Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Panjat Tebing

Pembimbing :Ferry Agung Nugroho, S.Pd.


Disusun Oleh :
Novina Zahra Helmania
KELAS :
XI IPA 1
Absen : 25

SMA NEGERI 1 MATARAMAN

TAHUN PELAJARAN
2020/2021

i
KATA PENGANTAR

             

Puji dan Syukur  kehadirat Allah SWT. karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya yang berupa

kesehatan, pikiran dan kemampuan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

penulis mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada guru Penjas dan Olahraga

serta untuk semua pihak yang telah memberikan bantuannya pada kami, sehingga makalah

dengan judul PANJAT TEBING ini dapat selesai dengan baik.

Akhirnya dengan mengucapkan kata hamdallah penulis menyadari bahwa makalah ini masih

jauh dari sempurna. Karena kebenaran dan kesempurnaan hanya Allah yang punya dengan

Kuasaan-Nya. Maka, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan,

sehingga dalam penyusunan makalah berikutnya akan lebih baik. Demikian, semoga makalah ini

dapat bermanfaat bagi kita semua.  Amin

                                                                                                       Mataraman,      Maret  2021

                                                                                                 Penyusun

                                                                                                   

                                                                    

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN............................................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah....................................................................................................................1

C.  Tujuan.....................................................................................................................................1

BAB II

PEMBAHASAN...............................................................................................................................2

A. Pengertian Panjat Tebing.........................................................................................................2

B.  Sistem......................................................................................................................................2

C. Teknik Panjat Tebing...............................................................................................................4

D. Jenis Pemanjatan Berdasarkan Pemakaian Peralatan..............................................................6

BAB III

P E N U T U P..................................................................................................................................8

Kesimpulan...................................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Panjat tebing merupakan olahraga ekstrim dan penuh tantangan,namun dibalik itu

olahraga ini banyak penggemarnya dan sampai sekarang olahraga ini terus mengalami

perkembangan yang sangat pesat, maka dari itu saya selaku orang yang berada dalam bidang

olahraga ingin menambah wawasan dalam olahraga ini.

B. Rumusan Masalah

  1. Mengetahui Tentang panjat tebing

  2. Sistem apa yang dipakai

  3. Apa sajakah Teknik panjat tebing

C.  Tujuan

Dengan mempelajari tentang olahraga ini maka :

1.  Akan mengetahui lebih luas tentang panjat tebing.

2.  Dapat memberikan materi olahraga ini pada siapapun yang membutuhkan

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Panjat Tebing

Panjat tebing atau istilah asingnya dikenal dengan Rock Climbing merupakan salah satu

dari sekian banyak olah raga alam bebas dan merupakan salah satu bagian dari mendaki

gunung yang tidak bisa dilakukan dengan cara berjalan kaki melainkan harus menggunakan

peralatan dan teknik-teknik tertentu untuk bisa melewatinya. Pada umumnya panjat tebing

dilakukan pada daerah yang berkontur batuan tebing dengan sudut kemiringan mencapai lebih

dari 45° dan mempunyai tingkat kesulitan tertentu.

Pertama kali panjat tebing dikenal di kawasan Eropa, tepatnya di pegunungan Alpen.

Tahun 1910, penggunaan alat dalam panjat tebing mulai diperkenalkan meskipun masih

terbatas pada carabiner dan piton yang terbuat dari baja. Dan sejak itulah pendaki dari Austria

dan Jerman mulai mengembangkan teknik dan alat-alat baru dalam panjat tebing. Di Inggris

sebelum perang dunia meletus, kegiatan panjat sangat dibatasi dalam penggunaan piton

dengan alasan merusak lingkungan. Hal itulah yang menyebabkannya ketinggalan dari

Jerman. Teknik pemanjatan tebing dengan menggunakan tali mulai dikenal tahun 1920.

B.  Sistem  

Ada dua sistem yang biasa digunakan yaitu sistem alpine(alpine push)

danHimalayan(Himalayan style)

1.Alpine push

Dalam sistem ini pemanjat melakukan pemanjatan sampai puncak tanpa turun kecamp, jadi

pemanjat selalu ada ditebing saat tidur sekalipun (hanging bivoac) segala aktivitas diluar

2
pemanjatan dilakukan ditebing untuk ini segala peralatan dan perbekalan harus benar benar

diperhitungkan . penggunaan sistem ini juga harus memperhitungkan personil yang bertugas

mengangkat barang- barang tersebut dengan sistem load carry.jadi dibutuhkan mimimal 3

personil (1 orang leader, 1orang belayer, 1orang load carry) setelah pemanjat terakir(person

load carry) sampai dipitch atasnya , tali(fixe rope) yang

digunakan naik dengan sistem jumaring langsung digulung untuk dibawa keatas . jadi tidak

ada tali menggantung  untuk turun sebelum sampai puncak.

(1992 Mechanical Advantage “hauling”. Profesional Association Climbing Instructur Seehan

B.E, Alan).

Keuntungan

«    Pemanjat tidak usah turun kedasar (base camp) untuk istirahat (malam) dan naik lagi ke

pitch terakhir untuk melakukan pemanjatan.

«    Jumlah tali yang dibutuhkan relative sedikit (min 3roll)

«    Waktu pemanjatan lebih singkat.

Kelemahan

«    Segala sesuatu mulai dari membuka jalur dan yang mengevakuasi barang-barang

keperluan diatas harus dilakukan sendiri oleh leade  atau bellayer tersebut  (termasuk

pemasangan lintasan untuk load carry)

«    Waktu istirahat malam hari kurang karena tidur menggantung

(UIAA:1992 Mechanical Advantage “hauling”. Profesional Association Climbing Instructur

Seehan B.E, Alan).

2. Himalayan style

            pemanjatan dilakukan sampai sore, kemudian pemanjat turun ke camp dasar dan

pemanjatan diteruskan besok pagi. Tali sampai pitch terakhir ditinggal untuk melanjutkan

3
pemanjatan besok, jadi sebelum leader dan bellayer melakukan pemanjatan mereka akan

melakukan jumaring sampai pitch terakhir kemudian baru leader melakukan pemanjatan.

  Kelebihan

«    Cukup dibutuhkan dua orang personil untuk membuka jalur ( leader dan   bellayer )

«    Pemanjat dapat beristirahat dengan nyaman di base camp

«    Satu orang yang sudah mencapai sudah dianggap berhasil

  Kekurangan

«    Butuh banyak peralatan terutama tali, panjang tali disesuaikan dengan panjang lintasan

yang akan dilakukan dalam pemanjatan.

«    Waktu pemanjatan lebih lama.

C. Teknik Panjat Tebing

Tehnik-tehnik pemanjatan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan seluruh medan tebing,

antara lain:

• Face Climbing, Yaitu pemanjatan pada permukaan tebing yang memanfaatkan tonjolan

batu(point) atau rongga yang memadai yang digunakan sebagai pijakan kaki, pegangan

tangan maupun penjaga keseimbangan tubuh.

• Friction / Slab Climbing, Teknik ini semata-mata hanya mengandalkan gaya gesekan

sebagai gaya penumpu. Ini dilakukan pada permukaan tebing yang tidak terlaluvertical,

kekasaran permukaan cukup untuk menghasilkan gaya gesekan. Gaya gesekan terbesar

diperoleh dengan membebani bidang gesek dengan bidang normal sebesar mungkin. Sol

sepatu yang baik dan pembebanan maksimal di atas kaki akan memberikan gaya gesek yang

baik, sehingga pemanjatan dapat dilakukan dengan lebih mudah.

4
• Fissure Climbing, Teknik pemanjatan dengan fissure climbing ini lebih memanfaatkan celah

yang dipergunakan oleh anggota badan untuk melakukan panjatan. Dengan cara demikian,

maka beberapa pengembangan dari fissure climbing, dikenal teknik-teknik dengan tehnik

sebagai berikut ;

a. Jamming, teknik memanjat dengan memanfaatkan celah yang tidak begitu besar. Jari-jari

tangan, kaki, ataupun bagian-bagian tangan hingga bahu pemanjat dapat dimanfaatkan

sebagai tehnik untuk memanjat dengan cara memanfaatkan crack/retakan pada tebing

untuk melakukan pemanjatan. Peralatan yang digunakan secara mayoritas adalah

pengaman sisip.

b. Chimneying, teknik memanjat celah vertical yang cukup lebar pada tebing(chimney).

Badan masuk di antara celah, dengan punggung menempel dan mendorong di salah satu

sisi tebing. Sebelah kaki menempel pada sisi tebing depan, dan sebelah lagi menempel ke

tebing yang berrada dibelakang pemanjat. Kedua tangan diletakkan menempel pada

tebing. Kedua tangan membantu mendorong ke atas bersamaan dengan kedua kaki yang

mendorong dan menahan berat badan.

c. Bridging, teknik memanjat pada celah vertical yang cukup besar (gullies).Tehnik ini

menggunakan kedua tangan dan kaki sebagai pegangan pada kedua permukaan tebing.

Posisi badan mengangkang, kaki sebagai tumpuan dibantu oleh tangan yang juga

berfungsi sebagai penjaga keseimbangan.

d. Lay back, teknik memanjat pada celah vertical dengan menggunakan kekuatantangan dan

kaki. Pada teknik ini jari tangan mengait tepi celah tersebut dengan posisi badan

membeban ke belakang dan menempel kesisi tebing, untuk memperkuat pegangan

pemanjatnya. kedua kaki berpijak dan mendorong pada tepi celah yang berlawanan untuk

menghasilkan daya angkat.

5
e. Hand traverse, Teknik memanjat pada tebing dengan gerak menyamping (horizontal). Hal

ini dilakukan bila pegangan yang ideal sangat minim dan untuk memanjat verticalsudah

tidak memungkinkan lagi. Teknik ini sangat rawan, dan banyak memakan tenaga karena

seluruh berat badan tertumpu pada tangan, sedapat mungkin pegangan tangan dibantu

dengan pijakan kaki (ujung kaki) agar berat badan dapat terbagi lebih rata.

f. Mantelself, Teknik memanjat tonjolan-tonjolan (teras-teras kecil) yang letaknya agak

tinggi, namun cukup besar untuk diandalkan sebagai tempat berdiri selanjutnya. Kedua

tangan digunakan untuk menarik berat badan, dibantu dengan pergerakan kaki. Bila

tonjolan-tonjolan tersebut setinggi paha atau dada maka posisi tangan berubah dari

menarik menjadi menekan untuk mengangkat berat badan yang dibantu dengan dorongan

kaki. strategi sangat diperlukan dalam setiap pemanjatan tebing, selalu sensitif membaca

keadaan, baik terhadap kemampuan diri maupun keadaan medan yang ada, sensitif dengan

keketerbatasan-keterbatasan yang mungkin timbul dan selalu dapat mengambil keputusan

untuk memnfaatkan kemampuan diri maupun alat semaksimal mungkin, me-manage

semua sumber daya sebaik mungkin untuk dapat meraih tujuan pemanjatan.

D. Jenis Pemanjatan Berdasarkan Pemakaian Peralatan

Berikut jenis-jenis pemanjatan berdasarkan peralatan yang digunakan dalam pemanjatan

tebing:

a.  Free Climbing, Sesuai dengan namanya, pada free climbing alat pengaman yang paling

baik adalah diri sendiri. Namun keselamatan diri dapat ditingkatkan dengan adanya

keterampilan yang diperoleh dari latihan yang baik dan mengikuti prosedur yang tepat.

Pada free climbing, peralatan berfungsi hanya sebagai pengaman bila jatuh. Dalam

pelaksanaanya ia bergerak sambil memasang, jadi walaupun tanpa alat-alat tersebut ia

6
masih mampu bergerak atau melanjutkan pendakian. Dalam pendakian tipe ini seorang

pendaki diamankan oleh belayer.

b. Free Soloing Climbing, Merupakan bagian dari free climbing, tetapi si pendaki benar-benar

melakukan dengan segala resiko yang siap dihadapinya sendiri. Dalam pergerakannya ia

tidak memerlukan peralatan pengaman. Untuk melakukan free soloing climbing, seorang

pendaki harus benar-benar mengetahui segala bentuk rintangan dan keputusan untuk

pergerakan pada rute yang dilalui. Bahkan kadang-kadang ia harus menghafalkan dahulu

segala gerakan, baik itu tumpuan ataupun pegangan, sehingga biasanya orang akan

melakukan free soloing climbing bila ia sudah pernah mendaki pada lintasan yang sama.

Resiko yang dihadapi pendaki tipe ini sangat fatal sekali, sehingga hanya orang yang

mampu dan benar-benar professional yang akan melakukannya.

c. Atrificial Climbing, Pemanjatan tebing dengan bantuan peralatan tambahan,

seperti piton, bolt, dll. Peralatan tersebut harus digunakan karena dalam pendakian sering

sekali dihadapi medan yang kurang atau tidak sama sekali memberikan tumpuan atau

peluang gerak yang memadai.

7
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Olahraga panjat tebing pertama dikenal di kawasan Eropa tepatnta di pegunungan

Alpen  dan pada tahun 1910, penggunaan alat dalam panjat tebing mulai diperkenalkan meskipun

masih terbatas namun untuk  teknik pemanjatan tebing dengan menggunakan tali mulai dikenal

tahun 1920. di Indonesia sendiri panjat tebing mulai dikenal tahun 1960 yang dirintis

oleh Mapala UI dan Wanadri diantaranya: Harry Suliztianto, Agus Resmonohadi, Heri Hermanu,

dan Deddy Hikmat yang memulai latihan di tebing Citatah Jawa Barat setelah itu berdirilah

FPTGI diikrarkan di tugu monas 21 April 1988 lalu FPTGI berubah nama menjadi FPTI

(Federasi Panjat Tebing Indonesia). Dan tahun 1992 diakui sebagai anggota Union Internationale

des Association d Alpinisme (UIAA) yang mewadahi organisasai panjat tebing dan gunung

Internasional.

8
DAFTAR PUSTAKA

(FPTI:1988)  “Materi Dasar Kepencintaalaman”. Yogyakarta : Mahasiswa Pecinta Alam

Fakultas Geografi.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Panjat_tebing diunduh 25 Desember 2013).

(UIAA:1992) Mechanical Advantage “hauling”. Profesional Association Climbing Instructur

Seehan B.E, Alan.

(FPTI:1988) Warid, Allan. “ vertical”. Komponen Dasar Panjat Tebing

9
i

Anda mungkin juga menyukai