Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

MASALAH UTAMA (CORE PROBLEM)

I. PROSES TERJADINYA MASALAH (DIURAIKAN)


A. Pengertian Kecemasan
Istilah kecemasan dalam Bahasa Inggris yaitu anxiety yang berasal dari
Bahasa Latin angustus yang memiliki arti kaku, dan ango, anci yang berarti
mencekik. Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang
samar disertai respons otonom yang seringkali sumber penyebabnya tidak
spesifik atau tidak diketahui oleh individu [ CITATION Kel17 \l 1033 ].
Kecemasan merupakan takut yang tidak jelas objeknya dan tidak jelas
penyebabnya. Biasanya perasaan takut tersebut adalah upaya antisipasi
terhadap bahaya [ CITATION Sar12 \l 1033 ]. Kecemasan juga disebabkan oleh
konflik yang tidak disadari mengenai keyakinan, nilai, krisis situasional,
maturase, ancaman pada diri sendiri, penyakit yang dipersepsikan sebagai
ancaman kehidupan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi [ CITATION Pie10 \l
1033 ].
Jadi, kecemasan adalah perasaan tidak nyaman yang disebabkan oleh
perasaan takut yang tidak jelas penyebabnya dan biasanya terjadi karena upaya
individu untuk melakukan antisipasi terhadap bahaya.

B. Faktor Penyebab

Adler dan Rodman [ CITATION Ghu14 \l 1033 ] menyatakan terdapat dua


faktor yang dapat menimbulkan kecemasan, yaitu:

1. Pengalaman negatif pada masa lalu

Penyebab utama dari timbulnya rasa cemas kembali pada masa kanak-
kanak, yaitu timbulnya rasa tidak menyenangkan mengenai peristiwa yang
dapat terulang lagi pada masa mendatang, apabila individu menghadapi
situasi yang sama dan juga menimbulkan ketidaknyamanan, seperti
pengalaman pernah gagal dalam mengikuti tes.

2. Pikiran yang tidak rasional


Pikiran yang tidak rasional terbagi dalam empat bentuk, yaitu:
a. Kegagalan ketastropik, yaitu adanya asumsi dari individu bahwa
sesuatu yang buruk akan terjadi pada dirinya. Individu mengalami
kecemasan serta perasaan ketidakmampuan dan ketidaksanggupan
dalam mengatasi permaslaahannya.
b. Kesempurnaan, individu mengharapkan kepada dirinya untuk
berperilaku sempurna dan tidak memiliki cacat. Individu
menjadikan ukuran kesempurnaan sebagai sebuah target dan
sumber yang dapat memberikan inspirasi.
c. Persetujuan
d. Generalisasi yang tidak tepat, yaitu generalisasi yang berlebihan,
ini terjadi pada orang yang memiliki sedikit pengalaman.
C. Jenis- Jenis Kecemasan
Freud [ CITATION Sch86 \l 1033 ] membagi kecemasan menjadi tiga, yaitu:
a. Kecemasan Realitas atau Objektif (Reality or Objective Anxiety)
Suatu kecemasan yang bersumber dari adanya ketakutan terhadap
bahaya yang mengancam di dunia nyata. Kecemasan seperti ini misalnya
ketakutan terhadap kebakaran, angin tornado, gempa bumi, atau binatang
buas. Kecemasan ini menuntun kita untuk berperilaku bagaimana menghadapi
bahaya. Tidak jarang ketakutan yang bersumber pada realitas ini menjadi
ekstrim. Seseorang dapat menjadi sangat takut untuk keluar rumah karena
takut terjadi kecelakaan pada dirinya atau takut menyalakan korek api karena
takut terjadi kebakaran.

b. Kecemasan Neurosis (Neurotic Anxiety)


Kecemasan ini mempunyai dasar pada masa kecil, pada konflik antara
pemuasan instingtual dan realitas. Pada masa kecil, terkadang beberapa kali
seorang anak mengalami hukuman dari orang tua akibat pemenuhan
kebutuhan terutama yang berhubungan dengan pemenuhan insting seksual
atau agresif. Anak biasanya dihukum karena secara berlebihan
mengekspresikan impuls seksual atau agresifnya itu. Kecemasan neurotik
yang muncul adalah ketakutan akan terkena hukuman karena memperlihatkan
perilaku impulsif. Hal yang perlu diperhatikan adalah ketakutan terjadi bukan
karena ketakutan terhadap insting tersebut tapi merupakan ketakutan atas apa
yang akan terjadi bila insting tersebut dipuaskan.
c. Kecemasan Moral (Moral Anxiety)
Kecemasan ini merupakan hasil dari konflik antara Id dan superego.
Secara dasar merupakan ketakutan akan suara hati individu sendiri. Ketika
individu termotivasi untuk mengekspresikan impuls instingtual yang
berlawanan dengan nilai moral yang termaksud dalam superego individu itu
maka ia akan merasa malu atau bersalah. Pada kehidupan sehari-hari ia akan
menemukan dirinya sebagai “conscience stricken”. Kecemasan moral
menjelaskan bagaimana berkembangnya superego. Biasanya individu dengan
kata hati yang kuat dan puritan akan mengalami konfllik yang lebih hebat
daripada individu yang mempunyai kondisi toleransi moral yang lebih
longgar. Seperti kecemasan neurosis, kecemasan moral juga mempunyai dasar
dalam kehidupan nyata. Anak-anak akan dihukum bila melanggar aturan yang
ditetapkan orang tua mereka. Orang dewasa juga akan mendapatkan hukuman
jika melanggar norma yang ada di masyarakat. Rasa malu dan perasaan
bersalah menyertai kecemasan moral.

D. Tanda dan Gejala


Tanda Gejala terbagi menjadi dua, yaitu psikologis dan fisik [ CITATION Pie10 \l
1033 ]:

1. Gejala psikologis
a. Kegelisahan yang berlebihan
b. Waspada yang berlebihan
c. Sulit berkonsentrasi
d. Respon kaget berlebih
e. Sulit tidur
f. Mudah tersinggung
g. Hipersensitif
2. Gejala Fisik
a. Ketegangan motorik, seperti gemetar, gugup, nyeri otot dan mudah Lelah.
b. Nafas pendek atau perasaan tercekik
c. Tangan dingin atau berkeringat
d. Mulut kering dan pusing
e. Mual, diare atau tidak nyaman abdomen
f. Sering berkemih
g. Tiba-tiba panas atau menggigil
h. Tekanan darah meningkat

E. Tanda dan Gejala menurut tingkatan [ CITATION Pie10 \l 1033 ]:

Tingkat Gejala Fisik Gejala Psikologis


Ringan  Sesekali sesak napas  Persepsi meluas
 Nadi dan tekanan  Masih mampu
darah naik menerima stimulus
 Gangguan ringan yang kompleks
pada lambung  Mampu konsentrasi
 Mulut berkerut  Mampu
 Bibir gemetar menyelesaikan
masalah
 Gelisah
 Adanya tremor halus
pada tangan
 Suara terkadang
tinggi

Sedang  Sering napas pandak  Persepsi menyempit


 Nadi dan tekanan  Tidak mampu
darah meningkat menerima rangsangan
 Mulut kering  Berfokus pada apa
 Anoreksia yang menjadi
 Diare perhatiannya

 Konstipasi  Gerakan tersentak


 Meremasi tangan
 Bicara banyak dan
lebih cepat
 Insomnia
 Perasaan tak aman
 Gelisah

Berat  Nafas pendek  Lapangan persepsi


 Tekanan darah dan sangat sempit
nadi naik  Tidak mampu
 Berkeringat menyelesaikan
 Sakit kepala masalah

 Penglihatan kabur  Perasaan terancam

 Ketegangan  Verbalisasi cepat


 Blocking

Panik  Nafas pendek  Lapangan persepsi


 Tekanan darah dan sangat sempit
nadi meningkat  Hilangnya rasional
 Aktivitas motoric  Tidak dapat
meningkat melakukan aktivitas
 Ketegangan  Perasaan tidak aman
atau terancam
semakin meningkat
 Menurunnya
hubungan dengan
orang lain
 Tidak dapat
kendalikan diri

F. Dampak Kecemasan
Beberapa dampak dari kecemasan kedalam beberapa simtom, [ CITATION Sem06 \l 1033 ] antara
lain:
a. Simtom suasana hati
Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya hukuman dan
bencana yang mengancam dari suatu sumber tertentu yang tidak diketahui. Orang yang
mengalami kecemasan tidak bisa tidur, dan dengan demikian dapat menyebabkan sifat
mudah marah.
b. Simtom kognitif
Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan pada individu
mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan yang mungkin terjadi. Individu tersebut tidak
memperhatikan masalah-masalah real yang ada, sehingga individu sering tidak bekerja
atau belajar secara efektif, dan akhirnya dia akan menjadi lebih merasa cemas.
c. Simtom motor
Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak tenang, gugup, kegiatan
motor menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya jari-jari kaki mengetuk-ngetuk, dan sangat
kaget terhadap suara yang terjadi secara tiba-tiba. Simtom motor merupakan gambaran
rangsangan kognitif yang tinggi pada individu dan merupakan usaha untuk melindungi
dirinya dari apa saja yang dirasanya mengancam. Kecemasan akan dirasakan oleh semua
orang, terutama jika ada tekanan perasaan ataupun tekanan jiwa.
G. Tingkat Kecemasan
a. Rentang respon

Kecemasan (Anxiety) memiliki tingkatan [ CITATION Stu06 \l 1033 ],


diantaranya :
1. Ansietas ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari, ansietas ini
menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya.
Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta
kreativitas.
2. Ansietas sedang
Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit lapang persepsi individu.
Dengan demikian, individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat
berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.
3. Ansietas berat
Sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada
sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain. Semua perilaku
ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak
arahan untuk berfokus pada area lain.
4. Tingkat panik
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Hal yang rinci terpecah
dari proporsinya karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami
panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup
disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang
menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional.

II. POHON MASALAH

III. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


1. Data Yang Perlu Dikaji
a. Perilaku
Produktivitas menurun, mengamati dan waspada, kontak mata, jelek,
gelisah, melihat sekilas sesuatu , pergerakan berlebihan (seperti; foot
shuffling, pergerakan lengan/tangan), Ungkapan perhatian berkaitan dengan
merubah peristiwa dalam hidup, insomnia, perasaan gelisah
b. Afektif
Menyesal, iritabel,kesedihan mendalam, takut, gugup, suka cita
berlebihan, nyeri dan ketidak berdayaan meningkat secara menetap, gemertak,
ketidak pastian, kekhawatiran meningkat, fokus pada diri sendiri, perasaan
tidak adekuat, ketakutan, distressed, khawatir, prihatin dan mencemaskan
c. Fisiologis
Suara bergetar, gemetar/tremor tangan, bergoyang-goyang, respirasi
meningkat, kesegeraan berkemih ( parasimpatis), nadi meningkat, dilasi pupil,
refleks-refleks meningkat, nyeri abdomen, gangguan tidur, perasaan geli pada
ekstrimitas, eksitasi kardiovaskuler, peluh meningkat, wajah tegang,
anoreksia, jantung berdebar-debar , diarhea, keragu-raguan berkemih
kelelahan, mulut kering, kelemahan, nadi berkurang, wajah bergejolak,
vasokontriksi supervisial, berkedutan, tekanan darah menurun mual,
keseringan berkemih, pingsan, sukar bernafas, tekanan darah meningkat

d. Kognitif
Hambatan berfikir, bingung, preokupasi, pelupa, perenungan,
perhatian, lemah, lapang persepsi menurun, takut akibat yang tidak khas,
cenderung menyalahkan orang lain, sukar berkonsentrasi, kemampuan
berkurang terhadap:( memecahkan masalah dan belajar) , kewaspadaan
terhadap gejala fisiologis .e.Faktor yang berhubunganTerpapar toksin, konflik
tidak disadari tentang pentingnya nilai-nilai/ tujuan hidup, hubungan
kekeluargaan / keturunan, kebutuhan yang tidak terpenuhi, interpersonal-
transmisi/penularan, krisis situasional, maturasi, ancaman terhadap konsep
diri, stress, penyalah gunaan zat,ancaman terhadap atau perubahan dalam :
status peran status kesehatan , pola interaksi, fungsi peran, lingkungan , status
ekonomi
2. Masalah Keperawatan
a. Ansietas
b. Harga diri rendah
c. Gangguan citra tubuh
d, Koping individu inefektif
e. Kurangnya pengetahuan

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan cemas
b. Gangguan alam perasaan: cemas berhubungan dengan koping individu
inefektif

V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

TUJUAN INTERVENSI
Tujuan umum :Cemas 1. jadilah pendengar yang hangat dan responsive
berkurang atau 2. Beri waktu yang cukup pada pasien unuk
hilangTujuan khusus: berespon
TUK 1 :Pasien dapat 3. Beri dukungan pada pasien untuk
menjalin dan membina mengekspresikan perasaannya
hubungan saing percaya 4. Identifikasi pola perilaku pasien atau
pendekatan yang dapat menimbulkan perasaan negative
5. Bersama pasien mengenali perilaku dan
respon sehingga
TUK 2 :Pasien dapat 1. Bantu pasien untuk
mengenali ansietasnya mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya
2. Hubungkan perilaku
dan perasaannya
3. Validasi kesimpulan
dan asumsi terhadapa pasien
4. Gunakan pertanyaan
terbuka untuk mengalihkan dari topik yang mengancam ke hal yang
berkaitan dengan konflik
5. Gunakan konsultasi
untuk membantu pasien mengungkapkan perasaannya
TUK 3Pasien dapat 1. Bantu pasien menjelaskan situasi dan interaksi yag dapat segera
memperluas menimbulkan ansietas
kesadarannya terhadap 2. Bersama pasien meninjau kembali penilaian pasienterhadap stressor
perkembangan asietaas yang drasakan mengacam dan menimbulkan konflik
3. Kaitkan pengalaman yang baru terjadi dengan pengalaman masa lalu
yang relevan
TUK 4Pasien dapat 1. Gali cara pasien mengurangi ansietas di masa lalu
menggunakan 2. Tunjukkan akibat mal adaptif dan destruktif dari respon koping yang
mekanisme koping yang digunakan
adaptif 3. Dorong pasien utnuk menggunakan respon koping adaptfi yang
dimilikinya
4. Bantu pasien untuk menyusun kembali tujuan hidup, memodifikasi
tujuan menggunakan sumber dan koping yang baru
5. Latih pasien dengan menggunakan ansietas sedang
6. Beri aktivitas fisik untuk menyalurkan energinya
7. Libatkan pihak yang berkepentingan sebagai suber dan dukungan
sosial dalam membantu pasien menggunakan loping adaptif yang
baru
TUK 5 Pasien dapat 1. Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan
menggunakan teknik rasa percaya diri
relaksasi 2. Dorong pasien untuk menggunakan relaksasi dalam menurunkan
tingkat ansietas

DAFTAR PUSTAKA

Az-Zahrani, M. (2005). Konseling Terapi. Jakarta: Gema Insan.

Elseiver, S. (2006). Foundations of psychiatric mental health nursing a clinical approach,


Fifth edition. St Louis: Westline industrial drive.

Ghufron, M. N. (2014). Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

Keliat, A. B. (2017). NANDA International Nursing Diagnoses: Definition and Clasification


2018-2020, Eleventh Edition. Jakarta: Penerbit Buku Kedoktetan EGC.

Pieter, Z. d. (2010). Pengantar Psikologi dalam keperawatan. Jakarta: Kencana.

Sarwono, S. W. (2012). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers.

Schultz, D. (1986). Psychoanalytic approach: Sigmund Freud in Theoris of Personality, 3rd .


California: Brooks/Cole Publishing Company.

Semiun, Y. (2006). Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kasinius.

Stuart, W. G. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Alih Bahasa: Ramona P. Kapoh & Egi
Komara Yudha. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai