Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN“LUKA BAKAR”

MINCE
K.18.01.015

CI INSTITUSI

(WAHYU HIDAYAT, S.Kep.,Ns.,M.Kep)

PROGRAM STUDI (S1 KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS)


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO
2021
BAB l
KONSEP MEDIS

A.DEFENISI
Luka bakar adalah cedera terhadap jaringan yang disebabkan oleh kontak
terhadap panas kering (api), panas lembab (uap atau cairan panas), kimiawi
(seperti bahan-bahan korosif), bahan-bahan elektrik (arus listrik atau lampu),
friksi, atau energi elektromagnetik dan radian. Luka bakar merupakan satu jenis
trauma yang memiliki morbiditas dan mortalitas yang tinggi sehingga
memerlukan perawatan yang khusus mulai fase awal hingga fase lanjut (Hatta,
2015).
Luka bakar (Burn) adalah kerusakan pada jaringan kulit dan tubuh karena
nyala api, panas, dingin friksi, radiasi (kulit menggelap terbakar matahari),
bahan kimia, atau listrik. Luka bakar biasanya terbagi menjadi tiga kategori,
bergantung pada keparahannya. (Digiulio, 2014)
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih
dalam.(Padila, 2012)
Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak
langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik
(electrict), zat kimia (chemycal), atau radiasi (radiation). (Pamela, 2010)

B. ETIOLOGI
Etioliogi menurut Musliha (2010) sebagai berikut :
1. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn)
Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak
dengan :
a. Gas
b. Cairan
c. Bahan padat (solid)
2. Luka bakar bahan kimia (Hemical Burn)
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan
kulit dengan asam atau basa kuat.Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya
karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk
keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam
bidang industri, pertanian dan militer.
3. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari
energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka
dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang
elektrik itu sampai mengenai tubuh.
4. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber
radioaktif.Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan
radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan
terapeutik pada dunia kedokteran.Terbakar oleh sinar matahari akibat
terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar
radiasi.

C. PATOFISIOLOGI
Pada dasarnya luka bakar itu terjadi akibat paparan suhu yang tinggi,
akibatnya akan merusak kulit dan pembuluh darah tepi maupun pembuluh darah
besar dan akibat dari kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan
plasma sel darah, protein dan albumin, mengalami gangguan fisiologi.
Akibatnya terjadilah kehilangan cairan yang massif, terganggunya cairan di
dalam lumen pembuluh darah. Suhu tinggi juga merusak pembuluh darah yang
mengakibatkan sumbatan pembuluh darah sehingga beberapa jam setelah reaksi
tersebut bisa mengakibatkan radang sistemik, maupun kerusakan jaringan
lainnya. Dari kilasan diatas maka pada luka bakar juga dapat terjadi syok
hipovolemik atau burn shock.
Dalamnya luka bakar tergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan
lamanya kontak dengan agen tersebut. Sebagai conth, pada kasus luka bakar
tersiram air panas pada orang dewasa, kontak selama 1 detik dengan air yang
panas dari shower dengan suhu 68,90C dapat menimbulkan luka bakar yang
merusak epidermis serta dermis sehingga terjadi cedera derajat- tiga
( fullthickness injury ). Pajanan selama 15 menit dengan air panas yang suhunya
sebesar 56,10C mengakibatkan cedera full-thickness yang serupa.Suhu yang
kurang dari 440C dapat ditoleransi dalam periode waktu yang lama tanpa
menyebabkan luka bakar.
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor
inflamasi yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen serum,
gangguan fungsi neutrofil, limfositopenia.Imunosupresi membuat pasien luka
bakar bereisiko tinggi untuk mengalmai sepsis.Hilangnya kulit menyebabkan
ketidakmampuan pengaturan suhunya. Beberapa jam pertama pasca luka bakar
menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-jam berikutnya menyebabkan
hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme. (Musliha, 2010).

D.MANIFESTASI KLINIS
1. Derajat 1
Bagian kulit yang terkena adalah epidermis dengan gejala Kesemutan,
hiperestesia (supersensivitas), rasa nyeri mereda jika didinginkan.
Penampilan luka : Memerah, menjadi putih ketika ditekan minimal atau
tanpa edema. Perjalanan kesembuhan : Kesembuhan lengkap dalam waktu
satu minggu, terjadi pengelupasan kulit.
2. Derajat 2
Epidermis dan bagian dermis dengan gejala nyeri, hiperestesia, sensitif
terhadap udara yang dingin. Penampilan luka : melepuh, dasar luka
berbintik-bintik merah, epidermis retak, permukaan luka basah, terdapat
edema
3. Derajat 3
Epidermis, keseluruhan dermis dan kadang-kadang jaringan subkutan
dengan gejala tidak terasa nyeri, syok, hematuria (adanya darah dalam
urin) dan kemungkinan pula hemolisis (destruksi sel darah merah),
kemungkinan terdapat luka masuk dan keluar (pada luka bakar listrik).
Penampilan luka : Kering, luka bakar berwarna putih seperti bahan kulit
atau gosong, kulit retak dengan bagian lemak yang tampak, terdapat
edema.(Amin,2013)

E. KOMPLIKASI
Komplikasi menurut Lalani (2011), sebagai berikut :
1. Infeksi luka
a. Sulit dibedakan dengan penyembuhan luka karena sama-sama terdapat
eritema, edema, nyeri tekan.
b. Jika demam, malaise, atau gejala memburuk, pikirkan kemungkinan
infeksi.
c. Dapat menyebabkan sepsis dan kerusakan luka bakar yang lebih
dalam.
d. Perlu dirawat inap dan mendapat antibiotik IV.
2. Syok akibat luka bakar
3. Edema akibat luka bakar
4. Eskarotomi
5. Rabdomiolisis
6. Cidera inhalasi
7. Hipermetabolisme

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien dengan luka bakar menurut
Padila (2012) sebagai berikut :
1. LED : mengkaji hemokonsentrasi. Nilai normal (L: 15mm/jam; P:
<20mm bakar="" jam="" led.="" luka="" pada="" pasien=""
peningkatan="" span="" terjadi="">.
2. Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini
terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam
24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti
jantung.
3. Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar-X dada untuk mengkaji fungsi
pulmonal, khususnya pada cidera inhalasi asap.
4. BUN dan kreatinin untuk mengkaji fungsi ginjal.
5. Urinalisis untuk menunjukkan mioglobin dan hemokromogen
menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
6. Bronkoskopi untuk membantu memastikan cedera inhalasi asap.
7. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun
pada luka bakar masif.
8. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada luka bakar :(Padila,2012)
1. Resusitasi Airway, Breathing, Circulation
 Pernafasan : udara panas → mukosa rusak → oedem → obstruksi ; efek
toksik dari asap : HCN, NO2, HCL, Bensin → iritasi → bronkhokontriksi
→ obstruksi → gagal nafas
 Sirkulasi : Gangguan permeabilitas kapiler : cairan dan intra vaskuler
pindah ke ekstra vaskuler → hipovolemi relatif → syok → ATN → gagal
ginjal
2. Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka
3. Resusitasi cairan → Baxter
4. Monitor urine dan CVP
5. Topikal dan tutup luka
6. Obat-obatan
 Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak
kejadian.Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan
sesuahasil kultur
 Analgetik : kuat (morfin, petidine)
 Antasida : kalau perlu

H. PENCEGAHAN LUKA BAKAR


Pencegahan luka bakar adalah dengan mencegah kondisi yang dapat
menyebabkan luka bakar. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk
mencegah luka bakar adalah:
 Jangan lupa mematikan kompor setelah memakainya.
 Gunakan pelindung tangan saat memasak.
 Hindari merokok di dalam rumah atau gedung.
 Jangan lupa mematikan alat setrika ketika sudah selesai
menggunakannya.
 Siapkan alat pemadam api ringan (APAR) di rumah.
BAB ll
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas pasien
Resiko luka bakar setiap umur berbeda : anak dibawah 2 tahun dan diatas 60
tahun mempunyai angka kematian lebih tinggi, pada umur 2 tahun lebuh
rentan terkena infeksi.
2. Riwayat kesehatan sekarang
a. Sumber kecelakaan
b. Sumber panas atau penyebab yang berbahaya
c. Gambaran yang mendalam bagaimana luka bakar terjadi
d. Faktor yang mungkin berpengaruh seperti alkohol, obat-obatan
e. Keadaan fisik disekitar luka bakar
f. Peristiwa yang terjadi saat luka sampai masuk ke RS
3. Riwayat kesehatan dahulu
Penting untuk menentukan apakah pasien mempunyai penyakit yang merubah
kemampuan untuk memenuhi keseimbangan cairan dan daya pertahanan
terhadap infeksi (seperti DM,gagal jantung, sirosis hepatis, gangguan
pernafasan)
4. Pemeriksaan Fisik dan psikososial
1. Aktifitas / istirahat :
Tanda : penurunan kekuatan, tahanan, keterbatasan rentang gerak pada area
yang sakit ; gangguan masa otot, perubahan tonus
2. Sirkulasi :
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT) : hipotensi (syok);
penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi
perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik);
takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema
jaringan (semua luka bakar)
3. Integritas ego :
Gejala : masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda : ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah
4. Eliminasi
Tanda : haluaran urine menurun; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi
mioglobin, mengidentifikasikan kerusakan otot dalam; diuresis, penurunan
bising usus
5. Makanan / cairan :
Tanda : oedema jaringan umum, anoreksia, mual / muntah
6. Neurosensori :
Gejala : area batas, kesemutan
Tanda : perubahan orientasi, afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam
(RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang
7. Nyeri / keamanan :
Gejala : berbagi nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren
sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka
bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; respon terhadap luka bakar
ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar
derajat tiga tidak nyeri
8. Pernafasan
Gejala : terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama
Tanda : serak; batuk mengi; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan
menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi
9. Pemeriksaan diagnostik :
 LED mengkaji hemokonsentras
 GDA dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada
cedera inhalasi
 BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal
 Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan
kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh
 Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap
 Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun
pada luka bakar masif
 Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan yang Muncul pada Klien dengan Luka Bakar:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit
lapisan kulit.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik.
Tujuan : Pasien dapat mendemonstrasikan hilang dari ketidaknyamanan
Intervensi:
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor prepitasi.
2. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan, dan kebisingan.
3. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dalam, relaksasi, dan
distraksi.
4. Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri
5. Tingkatkan istirahat
6. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama
nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
Tujuan : Pasien dapat mendemonstrasikan status cairan dan biokimia membaik.
Intervensi :
1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
2. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa dan nadi adekuat),
jika diperlukan.
3. Monitor vital sign setiap 15 menit – 1 jam
4. Kolaborasi pemberian cairan IV
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit
lapisan kulit.
Tujuan : Menunjukkan regenerasi jaringan
Intervensi :
1. Kaji/catat ukuran, warna, kedalaman luka, perhatikan jaringan nekrotik
dan kondisi sekitar luka.
2. Lakukan perawatan luka bakar yang tepat dan tindakan kontrol infeksi.
3. Pertahankan penutupan luka sesuai indikasi.
4. Pertahankan balutan diatas area graft baru dan/atau sisi donor sesuai
indikasi.
5. Cuci sisi dengan sabun ringan, cuci, dan minyaki dengan krim, beberapa
waktu dalam sehari, setelah balutan dilepas dan penyembuhan selesai.
6. Lakukan program kolaborasi : Siapkan / bantu prosedur bedah/balutan
biologi.
PATOFISIOGI (PENYIMPANGAN KDM)

Bahan kimia,Api,Radiasi dan Listrik

Luka Bakar

Peningkatan Permeabilitas kapiler


Cidera Jaringan Kulit

KulitCoklat,Kemerahan Dan
Vasodilatasi Pembuluh darah Hitam

Kerusakan Pada
Volume Darah Dermis, Epidermis
Arteri Menurun dan Subkutan

Pengeluaran air,
natrium,protein
dalam sel Kematian sel- sel Kerusakan
Intregitas Kulit
Menurunnya
Cairan Nyeri Akut
Intraseluler

Kekurangan
Volume Cairan
DAFTAR PUSTAKA

Digiulio, Marry. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Rapha Publishing


Hatta.(2015). Dasar-dasar Keperawatan Gawat Darurat Jilid 1. Jakarta:
Salemba Medika
Musliha.(2010). Perawatan Gawat Darurat Dengan Pendekatan NANDA NIC-
NOC.
Yogyakarta: Nuha Medika
Nurarif, Amin Huda. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
NANDA
NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Publishing
Pamella(2008). Panduan Belajar Keperawatan Emergenci. Jakarta: EGC
Padila.(2012). Perawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai