Anda di halaman 1dari 18

MODUL

KEPERAWATAN
MEDIKAL BEDAH
Pada Kasus
KANKER PARU-PARU

2021
DI SUSUN OLEH :
HARYANI
NIM :
CKR0170188
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan modul ini yang berjudul “Modul Keperawatan Medikal Bedah
Pada Kasus Kanker Paru-paru”. Disusun untuk memenuhi syarat salah satu tugas
Keperawatan Medikal Bedah Tahun Ajaran 2021. Diharapkan makalah ini, dapat
memberikan informasi kepada kita semua.
Adapun penyusun modul ini kiranya masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu, kami mengaturkan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan dalam
modul ini. Kami pun berharap pembaca modul ini dapat memberikan kritik dan
sarannya kepada kami agar dikemudian hari kami bisa menyusun modul yang
lebih sempurna lagi.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan modul ini dari awal sampai akhir
khususnya :
1. Prof. Dr. Hj. Dewi Laelatur Badriah, M. Kes, AIFO selaku Ketua Yayasan
Pendidikan Bhakti Husada Kuningan.
2. H. Abdal Rohim, S.Kp., M.H selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Kuningan.
3. Ns. Nanang Saprudin, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan.
4. Ns. Yana Hendriana, S.Kep., M.Kep selaku Dosen Koordinator Praktik
Klinik Mahasiswa IV.
5. Ns. Roheman, S.Kep., M.Kep selaku Dosen Pembimbing Praktik Klinik
Mahasiswa IV.

Cirebon, Juli 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
I. Tujuan Umum.....................................................................................1
II. Tujuan Khusus....................................................................................1
III.Konsep Kanker Paru-paru.................................................................1
A. Pengertian Kanker Paru-paru...........................................................1
B. Klasifikasi Kanker Paru-paru...........................................................2
C. Etiologi/Faktor resiko.......................................................................3
D. Manifestasi Klinis/Tanda dan Gejala...............................................4
E. Patofisiologi.....................................................................................8
F. Pathway............................................................................................7
G. Pemeriksaan Penunjang...................................................................8
H. Penatalaksanaan Medik....................................................................9
IV.Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian.......................................................................................10
B. Diagnosa Keperawatan...................................................................12
C. Perencanaan Keperawatan..............................................................12

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................15

ii
MODUL ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PADA KASUS KANKER PARU-PARU
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

I. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan modul ini mahasiswa mampu memahami dan
menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus Kanker Paru-
paru.

II. Tujuan Khusus


1. Menguraikan Konsep Kanker Paru-paru.
2. Menjelaskan Patofisiologi Kanker Paru-paru.
3. Menjelaskan Pengkajian Pada Klien Dengan Kasus Kanker Paru-paru.
4. Merumuskan Diagnosa Keperawatan Kanker Paru-paru.
5. Menyusun Rencana Asuhan Keperawatan Kanker Paru-paru.

III. Konsep Kanker Paru-paru


A. Pengertian Kanker Paru-paru
Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari
saluran napas atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan
pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel
jaringan yang normal. Proses keganasan pada epitel bronkus didahului
oleh masa pra kanker. Perubahan pertama yang terjadi pada masa
prakanker disebut metaplasia skuamosa yang ditandai dengan
perubahan bentuk epitel dan menghilangnya silia (Corwin. 2008).
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel -sel yang mengalami
proliferasi dalam paru (Wilhams and Wilkims. 2012). Kanker paru-paru
adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalm jaringan
paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen, lingkungan,
terutama asap rokok (Suryo, 2010).

1
B. Klasifikasi Kanker Paru-paru
1. Karsinoma sel skuamosa (epidermoid)
Merupakan tipe histologik kanker paru yang paling sering
ditemukan, berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan
epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka
panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Karsinoma sel
skuamosa biasanya terletak sentral di sekitar hilus, dan menonjol ke
dalam bronki besar.
2. Adenokarsinoma
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat
mengandung mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian
perifer segmen bronkus dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan
jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis interstisial kronik.
3. Karsinoma bronkoalveolus
Dimasukkan sebagai subtipe adenokarsinoma dalam klasifikasi
terbaru tumor paru dari WHO, Karsinoma ini adalah sel-sel ganas
yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma
yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini
cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan
penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh.
4. Karsinoma sel kecil
Umumnya tampak sebagai massa abu-abu pucat yang terletak di
sentral dengan perluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan
dini kelenjar getah bening hilus dan mediastinum. Kanker ini terdiri
atas sel tumor dengan bentuk bulat hingga lonjong, sedikit
sitoplasma, dan kromatin granular. Gambaran mitotik sering
ditemukan. Biasanya ditemukan nekrosis dan mungkin luas. Sel
tumor sangat rapuh dan sering memperlihatkan fragmentasi dan
“crush artifact” pada sediaan biopsi.
5. Karsinoma sel besar
Adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk
dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam.

2
Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh
cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat
yang jauh (Carpinto, 2008).

C. Etiologi/Faktor resiko
1. Merokok
Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah
diidentifikasi dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru
pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang
rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan
lamanya berhenti merokok.
2. Perokok pasif
Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara
perokok pasif, atau mengisap asap rokok yang ditemukan oleh
orang lain di dalam ruang tertutup, dengan risiko terjadinya kanker
paru. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-
orang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain,
risiko mendapat kanker paru meningkat dua kali.
3. Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara,
tetapi pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok
kretek. Kematian akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih
banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan.
4. Paparan zat karsinogen
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen,
kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat
menyebabkan kanker paru. Risiko kanker paru di antara pekerja
yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar daripada
masyarakat umum. Risiko kanker paru baik akibat kontak dengan
asbes maupun uranium meningkat kalau orang tersebut juga
merokok.

3
5. Diet
Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi
terhadap betakarotene, selenium, dan vitamin A menyebabkan
tingginya risiko terkena kanker paru.
6. Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko
lebih besar terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik
molekuler memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen dan
gen-gen penekan tumor memiliki arti penting dalam timbul dan
berkembangnya kanker paru.
7. Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif
kronik juga dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan
penyakit paru obstruktif kronik berisiko empat sampai enam kali
lebih besar terkena kanker paru ketika efek dari merokok
dihilangkan (Price, dkk. 2006).

D. Manifestasi Klinis/Tanda dan Gejala


Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-
gejala klinis. Bila sudah menampakkan gejala berarti psien dalam
stadium lanjut. Gejala-gejala dapat bersifat :
1. Lokal (tumor setempat)
a. Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
b. Hemoptisis
c. Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas
d. Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
e. Aelektasis
2. Invasi local :
a. Nyeri dada
b. Dispnea karena efusi pleura
c. Invasi ke pericardium terjadi temponade atau aritmia
d. Sindrom vena cava superior

4
e. Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)
f. Suara sesak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent
g. Syndrome Pancoasta karena invasi pada pleksus brakialis dan
saraf simpatis servikalis
3. Gejala penyakit metastasis :
a. Pada otak, tulang, hati, adrenal
b. Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai
metastasis
c. Sindrom Paraneoplastik : Terdapat pada 10% kanker paru,
dengan gejala
d. Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
e. Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
f. Hipertrofi : osteoartropati
g. Neurologic : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
h. Neuromiopati
i. Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid
(hiperkalsemia)
j. Dermatologi : eritema multiform, hyperkeratosis, jari tabuh
k. Renal : syndrome of inappropriate andiuretic hormone
(SIADH)
4. Asimtomatik dengan kelainan radiologist
a. Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang
terdeteksi secara radiologis
b. Kelainan berupa nodul soliter
(Sudoyo, 2009)
Gejala-gejala kanker paru yaitu:
1. Gejala awal
Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh
obstruksi pada bronkus
2. Gejala umum.
a. Batuk : Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh
massa tumor. Batuk   mulai sebagai batuk kering tanpa

5
membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana
dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon
terhadap infeksi sekunder.
b. Hemoptisis : Sputum bersemu darah karena sputum melalui
permukaan tumor   yang mengalami ulserasi.
c. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.
(Suryo, 2010)

E. Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi
pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen
maka menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila lesi
perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia
menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti
invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang letaknya
sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini
menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan
supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa
batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin. Wheezing unilateral
dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat
badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati.
Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti
kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
(Price, dkk. 2006)

6
F. Pathway
Bronkus (percangan segmen atau subsegmen)

Trauma oleh arus udara (Tar rokok, paparan industri)

Bahan Karsiogenik mengendap

Perubahan epitel silia dan mukosa/ulserasi Bronchus

Deskuamasi Produksi mucus meningkat

Cell cadangan(reserve cell) Bersihan jalan napas tidak efektif


Basal mukosa bronkus

Hyperplasi, metaplasi

Cell Kanker

Manisfestasi Klinis

Intrapulmoner Intratorasik Ekstratorasik Ekstratorasi


Ekstrapulmuner Non Metastatik Metastatik
Kanker lumen branchus

Proksimal Distal

Sumbatan parsial Brokiektasis/Atelektasis

Sesak nafas (wheezing) Gangguan pertukaran gas

Pola nafas tidak efektif


(Price, dkk. 2006)

7
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi.
a. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi
dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi
adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi
lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse
pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
b. Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2. Laboratorium.
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi
kebutuhan ventilasi.
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum
pada kanker paru).
3. Histopatologi.
a. Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan
sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
b. Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer
dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
c. Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik
dengan cara torakoskopi.
d. Mediastinosopi.
Umtuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah
bening yang terlibat.

8
e. Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila
bermacam – macam prosedur non invasif dan invasif
sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
(Mansjoer. A, 2007)

H. Penatalaksanaan Medik
1. Menurut Corwin (2008), tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
a. Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka
harapan hidup klien.
b. Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada
pasien maupun keluarga.
d. Supotif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia
pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat
anti nyeri dan anti infeksi.
2. Penalaksaan pada klien dengan kanker paru :
a. Pembedahan.
1) Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru
atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan
biopsy.
2) Pneumonektomi (pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak
semua lesi bisa diangkat.
3) Lobektomi (pengangkatan lobus paru).

9
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus,
bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru;
infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
4) Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
5) Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau
penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan
pengangkatan dari permukaan paru-paru berbentuk baji
(potongan es).
6) Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan-bahan fibrin dari pleura
viscelaris)
b. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai
pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/
paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi
efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/bronkus.
(Carpinto, 2008)
c. Kemoterafi.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan
tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil
atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau
terapi radiasi. (Carpinto, 2008)

IV. Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat.
Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan
rutin, dispnea karena aktivitas.
Tanda : Kelesuan( biasanya tahap lanjut).
b. Sirkulasi.

10
Gejala : JVD (obstruksi vana kava).
Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi). Takikardi/
disritmia.
c. Integritas ego.
Gejala : Perasaan taku. Takut hasil pembedahan. Menolak kondisi
yang berat/potensi keganasan.
Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang – ulang.
d. Eliminasi.
Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil). Peningkatan
frekuensi/jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor
epidermoid)
e. Makanan/cairan.
Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan
masukan makanan. Kesulitan menelan. Haus/peningkatan masukan
cairan.
Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut).
Edema wajah/leher, dada punggung (obstruksi vena kava), edema
wajah/periorbital (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel
kecil). Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor
epidermoid).
f. Nyeri/kenyamanan.
Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak
selalu pada tahap lanjut) dimana dapat/tidak dapat dipengaruhi oleh
perubahan posisi. Nyeri bahu/tangan (khususnya pada sel besar atau
adenokarsinoma) Nyeri abdomen hilang timbul.
g. Pernafasan.
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan
atau produksi sputum. Nafas pendek. Serak, paralysis pita suara.
Riwayat merokok
Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja. Peningkatan fremitus
taktil (menunjukkan konsolidasi). Krekels/mengi pada inspirasi atau

11
ekspirasi (gangguan aliran udara), krekels/mengi menetap;
pentimpangan trakea ( area yang mengalami lesi). Hemoptisis.
h. Keamanan.
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma).
Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma
sel kecil)
i. Seksualitas.
j. Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma
sel besar). Amenorea/impotent (ketidakseimbangan hormonal,
karsinoma sel kecil)

B. Diagnosa Keperawatan
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan Penurunan ekspansi paru
b. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan Peningkatan
jumlah secret
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Perubahan membrane
alveolar, pengangkatan jaringan paru, gangguan suplai oksigen.

C. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan (SLKI) Intervensi Rasional
Keperawatan (SIKI)
(SDKI)
1 Pola napas Setelah dilakukan 1. Monitor 1. Untuk acuan
tidak efektif asuhan pola napas dalam
berhubungan keperawatan pola 2. Monitor mengetahui
dengan napas dengan bunyi napas adanya
Penurunan kriteria hasil : tambahan gangguan
ekspansi paru 1. Dispnea 3. Posisikan dalam
(menurun) semi fowler bernapas
2. Penggunaan atau fowler 2. Untuk
otot bantu napas 4. Anjurkan mengetahui
(menurun) asupan adanya bunyi

12
3. Pemanjangan cairan 2000 napas
fase ekspirasi ml/hari tambahan pada
(menurun) 5. Anjurkan pasien
4. Frekuensi napas teknik 3. Untuk
(membaik) batuk memberikan
5. Kedalaman efektif rasa nyaman
napas 6. Kolaborasi pasien
(membaik) pemberian 4. Untuk
bronkodilat mencukupi
or, asupan cairan
ekspektoran 5. Untuk
, mukolitik membantu
mengeluarkan
dahak
6. Untuk
meredakan
pola napas
dengan cara
farmakologi
2 Bersihan jalan Setelah dilakukan 1. Monitor 1. Membantu
napas tidak asuhan frekuensi dalam evaluasi
efektif keperawatan irama, derajat distress
berhubungan bersihan jalan kedalama pernapasan an
dengan napas meningkat n dan kronisnya
Peningkatan dengan kriteria upaya proses
jumlah secret hasil : napas penyakit
1. Produksi 2. Monitor 2. Untuk acuan
sputum pola napas dalam
(menurun) 3. Jelaskan mengetahui
2. Mengi tujuan dan adanya
(menurun) prosedur gangguan
3. Wheezing pemantau dalam

13
(menurun) an bernapas
4. Mekonium 3. Pasien
(pada mengerti
neonatus) tindakan yang
(menurun) akan
dilakukan
mengenai
pemantauan
3 Gangguan Setelah dilakukan 1. Monitor 1. Untuk
pertukaran gas asuhan tanda- mengetahui
berhubungan keperawatan tanda normalnya
dengan hipertermia dalam hipoventil pernapasan
Perubahan keadaan membaik asi 2. Sumbataan
membrane dengan kriteria 2. Pertahank pada jalan
alveolar, hasil : an napas
pengangkatan 1. Dispnea kepatenan merupakan
jaringan paru, (menurun) jalan sumber utama
gangguan 2. Bunyi napas napas gangguan
suplai oksigen. tambahan 3. Berikan pertukaran gas
(ronchi) oksigen 3. Pemberian
(menurun) tambahan, oksigen
3. PCO2 jika perlu tambahan
(membaik) 4. Kolaborasi dapat
4. PO2 penggunaa memperbaiki
(membaik) n oksigen dan mencegah
5. Takikardia saat memburuknya
(membaik) aktivitas hipoksia
(90- dan/atau 4. Memberi rasa
100x/menit) tidur nyaman pada
6. pH arteri pasien
(membaik)
DAFTAR PUSTAKA

14
Elizabeth, J. Corwin. 2008. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: ECG
Price,  Sylvia A and Wilson. 2006. Patofisiologi. Konsep Klinik Proses-proses
Penyakit. Jakarta : EGC.
Mansjoer, A. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1, Edisi 3. Jakarta : Media
Aescula Pinus
Sudoyo, Aru. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1,2,3. Edisi ke empat.
Internal Publishing. Jakarta.
Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan.
Yogyakarta: B First
Wilhams and Wilkims. 2012. Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta :
Salemba Medika

15

Anda mungkin juga menyukai