Anda di halaman 1dari 14

SEJARAH PERKEMBANGAN, HAKEKAT, DAN MISI MADRASAH

TSANAWIYAH NEGERI MODEL

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Lembaga


PAI

Dosen Pengampu:

Dr. H. Mukh. Abdullah, M.Ag

Disusun Oleh:

SITI AMINATUSH SHOLIKHAH

NIM: 921.016.19.026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah pendidikan Islam di Indonesai tidak dapat kita lepaskan
begitu saja dalam percaturan pendidikan yang ada saat ini. Hal yang
demikian itu adalah suatu proses panjang yang pernah mengisih
lembaran-lembaran sejarah pendidikan kita. Pendidikan Islam yang
berarti proses bimbingan dari pendidika terhadap perkembangan
jasmani, rohani, dan akal peserta didik ke arah terbentuknya pribadi
muslim, telah berkembang di berbagai daerah dari sistem yang paling
sederhana menuju pada sistem pendidikan Islam yang modern.
Perkembangan pendidikan Islam dalam sejarahnya menunjukkan
perkembangan dalam subsistem yang bersifat oprasional dan teknis.
Adapun hal yang bersifat prinsip dasar dan tujuan pendidikan Islam,
tetap dipertahankan seseuai dengan prinsip ajaran Islam yang tertuang
dalam al-Quran dan as-Sunnah.
Dalam perkembagan tiga dekade terakhir, pendidikan Islam
tampak memberikan kontribusi yang cukup berarti terhadap pendidikan
Indonesia. Data statistik tahun 1994/1995 yang dikeluarkan Departemen
Agama RI dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI,
menggambarkan bahwa jumlah murid dan mahasiswa di lembaga-
lembaga pendidikan di Indonesia. Secara jelas keadaan siswa dan
mahasiswa, baik pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan
Departemen Agama sangat mengalami kenaikan.
Hal yang demikian ini memperlihatkan perkembagan positif
dalam pertumbuhan lembaga pendidikan Islam yang ada di Indonesia,
dengan berpedoman pada sejarah pertumbuhannya yang sedemikian
pesat. Namun pada pembahasan kali ini adalah untuk melihat sejarah
perkembangan Madrasah Tsanawiyah Negeri Model,hakikat serta
Misinya. Untuk itu, penulis akan berusaha memberikan rumusan yang
akan membawa pada pembahasan yang di maksudkan di atas.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Perkembangan Madrasah Tsanawiyah Negeri
Model?
2. Bagaimana Hakekat Madrasah Tsanawiyah Negeri Model?
3. Bagaimana Misi Madrasah Tsanawiyah Negeri Model?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Sejarah Perkembangan Madrasah Tsanawiyah
Negeri Model?
2. Untuk mengetahui Hakekat Madrasah Tsanawiyah Negeri Model?
3. Untuk mengetahui Misi Madrasah Tsanawiyah Negeri Model?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Madrasah Tsanawiyah Negeri Model


1. Pengertian Madrasah Tsanawiyah Negeri Model
Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan yang
sederajat dengan sekolah lanjutan menengah pertama yang memiliki
ciri Islam yang dikelola dan dikembangkan di bawah naungan
Kementerian Agama Republik Indonesia. Sebagai lembaga
pendidikan yang mempunyai ciri khas Islam, madrasah memegang
peranan penting dalam proses pembentukan kepribadian anak didik,
karena melalui pendidikan madrasah ini para orang tua berharap
anak-anaknya memiliki dua kemampuan sekaligus, tidak hanya
pengetahuan umum (IPTEK) tetapi juga memiliki kepribadian dan
komitmen yang tinggi terhadap agamanya (IMTAQ).1
“Madrasah Model”, dalam buku “Efektifitas Pemberdayaan
Madrasah melalui Madrasah Tsanawiyah Model, Studi Evaluasi
terhadap 54 MTsN Model di 26 Propinsi (Depag, 1998), dikatakan
bahwa: “MTs Model merupakan salah satu strategi pembinaan yang
diarahkan untuk meningkatkan mutu madrasah bersangkutan
sekaligus pembinaan Madrasah Tsanawiyah di sekitarnya.2
Madrasah Model merupakan salah satu lembaga pendidikan
Islam yang dibentuk sebagai satu strategi untuk meningkatkan mutu
madrasah dan pembinaan Madrasah Tsanawiyah sekitarnya di
seluruh Indonesia. Menurut Fuad Fachruddin, (Direktur Institude for
Education Research – IER Jakarta Tahun 1998), mengatakan bahwa:

1
Muhammad Kristiawan, Kelola Jurnal Manajemen Pendidikan: Pengelolaan Administrasi
Madrasah Tsanawiyah Negeri Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Madrasah, No. 1,
Volume: 5, e-ISSN 2549-9661, Januari-Juni 2018, 88-89.
2
Depag, Efektifitas Pemberdayaan Madrasah Melalui Madrasah Tsanawiyah Model, Studi
Evaluasi terhadap 54 MTsN Model di 26 Propinsi, (Jakarta: Depag RI, 1998), 49.
“Madrasah Model (bisa disebut sebagai “madrasah unggulan”) ;
merupakan respon terhadap tuntutan masyarakat akan signifikansi
mutu madrasah berhadapan dengan tantangan global di masa
mendatang.3
Ada banyak persepsi kalangan ahli dan praktisi pendidikan
mengenai “Madrasah Model” yaitu persepsi tersebut sangat
bergantung pada visi dan misi yang diemban oleh madrasah model
yang digariskan oleh individu maupun lembaga dalam mengkreasi
sekolah model.
Jadi, Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Sendiri adalah
madrasah negeri yang memiliki standart tertentu dari segi sarana dan
prasarana, jumlah dan kualifikasi tenaga kependidikan, dan para
peserta didik yang terseleksi hingga pelaksanaan pembelajaran dapat
berjalan dengan intensitas tinggi. Dengan demikian diharapkan akan
melahirkan lulusan tinggi berkualitas.

2. Perkembangan Madrasah Tsanawiyah Negeri Model


Pembaharuan pendidikan islam yang juga menjadi cikal bakal
madrasah juga dilakukan organisasi keagamaan, seperti
Muhammadiyah dan masyarakat keturunan Arab baik di Jakarta,
Surabaya dan beberapa tempat lainya. Muhammadiyah sebagai
sebuah organisasi pendidikan dan sosial didirikan oleh K.H Ahmad
Dahlan dan sahabat-sahabatnya pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330/18
November 1912 di Yogyakarta. Dalam dunia pendidikan,
Muhammadiyah menggabungkan sistem pendidikan pondok
pesantren, yang selama ini menjadi sistem pendidikan yang mapan
di kalangan umat islam untuk mempertahankan diri dari setiap
ekspansi Kristenisasi, dengan sistem pendidikan Barat, yang dianut

3
Fuad Fachruddin. Jurnal Madrasah. (PPIM) IAIN Jakarta: Madrasah Model: Indikator
obyektif dan Operasionalnya, No. 3, Vol. 3, 1998, 15.
oleh Belanda dan misi Kristen. Pola klasikal yang dipakai oleh
sekolah-sekolah sistem barat itu diambil alih sepenuhnya oleh
Muhammadiyah, sedangkan materi pelajaranya adalah tentang
masalah umum ditambah dengan mata pelajaran agama islam.
Sedangkan masyarakat keturunan Arab yang dipimpin oleh
Syeikh Ahmad Soekarti pada tahun 1913, mendirikan sebuah
organisasi sosial dan pendidikan dengan nama “Al-Irsyad” di
Jakarta. Organisassi ini sebenarnya merupakan respon dari pada
gerakan pembaharuan/modernis yang dilakukan oleh Jamaluddin
Al-Afghani, Muhammmad Abduh dan Rasyid Ridha di Mesir.
Sejak kemerdekaan Indonesia, upaya-upaya perbaikan dan
peningkatan madrasah selalu dilakukan dalam berbagai aspek.
Usaha untuk itu dimulai dengan memberikan bantuan terhadap
lembaga tersebut sebagaimana yang dianjurkan oleh Badan Pekerja
Komite Nasional Indonesia Pusat (BP KNIP) tanggal 27` Desember
1945, yang menyebutkan bahwa : Madrasah dan pesantren yang
pada hakikatnya adalah satu alat dan sumber pendidikan dan
pencerdasan rakyat jelata yang sudah berurat berakar dalam
masyarakat Indonesia umumnya, hendaklah pula mendapat
perhatian dan bantaun nyata berupa tuntunan dan bantuan material
dari pemerintah.
Agar madrasah mendapat bantuan material dan bimbingan
dari pemerintah sesuai dengan sasaran BP KNIP, maka Kementrian
Agama mengeluarkan peraturan Menteri Agama Nomor 1 tahun
1952. Menurut ketentuan ini, yang dinamakan madrasah ialah
tempat pendidikan yang telah diatur sebagai sekolah dan memuat
pendidikan umum dan ilmu pengetahuan agama Islam menjadi
pokok pengajaranya.
Menurut ketentuan tersebut, jenjang pendidikan dalam
madrasah tersusun sebagai berikut:
a. Madrasah Ibtidaiyah 6 tahun
b. Madrasah Tsanawiyah 3 tahun
c. Madrasah Aliyah 3 tahun
Sedangkan langkah-langkah pemerintah khususnya
Departemen Agama (DEPAG) dalam mengembangkan pendidikan
keagamaan, terutama madrasah, antara lain : mengembangkan
Madrasah Wajib Belajar (MWB), Penegrian Madrasah, SKB 3
Mentri, UUSPN dan Implikasinya, Pengembangan Madrasah Model
dan MA keagamaan.
1. Madrasah Wajib Belajar
Dengan lahirnya UU Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yang diikuti dengan beberapa Peraturan
Pemerintah sebagai kerangka acuan penyelenggaraanya,
terutama PP Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar,
maka jenjang pendidikan dasar yang merupakan Program Wajib
Belajar adalah 9 tahun, meliputi Madrasah Ibtidaiyah 6 tahun,
Madrasah Tsanawiyah 3 tahun. Wajib belajar itu secara resmi
dicanangkan oleh presiden Soeharto pada 2 Mei 1994.
Setidaknya ada dua hal yang akan dicapai MWB, yaitu :
pertama, Sesuai dengan namanya, MWB turut berusaha dalam
melaksanakan undang-undang kewajiban belajar di Indonesia.
Kedua, pendidikan terutama sekali diarahkan kepada
pembangunan jiwa bangsa untuk mencapai kemajuan di
lapangan ekonomi, industrialisasi dan transmigrasi.4
2. Penegrian Madrasah
Penegerian Madrasah Tsanawiyah dimulai tahun 1967.
Namanya setelah dinegerikan menjadi Madrasah Tsanawiyah
Agama Islam Negeri (MTs.A.I.N). Sampai tahun 1970,
4
Hamriah, Jurnal "Al-Qalam": IMPLEMENTASIKURIKULUM 2013 PADA MADRASAH
TSANAWIYAH NEGERI (MTsN) MODEL MAKASSAR The Implementation of
Curriculum 2013 in MTSn Model Makassar, Volume 20 Edisi Khusus Desember 2014, 57-58.
MTs.A.I.N telah berjumlah 182 buah yang tersebar di seluruh
wilayah Indonesia. Di tahun 1967, penegerian sejumlah
madrasah Aliyah juga dilakukan berdasar Keputusan Menteri
Agama Nomor 80/1967. Madrasah Aliyah yang pertama kali
dinegerikan adalah MA al-Islam Surakarta, MA di Magetan, dan
MA Palangki di Sumatera Barat. Setelah dinegerikan, namanya
menjadi Madrasah Aliyah Agama Islam Negeri (M.A.A.I.N).
Selanjutnya proses penegerian terus berlangsung sampai
dikeluarkannya KMA Nomor 213/1970 tentang penghentian
penegerian madrasah swasta atau pendirian madrasah negeri.
Sampai tahun 1970 jumlah M.A.A.I.N stelah mencapai 43 buah.5
Restrukturisasi madrasah dilanjutkan pada tahun 1978
(berdasar Keputusan Menteri Agama Nomor 15, 16, 17 tahun
1978) dengan mengubah kembali nama-nama madrasah negeri
tersebut (MIN, MTs.AIN, MA.AIN) menjadi MIN, MTsN, dan
MAN, yang berlaku hingga kini.
3. Lahirnya SKB 3 Menteri
Upaya membenahi madrasah terus digulirkan,
diantaranya SKB 3 Menteri yang memberikan banyak
keuntungan bagi madrasah. Tahun 1975 pemerintah
menggulirkan kebijakan berupa SKB (Surat Keputusan
Bersama) 3 Menteri ; Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, dan Menteri dalam Negeri. Dengan SKB tersebut
ditetapkan hal-hal berikut :
a. Ijasah madrasah dapat mempunyai nilai yang sama dengan
ijasah sekolah umum yang setingkat.
b. Lulusan madrasah dapat melanjutkan ke sekolah umum
setingkat lebih atas

5
Mohammad Kosim, Jurnal Tadris. MADRASAH DI INDONESIA (Pertumbuhan dan
Perkembangan), Volume 2. Nomor 1. 2007, 50.
c. Siswa madrasah dapat berpindah ke sekolah umum yang
setingkat.
d. UUSPN dan Penciptaan Suasana Religius
Kebijakan paling akhir yang bersifat umum, tetapi juga
langsung berpengaruh terhadap madrasah adalah ditetapkanya UU
Nomor 2 tahun 1989 tentang system pendidikan nasional. UU itu
mengamanatkan bahwa otoritas penyelewnggara lembaga-lembaga
pendidikan, termasuk di dalamnya lembaga-lembaga pendidikan
islam ada pada Depdikbut, sedangkan Depag hanya memiliki
otoritas terhadap pendidikan keagamaan, seperti Madrasah Diniyah.
Praktis dengan di keluarkanya UUSPN beserta peraturan-peraturan
pemerintah yang menyertainya, berarti madrasah menjadi sekolah
umum.6
Madrasah Model, tepatnya Madrasah Tsanawiyah (MTs)
Model mulai diselenggarakan sejak tahun 1993. Pada tahun itu,
Departemen Agama memperoleh pinjaman dari Asian Development
Bank (ADB) untuk peningkatakan kualitas madrasah. Dengan dana
talangan itu, di bawah proyek JSEP (Junior Secondary Education
Project), Depag mengembangkan 54 MTs Model yang tersebar di 26
propinsi di Indonesia. Secara resmi penetapan tentang MTs Model
itu dilakukan melalui SK Menteri Agama No. E/54/1998. Ketika
proyek JSEP selesai pada tahun 1998, dari bank yang sama Depag
memperoleh pinjaman di bawah proyek BEP (Basic Education
Project) sehingga pembinaan dan peningkatan kualiatas madrasah
melalui Madrasah Model dapat terus berlanjut.
Strategi peningkatan kualitas madrasah melalui MTs Model
dilatarbelakangi oleh kondisi umum madrasah, khususnya madrasah
swasta, yang kualitasnya jauh di bawah standar. Kondisi ini

6
A. Mukti Ali, Jurnal Ilmu: Pendidikan Agama dan Sistem Pendidikan Bangsa dalam
Pendidikan Islam, No. 2, Vol. 1, 2010, 11.
sebenarnya merupakan akibat dari kurangnya perhatian pemerintah
terhadap madrasah, terutama yang berstatus swasta, karena
dipandang sebagai sekolah agama yang berada di luar sistem
pendidikan nasional. Barulah ketika UUSPN 1993 ditetapkan,
madrasah mulai mendapatkan perhatian pemerintah. Hal itu karena
dalam UUSPN, madrasah dipandang sebagai bagian dari sistem
pendidikan nasional.
Dalam konteks itu pemerintah mengharapkan agar madrasah
dapat ikut berperan dan menuntaskan Program Wajib Belajar 9
Tahun dengan kualitas yang sama dengan sekolah-sekolah umum
lain. Melihat kenyataan itu, sementara dari seluruh jumlah madrasah
yang ada di negeri ini 90% (persen) lebih diantaranya berstatus
swasta, maka Depag dihadapkan pada tantangan peningkatan
kualitas dan perluasan akses sekaligus. Memberikan segala fasilitas
yang mendukung peningkatan kualitas kepada seluruh madrasah
yang berjumlah 9186 (data 1998) jelas tidak mungkin. Depag
kemudian menetapkan sekolah model sebagai strategi peningkatan
kualitas madrasah.7
Jadi, hal ini menjadi misi yang diemban oleh MTs Model
adalah tidak hanya unggul sendirian namun harus membantu
madrasah lain dalam meningkatkan kualitas pendidikan mereka,
berperan sebagai lokomotif yang menarik madrasah-madrasah
swasta di sekitanya sehingga menjadi madrasah yang berkualitas.

B. Hakekat Madrasah Tsanawiyah Negeri Model


Dalam perkembangannya, sistem pendidikan Islam madrasah
sudah tidak menggunakan sistem pendidikan yang sama dengan sistem
pendidikan Islam pesantren. Karena di lembaga pendidikan madrasah
ini sudah mulai dimasukkan pelajaran-pelajaran umum seperti sejarah

7
Muhammad Kosim, Tadris: Madrasah di Indonesia, No. 1, Volume. 2, 2007, 45-47.
ilmu bumi, dan pelajaran umum lainnya. Sedangkan metode
pengajarannya pun sudah tidak lagi menggunakan sistem halaqah,
melainkan sudah mengikuti metode pendidikan moderen barat, yaitu
dengan menggunakan ruang kelas, kursi, meja, dan papan tulis untuk
proses belajar mengajar.8
Madrasah Model merupakan hasil perubahan paradigma sebagai
lembaga pendidikan auditorium menjadi laboratorium (shifting
9
paradigm).
Dalam paradigma lama, (auditorium) ; peserta didik diibaratkan
pengunjung suatu pertunjukan, menyaksikan langsung, mencatat, dan
mendiskusikannya. Sedangkan dalam paradigma (laboratorium) ;
peserta didik di dorong aktif untuk mengembangkan keingintahuannya,
konsentrasi dan berdiskusi dengan guru serta narasumber tentang
materi-materi yang belum dipahami.
Siswa membahas persoalan dan mencarikan jalan
penyelesaiannya sedangkan guru bertindah sebagai fasilitator. Para
siswa secara mandiri atau bersama-sama didorong untuk aktif
menyelesaikan tugas dengan penuh kesadaran, kebebasan dan tanggung
jawab. Siswa memahami apa yang dipelajari, memiliki kemampuan
untuk mengalihkan apa yang dipahami dalam pendekatan pemecahan
masalah, memiliki kemandirian dan kemampuan bekerja sama, memiliki
ketrampilan berkomunikasi dan mengambil keputusan.

8
Depag, Kebijakan Departemen Agama dalam Peningkatan Mutu Madrasah di Indonesia,
(Jakarta: Ditjen Penais Departemen Agama, 2008), 45.
9
Nurhafid Ishari, Jurnal Tarbiyatuna Hakikat Pendidikan Islam Di Madrasah Di Tinjau Dari
Manajemen Pendidikan, , Vol. 7 No. I Februari 2014, 99.
C. Misi Madrasah Tsanawiyah Negeri Model
Misi MTsN Model adalah :
1. Mengembangkan pendidikan/pengajaran dasar-dasar IPTEK yang
kokoh dan berkualitas dalam rangka meningkatkan daya saing
produktivitas ;
2. Menyelenggarakan pendidikan agama Islam sehingga terbina siswa
yang memiliki wawasan ke Islaman dan berakhlaq mulia ;
3. Membangun sinergi antar lembaga-lembaga pendidikan yang ada
dalam rangka mempercepat peningkatan kualitas pendidikan ;
4. Memadukan keunggulan madrasah dengan keunggulan-keunggulan
yang dalam masyarakat ;
5. Menumbuhkan kesadaran orang tua dan masyarakat tentang
pentingnya pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas dan
partisipasi dalam pendidikan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kita tahu bahwa image yang ada tentang madrasah cenderung mengarah
ke sesuatu yang bersifat agamis saja, berbeda dengan Sekolah Umum yang
masyhur dengan sainsnya. Semua itu bisa kita rubah dengan tetep
mempertahankan dasar madrasah sebagai wadah pendidikan yang bersifat
agamis, tanpa mengenyampingkan ilmu pengetahuan umum atau dalam hal ini
adalah sains dan keterampilan.

Madrasah Model dimaksudkan sebagai center for excellence yang


dikembangkan lebih dari satu buah dalam setiap propinsi. Madrasah Model
diproyeksikan sebagai wadah penampung putra-putri terbaik masing-masing
daerah untuk dididik secara maksimal tanpa harus pergi ke daerah lain.

Keberadaan Madrasah Model juga dapat mencegah terjadinya eksodus


(perngunsian) SDM terbaik suatu daerah ke daerah lain disamping juga
menstimulir tumbuhnya persaingan sehat antar daerah dalam menyiapkan
Sumber Daya Manusia (SDM).

Karena menjadi center for excellence anak-anak terbaik, maka


kesempatan belajar di kedua jenis madrasah ini haruslah melalui proses seleksi
yang ketat dengan berbagai ketentuan lainnya. Madrasah model juga diperkuat
oleh Majelis Madrasah yang memiliki peran penting dalam membantu
meningkatkan kualitas pembelajaran di Madrasah Model.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, A. Mukti 2010. Jurnal Ilmu: Pendidikan Agama dan Sistem Pendidikan
Bangsa dalam Pendidikan Islam. No. 2, Vol. 1.

Depag, 2008. Kebijakan Departemen Agama dalam Peningkatan Mutu


Madrasah di Indonesia. Jakarta: Ditjen Penais Departemen Agama.

Depag. 1998. Efektifitas Pemberdayaan Madrasah Melalui Madrasah


Tsanawiyah Model, Studi Evaluasi terhadap 54 MTsN Model di 26
Propinsi. Jakarta: Depag RI.

Fachruddin, Fuad. 1998. Jurnal Madrasah. (PPIM) IAIN Jakarta: Madrasah


Model: Indikator obyektif dan Operasionalnya. No. 3. Vol. 3.

Hamriah. 2014. Jurnal "Al-Qalam": IMPLEMENTASIKURIKULUM 2013


PADA MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI (MTsN) MODEL
MAKASSAR The Implementation of Curriculum 2013 in MTSn Model
Makassar. Volume 20 Edisi Khusus Desember

Ishari, Nurhafid. Jurnal Tarbiyatuna Hakikat Pendidikan Islam Di Madrasah Di


Tinjau Dari Manajemen Pendidikan. Vol. 7 No. I Februari 2014.

Kosim, Mohammad 2007. Jurnal Tadris. MADRASAH DI INDONESIA


(Pertumbuhan dan Perkembangan). Volume 2. Nomor 1.

Kristiawan, Muhammad 2018. Kelola Jurnal Manajemen Pendidikan:


Pengelolaan Administrasi Madrasah Tsanawiyah Negeri Dalam
Meningkatkan Kualitas Pendidikan Madrasah. No. 1. Volume: 5. e-
ISSN 2549-9661. Januari-Juni.

Anda mungkin juga menyukai