Panjat Tebing
TAHUN PELAJARAN
2020/2021
i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT. karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya yang berupa
kesehatan, pikiran dan kemampuan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
penulis mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada guru Penjas dan Olahraga
serta untuk semua pihak yang telah memberikan bantuannya pada kami, sehingga makalah
Akhirnya dengan mengucapkan kata hamdallah penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna. Karena kebenaran dan kesempurnaan hanya Allah yang punya dengan
Kuasaan-Nya. Maka, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan,
sehingga dalam penyusunan makalah berikutnya akan lebih baik. Demikian, semoga makalah ini
Mataraman, Maret 2021
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................................1
C. Tujuan.....................................................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN...............................................................................................................................2
B. Sistem......................................................................................................................................2
BAB III
P E N U T U P..................................................................................................................................8
Kesimpulan...................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Panjat tebing merupakan olahraga ekstrim dan penuh tantangan,namun dibalik itu
olahraga ini banyak penggemarnya dan sampai sekarang olahraga ini terus mengalami
perkembangan yang sangat pesat, maka dari itu saya selaku orang yang berada dalam bidang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Panjat tebing atau istilah asingnya dikenal dengan Rock Climbing merupakan salah satu
dari sekian banyak olah raga alam bebas dan merupakan salah satu bagian dari mendaki
gunung yang tidak bisa dilakukan dengan cara berjalan kaki melainkan harus menggunakan
peralatan dan teknik-teknik tertentu untuk bisa melewatinya. Pada umumnya panjat tebing
dilakukan pada daerah yang berkontur batuan tebing dengan sudut kemiringan mencapai lebih
Pertama kali panjat tebing dikenal di kawasan Eropa, tepatnya di pegunungan Alpen.
Tahun 1910, penggunaan alat dalam panjat tebing mulai diperkenalkan meskipun masih
terbatas pada carabiner dan piton yang terbuat dari baja. Dan sejak itulah pendaki dari Austria
dan Jerman mulai mengembangkan teknik dan alat-alat baru dalam panjat tebing. Di Inggris
sebelum perang dunia meletus, kegiatan panjat sangat dibatasi dalam penggunaan piton
dengan alasan merusak lingkungan. Hal itulah yang menyebabkannya ketinggalan dari
Jerman. Teknik pemanjatan tebing dengan menggunakan tali mulai dikenal tahun 1920.
B. Sistem
danHimalayan(Himalayan style)
1.Alpine push
Dalam sistem ini pemanjat melakukan pemanjatan sampai puncak tanpa turun kecamp, jadi
pemanjat selalu ada ditebing saat tidur sekalipun (hanging bivoac) segala aktivitas diluar
2
pemanjatan dilakukan ditebing untuk ini segala peralatan dan perbekalan harus benar benar
diperhitungkan . penggunaan sistem ini juga harus memperhitungkan personil yang bertugas
mengangkat barang- barang tersebut dengan sistem load carry.jadi dibutuhkan mimimal 3
personil (1 orang leader, 1orang belayer, 1orang load carry) setelah pemanjat terakir(person
digunakan naik dengan sistem jumaring langsung digulung untuk dibawa keatas . jadi tidak
B.E, Alan).
Keuntungan
« Pemanjat tidak usah turun kedasar (base camp) untuk istirahat (malam) dan naik lagi ke
Kelemahan
« Segala sesuatu mulai dari membuka jalur dan yang mengevakuasi barang-barang
keperluan diatas harus dilakukan sendiri oleh leade atau bellayer tersebut (termasuk
2. Himalayan style
pemanjatan dilakukan sampai sore, kemudian pemanjat turun ke camp dasar dan
pemanjatan diteruskan besok pagi. Tali sampai pitch terakhir ditinggal untuk melanjutkan
3
pemanjatan besok, jadi sebelum leader dan bellayer melakukan pemanjatan mereka akan
melakukan jumaring sampai pitch terakhir kemudian baru leader melakukan pemanjatan.
Kelebihan
« Cukup dibutuhkan dua orang personil untuk membuka jalur ( leader dan bellayer )
Kekurangan
« Butuh banyak peralatan terutama tali, panjang tali disesuaikan dengan panjang lintasan
Tehnik-tehnik pemanjatan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan seluruh medan tebing,
antara lain:
• Face Climbing, Yaitu pemanjatan pada permukaan tebing yang memanfaatkan tonjolan
batu(point) atau rongga yang memadai yang digunakan sebagai pijakan kaki, pegangan
• Friction / Slab Climbing, Teknik ini semata-mata hanya mengandalkan gaya gesekan
sebagai gaya penumpu. Ini dilakukan pada permukaan tebing yang tidak terlaluvertical,
kekasaran permukaan cukup untuk menghasilkan gaya gesekan. Gaya gesekan terbesar
diperoleh dengan membebani bidang gesek dengan bidang normal sebesar mungkin. Sol
sepatu yang baik dan pembebanan maksimal di atas kaki akan memberikan gaya gesek yang
4
• Fissure Climbing, Teknik pemanjatan dengan fissure climbing ini lebih memanfaatkan celah
yang dipergunakan oleh anggota badan untuk melakukan panjatan. Dengan cara demikian,
sebagai berikut ;
a. Jamming, teknik memanjat dengan memanfaatkan celah yang tidak begitu besar. Jari-jari
tangan, kaki, ataupun bagian-bagian tangan hingga bahu pemanjat dapat dimanfaatkan
pengaman sisip.
Badan masuk di antara celah, dengan punggung menempel dan mendorong di salah satu
sisi tebing. Sebelah kaki menempel pada sisi tebing depan, dan sebelah lagi menempel ke
tebing yang berrada dibelakang pemanjat. Kedua tangan diletakkan menempel pada
tebing. Kedua tangan membantu mendorong ke atas bersamaan dengan kedua kaki yang
menggunakan kedua tangan dan kaki sebagai pegangan pada kedua permukaan tebing.
Posisi badan mengangkang, kaki sebagai tumpuan dibantu oleh tangan yang juga
kaki. Pada teknik ini jari tangan mengait tepi celah tersebut dengan posisi badan
pemanjatnya. kedua kaki berpijak dan mendorong pada tepi celah yang berlawanan untuk
5
e. Hand traverse, Teknik memanjat pada tebing dengan gerak menyamping (horizontal). Hal
ini dilakukan bila pegangan yang ideal sangat minim dan untuk memanjat verticalsudah
tidak memungkinkan lagi. Teknik ini sangat rawan, dan banyak memakan tenaga karena
seluruh berat badan tertumpu pada tangan, sedapat mungkin pegangan tangan dibantu
dengan pijakan kaki (ujung kaki) agar berat badan dapat terbagi lebih rata.
tinggi, namun cukup besar untuk diandalkan sebagai tempat berdiri selanjutnya. Kedua
tangan digunakan untuk menarik berat badan, dibantu dengan pergerakan kaki. Bila
tonjolan-tonjolan tersebut setinggi paha atau dada maka posisi tangan berubah dari
menarik menjadi menekan untuk mengangkat berat badan yang dibantu dengan dorongan
kaki. strategi sangat diperlukan dalam setiap pemanjatan tebing, selalu sensitif membaca
keadaan, baik terhadap kemampuan diri maupun keadaan medan yang ada, sensitif dengan
semua sumber daya sebaik mungkin untuk dapat meraih tujuan pemanjatan.
tebing:
a. Free Climbing, Sesuai dengan namanya, pada free climbing alat pengaman yang paling
baik adalah diri sendiri. Namun keselamatan diri dapat ditingkatkan dengan adanya
keterampilan yang diperoleh dari latihan yang baik dan mengikuti prosedur yang tepat.
Pada free climbing, peralatan berfungsi hanya sebagai pengaman bila jatuh. Dalam
6
masih mampu bergerak atau melanjutkan pendakian. Dalam pendakian tipe ini seorang
b. Free Soloing Climbing, Merupakan bagian dari free climbing, tetapi si pendaki benar-benar
melakukan dengan segala resiko yang siap dihadapinya sendiri. Dalam pergerakannya ia
pendaki harus benar-benar mengetahui segala bentuk rintangan dan keputusan untuk
pergerakan pada rute yang dilalui. Bahkan kadang-kadang ia harus menghafalkan dahulu
segala gerakan, baik itu tumpuan ataupun pegangan, sehingga biasanya orang akan
melakukan free soloing climbing bila ia sudah pernah mendaki pada lintasan yang sama.
Resiko yang dihadapi pendaki tipe ini sangat fatal sekali, sehingga hanya orang yang
seperti piton, bolt, dll. Peralatan tersebut harus digunakan karena dalam pendakian sering
sekali dihadapi medan yang kurang atau tidak sama sekali memberikan tumpuan atau
7
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Alpen dan pada tahun 1910, penggunaan alat dalam panjat tebing mulai diperkenalkan meskipun
masih terbatas namun untuk teknik pemanjatan tebing dengan menggunakan tali mulai dikenal
tahun 1920. di Indonesia sendiri panjat tebing mulai dikenal tahun 1960 yang dirintis
dan Deddy Hikmat yang memulai latihan di tebing Citatah Jawa Barat setelah itu berdirilah
FPTGI diikrarkan di tugu monas 21 April 1988 lalu FPTGI berubah nama menjadi FPTI
(Federasi Panjat Tebing Indonesia). Dan tahun 1992 diakui sebagai anggota Union Internationale
des Association d Alpinisme (UIAA) yang mewadahi organisasai panjat tebing dan gunung
Internasional.
8
DAFTAR PUSTAKA
Fakultas Geografi.
9
i