Anda di halaman 1dari 14

1.

Intervensi apa saja yang sudah dilakukan


 Pemberian telur
 Perawatan biasa ditambah pendidikan pengasuh individual ttg pemberian makanan
pelengkap untuk pertumbuhan (boris Martinez di Guatemala dan di Malawi)
 Promosi pemberian asi eksklusif selama 6 bulan pertama kehhidupan dan pemberian asi
berkelanjutan selama setidakx 2 tahun pertama
 Konseling gizi ttg makanan pendamping asi
 Melalui PHBS dan pemeriksaan cacing

2. prevalensi
Stunting dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat yang berat bila prevalensi stunting
berada pada rentang 30-39 persen.
Prevalensi STUNTING PADA ANAK BADUTA:
 2013: 32,9
 2016 : 26,1
 2018 : 29,9
Prevalensi STUNTING PADA ANAK BALITA:
Prevalensi stunting balita di dunia yaitu: 22,2% (150,8 juta)
di Negara Asia angka kejadian stunting yaitu sebesar 23,9% atau sebanyak 87 juta
Prevalensi stunting balita di Indonesia:
 2007: 36,8
 2010 : 35,6
 2013: 37,2
 2016 : 33,6
 2018 : 30,8
3. Faktor resiko
 Defisiensi kalori dan protein
 Faktor rumah tangga dan keluarga
o Ibu yg pendek memiliki hubungan dengan kejadian stunting pada anak
o Ibu yg berusia lebih muda memiliki hubungan yg erat dengan kejadian stunting
pada ank
o IUGR dan kelahiran premature sangat berhubungan dengan stunting pada anak
Indonesia
 Faktor lingkungan
o Keluarga yg memiliki jamban yg lebih bersih memiliki kemungkinan lebih
kecil terhadap stunting
o Pembelian air minum yg murah (tdk layak) berhubungan dengan penignkatan
stunting
o Pendidikan orang tua rendah
o Ayah perokok
 Faktor MP ASI dan infeksi
o Anak yg disapih sebelum usia 6 bulan mempunyai kemungkinan kejadian
stunting yg lebih tinggi
o Rumah tangga di KUINTIL TERTINGGI UNTUK PENGELUARAN
MAKANAN SUMBER HEWAN, berhubungan dengan penurunan
kemungkinan kejadian stunting pada anak-anak miskin di perkotaan
o RUMAH TANGGA TANPA MENYEDIAKAN MAKANAN SESUAI
UMUR — TERMASUK MAKANAN YANG TIDAK BERAGAM DAN
FREKUENSI YANG TIDAK SESUAI—berhubungan dengan peningkatan
kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan
o Satu studi menemukan hubungan yang cukup kuat antara KEJADIAN DIARE
DALAM TUJUH HARI TERAKHIR dengan kejadian stunting pada anak-
anak usia 6-59 bulan terutama di pedesaan
 FAKTOR MASYARAKAT DAN SOSIAL
o Studi di Indonesia sudah membahas semua determinan kesehatan dan
pelayanan kesehatan kecuali ketersediaan
o Dua studi menunjukkan hubungan antara PENYEDIA PELAYANAN
KESEHATAN YANG TIDAK MEMADAI dengan kejadian stunting
o Dalam sub elemen : air, sanitasi dan lingkungan, satu-satunya komponen yang
ditemukan berhubungan dengan stunting adalah URBANISASI
Penyebab stunting:
Determinan utama terjadinya stunting pada anak di Indonesia :
a. ASI tidak Eksklusif pada 6 bulan pertama,
b. status ekonomi keluarga yang rendah,
c. kelahiran prematur
d. panjang badan baru lahir yang pendek,
e. ibu yang pendek
f. tingkat pendidikan orang tua rendah
g. anak yang tinggal di daerah miskin perkotaan dan di daerah pedesaan
h. ANAK LAKI-LAKI CENDERUNG LEBIH BERISIKO mengalami stunting dari
pada anak perempuan
i. Anak-anak dari keluarga DENGAN JAMBAN YANG BURUK DAN AIR MINUM
TIDAK LAYAK meningkatkan risiko terjadinya stunting.
j. Faktor masyarakat dan sosial seperti AKSES YANG RENDAH TERHADAP
PELAYANAN KESEHATAN dan tempat tinggal di pedesaan yang berlangsung
lama berkaitan dengan kejadian stunting pada anak
k. HAMPIR SELURUH PENYEBAB LANGSUNG terhadap kejadian stunting telah
ditangani oleh kebijakan program di Indonesia
REKOMENDASI
 Intervensi untuk mencegah stunting mulai sebelum masa konsepsi dan terus
dilakukan setidaknya hingga anak berusia 24 bulan.
 Intervensi spasial terhadap faktor determinan diperlukan untuk menentukan
intervensi yang sesuai dengan kondisi geografis dan konteks lokal
 Intervensi harus dilakukan pada provinsi dan kabupaten yang memiliki
masalah stunting yang paling besar karena perbedaan prevalensi stunting yang
besar di berbagai daerah di Indonesia
4. Dampaknya
 Dampak kesehatan
 Gagal tumbuh (berat lahir rendah, kecil, pendek, kurus)
 Hambatan perkembangan kognitif dan motorik
 Gangguan metabolik pada saat dewasa -> risiko penyakit tidak menular
(diabetes, obesitas, stroke, penyakit jantung)
Sumber:
 Kakietek, Jakub, Julia Dayton Eberwein, Dylan Walters, and Meera Shekar. 2017.
Unleashing Gains in Economic Productivity with Investments in Nutrition.
Washington, DC: World Bank Group
 www.GlobalNutritionSeries.org

 DAMPAK EKONOMI
 Potensi kerugian ekonomi setiap tahunnya: 2-3% dari GDP
Jika PDB Indonesia Rp 13.000 Triliun Potensi Kerugian Rp 260-390
Triliun/tahun
(The Worldbank, 2016)
 Potensi keuntungan ekonomi dari investasi penurunan stunting di Indonesia: 48
kali lipat
(Hoddinott, et al, 2013 International Food Policy Research Institute)
NO TAHUN TEMPAT ORANG SAMPEL TUJUAN DESAIN HASIL SARAN
PENELITIAN PENELITIAN
1 2015 di 5 paroki Lora L. Iannotti, 163 anak bertujuan random Ibu atau pengasuh lainnya Ke depan, ada
pedesaan PhD, Chessa K. ditugaskan untuk melaporkan tidak ada reaksi alergi kebutuhan untuk studi
Provinsi Lutter, PhD, secara acak menguji terhadap telur. Pemodelan regresi efektivitas untuk
Cotopaxi Christine P. ke salah keampuhan linear mengidentifikasi
di Stewart, PhD, satu gizi umum menunjukkan intervensi strategi scalable untuk
ekuador: Carlos Andres kelompok memberikan telur meningkat panjang-untuk- meningkatkan
Pastocalle Gallegos Riofr kontrol ( n = 1 telur per usia z skor 0,63 (95% confidence ketersediaan telur dan
, Toacaso, saya o, MA, Carla 83) atau hari selama 6 interval [CI], 0,38 - 0,88) akses ke
Guaytaca Malo, BS, kelompok bulan untuk dan berat-untuk-usia z skor 0,61 rumah tangga yang
ma, Gregory intervensi anak-anak (95% rentan dan
Tanicuchi, Reinhart, PhD, ( n = 80). dimulai pada CI, 0,45 - 0,77). model log- mempromosikan telur
dan eos, MD, MA, usia 6 sampai binomial dengan kuat Poisson di awal periode
Mulalo. Ana Palacios, 9 menunjukkan prevalensi makanan pendamping
MD, MA, a Karp, bulan. berkurang dari pengerdilan oleh ASI dalam
BS, Celia Melissa 47% (rasio konteks budaya yang
Chapnick, RD, prevalensi [PR], 0,53; 95% CI, 0,37 berbeda. Khasiat telur
MS, MPH, - 0,77) dan underweight oleh 74% mungkin
Katherine Cox, (PR, 0,26; 95% CI, 0,10 - 0.70). juga diperiksa selama
BA, William F. Anak-anak dalam kehamilan untuk
Waters, PhD kelompok perlakuan memiliki dampak pada
asupan makanan lebih tinggi dari pertumbuhan janin dan
telur (PR, 1,57; 95% CI, 1,28 - 1,92) gizi ibu.
dan mengurangi asupan
makanan manis (PR, 0,71; 95% CI,
0,51 - 0.97) dibandingkan dengan
kontrol.
2 2018 Di malawi Aulo Gelli, 1 Amy 1.248 anak Penelitian ini metode Dibandingkan dengan kelompok
Margolies, 2 prasekolah mengevaluas kuantitatif kontrol, anak-anak prasekolah
Marco (usia 36-72 i dampak dari dan pada kelompok intervensi
Santacroce, 1, bulan) dan pertanian kualitatif mengalami peningkatan yang
Natalie Roschnik, 304 adik- dan gizi dengan 2 lebih besar dalam asupan gizi dan
3 Aisha Twalibu, adik (usia 6- intervensi putaran keanekaragaman makanan. Tidak
3 Mangani 24 bulan). berbasis survei ada dampak pada pengukuran
Katundu, 4 pusat waktunya antropometri pada anak-anak
Helen Moestue, pengembang 12 bln prasekolah. adik-adik di kelompok
3 Harold an anak usia secara intervensi mengalami peningkatan
Alderman, 1 dan dini (PAUD) terpisah. yang lebih besar dalam tinggi
Marie Ruel 1 bertujuan badan usia z Skor dari anak-anak
untuk lakukan pada kelompok kontrol
meningkatka (DID: 0.44;
n P < 0,05) dan lebih besar
keragaman pengurangan prevalensi stunting
produksi (DID: -17 poin persentase; P <
rumah 0,05). Masuk akal jika dampak
tangga, pada pertumbuhan adik-adik
pengetahuan didukung oleh berbagai
ibu tentang program, termasuk produksi
gizi anak dan makanan bergizi, pengetahuan
praktik pengasuh, dan keanekaragaman
pemberian makanan.
makan, dan
diet anak-
anak dan
pengukuran
antropometri
.
3 2018 di Abdul Hairuddin Sampel Tujuan penelitian Hasil penelitian menunjukkan Disarankan kepada
Kecamata penelitian penelitian ini observasion bahwa jenis MP-ASI (OR = 9,15, Dinas kesehatan
n Simpang untuk kedua untuk al dengan 95%CI:) yang paling berpengaruh melalui Puskesmas
Kiri Kota kelompok menganalisis disain case- terhadap kejadian stunting diikuti Simpang Kiri perlu
Subulussal kasus dan hubungan control waktu pemberian MP-ASI meningkatkan
am. kontrol penyakit unmatched (OR=7,62, 95%CI:0,78-74,6) dan penyuluhan kepada
( Penelitia adalah 106 infeksi, riwayat penyakit diare (OR=4,47, masyarakat khusunya
n ini orang yang praktek 95%CI: 1,15-17,35) sedangkan kepada ibu hamil dan
dilakukan terdiri dari pemberian riwayat penyakit ISPA bukan ibu yang mempunyai
di 7 desa 53 anak MP-ASI merupakan faktor penyebab anak bayi dan balita
yaitu desa umur 12-36 dengan kejadian stunting. mengenai pesan gizi
Subulussal bulan yang stunting. seimbang khususnya
am stunting dan makan makanan yang
Selatan, 53 anak beraneka ragam,
Desa umur 12-36 meningkatkan
Mukti bulan yang penyuluhan mengenai
Makmur, normal. jenis dan waktu
Desa Metode pemberian MP-ASI
Pegayo, pengambila serta meningkatkan
Desa Lae n sampel kebersiahan hygiene
Oram, menggunak dan sanitasi
Desa an simple masyarakat.
Belengen random
Mulia, sampling
Desa
Tangga
Besi dan
Desa
Buluh
Dori).
4 2017 Penelitian Fahmi Hafid1* , Sampel Tujuan Desain Hasil analisis menunjukkan Perlu meningkatkan
dilaksanak Udin Djabu2 , sebanyak penelitian ini penelitian proporsi baduta stunting sebesar sanitasi terutama
an pada Udin3 , Nasrul4 352 orang untuk yang 15,6%. Jumlah sampel pada kepemi- likan jamban
wilayah anak usia 1- menganalisis digunakan kelompok SBABS sebanyak 116 dan perilaku tidak
pelaksana 2 Tahun pengaruh case orang (33,0%) dengan rerata tinggi buang air besar
an program stop control. badan -0,36±1,6 sedangkan pada sembarangan,
program buang besar kelompok non SBABS sebanyak membiasakan praktik
stop sembarangan 236 orang (67,0%) dengan rerata mencuci tangan
buang air terhadap tinggi badan -0,94±1,5. Terdapat dengan air bersih yang
besar di pencegahan perbedaan yang bermakna antara mengalir dan
Sulawesi stunting anak pertumbuhan baduta kelompok menggunakan sabun.
Tengah baduta di SBABS dengan non SBABS Kebi- jakan mengatasi
dengan Kabupaten (p=0,002). stunting anak di Kabu-
prevalensi Banggai dan paten Banggai dan Sigi
stunting Sigi. mempertimbang- kan
yang air, sanitasi dan
tinggi kebersihan diri
yaitu pengasuh dan anak.
Kabupate Masih diperlukan
n Banggai penelitian operasional
dan Sigi untuk menentukan
cara terbaik yang
mengintegrasikan air,
sanitasi dan intervensi
kesehatan menjadi
pendekatan
multisektoral yang
lebih luas untuk
mengurangi stunting di
Kabupaten Banggai dan
Sigi.
5 2017 di Iskandar1* Subjek penelitan ini Penelitian Hasil diperoleh bahwa balita yang Saran, akibat waktu
Kemukima penelitian bertujuan bersifat sebelumnya balita yang intervensi selama satu
n adalah untuk quasi mengalami gizi buruk sebanyak 7 bulan belum cukup
Lamreung seluruh mengidentifi eksperimen, orang setelah diberikan makanan optimal diberikan
Kecamata balita yang kasi dengan tambahan menjadi 3 orang, gizi intervensi untuk tujuan
n Darul mengalami pengaruh rancangan kurang dari 22 orang menjadi 20 meningkatkan status
Imarah gizi kurang pemberian one group orang dan balita yang sebelumnya gizi balita, sehingga
Aceh berdasarkan makanan pre and tidak berstatus gizi baik setelah diperlukan waktu yang
Besar BB/U yang tambahan posttest diberikan makanan tambahan lebih lama agar
berada di Formula design, menjadi 6 orang dengan status gizi intervensi ini dapat
kemumikan Modifikasi baik. meningkatkan status
lamreung, terhadap gizi yang optimal. Dan
jumlah status gizi juga perlu dilakukan
subjek balita di konsultasi khusus
sebanyak 29 Kemukiman kepada ibu balita
balita. Lamreung sehingga dapat
Kecamatan meningkatkan
Darul Imarah pengetahuan.
Kabupaten
Aceh Besar.
6 2013 di Erna Sampel Tujuan Penelitian Hasil penelitian menemukan Untuk mengendalikan
Puskesma Kusumawati, kasus peneli- tian menggunak karakteris- tik batita stunting stunting pada batita,
s Setiyowati adalah 50 untuk an desain terkena penyakit infeksi (82%), perlu peningkatan
Kedungba Rahardjo, Hesti batita menganalisis kasus riwayat panjang badan lahir < 48 pemberdayaan
nteng Permata Sari stunting, faktor risiko kontrol, centimeter (66%), riwayat keluarga terkait
Kabupate sampel terkait faktor pemberian ASI dan makanan pen- pencegahan penyakit
n kontrol anak, ibu, damping ASI kurang baik (66%), infeksi melalui
Banyumas adalah 50 lingkungan riwayat berat badan lahir rendah perbaikan pola asuh
batita status ter- hadap (8%). Pada penelitian ini, faktor makan dan pola asuh
normal stunting risiko stunting adalah penyakit kesehatan,
bawah tiga infeksi, pelayanan kesehatan, peningkatan
tahun immunisasi, pengetahuan ibu, ketersedian pangan
(batita) agar pendapatan keluarga, ketersedi- melalui pemanfaatan
dapat aan pangan keluarga, dan sanitasi pekarangan sebagai
dikembangka lingkungan. Faktor yang paling sumber pangan dan gizi
n model dominan adalah penyakit infeksi. keluarga serta
pengendalian Model pengendalian stunting perbaikan sanitasi
nya. melalui peningkatan lingkungan.
pemberdayaan keluarga terkait
pencegahan penyakit infeksi,
meman- faatkan pekarangan
sebagai sumber gizi keluarga dan
perbaikan sanitasi lingkungan.
7 2018 Balitbangk Yuniar Artikel yang bertujuan Review Diperoleh 16 artikel dengan subjek Intervensi zat gizi tetap
es, Jakarta Rosmalina1 , relevan mendapatka jurnal bayi atau anak batita untuk harus memper-
Erna Luciasari1 , untuk dikaji n cara dengan diikutkan dalam analisis ini. Dari timbangkan dosis,
Aditianti1 , Fitrah n = 67 pencegahan desain 16 artikel yang telah diekstraksi, frekuensi pemberian
Ernawati2 terjadinya penelitian ada 6 artikel dengan jenis serta prioritas terhadap
Artikel stunting RCT intervensi kombinasi zat gizi (2-3 kelompok rawan,
dengan pada anak di (“Randomiz zat gizi), 5 artikel jenis intervensi seperti batita yang
subjek bayi bawah tiga ed Control multi-zat-gizi-mikro, 3 artikel mempunyai masalah
6 bulan- tahun Trial) intervensi dengan kombinasi zat defisiensi, baik zat gizi
anak 2 (batita) dan gizi dan makanan serta 2 artikel makro maupun zat gizi
tahun n = 16 memperoleh intervensi dengan zat gizi tunggal. mikro. Upaya
data efikasi Hasil telaah terhadap 8 artikel penanggulangan
makro atau intervensi menggunakan zat gizi stunting harus dimulai
zat gizi mikro tunggal (Vitamin A, Fe, Zn atau sejak masa periode ibu
untuk DHA) dan kombinasi zat gizi hamil.
mencegah menunjukkan hasil yang berbeda,
terjadinya terdapat 3 artikel yang
stunting menunjukkan pemberian zat gizi
pada bayi tunggal memberikan peningkatan
dan anak panjang badan yang signifikan.
batita. Pada pemberian multi-zat-gizi-
mikro, terdapat 2 artikel yang
memperlihatkan hasil positif
terhadap perubahan panjang
badan. Penambahan makanan
sumber karbohidrat pada
makanan padat, bubur nasi, maize
kombinasi dengan pemberian ASI
atau mineral seng atau
multivitamin ternyata tidak
mempunyai pengaruh terhadap
pertumbuhan linier pada bayi
setelah 6 bulan intervensi.
Disimpulkan bahwa intervensi
pada bayi untuk penanggulangan
masalah stunting dengan
memberikan zat gizi tunggal,
kombinasi 2-3 zat gizi (multi-zat-
gizi-mikro) telah banyak dilakukan
dan dampaknya tidak konklusif
bisa mencegah anak batita
menjadi stunting.
8 2017 DI Wa Ode Sri Sampel bertujuan Jenis Hasil penelitan menunjukan
Bagi peneliti
WILAYAH Andriani1 Farit penelitian untuk penelitian bahwa terdapat perbedan
selanjutnya diharapkan
KERJA Rezal2 WD. ST. adalah 32 mengetahui adalah Pra- bermakna pengetahuan sebelum
dapat menjadikan
PUSKESM Nurzalmariah3 ibu balita perbedaan Eksperiment dan sesudah intervensi (p=0,00),
penelitian ini sebagai
AS yang dipilih pengetahuan al dengan terdapat perbedan bermakna
bahan masukan dan
PUUWAT dengan , sikap, dan rancangan pada sikap (p=0,00), dan terdapat
informasi untuk
U KOTA teknik motivasi ibu One Group perbedan bermakna pada
penelitian selanjutnya
KENDARI purposive sesudah Pre- Post motivasi (p=0,00). dan dapat melakukan
sampling. diberikan Test Design penelitian tentang
program Evaluasi Program MSG
Mother terhadap balita ibu
Smart dengan melakukan
Grounding pengukuran berat
(MSG) dalam badan dan umur balita
pencegahan dengan variabel-
stunting di variabel lain yang
wilayah kerja relevan ataupun
Puskesmas meneliti lebih lanjut
Puuwatu tentang kandungan
Kota Kendari jajanan lokal dan
tahun 2017. efektifkah apabila
diberikan pada balita
dan ibu dalam
pencegahan stunting.
9 2018 Kelurahan Suryagustina 25 untukmenget One group Hasil penelitian menunjukan Hasil penelitian ini
Pahandut ,Wenna Araya responden ahuiPengaru pra bahwa antara teori dan fakta diharapkan dapat
Palangka , Jumielsa h Pendidikan post test memiliki kesamaan.hal ini dijadikan sebagai
Raya Kesehatan designyaitu dibuktikan setelah diberikan referensi dalam
Tentang kelompok pendidikan kesehatan tentang penerapan
Pencegahan subjek pencegahan stunting pada ibu ilmu keperawatan
Stunting observasi yang dilakukan pada 25 orang terutama pada
Terhadap sebelum didapatkan semua responden keperawatan
Pengetahuan dilakukan (100%) memiliki sikap yang sangat komunitas dan
Dan Sikap intervensi, baik. keperawatan
Ibu di kemudian anak dalam melakukan
Kelurahan diobservasi Berdasarkan uji Wilcoxon pada pencegahan stunting
Pahandut lagi setelah pengaruh pendidikan kesehatan untuk mencegah
Palangka intervensi terhadap pengetahuan didapatkan teradinya stunting.Dan
Raya. significancy(p value 0,000 < 0.05) diharapkan petugas
sedangkan pada pengaruh kesehtan untuk dapat
pendidikan kesehatan terhadap memberikan
sikap significancy(p value ,000 < pendidikan kesehatan
0.05). tentang
pencegahan stunting
agar pengetahuan
masyarakat dapat lebih
baik lagi tentang
pencegahan stunting.
10 2019 di Desa Izka Sofiyya 34 ibu yang Mengetahui Desain Pemberian edukasi dengan Saran bagi Puskesmas I
Gununglur Wahyurin1*, memiliki pengaruh penelitian metode Cilongok
ah, Arfiyanti Nur balita pemberian adalah brainstorming dan audiovisual yaitu untuk melakukan
Cilongok, Aqmarina2 stunting edukasi quasy dapat edukasi stunting
Kabupate , Hiya Alfi dengan experiment meningkatkan pengetahuan ibu menggunakan metode
n Rahmah1 metode al with time tentang brainstorming dengan
Banyumas , Ade Uswatun brainstormin series stunting di Desa Gununglurah, target sasaran yang
Hasanah g dan design. Kecamatan lebih luas. Saran bagi
, Christy Nataly audiovisual Cilongok, Kabupaten Banyumas. peneliti lain yaitu untuk
Br Silaen terhadap Rerata skor pengetahuan melakukan penelitian
pengetahuan ibu pada saat pretest adalah dengan mengendalikan
ibu tentang 6,44±1,65 sedangkan skor pada lebih banyak faktor
stunting di saat posttest naik menjadi yang menggangu hasil
Desa 7,38±1,76. penelitian serta
Gununglurah, melakukan evaluasi
Cilongok, pengetahuan stunting
Kabupaten ibu
Banyumas. setelah 1-2 bulan
pelaksanaan intervensi.

Anda mungkin juga menyukai