BAB 4
PEMBAHASAN
mengalami tingkat depresi dan kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
laki-laki selama pandemi COVID-19 (Chen et al., 2020; Essadek & Rabeyron,
2020; Patsali et al., 2020; Sundarasen et al., 2020). Perempuan mengalami stress
emosional terkait COVID-19 (Torun & Torun, 2020). Perempuan umumnya lebih
lebih rendah daripada laki-laki, melewati ambang itu akan memicu stress dan
konflik dan stress, pada perempuan konflik memicu hormone negative sehingga
20
kecemasan. Individu dapat mengelola stress dengan cara berusaha tetap berpikir
positif dan mengontrol emosi. Distraksi stress dan kecemasan bisa dilakukan
skor depresi, kecemasan, dan distress yang tinggi (Wenjun Cao et al., 2020;
Essadek & Rabeyron, 2020; Hasan et al., 2020; Husky et al., 2020). Masyarakat
dari kelompok sosial ekonomi kelas bawah cenderung menghadapi lebih banyak
2020). Individu yang memiliki penghasilan dibawah UMR dan tidak memiliki
pekerjaan yang tetap mengalami tingkat kecemasan dan persepsi stress yang lebih
tinggi (Torun & Torun, 2020). Dari segi finansial, para mahasiswa khawatir
kesempatan untuk bekerja dan membiayai studi mereka sendiri (Wenjun Cao et
Salah satu penyebab stress yang paling utama bagi mahasiswa adalah
Mahasiswa melaporkan bahwa empat dari lima penyebab stress teratas dalam
dan bahkan memicu pemikiran bunuh diri. Individu khawatir sakit atau tertular
COVID-19, namun disisi lain masalah finansial juga membuat mereka khawatir.
Terdampaknya aspek ekonomi yang dialami keluarga atau individu itu sendiri,
mereka.
Mahasiswa yang tidak tinggal bersama dengan orang tua mereka cenderung
mengalami kecemasan tingkat berat (Wenjun Cao et al., 2020; Sundarasen et al.,
2020). Mahasiswa yang tinggal sendirian biasanya jauh dari orang-orang yang
dapat membuat mahasiswa merasa lebih kesepian dan menghadapi tantangan dari
ketidaksesuaian antara jenis hubungan sosial yang kita inginkan dan jenis
dan juga menyedihkan (Peplau & Perlman, 1982). Kesepian akan disertai oleh
Sedikides, 1994).
Tinggal jauh dari orang yang dicintai di tengah pandemic COVID-19 akan
diri sendiri maupun pada orang-orang terdekat. Kecemasan pada diri sendiri dapat
seseorang yang mereka cintai. Kesepian mendalam yang dialami individu juga
dapat menimbulkan pemikiran bunuh diri. Individu yang hidup jauh dari orang-
mereka agar tetap terhubung dengan kerabat mereka, dengan begitu individu dapat
signifikan berhubungan dengan tingginya skor stress dan depresi (Hasan et al.,
2020). Sundarasen et al. (2020) mengatakan bahwa mahasiswa yang berada dalam
24
cara yang negatif di media sosial dapat memicu kecemasan, liputan yang terus
informasi yang berfokus pada COVID-19 selama lebih dari 5 jam per hari
memiliki skor tertinggi dari gejala depresi. Gejala depresi mahasiswa berbeda
informasi di media sosial yang melebihi kapasitas yang dapat mereka proses
mengalami social media fatigue (Bright, Kleiser, & Grau, 2015; Lee, Son, & Kim,
2016). Hampir sebagian besar masyarakat dunia berada dalam ketidakpastian dan
COVID-19. Penyebaran informasi masa kini melalui media masa sangat mudah.
terkait COVID-19. Namun informasi yang yang beredar seringkali berlebihan dan
simpang siur. Terlalu banyak paparan informasi khususnya berita buruk akan
membuat individu semakin merasa cemas dan stress. Mahasiswa dapat mengelola
25
kecemasan dan stress mereka dengan membatasi pemantauan berita secara terus
menerus dan menyaring informasi dari sumber bacaan yang berkualitas serta