
c) 3 dan 9
d) 14 dan 16
e) 24 dan 16
75
LEMBAR KEGIATAN SISWA 2
Kelompok:
1. ……………………………….
2. ……………………………….
3. ……………………………….
4. ……………………………….
76
LEMBAR KEGIATAN SISWA 3
Kelompok:
1. ……………………………….
2. ……………………………….
3. ……………………………….
4. ……………………………….
77
LEMBAR KEGIATAN SISWA 4
Kelompok:
1. ……………………………….
2. ……………………………….
3. ……………………………….
4. ……………………………….
78
79