Anda di halaman 1dari 15

ASESSMENT PASIEN (AP)

STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN

Dosen koordinator : Ns.Rusdi.,S.Kep.,M.Kep


Dosen Pengampu : Ns. Wahyu Dewi Sulistyarini S.Kep,.M.S

Disusun Oleh:
Kelompok 3

Heri Saputra P2002026


Melinda Dwi Irawati P2002035
Ni Ketut Irayani P2002041
Ricky Julianur P2002052
Siti Kurnia Wati P2002058

PROGRAM PROFESI NERS

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS

WIYATA HUSADA SAMARINDA

2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan Indonesia telah diarahkan oleh pemerintah guna
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi penduduk
Indonesia agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat
Indonesia. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan meliputi upaya kesehatan dan
sumber daya yang harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan sehingga
mencapai tujuan yang optimal.
Rumah sakit merupakan penyelenggara pelayanan kesehatan yang merupakan
tumpuan harapan masyarakat untuk memperoleh pertolongan, perawatan dan
pelayananyang bermutu. Rumah sakit diharapkan dapat menyediakan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat mulai dari pelayanan promotif, preventif, kuratif serta
rehabilitatif. Setiap rumah sakit wajib menyelenggarakan rekam medis untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan. Rekam medis merupakan
bukti tertulis mengenai proses pelayanan yang diberikan kepada pasien olehdokter,
perawat dan tenaga kesehatan lainnya, yang mana dengan adanya bukti tertulis maka
rekam medis yang diberikan dapat dipertanggung jawabkan, dengan tujuan upaya
penunjang tertib administrasi dan upaya peningkatan pelayanan kesehatan.
Pelayanan di rumah sakit yang baik ditunjang dengan penyelenggaraan rekam
medis yang baik. Penyelenggaraan rekam medis yang baik adalah rekam medis yang
lengkap tepat dan akurat serta terdokumentasi dengan baik sehingga menghasilkan
informasi yang akurat dan tepat waktu. Rekam medis yang lengkap merupakan
cerminan dari pelayanan yang baik, sedangkan rekam medis yang tidak lengkap
merupakan cerminan dari pelayanan yang kurang baik dalam upaya meningkatkan
mutu rumah sakit, maka setiap rumah sakit harus melakukan akreditasi untuk dinilai
apakah pelayanan yang diberikan sudah sesuai dengan standar akreditasi atau belum.
Akreditasi dilakukan secara berkala setiap 3 tahun sekali untuk meningkatkan
mutu dan kualitas dari pelayanan rumah sakit tersebut didalam poin penilaian
akreditasi terdapat kelompok standar pelayanan berfokus pada pasien, dimana dalam
bab III tentang asesmen pasien di standar .AP.diatur tentang isi yang harus ada dalam
formulir pengkajian awal rawat inap atau asesmen awal. Formulir pengkajian awal
rawat inap merupakan isi dari rekam medis pasien rawat inap yang harus dilengkapi
oleh tenaga kesehatan yang melakukan pengkajian awal kepada pasien.
Ketidaklengkapan pengisian formulir pengkajian awal rawat inap akan membuat isi
rekam medis menjadi tidak lengkap pula. Selain itu, pengkajian awal yang tidak
lengkap akan menyulitkan dokter untuk merencanakan pengobatan bagi pasien karena
data pengkajian awal yang tidak tertulis dengan lengkap dan jelas.
Rekam medis yang tidak lengkap akan menurukan hasil penilaian pada saat
akreditasi sehingga akan membuat status akreditasi rumah sakit tersebut menjadi
rendah. Status akreditasi yang rendah merupakan bukti dari pelayanan rumah sakit
yang kurang maksimal sehingga akan membuat masyarakat enggan untuk berobat dan
mendapat pelayanan di rumah sakit tersebut. Hal ini tentunya akan merugikan pihak
rumah sakit dan membuat image rumah sakit menjadi jelek.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka permasalahannya dapat dirumuskan
sebagai berikut: Bagaimanakah kelengkapan pengisian formulir pengkajian awal rawat
inap berdasarkan akreditasi rumah sakit

C. TUJUAN
Kelompok Menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas kelompok
dalam stase manajemen keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Asesmen Pasien adalah tahapan dari proses dimana dokter, perawat, dietisien
mengevaluasi data pasien baik subyektif maupun obyektif untuk membuat keputusan
terkait :
- Status kesehatan pasien
- Kebutuhan perawatan
- Intervensi
- Evaluasi
1. Asesmen Awal Pasien Rawat Inap
adalah tahap awal dari proses dimana dokter, perawat, dietisien mengevaluasi data
pasien dalam 24 jam pertama sejak pasien masuk rawat inap atau bisa lebih cepat
tergantung kondisi pasien dan dicatat dalam rekam medis
2. Asesmen Awal Pasien Rawat Jalan
adalah tahap awal dari proses dimana dokter mengevaluasi data pasien baru rawat
jalan
3. Asesmen Ulang Pasien
Adalah tahap lanjut dari proses dimana dokter, perawat, dietisien mengevaluasi
ulang data pasien setiap terjadi perubahan yang signifikan atas kondisi klinisnya.
4. Asesemen Individual
adalah isi minimal dari asesmen yang ditentukan oleh departemen / KSM terkait.
5. Rekam Medis
adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien
6. DPJP adalah seorang dokter / dokter gigi yang bertanggung jawab atas
pengelolaan asuhan medis seorang pasien. DPJP juga bertanggung jawab
terhadap kelengkapan, kejelasan dan kebenaran serta ketepatan waktu
pengembalian dari rekam medis pasien tersebut
7. Case Manager
adalah perawat yang bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan atas setiap
pasien. Tujuannya untuk menjamin mutu asuhan keperawatan dari pasien tersebut.
8. Keperawatan
adalah seluruh rangkaian proses asuhan keperawatan & kebidanan yang diberikan
kepada pasien yang berkesinambungan yang di mulai dari pengkajian sampai
dengan evaluasi dalam usaha memperbaiki ataupun memelihara derajat kesehatan
yang optimal
9. Dietisien adalah seorang profesional medis yang mengkhususkan diri dalam
dietetika, studi tentang gizi dan penggunaan diet khusus untuk mencegah dan
mengobati penyakit.

B. STANDAR ASESSMEN PASIEN


1. Standar AP.1
Rumah sakit menentukan isi, jumlah dan jenis asesmen awal pada disiplin medis
dan keperawatan yang meliputi pemeriksaan fisik, riwayat kesehatan, pengkajian
pasien dari aspek biologis, psikologis, sosial, ekonomi, kultural dan spiritual
pasien.
a. Maksud dan Tujuan AP.1
Asesmen yang efektif menghasilkan keputusan tentang tindakan segera dan
berkelanjutan yang dibutuhkan pasien untuk tindakan darurat, asuhan
terencana, bahkan jika kondisi pasien berubah. Asesmen pasien merupakan
proses berkelanjutan, dinamis dan dikerjakan di instalasi / unit gawat darurat,
rawat jalan, rawat inap, dan unit pelayanan lainnya. Asesmen pasien terdiri dari
3 proses utama dengan metode IAR.

1) Mengumpulkan data dan informasi (huruf I) tentang hal-hal sesuai d


sd n, tersebut dibawah. Pada SOAP adalah S–Subyektif dan O-
Obyektif.

2) Analisis data dan informasi (huruf A) , yaitu melakukan analisis


terhadap informasi yang menghasilkan diagnosis, masalah, dan
kondisi, untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien. Pada SOAP
adalah A-Asesmen.

3) Membuat Rencana (huruf R), yaitu menyusun solusi untuk


mengatasi / memperbaiki kelainan kesehatan sesuai butir b .
Pelaksanaan R adalah untuk memenuhi kebutuhan pasien yang telah
teridentifikasi. Pada SOAP adalah P– Plan.

Isi minimal asesmen awal antara lain :


a) Status fisik,
b) Psiko-sosio-spiritual,
c) Ekonomi
d) Riwayat kesehatan pasien.
e) Riwayat alergi,
f) Asesmen nyeri,
g) Risiko jatuh,
h) Asesmen fungsional,
i) Risiko nutrisional,
j) Kebutuhan edukasi ,
k) Perencanaan pemulangan pasien (discharge planning)

Jika pasien sudah terdaftar atau diterima di rumah sakit untuk asuhan
rawat inap dan atau rawat jalan, sebuah asesmen lengkap perlu
dilakukan terkait alasan pasien datang di rumah sakit mengacu kepada
butir-butir isi minimal asesmen awal. Informasi spesifik yang
dibutuhkan rumah sakit pada tahap ini, prosedur yang dilakukan
padanya, tergantung kebutuhan pasien dan dimana asuhan diberikan
(misalnya, asuhan rawat inap atau rawat jalan). Rumah sakit
menetapkan regulasi proses asesmen dan pendokumentasiannya di
rekam medis (lihat juga, ARK.1).
Untuk melakukan asesmen pasien secara efektif, rumah sakit
menentukan regulasi, isi minimal asesmen yang harus dilakukan oleh
dokter, perawat dan professional pemberi asuhan lainnya. Asesmen
dilakukan oleh disiplin klinis sesuai kebutuhan. Asesmen hanya
dilakukan oleh orang yang kompeten dan diberi kewenangan sesuai
peraturan perundang-undangan. Seluruh hasil asesmen itu harus ada
sebelum dilakukan pengobatan.
Asesmen awal seorang pasien, rawat jalan, rawat inap, dan gawat
darurat merupakan proses yang penting untuk identifikasi kebutuhan
pasien untuk memulai proses asuhan pasien. Proses asesmen awal
memberikan informasi perihal:

- Pemahaman asuhan yang diinginkan oleh pasien


- Pemilihan asuhan paling baik untuk pasien
- Diagnosis awal, dan

- Pemahaman respons pasien terhadap asuhan sebelumnya

Untuk mendapatkan informasi ini, asesmen awal melakukan evaluasi


kondisi pasien melalui pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatannya.
Asesmen psikologis menentukan status emosional pasien (misalnya,
jika pasien depresi, takut jiwanya terancam, suka berkelahi,
membahayakan diri sendiri atau orang lain).

Mengumpulkan informasi tentang pasien tidak bermaksud


“menggolongkan” pasien kedalam “satu golongan tertentu”. Tetapi
status sosial, kultur, spiritual, ekonomi, dari pasien merupakan faktor
penting yang dapat berpengaruh terhadap respons pasien terhadap
penyakit dan tindakan pengobatan.

Keluarga akan membantu dalam proses asesmen dan untuk


memahami keinginan pasien dan pilihannya dari proses asesmen.
Faktor ekonomi dikaji sebagai bagian asesmen sosial, atau asesmen
ekonomi terpisah jika pasien dan keluarganya bertanggung jawab
terhadap semua atau sebagian biaya asuhan selama dirawat atau
sesudah keluar rumah sakit. Banyak profesional pemberi asuhan (PPA)
yangg kompeten dan diberi kewenangan yang berbeda-beda terlibat
dalam asesmen pasien. Faktor terpenting adalah asesmen dilakukan
lengkap dan tersedia bagi mereka yang bekerja untuk memberikan
asuhan.

b. Elemen Penilaian AP.1


1) Rumah sakit menentukan isi, jumlah, dan jenis asesmen awal pada
disiplin medis dan keperawatan sesuai d) sampai dengan n) di
maksud dan tujuan.
2) Ada bukti pelaksanaan isi, jumlah dan jenis asesmen awal disiplin medis.
3) Ada bukti keterlibatan keluarga dalam melengkapi asesmen awal

2. Standar AP.2
Rumah sakit menetapkan regulasi untuk melakukan asesmen ulang bagi semua
pasien dengan interval waktu berdasarkan kondisi, tindakan, untuk melihat respons
pasien, dan kemudian dibuat rencana kelanjutan asuhan dan atau rencana pulang.
a. Maksud dan Tujuan AP.2
Asesmen ulang oleh semua profesional pemberi asuhan (PPA) merupakan
faktor penting untuk evaluasi terhadap keputusan tentang asuhannya sudah
benar dan efektif. Dilakukan asesmen ulang dengan interval waktu yang
didasarkan atas kebutuhan dan rencana asuhan, dan digunakan sebagai dasar
rencana pulang pasien sesuai dengan regulasi rumah sakit. Hasil asesmen ulang
dicatat di rekam medik pasien/CPPT sebagai informasi untuk di gunakan oleh
semua profesional pemberi asuhan (PPA). Asesmen ulang oleh dokter
penanggung jawab pemberi pelayanan (DPJP) memperhitungkan asuhan pasien
selanjutnya. Seorang dokter penanggung jawab pemberi pelayanan (DPJP)
melakukan asesmen terhadap pasien akut sekurang- kurangnya setiap hari,
termasuk di akhir minggu /libur, dan jika ada perubahan penting kondisi
pasien.

b. Elemen Penilaian AP.2


1) Ada regulasi tentang asesmen ulang oleh dokter penanggung jawab
pemberi pelayanan (DPJP), perawat dan profesional pemberi asuhan
(PPA) lainnya untuk evaluasi respons pasien terhadap asuhan yang
diberikan sebagai tindak lanjut.
2) Ada bukti pelaksanaan asesmen ulang medis dilaksanakan minimal
satu kali sehari, termasuk akhir minggu / libur untuk pasien akut
3) Ada bukti pelaksanaan asesmen ulang oleh perawat minimal satu
kali per shift atau sesuai dengan perubahan kondisi pasien.
4) Ada bukti asesmen ulang oleh profesional pemberi asuhan (PPA)
lainnya dilaksanakan dengan interval sesuai regulasi rumah sakit.
5) Asesmen ulang dicatat di dokumen Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi (CPPT).
3. Standar AP.3
Rumah sakit menetapkan regulasi tentang PPA yang kompeten dan diberi
kewenangan melakukan asesmen awal dan asesmen ulang

a. Maksud dan Tujuan AP.3


Asesmen awal dan asesmen ulang pasien adalah proses penting/kritikal,
memerlukan pendidikan khusus, pelatihan, pengetahuan dan keahlian
bagi profesional pemberi asuhan (PPA) dan telah mendapatkan SPK dan
RKK termasuk asesmen gawat darurat. Identifikasi bagi mereka yang
memenuhi syarat melakukan asesmen dan tanggung jawabnya ditentukan
secara tertulis. Asesmen dilakukan oleh setiap disiplin/ profesional
pemberi asuhan (PPA) dalam lingkup prakteknya, izin, peraturan
perundangan, dan sertifikasi.
b. Elemen Penilaian AP.3
1) Ada regulasi yang menetapkan profesional pemberi asuhan (PPA)
yang kompeten dan berwenang melakukan asesmen awal, asesmen
ulang dan asesmen gawat darurat.
2) Asesmen awal, asesmen ulang dan asesmen gawat darurat hanya
dilaksanakan oleh medis yang kompeten dan berwenang
3) Asesmen awal, asesmen ulang dan asesmen gawat darurat hanya
dilaksanakan oleh perawat yang kompeten dan berwenang
4) Asesmen awal, asesmen ulang dan asesmen gawat darurat hanya
dilaksanakan oleh profesional pemberi asuhan (PPA) lainnya yang
kompeten dan berwenang.
4. Standar AP.4
Profesional Pemberi Asuhan (PPA) bekerja secara tim memberikan asuhan
pasien terintegrasi, masing-masing melakukan asesmen berbasis
pengumpulan Informasi, melakukan analisis untuk membuat rencana asuhan
(IAR), dengan dokter penanggung jawab pemberi pelayanan (DPJP) sebagai
ketua tim asuhan yang mengintegrasikan asuhan, termasuk menentukan
prioritas kebutuhan mendesak bagi pasien rawat inap.

a. Maksud dan Tujuan AP.4

Hasil asesmen pasien diintegrasikan sesuai konsep pelayanan berfokus pada


pasien (PCC). Hasil asesmen yang terintegrasi menjadi dasar Asuhan Pasien
Terintegrasi, baik yang bersifat integrasi horisontal maupun vertikal, dengan
elemen:

1) Dokter penanggung jawab pemberi pelayanan (DPJP) sebagai ketua


tim asuhan pasien (Clinical Leader)

2) Profesional pemberi asuhan (PPA) bekerja dalam tim interdisiplin


dengan kolaborasi interprofesional, berdasarkan Standar Pelayanan
Profesi masing- masing.

3) Manajer pelayanan pasien / case manager menjaga kesinambungan


pelayanan

4) Proses asuhan melibatkan dan memberdayakan pasien dan keluarga.

5) Perencanaan pemulangan pasien / discharge planning terintegrasi

6) Asuhan gizi terintegrasi

b. Elemen Penilaian AP.4


1) Ada bukti hasil asesmen awal dan asesmen ulang oleh masing-masing
profesional pemberi asuhan (PPA) diintegrasikan.
2) Ada bukti hasil asesmen dianalisis untuk membuat rencana asuhan.

3) Berdasarkan hasil asesmen dan rencana asuhan profesional pemberi


asuhan (PPA) lainnya, dokter penanggung jawab pemberi pelayanan
(DPJP) mengintegrasikan rencana asuhan dan tindak lanjutnya

C. PELAYANAN LABORATORIUM
5. Standar AP.5
Pelayanan laboratorium tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien, dan semua
pelayanan sesuai peraturan perundangan

a. Maksud dan Tujuan AP.5


Rumah sakit mempunyai sistem untuk menyediakan pelayanan
laboratorium, meliputi pelayanan patologi klinik, dapat juga tersedia
patologi anatomi dan pelayanan laboratorium lainnya, yang dibutuhkan
populasi pasiennya, dan kebutuhan profesional pemberi asuhan (PPA).
Organisasi pelayanan laboratorium yang di bentuk dan diselenggarakan
sesuai peraturan perundangan. Di rumah sakit dapat terbentuk pelayanan
laboratorium utama (induk), dan juga pelayanan laboratorium lain,
misalnya laboratorium Patologi Anatomi , laboratorium, mikrobiologi,
termasuk pelayanan Tes di Ruang Rawat (TRR / Point of Care Testing)
dsb, maka harus diatur secara organisatoris pelayanan laboratorium
terintegrasi. Pelayanan laboratorium, tersedia 24 jam termasuk pelayanan
darurat, diberikan di dalam rumah sakit dan rujukan sesuai dengan
peraturan perundangan. Rumah sakit dapat juga menunjuk dan
menghubungi para spesialis di bidang diagnostik khusus, seperti
parasitologi, virologi, atau toksikologi, jika perlu. Rumah sakit memilih
sumber dari luar ini berdasar rekomendasi dari pimpinan laboratorium di
rumah sakit. Sumber dari luar tersebut dipilih oleh rumah sakit karena
memenuhi peraturan perundangan dan mempunyai sertifikat mutu. Bila
melakukan pemeriksaan rujukan keluar, harus melalui laboratorium RS.
b. Elemen Penilaian AP.5
1) Ada regulasi tentang pengorganisasian dan pengaturan pelayanan
laboratorium secara terintegrasi.

2) Ada pelaksanaan pelayanan laboratorium tersedia 24 jam.

3) Ada daftar spesialis dalam bidang diagnostik khusus yang dapat


dihubungi jika dibutuhkan

4) Ada bukti pemilihan laboratorium di luar rumah sakit (pihak ketiga)


untuk kerjasama berdasarkan pada sertifikat mutu dan diikuti
perjanjian kerjasama sesuai peraturan perundang-undangan.

5) Ada bukti pelaksanaan rujukan laboratorium keluar rumah sakit


(pihak ketiga) harus melalui laboratorium rumah sakit

D. PELAYANAN RADIODIAGNOSTIK, IMAJING DAN


RADIOLOGI INTERVENSIONAL (RIR)
6. Standar AP.6
Pelayanan radiodiagnostik, imajing dan radiologi intervensional tersedia untuk
memenuhi kebutuhan pasien, semua pelayanan ini memenuhi peraturan perundang-
undangan.

a. Maksud dan Tujuan AP.6

Pelayanan radiodiagnostik, imajing dan radiologi intervensional (RIR)


meliputi:

1) Pelayanan radiodiagnostik
2) Pelayanan diagnostik imajing
3) Pelayanan radiologi intervensional
Rumah sakit menetapkan sistem untuk menyelenggarakan pelayanan
radiodiagnostik, imajing dan radiologi intervensional yang dibutuhkan pasien,
asuhan klinik dan profesional pemberi asuhan (PPA). Pelayanan
radiodiagnostik, imajing dan radiologi intervensional yang diselenggarakan
memenuhi peraturan perundang- undangan.

Pelayanan radiodiagnostik, imajing dan radiologi intervensional termasuk


kebutuhan darurat, dapat diberikan di dalam rumah sakit, dan pelayanan
rujukan radiodiagnostik, imajing dan radiologi intervensional tersedia 24 jam.
Sebagai tambahan, rumah sakit dapat mempunyai daftar konsultan yang dapat
dihubungi, seperti radiasi fisik, radionuklir.

Rumah sakit memilih pelayanan rujukan berdasarkan rekomendasi dari


pimpinan radiodiagnostik, imajing dan radiologi intervensional di rumah sakit.
Pelayanan rujukan tersebut dipilih oleh rumah sakit karena memenuhi
peraturan perundangan, mempunyai sertifikat mutu, mempunyai ketepatan
waktu dan akurasi layanan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Pelayanan rujukan mudah dijangkau oleh masyarakat, dan laporan hasil


pemeriksaan disampaikan pada waktu yang tepat untuk mendukung
kesinambungan asuhan. Bila melakukan pemeriksaan rujukan keluar, harus
melalui radiodiagnostik, imajing dan radiologi intervensional rumah sakit.
b. Elemen Penilaian AP.6
1) Ada regulasi tentang pengorganisasian dan pengaturan pelayanan
radiodiagnostik, imajing dan radiologi intervensional secara
terintegrasi

2) Ada pelayanan radiodiagnostik, imajing dan radiologi


intervensional tersedia 24 jam

3) Ada daftar spesialis dalam bidang diagnostik khusus dapat


dihubungi jika dibutuhkan

4) Pemilihan radiodiagnostik, imajing dan radiologi intervensional di


luar rumah sakit (pihak ketiga) untuk kerjasama berdasarkan pada
sertifikat mutu dan diikuti perjanjian kerjasama sesuai peraturan
perundang-undangan.

5) Ada bukti pelaksanaan rujukan radiodiagnostik, imajing dan


radiologi intervensional keluar rumah sakit (pihak ketiga) harus
melalui radiodiagnostik, imajing dan radiologi intervensional
rumah sakit.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Untuk mengukur kepuasan pasien perawat harus dapat suatu asuhan keperawatan yang
baik dan profesional, pelayanan yang diberikan kepada pasien harus lah pelayanan
yang sesuai dengan kebutuhan pasien haruslah selalu membantu pelayanan yang
nyaman untuk pasien dan juga untuk perawat

B. SARAN

Diharapkan dapat melengkapi dan meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana


dan prasarana yang terkaitdengan enam sasaran keselamatan pasien.Selain itu
juga diharapkanmelakukan pengawasan secara berkala terhadap pelaksanaan
keselamatan pasien dengan membuat perencanaan pengawasan, membuat
standar pengawasan, dan melakukan pengawasan serta melaksanakan
perbaikan berkelanjutan
DAFTAR PUSTAKA

Ap. (1392). Asessmen Pasien. Jurnal Keperawatan, 4(3), 57–71. Diambil Dari
Http://Marefateadyan.Nashriyat.Ir/Node/150

Farjam, H., Kusumawati, R. M., & Wahyudin, W. (2019). Gambaran Pelaksanaan Asesmen
Pasien Narkotika Di Rumah Sakit Jiwa Atma Husada Mahakam Provinsi Kalimantan
Timur Tahun 2018. Kesmas Uwigama: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 4(2), 61.
Https://Doi.Org/10.24903/Kujkm.V4i2.463

Nur, H. A., Dharmana, E., & Santoso, A. (2016). Pelaksanaan Asesmen Risiko Jatuh Di
Rumah Sakit The Implementation Of Falls Risk Assessment Inthe Hospital. Jurnal Ners
Dan Kebidanan Indonesia, 5(2), 123–133.

Palabuhanratu, R. (2021). Artikel Penelitian Evaluasi Kepatuhan Asesmen Awal Medis Dan
Keperawatan. 03, 27–33.

Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit. (N.D.).

Vol, J. C. (2016). Hubungan Implementasi Asesmen Kompetensi Dengan Pelaksanaan


Discharge Planning. 4(3).

Anda mungkin juga menyukai