Anda di halaman 1dari 14

8. Bagaimana tatalaksana dan rencana perawatan pada kasus?

Rencana perawatan
Fase emergensi:
- Perawatan abses periodontal gigi 36
Fase non nedah:
- OHI/DHE/KIE
- Scaling
- Rootplanning
- Perawatan saluran akar gigi 36
- Splinting
- Ekstraksi gigi 38
- Kontrol 1 minggu
- Kontrol 1 bulan
Fase bedah:
- Flap periodontal dan bone graft 36
- Apeks reseksi gigi 36
- Kontrol 1 minggu
- Kontrol 1 bulan
Fase restorative:
- Final restorasi gigi gigi 35 dan gigi 36
- Gigi tiruan 37
Fase maintanance:
- Recall visit 1-2 bulan sekali dalam 1 tahun pertama

Tatalaksana
1. Abes periodontal gigi 36
- Irigasi abses dengan menggunakan larutan salin serta dilakukan pemeriksaan
benda asing yang ada di dalam poket periodontal

- Drainase abses melalui kantung periodontal

-
- Area perifer di sekitar abses dibius dengan agen anestesi topikal dan lokal yang
cukup untuk memastikan kenyamanan. Dinding poket ditarik secara perlahan
dengan probe atau kuret periodontal dalam upaya untuk memulai drainase melalui
pintu masuk poket (lihat Gbr. 45.8). Tekanan digital lembut dan irigasi dapat
digunakan untuk mengeluarkan eksudat dan mengeringkan kantong (Gbr. 45.9).
Jika lesi minimal dan akses tidak rumit, debridemen dalam bentuk scaling dan
root planing dapat dilakukan saat pengangkatan ini.

-
- Jika lesi besar dan drainase tidak dapat dilakukan, debridemen akar dengan
scaling dan root planing atau akses pembedahan harus ditunda sampai tanda klinis
utama mereda. Pada pasien ini, penggunaan antibiotik sistemik tambahan dengan
rejimen dosis tinggi jangka pendek direkomendasikan (lihat Kotak 45.5). Terapi
antibiotik biasanya tanpa drainase dan scaling subgingiva merupakan
kontraindikasi.

- Terapi antimikroba
Dengan pemberian antibiotik yang dapat diberikan, yaitu:
a. Phenoxymethylepinicillin 250-500 mg
b. Amoxycilin 250-500 mg
c. Metronidazole 200-400 mg
Apabila pasien alergi dengan penicillin maka dapat digunakan:
a. Erytromicyn 250-500 mg
b. Doxycyclin 100 mg
c. Clyndamicin 150-300 mg
2. Scaling
3. Rootplanning
4. Perawatan saluran akar
- Straight line access
- Medikasi intrakanal
a) Mengontrol kedalaman insersi jarum dengan dibengkokkan dan diberi tanda
stop karet minimal 2mm kurang dari panjang kerja
b) Memasukkan NaOCl 0.5% - 5.25% ke dalam syringe 3 cc, kemudian jarum
irigasi dimasukkan ke dalam saluran akar tidak menempel ke dindingnya, agar
terdapat ruang pengaliran kembali dan menghindari penekanan.
c) NaOCl disemprotkan sedikit-sedikit dengan gerakan jarum ke atas dan ke
bawah secara konstan (agitasi cairan) dan tanpa tekanan.
d) Mengeringkan larutan yang keluar dari saluran akar dengan suction dan paper
point steril agar tidak terjadi interaksi antara beberapa bahan irigasi.
e) Melakukan irigasi intrakanal dengan cairan irigasi Chlorhexidine 2%, EDTA
17% (1 menit), diakhiri pembilasan dengan CaOH
f) Mengeringkan larutan irigasi yang keluar kembali dengan suction dan paper
point steril.
g) Mengaplikasikan Ca(OH)2 ke dalam saluran akar dengan menggunakan tip
yang tersedia atau menggunakan file/ jarum lentulo dengan gerakan
berlawanan arah dengan jarum jam.Memastikan bahan medikamen masuk
sampai ujung saluran akar hingga orifis.

- Preparasi biomekanis
- Pengisian saliran akar
1. Isolasi daerah kerja
2. Bersihkan saluran akar, irigasi dengan chlorhexidine
3. Masukan sealer menggunakan lentulo, putran berlawanan dengan jarum jam,
pastikan mengenai seluruh dinding saluran akar
4. Penempatan dan memadatkan gutta-percha pada teknik kondensasi lateral
dilakukan dengan tekanan pada dinding saluran akar menggunakan spreader.
Master cone, adalah gutta-percha pertama yang masuk secara fit sesuai
dengan ukuran master apical file
5. Master cone tidak boleh melewati foramen sesuai preparasi terakhir harus
memperlihatkan resistensi yang disebut ‟tug-back‟.
6. Setelah aplikasi sealer, kemudian master cone ditempatkan kemudian
didorong ke arah lateral menggunakan finger spreader
7. Gutta-percha tambahan, sebagai ’accessory cones digunakan untuk mengisi
ruang sisa, dan setiap penambahan accesory cone harus diikuti dengan
pemampatan ke arah lateral yang sama. Diamkan spreader beberapa detik
untuk memberi waktu bagi gutta-percha berubah bentuk dan mengalir di
bawah tekanan. Setelah spreader diangkat, gutta-percha asesoris pertama
ditempatkan dan dipadatkan ke arah lateral di dalam tempatnya. Proses ini
dilakukan berulang-ulang hingga saluran terisi penuh.
8. Pastikan spreader mencapai sekurangnya 1 milimeter dari panjang kerja agar
gutta-percha melekat kuat ke dinding saluran akar.
9. Jaga bentuk kerucut saluran akar agar obturasi hermetis.
10.Setelah saluran akar “penuh” tidak dapat disisipkan lagi guthapercha,
panaskan ekskavator potong pangkal guthapercha tepat di dasar kamar
pulpa, ratakan dengan plugger, rapihkan
11.Bersihkan kamar pulpa dari sisa-sisa sealer menggunakan cotton pellllet yang
dibasahi alkohol.
12.Tutup orifis menggunakan semen glass ionomer

5. Splinting
6. Ekstraksi gigi
7. Flap periodontal dan bonegraft
- Flap perio
1. Anestesi lokal dengan teknik infiltrasi pada permukaan bukal dan palatal regio
gigi yang akan dilakukan pembedahan.
2. Insisi pertama berupa insisi bevel internal.
Insisi dilakukan pada bagian bukal dengan irisan scalloped mengikuti margin
gingiva (scalloped inverse bevel) selebar 1mm dari tepi gingiva menggunakan
pisau nomor 12 dengan arah kemiringan pisau 45 terhadap sumbu panjang gigi
sampai mengenai puncak tulang alveolar.

3. Gingiva dilepaskan dari tulang menggunakan elevator periosteal agar flep mudah
digerakkan serta memberi aksesibilitas dan visibilitas yang cukup terhadap
struktur-struktur di bawahnya seperti cacat tulang, dan sementum nekrotik.

4. Insisi kedua berupa insisi sulkular / krevikular.


Insisi mengelilingi setiap gigi sampai ke puncak tulang alveolar, untuk
memisahkan antara struktur keras dan gingiva.

5. Insisi ketiga berupa insisi horisontal.


Insisi tepat di koronal tulang pada daerah interproksimal sampai jaringan gingiva
yang tertinggal terlepas. Jaringan gingiva yang dieksisi kemudian dibuang.

6. Flep direfleksikan kemudian lakukan skeling dan root planing menggunakan


kuret gracey sambil melakukan irigasi dengan larutan NaCl 0,9% dan H2O2 3%
secara bergantian untuk menyingkirkan jaringan granulasi sampai permukaan
tulang terlihat bersih.

7. Bila terjadi perdarahan diatasi dengan menekan tampon yang telah dibasahi
adrenalin dan diencerkan dengan aquades (perbandingan 1:100 cc) pada daerah
operasi.
8. Tulang yang kasar dihaluskan dengan menggunakan bone file.
9. Daerah operasi diirigasi dengan NaCl 0,9% dan H2O2 3% secara bergantian
hingga bersih.
10. Bersihkan dan keringkan daerah operasi menggunakan tampon steril.
11. Reposisi flap kembali ke tempat semula.
12. Lakukan penjahitan dengan metode interrupted suture pada regio interproksimal
di setiap gigi dalam arah bukal ke lingual.

13. Lakukan pemasangan pek periodontal.


14. Berikan instruksi paska bedah pada pasien.
- Bone graft
Daerah operasi dikeringkan agar defek tulang terlihat jelas, sebab akan dilakukan penempatan
bone graft dilanjutkan dengan penempatan membran PRF di atas bone graft (gambar 7a,7b).
Setelah itu flap direposisi ke arah apikal dan dijahit dengan teknik simple suture
menggunakan benang nilon reverse bevel 4-0, luka kemudian ditutup dengan periodontal
dressing COE-Pack (gambar 8a dan gambar 8B). Kepada pasien diberikan instruksi setelah
operasi dan diresepkan obat oral yang terdiri atas antibiotik, analgetik, dan anti-inflamasi

8. Apeks reseksi
1) Lakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada rongga mulut.
2) Lakukan anestesi lokal.

3) Tentukan pola insisi pada permukaan labial mukosa mulut, yaitu dengan menggunakan
penggaris bedah yang ditempatkan pada permukaan labial gigi yang bersangkutan dengan ukuran
yang mendekati panjang gigi. Kemudian dengan ujung periosteal elevator yang tumpul digambar
apeks pada jaringan dan juga pola dari insisi.
4) Lakukan insisi semilunar dari apeks gigi sebelah mesial gigi tersebut, ke arah garis gusi dan
ke apeks gigi sebelah distal. Bila terdapat kerusakan tulang yang luas lebih baik digunakan insisi
trapesium.

5) Flap diangkat keatas dan ditahan oleh retraktor

6) Tulang labial dibuka dengan bur

7) Potong apeks akar dengan bur fissure, jangan lebih dari sepertiga akar.
8) Lakukan kuretase jaringan patologi hingga bersih. 9) Haluskan tepi tulang dan ujung akar. 10)
Penutupan apikal gigi dengan amalgam

11) Irigasi luka dengan saline steril.


12) Lakukan penjahitan

9. Restorasi
1. Pemasangan matriks dan rubber dam
2. Ekskavasi karies dan preparasi kavitas sesuai dengan prinsip minimal
3. Aplikasikan etsa pada enamel, setelah 5 detik dilanjutkan pada dentin selama 10 detik
berikutnya (Teknik Total etsa)
4. Bilas menggunakan air hingga bahan etsa bersih dari kavitas, dan keringkan
menggunakan angin tekanan ringan
5. Ulaskan bonding menggunakan microbrush, diamkan selama 20 detik kemudian ratakan
dengan tekanan udara, kemudian sinari selama 20 detik
6. Aplikasi resin komposit secara inkrimental 2 mm per bonjol gigi dan sinari pada tiap
tahap selama 20 detik
7. Lakukan evaluasi pada tumpatan
8. Poles restorasi dengan menggunakan bur poles komposit

Anda mungkin juga menyukai