Pemikiran Yusuf Al-Qardhawi Dalam Perspektif Islam Dan Hadis
Pemikiran Yusuf Al-Qardhawi Dalam Perspektif Islam Dan Hadis
DAN HADIS
Penyusun:
Sandi Yulian Prastyo (E95217083)
Dosen Pengampu:
Hasan Mahfudh, M.Hum
1
PEMIKIRAN YUSUF AL-QARDHAWI
Oleh:
Sandi Yulian Prastyo (E95217083)
UIN Sunan Ampel Surabaya
Agustus 2019
Latar Belakang
Islam adalah jalan yang lurus dan suatu sistem yang menengahi dalam
segala aspek. Namun, pada kurun waktu belakangan ini, di tengah-tengah
keinginan untuk membangkitkan kembali Islam yang ortodoks, muncul berbagai
kelompok (kebanyakan dari para muda mudi) yang ingin menginterpretasikan
ajaran Islam sepenuhnya. Penghidupan kembali secara ketat dan menyeluruh,
tanpa memperhatikan konteks zaman pada saat ini. Sikap ini mendaparkan
tantangan keras dari aliran kelompok sekularisme dan atheis. Karena mereka tidak
ingin mensintesiskan antara bidang sosial dan agama.
Hadis merupakan manhaj yang terinci bagi kehidupan seorang Muslim dan
masyarakat Muslim pada umumnya. Tujuan manhaj tersebut untuk menafsirkan
2
al-Qur’an dalam praktik atau Islam dalam penjabarannya secara kongkret. 1
Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Yusuf al-Qard{awi sebagai salah satu
ulama dengan pemikiran kontemporer.
Rumusan Masalah
Pada pembahasan artikel ini, akan dipaparkan mengenai salah satu ulama
kontemporer yaitu Yusuf al-Qard{awi. Berdasarkan pada pemaparan latar
belakang masalah muncul pertanyaan “Bagaimana pemikiran Yusuf al-Qard{awi
terhadap Islam pada umumnya dan hadis pada khususnya?” Pertanyaan tersebut
akan dibahas lebih lanjut dalam artikel ini pada bagian selanjutnya.
Tujuan
3
summa cum laude dengan disertasi yang berjudul az-Zakat wa Atsaruha fi Hill al-
Masyakil al-Ijtimaiyah (Zakat dan Pengaruhnya dalam Memecahkan Masalah-
masalah Sosial Kemasyarakatan).2
1. Fiqih prioritas
2
Ahmad Rey Fahriza, Membedah Pemikiran Yusuf Qardhawi tentang Islam dan Demokrasi (Depok:
Universitas Indonesia. 2014). 5.
3
Zulkifli Hasan, Yusuf Qard{awi dan Sumbangan Pemkirannya, Jurnal GJAT, Vol. 3, Issue 1, Universiti
Sains Islam Malaysia, 54.
4
Ibid.
4
Fazlur Rahman5 adalah seseorang yang mempelopori pemikiran neo-
modernisme Islam, berpandangan bahwa seorang pemikir hebat ialah mereka
yang mempunyai kriteria tertentu. Kriteria tersebut ialah; (a) menemukan suatu
gagasan utama atau prinsip dasar utama yang mengandung segala realitas, lalu ia
menafsirkannya dengan jelas dan menjadikannya sesuatu yang baru dan penting;
(b) Gagasan pokok itu seterusnya mampu merubah pandangan kita dalam
berinteraksi dengan realitas tersebut; (c)mampu mengemukakan suatu
penyelesaian yang baru dan jitu terhadap segala permasalahan yang setelah lama
mengganggu pikiran manusia. Berdasarkan kriteria tersebut Yusuf al-Qardhawi
pastinya sudah memenuhinya.6
5
Dikutip dalam Zulkifli Hasan,
6
Ibid. 57.
7
Buku Fiqih Negara dan Ijtihad Terbaru Seputar Demokrasi Multipartai, dikutip dalam Ahmad Rey Fahriza.
8
Ahmad Rey Fahriza, Membedah Pemikiran 8.
5
Sekularisme sendiri muncul sudah cukup lama akibat dari doktrin gereja yang
diterapkan di barat. Salah satu contoh dari doktrin Gereja yaitu adanya kurungan
terhadap kebebasan ilmu pengetahuan. Salah satu tokoh yang menjadi sasaran
pihak Gereja adalah Galileo Galilei (w. 1642) seorang fisikawan yang berhasil
mengembangkan teori dari Nicholas Copernicus (w. 1543) yaitu teori heliosentris.
Galileo menjadi sasaran gereja karena menolak teori gereja terhadap perputaran
tata surya yaitu teori geosentris.
9
M. Syukri Ismail, Kritik Terhadap Sekularisme, Pandangan Yusuf al-Qard{awi, Jambi, STAI YASNI
Muara Bungo. 18.
10
Ibid.
11
Ibid.
6
Di lain bidang pada buku karya beliau yang berjudul “Islam Ekstrem”, inti
pokok dari buku ini adalah bahwa Islam merupakan 12 jalan tengah dalam segala,
baik dalam hal konsep, akidah, ibadah, perilaku, hubungan dengan sesame
manusia maupun dalam perundang-undangan. Peryataan inilah yang dimaksud
dengan “Islam adalah jalan yang lurus” seperti yang sudah disebutkan di atas.
Islam mengajak kepada jalan tengah dan larangan untuk berbuat ekstrem
dalam beragama, karena dalam bentuk kegiatan ektrem dalam keberagamaan,
seseorang tersebut akan dibinasakan oleh agama itu sendiri, dan juga dapat
menimbulkan bencana yang biasa mengiringi sikap ekstrem dalam beragama.
Dikutip dalam buku beliau,13 Nabi Muhammad saw. pernah marah kepada seorang
sahabatnya, yakni Mu’adz ketika ia sedang sholat bersama orang banyak lalu
sangat memanjangkan bacaannya, sehingga salah seorang di antara mereka
mengadukan kepada Rasulullah saw. sampai beliau berkata kepadanya: “Apakah
engkau akan menimbulkan fitnah (bencana) hai Mu’adz?” Dan beliau mengulang
perkataan ini tiga kali. (H.R. Bukhari).
Bahwa umur manusia itu pendek, dan kebiasaan bersikap keterlaluan dalam
agama tidak mudah. Sebab manusia bersifat mudah bosan dan kemampuannya
pun terbatas. Bila sehari ia dapat bersabar atas sesuatu yang melampaui batas dan
menyulitkan, tak lama kemudian ia pun akan merasa kepayahan dengan adanya
sikap kelewatan dan menyulitkan itu, lalu memutuskan amal meskipun sedikit
saja daripadanya, atau kalua tidak, ia segera mengambil jalan lain yang bertolak
belakang.14 Dikutip dari buku beliau, “Bebankanlah olehmu perbuatan-perbuatan
yang kamu sendiri mampu melakukannya, karena sesungguhnya Allah SWT tidak
akan jemu kepadamu sehingga kamu jemu; dan sesungguhnya perbuatan yang
paling disukai Allah adalah yang dikerjakan secara continue, walaupun hanya
sedikit.” (H.R Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan Nasa’i dari Aisyah r.a).15
7
Ada beberapa cara dan petunjuk yang digunakan dalam memahami as-
Sunnah an-Nabawiyyah dengan baik. Yusuf al-Qard{awi menyebutkan metode
tersebut di dalam bukunya16 yang berjudul kayfa nata’a>mal ma’a al-Sunah al-
Nabawiyah di antaranya: (a) Memahami as-Sunnah sesuai dengan petunjuk al-
Qur’an; (b) Memahami hadis dengan mempertimbangkan latar belakang, situasi
dan kondisi, serta tujuannya ketika diucapkan; (c) Membedakan sarana yang
berubah-ubah dan yang tetap; (d) Memahami antara ungkapan yang bermakan
sebenarnya dan yang bersifat majazdalam memahami hadis; (e) Membedakan
antara alam ghaib dan alam kasatmata; (f) Memastikan makna dan konotasi kata-
kata dalam hadis.
Sebagaimana contoh hadis yang terdapat di dalam buku karangan Yusuf al-
Qard{awi>, kayfa nata’a>mal ma’a al-Sunah al-Nabawiyah, di sana beliau
mengambil contoh hadis mengenai tas{wi>r (lukisan atau gambaran).17 Setelah
dilacak ternyata hadis tersebut terdapat di dalam kitab al-Bukha>ri>. Sebagaimana
bunyi hadisnya:
16
Yusuf al-Qardhawi, Kayfa Nata’a>mal, pada bab III, 93-195.
17
Ibid. 196.
18
Abi> Yahya> Zakariyya>, Tufatu al-Ba>ri> Syarh S}ahi>h al-Bukha>ri> (Beirut: Da>r al-Kutub al-
Ilmiyyah. 2008). Juz 6. 48.
8
ِ ر،َن َع ْب َد اللَّ ِه بْن عُم ر
ض َي َ ََ َ ٍ َس بْ ُن ِعي
َّ أ، َع ْن نَ افِ ٍع، َع ْن عَُب ْي ِد اللَّ ِه،اض ِ ِ ُ يم بْ ُن
ُ َ َح َّد َثنَا أَن،الم ْن ذر
ِ ِ
ُ َح َّد َثنَا إ ْب َراه
ُّ ص َنعُو َن َه ِذ ِه
الص َو َر ُي َع َّذبُو َن َي ْو َم ِ َّ َ َص لَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم ق
َ إِ َّن الذ:ال
ْ َين ي ِ َ َن رس
َ ول اللَّه ُ َ َّ أ:ُاللَّهُ َع ْن ُه َما أَ ْخَب َره
19
َحيُوا َما َخلَ ْقتُ ْم ُ ُي َق،القيَ َام ِة
ْ أ:ال ل َُه ْم
ِ
19
Ibid.
20
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Ciputat: PT Mahmud Yunus wa Dhurriyyah. 2010). 223.
21
Iffa Yuliani, Pemahaman H{adis Tentang Gambar; Analisis Makna سورةDalam H{adis (Semarang: UIN
Walisongo. 2016). 76.
9
rentan terhadap kemusrikan, yaitu kebiasaan menyembah patung-patung berhala
yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri.22
Dari paparan tersebut dapat diambil intisari, pemaknaan hadis ini berdasarkan
dua masa yaitu, pada masa pra-Islam (masa Nabi Muhammad) dan pada masa
sekarang.
2. Masa sekarang.
Menurut Imam T{abari: “yang dimaksud dalam hadis tersebut yaitu orang-
orang yang mengambar sesuatu yang disembah selain Allah, sedangkan dia
mengetahui dan sengaja. Orang yang berbuat demikian adalah kufur. Tetapi kalau
22
Ibid.
10
tidak ada maksud seperti di atas maka dia tergolong orang yang berdosa sebab
menggambar saja.23
Kesimpulan
Dari uraian yang sudah dijelaskan di atas, dapat dipandang bahwa pemikiran
Yusuf al-Qard{awi terhadap Islam dan hadis bersifat moderat. Sebagai tokoh
ulama kontemporer, beliau biasa mengisi waktunya dengan berbagai kegiatan
perpustakaan hingga 14 jam dalam sehari. Pemikiran beliau terhadap hadis bisa
dilihat pada pembahasan mengenai hadis Nabi Muhammad saw. tentang
tas{wi>r. Beliau melihat dalam sudut apa hadis itu muncul dan mengapa umat
Islam dilarang untuk membuat gambar atau lukisan. Dalam memahami hadis di
atas beliau memperhatikan makna konotasi dan denotasinya, kemudian melihat
dari sisi keilmuan antropologis sehingga tidak menimbulkan kebingungan dalam
memahami hadis.
DAFTAR PUSTAKA
23
Yusuf al-Qard{awi, Halal dan Haram dalam Islam. Terj. Mu’ammal Hamidi> (Surabaya: PT Bina Ilmu.
1993). 96.
11
Al-Qardhawi, Yusuf. Kayfa Nata’a>mal ma’a al-Sunah al-Nabawiyah.
Terj. Muhammad al-Baqir (Bandung: Karisma. 1993).
12