Anda di halaman 1dari 11

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI

“Pengertian epidemiologi dan klb”

Dosen :

Disusun Oleh :

Kelompok 11

2D3B Kesehatan Lingkungan

1. Puet khairul iman (P213451190)


2. Rimadhian Aulia Riswi (P21345119070)
3. Salsabila nurul andya (P213451190)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Jl. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu Wa Ta’ala yang telah
memberikan kesehatan jasmani dan rohani, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah mata
kuliah Penyelidikan epidemiologi dengan baik tepat pada waktunya. Sholawat serta salam kami
haturkan kepada Nabi Besar Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, beserta keluarganya,
sahabatnya dan para pengikutnya.

Makalah ini membahas mengenai Pengertian epidemiologi. Semoga dengan adanya


makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan kami bisa mengaplikasikannya.

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan
Sampah. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut serta dalam
pembuatan makalah ini.

Selain itu, kami sadar bahwa dalam menyusun makalah ini masih banyak yang harus
diperbaiki, maka dari itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan
supaya kedepannya bisa lebih baik lagi.

Jakarta, 2 februari 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................4
A. Latar Belakang...............................................................................4

B. Rumusan Masalah..........................................................................4

C. Tujuan Penulisan............................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................6
2.1.Pengertian Epidemiologi …………………………….………6
2.2. Tujuan Epidemiologi......................................................................6

2.3 Ruang Lingkup Epidemiologi ………………………….………..7


2.4. Pengertian KLB.............................................................................10

2.5 cluster kasus …………………………………………………….

2.6 penyelidikan klb …………………………………………………

BAB III PENUTUP...................................................................................12


A. Kesimpulan...................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Epidemi atau wabah penyakit merupakan salah satu faktor penyebab terbesar
kematian penduduk. Penyebab berjangkitnya wabah yang menimbulkan kematian bisa
disebabkan faktor alamnya, faktor manusianya maupun dari faktor penyakitnya.
Faktor alam dapat berupa gunung meletus, banjir, kekeringan, sedangkan faktor
manusia berkaitan dengan kegiatan sehari-harinya seperti pembuangan limbah rumah
tangga dan cara mengeksploitasi sumber daya alam.
Perkembangan epidemiologi kesehatan pada umumnya berfokus dalam
menangani masalah penyakit menular. Hal ini dapat dilihat dari sejarah ilmu
epidemiologi itu sendiri, yang berkaitan erat dengan penyakit menular. Sejalan
berkembangnya kehidupan, terjadi perubahan pola struktur masyarakat dari agraris ke
industri yang mempengaruhi gaya hidup, keadaan demografi, sosial ekonomi, dan
sosial budaya. Epidemiologi kesehatan mengalami perubahan dari penyakit menular
yang selalu menjadi penyebab kesakitan dan kematian utama, mulai digantikan oleh
penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes melitus,
cedera dan penyakit paru obstruktif kronik serta penyakit kronik lainnya yang
merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa
per tahun (Kemenkes RI, 2014).
Berbagai sistem surveilans dan respons tersedia di seluruh dunia untuk deteksi
dini dan respons efektif untuk menahan penyebaran penyakit. Namun, penundaan
waktu masih terjadi karena dua alasan utama. Pertama adalah penundaan antara kasus
pertama dan konfirmasi wabah oleh sistem perawatan kesehatan, diatasi dengan
pengawasan yang baik melalui pengumpulan data, evaluasi, dan organisasi.  PHEIC )
adalah pernyataan resmi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dari "peristiwa luar
biasa yang bertekad untuk menimbulkan risiko kesehatan masyarakat untuk negara
lain melalui penyebaran penyakit secara internasional.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Penyakit potensial wabah?
2. Bagaimana Kriteria kerja KLB penyakit menular dan keracunan makanan?
3. Apa pengertian Public health emergency of international (PHEIC)?

4
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Penyakit potensial wabah
2. Mengetahui Kriteria kerja KLB penyakit menular dan keracunan makanan
3. Mengetahui Public health emergency of international (PHEIC)

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penyakit potensial wabah

Penyakit menular yang potensial menimbulkan wabah di Indonesia dicantumkan


Permenkes 560/MENKES/PER/VIII/1989 tentang Penyakit potensial wabah yaitu:

1. Kholera
2. Pertusis,
3. Pes,
4. Rabies,
5. Demam Kuning,
6. Malaria,
7. Demam Bolak-balik,
8. Influenza,
9. Tifus Bercak wabah,
10. Hepatitis,
11. DBD,
12. Tifus perut,
13. Campak,
14. Meningitis,
15. Polio,
16. Ensefalitis,
17. Difteri dan Antraks.

Contoh penyakit potensial wabah dan penanganan:

a. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang
sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan sering muncul sebagai
Kejadian Luar Biasa (KLB).Penyakit DBD sering menimbulkan kepanikan di
masyarakat, karena penyebarannya yang cepat dan berpotensi menimbulkan kematian.
Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue yang penularannya melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang hidup digenangan air bersih di sekitar
rumah. Umumnya kasus ini mulai meningkat saat musim hujan.

6
Tahun 2011 jumlah kasus yang dilaporkan dan dinyatakan positif sebanyak 199 kasus
dan 4 meninggal 0rang., ( CFR: 2,0%). Dengan demikian dilihat dari indikator CFR,
maka CFR Sambas sedikit di atas indikator nasional (<1%). Kasus DBD tersebar hampir
merata di seluruh keamatan di Kabupaten Sambas, namun bila dibandingkan dengan
tahun 2010 kasus Jumlah kasus DBDmengalami penurunan yang siknifikan dengan angka
insiden DBD tahun 2010 39,3 per 100.000 penduduk.
Dalam penanganan kasus DBD perlu melibatkan dan dukungan semua sektor, baik
pemerintah, masyarakat maupun pihak swasta, dengan gerakan pemberantasan sarang
nyamuk yaitu 3 M (menguras – mengubur - menutup tempat penampungan air). Upaya
lain yaitu melakukan pemantauan rumah/bangunan bebas jentik serta melakukan
pengenalan dini gejala DBD dan penanganannya di rumah. 
b. Diare
Pengertian Diare Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100-200 ml perjam tinja), dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat.
Pengertian lain diare adalah sebuah penyakit dimana penderita mengalami buang air besar
yang sering dan masih memiliki kandungan air berlebihan. Ada ribuan jenis organisme
yang dapat menginfeksi saluran pencernaan dan menjadi penyebab diare. Dari kelompok
bakteri, ada empat jenis bakteri penyebab diare yaitu: campylobacter, salmonella,
shigella, dan E. Coli.
Pada tahun 2011 di Kabupaten Sambas terdapat 11.532 kasus dan mengalami
peningkatan dibandingkan dengan tahun 2010. Persentase diare ditemukan dan ditangani
tahun 2011 adalah sebesar 22,75%. 
Dengan demikian program penyehatan lingkungan dan kebersihan individu menjadi
sangat penting untu mereduksi penyakit diare ini.penyakit diare dapat dikorelasikan
dengan perbaikan hygiene sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam

7
kehidupan sehari–hari serta melibatkan kader dalam tatalaksana diare karena dengan
penanganan yang tepat dan cepat ditingkat rumah tangga, maka diharapkan dapat
mencegah terjadinya kasus dehidrasi berat yang dapat mengakibatkan kematian.
c. Filariasis (penyakit kaki gajah)
Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit infeksi menahun (kronis) yang
disebabkan oleh cacing mikrofilaria. Penyakit ini ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk
yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening yang dapat menimbulkan cacat
menetap (seumur hidup) berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin, sehingga
dapat menimbulkan stigma sosial.

Di Indonesia kurang lebih 10 juta penduduk sudah terinfeksi penyakit ini dengan jumlah
penderita kronis (elephantiasis) kurang lebih 6.500 orang. Di Kabupaten Sambas jumlah
penderita kronis filariasis berdasarkan laporan terdapat 82 kasus yang tersebar di 16
kecamatan. Penderita terbanyak di Kecamatan Sejangkung sebanyak 24 orang, Tekarang
sebanyak 15 orang dan Sebawi sebanyak 17 orang. Angka kesakitan penyakit filariasis tahun
2011 sebesar 16 per 100.000 penduduk.
Upaya pencegahan dan pemberantasan dilakukan dengan memutus rantai penularan dan
mengobati penderita untuk mencegah infeksi sekunder. Dalam upaya mencapai eradikasi
Filariasis tahun 2020 (WHO), diperlukan alat/sarana yang sensitif untuk penegakan
diagnosis, sehingga penderita dapat ditemukan dalam stadium dini dan tidak sampai
menimbulkan kecacatan.

2.2 Kriteria kerja KLB penyakit menular dan keracunan makanan

2.3 PHEIC

Public Health Emergency of Concern International ( PHEIC ) didefinisikan suatu


peristiwa luar biasa yang ditetapkan sebagai risiko kesehatan masyarakat bagi Negara lain
melalui penyebaran penyakit internasional dan berpotensi memerlukan tanggapan

8
internasional yang terkoordinasi. pernyataan resmi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
dari peristiwa luar biasa yang bertekad untuk menimbulkan risiko kesehatan masyarakat
untuk negara lain melalui penyebaran penyakit secara internasional dan berpotensi
memerlukan tanggapan internasional terkoordinasi .

Yang membawa implikasi bagi kesehatan masyarakat di luar batas nasional negara
yang terkena dampak "dan" mungkin memerlukan tindakan internasional segera  Di
bawah Peraturan Kesehatan Internasional (IHR) 2005, negara memiliki kewajiban hukum
untuk segera menanggapi PHEIC.

Peraturan perundang-undangan yang telah mengatur tentang masalah wabah penyakit


dan kesehatan,adalah:

1. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular

2. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Sebagai bagian dari masyarakat dunia, Indonesia berkewajiban melakukan upaya


pencegahan terjadinya Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (Public
Health Emergency of International Concern/PHEIC) sebagaimana yang diamanatkan dalam
International Health Regulations (IHR) 2005. Dalam melaksanakan amanat ini Indonesia
harus menghormati sepenuhnya martabat, hak asasi manusia dan dasar-dasar kebebasan
seseorang serta penerapannya secara universal. International Health Regulations (2005)
mengharuskan Indonesia meningkatkan kapasitas berupa kemampuan dalam surveilans dan
respon cepat serta tindakan kekarantinaan pada pintu-pintu masuk (pelabuhan/ bandar udara/
Pos Lintas Batas Darat) dan tindakan kekarantinaan di wilayah.

9
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

10
DAFTAR PUSTAKA

https://sambas.go.id/ragam-informasi/data-statistik/kesehatan/2691-penyakit-potensi-klb.html

Irwan.2017.EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR.Yogyakarta. ABSOLUTE MEDIA

JURNAL: ANALISIS DAN EVALUASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG


KEKARANTINAAN. PUSAT PERENCANAAN PEMBANGUNAN HUKUM NASIONAL BADAN PEMBINAAN
HUKUM NASIONAL KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I. 2013 :

https://bphn.go.id/data/documents/analisis_dan_evaluasi_peraturan_perundang-
undangan_tentang_kekarantinaan.pdf

11

Anda mungkin juga menyukai