Anda di halaman 1dari 41

ANGGOTA KELOMPOK 4

1. Nungky Dwita Sari 131311133076


2. Nur Amilia 131311133079
3. Yoganis Ageng G. 131311133082
4. Amalia Khasanah I. 131311133085
5. Tri Lestyorini 131311133088
6. Efira Gladys R. 131311133091
7. Nina Widya Sabrina 131311133094
8. Elma Safira I. 131311133097
DEFINISI IMUNOMODULATOR

Merupakan agen yang mempengaruhi


(melemahkan atau menguatkan) respon
imunitas. Imunomodulator biasanya
digunakan dalam transplantasi organ untuk
mengurangi penolakan terhadap organ baru.
Imunomodulator juga disebut biological
response modifiers (zat-zat yang
memengaruhi reaksi biologis tubuh terhadap
zat-zat asing)
CARA KERJA

Melakukan modulasi pada sistem imun.


- Pada individu dengan defisiensi sistem imun,
imunomodulator bekerja dengan cara
merangsang (immunostimulan).
- Pada individu dengan reaksi imun yang
berlebihan, maka imunomodulator bekrja
dengan cara menekan/menormalkan
(immunosupresan).
DEFINISI IMUNOSTIMULATOR

Adalah senyawa yang dapat meningkatkan


respon imun dengan berbagai cara seperti
meningkatkan jumlah dan aktivitas sel T, NK-
cells, dan makrofag serta melepaskan
interferon dan interleukin untuk
meningkatkan pertahanan seluler (Tan dan
Rahardja, 2007).
LANJUTAN . . .

Imunostimulan dapat meningkatkan


mekanisme pertahanan tubuh baik secara
spesifik maupun non spesifik, dan terjadi
induksi non spesifik baik mekanisme
pertahanan seluler maupun humoral.
LANJUTAN . . .

Pertahanan non spesifik terhadap antigen ini


disebut paramunitas dan zat berhubungan
dengan penginduksi disebut paraimunitas.
Induktor semacam ini biasanya sedikit sekali
kerja antigennya, akan tetapi sebagian besar
bekerja sebagai mitogen yaitu meningkatkan
proliferasi sel yang berperan pada imunitas.
WAGNER (1990)
Menurut Wagner (1990), terdapat dua kelas senyawa
yang memilki aktivitas imunostimulasi potensial :
1. Kelas pertama terdiri dari senyawa-senyawa
alkaloid, terpenoid, kuinon, dan senyawa fenolik
sederhana.
2. Kelas kedua terdiri dari polisakarida, peptide,
glikoprotein dan nukleotida.

Note : Kelemahan obat ini adalah efeknya


menyeluruh dan tidak bersifat spesifik untuk jenis sel
atau antibodi tertentu.
RESPON IMUN
Makhluk tingkat
tinggi (ex.
Hewan,
manusia)

IMUNITAS

imunitas
imunitas spesifik
nonsepesifik

komponen fisik berupa keutuhan kulit dan Ada 2, Imunitas seluer melibatkan sel
mukosa; komponen biokimiawi seperti asam
lambung, lisozim, dan komponen seluler
limposit T, sedangkan imunitas humoral
nonspesifik seperti netrofil dan makrofag. melibatkan limposit B dan sel plasma.
BIOLOGICAL RESPONSE MODIFIER (BRM)

A. Biologik
B. Sintetik
A. BIOLOGIK
1. Hormon Timus
2. Limfokin
3. Interferon
4. Antibodi monoclonal
5. Transfer factor / ekstrak leukosit
6. Nukleotida
7. Lymphokin-Activated Killer (LAK) cells
8. Bahan asal bakteri
9. Bahan asal jamur
HORMON TIMUS

Ada 4 jenis hormon timus, yaitu timosin alfa,


timolin, timopoietin dan faktor humoral timus.
Semuanya berfungsi untuk memperbaiki
gangguan fungsi imun (imunostimulasi non-
spesifik) pada usia lanjut, kanker,
autoimunitas dan pada defek sistem imun
akibat pengobatan. Efek sampingnya berupa
reaksi alergi lokal atau sistemik.
LIMFOKIN

Disebut juga interleukin atau sitokin yang


diproduksi oleh limfosit yang diaktifkan.
Contohnya ialah Macrophage Activating
Factor (MAF), Macrophage Growth Factor
(MGF), T-cell Growth Factor atau Interleukin-
2 (IL-2), Colony Stimulating Factor (CSF)
dan interferon gama (IFN-.).
INTERFERON
Ada tiga jenis interferon yaitu alfa, beta dan
gama. INF- dibentuk oleh leukosit, INF-ß
dibentuk oleh sel fibroblas yang bukan limfosit
dan IFN- dibentuk oleh sel T yang diaktifkan.

Dalam klinik, IFN digunakan pada berbagai


kanker seperti melanoma, karsinoma sel ginjal,
leukimia mielositik kronik, hairy cell leukimia,
dan kapossi’s sarkoma. Efek sampingnya
adalah demam, malaise, mialgia, mual, muntah,
mencret, leukopenia, trombositopenia, dan
aritmia.
ANTIBODI MONOKLONAL

Diperoleh dari fusi dua sel yaitu sel yang


dapat membentuk antibodi dan sel yang
dapat hidup terus menerus dalam biakan
sehingga antibodi tersebut dapat dihasilkan
dalam jumlah yang besar. Antibodi tersebut
dapat mengikat komplemen, membunuh sel
tumor manusia dan tikus in vivo.
TRANSFER FACTOR / EKSTRAK LEUKOSIT

Ekstrak leukosit seperti Dialysed Leucocyte


Extract dan Transfer Factor (TF) telah
digunakan dalam imunoterapi.
Imunostimulasi yang diperlihatkan oleh TF
yang spesifik asal leukosit terlihat pada
penyakit seperti candidiasis mukokutan
kronik, koksidiomikosis, lepra lepromatosa,
tuberkulosis, dan vaksinia gangrenosa.
NUKLEOTIDA

Nukleotida terdapat pada air susu ibu.


Nukleotida dapat meningkatkan aktifitas sel
NK dan peningkatan produksi IL-2 oleh sel
monosit. Nukleotida juga mengaktifkan sel T
dan sel B.
LYMPHOKIN-ACTIVATED KILLER (LAK) CELL

Adalah sel T sitotoksik singeneik yang


ditimbulkan in vitro dengan menambahkan
sitokin seperti IL-2 ke sel-sel seseorang yag
kemudian diinfuskan kembali. Prosedur ini
merupakan imunoterapi terhadap
keganasan.
BAHAN ASAL BAKTERI
1) BCG (Bacillus Calmette Guerin), memperbaiki
produksi limfokin dan mengaktifkan sel NK.
2) Corynebacterium parvum (C. parvum),
digunakan sebagai imunostimulasi non-spesifik
pada keganasan.
3) Bordetella pertusis, memproduksi
Lymphocytosis Promoting Factor (LPF) yang
merupakan mitogen untuk sel T dan
imunostimulan.
4) Endotoksin, dapat merangsang proliferasi sel B
dan sel T serta mengaktifkan makrofag.
BAHAN ASAL JAMUR

Berbagai bahan telah dihasilkan dari jamur


seperti lentinan, krestin dan schizophyllan.
Bahan-bahan tersebut merupakan
polisakarida dalam bentuk beta-glukan yang
dapat meningkatkan fungsi makrofag dan
telah banyak digunakan dalam pengobatan
kanker sebagai imunostimulan non-spesifik.
B. SINTETIK

1) Levamisol
2) Isoprinosin
3) Muramil Dipeptida (MDP)
LEVAMISOL
Merupakan derivat tetramizol, dalam klinik
lazim dipakai sebagai obat cacing, dan
sebagai imunostimulan. Levamisol
berkhasiat untuk meningkatkan
penggandaan sel T, menghambat
sitotoksisitas sel T, mengembalikan anergi
pada beberapa kanker (bersifat stimulasi
nonspesifik), meningkatkan efek antigen,
mitogen, limfokin dan faktor kemotaktik
terhadap limfosit, granulosit dan makrofag.
LANJUTAN . . .

Penggunaan klinisnya untuk mengobati


artritis reumatoid, penyakit virus, lupus
eritematosus sistemik, sindrom nefrotik. Efek
samping yang harus diperhatikan adalah
mual, muntah, urtikaria, dan agranulositosis.
Obat ini diabsorpsi dnegan cepat dengan
kadar puncak 1-2 jam. Obat ini
didistribusikan luas ke berbagai jaringan dan
dimetabolisme di hati.
ISOPRINOSIN

Disebut juga isosiplex (ISO) adalah bahan


sintetis yang mempunyai sifat antivirus dan
meningkatkan proliferasi dan toksisitas sel T.
Sebagai imunostimulator isoprinosin
berkhasiat meningkatkan penggandaan sel T,
meningkatkan toksisitas sel T, membantu
produksi IL-2 (limfokin) yang berperan dalam
diferensiasi limfosit dan makrofag, serta
meningkatkan fungsi sel NK.
MURAMIL DIPEPTIDA (MDP)

Merupakan komponen aktif terkecil dari


dinding sel mycobacterium. Sebagai
imunostimulan berkhasiat meningkatkan
sekresi enzim dan monokin, serta bersama
minyak dan antigen dapat meningkatkan
respons selular maupun humoral. Dalam
klinik telah banyak digunakan untuk
pencegahan tumor dan infeksi sebagai
ajuvan vaksin.
IMUNOSTIMULATOR PADA TERAPI KOMPLEMENTER

a) Echinacea adalah tumbuhan pertama yang


dibuktikan secara alamiah khasiat
stimulasinya terhadap sistem imun.
b) Bioflavonoida. Banyak imunostimulator
alamiah termasuk kelompok (iso)flavon,
yang terdapat di kebanyakan sayur-mayur
dan buah-buahan. Flavon penting adalah
genistein (dalam kedele) dan quecetin
dengan efek antitumor dan antioksidan kuat.
DEFINISI IMUNOSUPRESAN

Adalah kelompok obat yang digunakan untuk


menekan respon imun seperti pencegah
penolakan transpalansi, mengatasi penyakit
autoimun dan mencegah hemolisis rhesus
dan neonatus. Sebagain dari kelompok ini
bersifat sitotoksik dan digunakan sebagai
antikanker.
INDIKASI IMUNOSUPRESAN

Imunosupresan digunakan untuk tiga indikasi


utama yaitu:
1. Transplantasi organ

2. Penyakit autoimun

3. Pencegahan hemolisis Rhesus pada


neonates
PILAHAN OBAT IMUNOSUPRESAN
Penggunaan obat imunosupresan berdasarkan
waktu pemberiannya. Respon imun dibagi
dalam dua fase :
 Fase pertama adalah fase induksi, yang
meliputi : Fase pengolahan antigen oleh
makrofag, dan pengenalan antigen oleh
limfosit imunokompeten.
Fase proliferasi dan diferensiasi sel B dan sel T
 Fase kedua adalah fase produksi, yaitu fase
sintesis aktif antibodi dan limfokin.
LANJUTAN . . .
Berdasarkan respon imun, imunosupresan dibagi
menjadi tiga kelas :
 Kelas I : harus diberikan sebelum fase induksi yaitu
sebelum terjadi perangsangan oleh antigen. Kerjanya
merusak limfosit imunokompeten.
 Kelas II : harus diberikan dalam fase induksi,
biasanya satu atau dua hari setelah perangsangan
oleh antigen berlangsung. Obat golongan ini bekerja
menghambat proses diferensiasi dan proliferasi sel
imunokompeten, misalnya antimetabolit.
 Kelas III : memiliki sifat dari kelas I dan II. Golongan
ini dapat menghasilkan imunosupresi bila diberikan
sebelum maupun sesudah adanya perangsangan
oleh Antigen.
OBAT IMUNOSUPRESAN

A. Azatioprin
Azotioprin adalah antimetabolit golongan
purin yang merupakan prekursor 6-
merkaptopurin. Azotioprin dalam tubuh
diubah menjadi 6-merkaptopurin(6-MP)
yang merupakan metabolit aktif dan bekerja
menghambat sintesis de novo purin.
B. Metotreksat (MTX)
Digunakan sebagai obat tunggal atau
kombinasi dengan siklosporin dalam
mencegah penolakan cangkok sumsum
tulang. MTX juga berguna untuk penyakit
autoimun dan peradangan tertentu.
C. Siklofosfamid
Siklofosfamid mengurangi respon imun
humoral dan meningkatkan respon imun
selular. Selain pada bedah cangkok, obat ini
juga digunakan pada artritis reumatoid,
sindrom nefrotik dan granulomatosis
Wegener.
D. Kortikosteroid
Imunosupresan yang digunakan adalah
golongan glukokortikoid yaitu prednison dan
prednisolon. Kortikosteroid (glukokortikoid)
digunakan sebagai obat tunggal atau dalam
kombinasi dengan imunosupresan lain untuk
mencegah reaksi penolakan transplantasi
dan untuk mengatasi penyakit aoutoimun.
E. Siklosporin (Cyclosporin A)
Berasal dari jamur Tolypocladium inflatum
gams. Siklosporin punya efek
imunosupresan karena mempunyai
kemampuan yang selektif dalam
menghambat sel T. Siklosporin digunakan
terutama dalam kombinasi dengan prednison
untuk mempertahankan ginjal, hati, dan
cangkok jantung pada transplantasi.
F. Rho (D) imunoglobulin
Antibodi ini merupakan bentuk spesifik dalam
pengobatan imunologi untuk ibu dengan Rho
(D) negatif yang terpapar darah Rho (D)
positif pada perdarahan karena abortus,
amniosintesis, trauma abdomen atau
kelahiran biasa dari janin.
G. Tacrolimus (prograf)
Senyawa makrolida yang diekstraksi dari jamur
streptomyces tsukubaensis (1993). Khasiat dan
mekanisme immunosupressivenya sama
dengan sikolosporin, tetapi ca lebih kuat 50x
dalam hal pencegahan sintesa IL-2 yang mutlak
perlu untuk proliferasi sel –T, juga bersifat
sangat lipofil dan sama efektifnya dengan
siklosporin pada transplantasi hati, jantung,
paru-paru, dan ginjal.
H. Mycofenolat-mofetil (CellCept)
Merupakan prodruk dengan khasiat
menekan perbenyakan dari khusus limfosit
melalui inhibisi enzim dehidrogenasi yang
diperlukan untuk sintese purin (DNA/RNA).
Efektif untuk melawan penolakan akut
setelah transplantasi ginjal.
I. Talidomida (synovir)
Derivat-piperidin ini (1957) adalah obat tidur
dengan efek teratogen sangat kuat yang
berdasarkan khasiat anti-angiogenesisnya juga
berdaya imunosupresif (anti-TNF) dan
antiradang. Sejak awal tahun 1990-an
talidomida mulai digunakan lagi antara lain
untuk menekan reaksi lepra dan meringankan
gejala AIDS seperti (aphtae) dimulut ,
kerongkongan, dan kemaluan, serta diare dan
kehilangan bobot serius.
PERTANYAAN
 Bagaimana mereka proliferasi sel, harus
dipahami dulu. Kalau untuk berproliferasi butuh
banyak TNF alfa. Untuk sel T buku IL-2 dan
interferon gama dan alfa (juga untuk NK sel).
Untuk diaktivasi membutuhkan CD-3, untuk
imunostimulan untuk membantu sel-sel lain
membelah dan untuk aktivasi sel.
 Imunosupresan, supaya limfosit T tidak
memproduksi isoleusin 2. Antiproliferatif,
menghambat pembelahan sistem imun.
 Bisakah virus HIV/AIDS diberi imunostimulator?

Anda mungkin juga menyukai