TENTANG
REVOLUSI KESEHATAN IBU DAN ANAK
Menimbang : a. bahwa kesehatan merupakan hak dasar manusia dan salah satu
unsur kesejahteraan yang harus dipenuhi sesuai cita-cita
bangsa;
b. bahwa dalam rangka pemenuhan hak hidup sehat dan sejahtera
bagi ibu dan anak perlu tindakan yang serius dan sistematis dari
berbagai komponen untuk bersama-sama berpartisipasi
melakukan percepatan perbaikan pelayanan kesehatan bagi ibu
dan anak;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang
Revolusi Kesehatan Ibu dan Anak;
dan
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
Ruang lingkup Peraturan Daerah ini mengatur tentang sistem, prosedur dan mekanisme
jaminan dan kualitas pelayanan kesehatan yang optimal, menyeluruh, dan terpadu bagi ibu
hamil, ibu bersalin, ibu Nifas, Bayi, Balita, dan anak.
BAB III
ASAS MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 3
Penyelenggaraan Revolusi KIA berasaskan prikemanusiaan, keseimbangan, manfaat,
perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan non
diskriminatif dan norma-norma agama.
Pasal 4
Maksud dari Revolusi KIA adalah memberikan kepastian jaminan dan perlindungan
pelayanan kesehatan bagi Ibu Hamil, Ibu Bersalin, Ibu Nifas, Bayi, Balita, dan Anak yang
berkeadilan tanpa diskriminasi dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan untuk
mendapatkan pelayanan yang optimal.
Pasal 5
Tujuan pelaksanaan Revolusi KIA adalah perbaikan fasilitas dan kualitas pelayanan
kesehatan untuk percepatan penurunan angka kematian ibu dan anak serta meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yag setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber
daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis di daerah.
BAB IV
KESEHATAN IBU DAN ANAK
Pasal 6
(1) Penurunan angka kematian ibu dan anak wajib dilakukan secara revolusioner.
(2) Setiap ibu perlu mendapat pelayanan yang memadai sejak mengalami terlambat bulan
sampai dengan 42 hari setelah persalinan.
(3) Setiap anak perlu mendapat pelayanan kesehatan yang memadai sejak 0 sampai
dengan 1 hari menjelang ulang tahun yang ke 18.
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 9
(1) Pemerintah Daerah, badan usaha dan/atau perorangan yang menyediakan fasilitas
pelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan pada setiap tingkatan sarana pelayanan
kesehatan.
(2) Standar pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai ketentuan
perundang-undangan.
Pasal 10
(1) Biaya pelayanan KIA dalam rangka Revolusi KIA dibebankan pada Pemerintah dan
Pemerintah Daerah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.
(2) Biaya Pelayanan KIA selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat juga
bersumber dari sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat.
BAB V
Pasal 11
Setiap ibu dan bayi berhak mendapat pelayanan kesehatan yang adil dan merata, meliputi
:
a. informasi kesehatan yang mudah, cepat, tepat dan memadai;
b. pelayanan kesehatan yang berkualitas dan berkesinambungan;
c. keamanan dan kenyamanan dalam pelayanan kesehatan; dan
d. subsidi biaya pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin
Pasal 12
Pasal 13
(1) Setiap orang dan/atau komponen masyarakat yang terlibat dalam pelayanan
KIA berhak mendapatkan pengetahuan tentang KIA.
(2) Pokjanal/Pokja Posyandu dan kader posyandu berhak mendapatkan biaya
operasional yang memadai sesuai dengan kemampuan keuangan daerah.
(3) Penetapan posyandu dan kader posyandu ditetapkan dengan Keputusan
Bupati.
Bagian Kedua
Kewajiban
Pasal 14
Pasal 15
Pasal 16
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 19
Pasal 20
Pasal 21
Puskesmas berkewajiban;
a. melaksanakan pelayanan KIA yang berkualitas;
b. mengatur pemanfaatan rumah tangga;
c. melaksanakan rujukan kasus ibu hamil, ibu bersalin, bayi dan balita resiko tinggi ke
rumah sakit PONEK;
d. melaksanakan sosialisasi progran KIA kepada tenaga kesehatan di tingkat Kecamatan
dan Kelurahan/desa;
e. mengembangkan sistim perencanaan KIA secara terpadu melalui minilokakarya di
tingkat Kecamatan;
f. memfasilitasi kemitraan bidan dengan dukun bersalin;
g. melakukan koordinasi dengan kader, dan dukun bersalin dalam rangka pelaksanaan
program KIA;
h. melibatkan tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, da kegiatan berhubungan
dengan program KIA;
i. melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kesehatan di
Kelurahan/desa; dan
j. melaksanakan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan progran KIA.
Pasal 22
Pasal 23
Pasal 24
Setiap Dokter Umum, Dokter Spesialis Anak dan Dokter spesialis Obgyn berkewajiban:
a. memberikan pelayanan kesehatanyang profesional kepada ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas, bayi, balita dan Anak;
b. memberikan upaya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif, kepada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi, Balita dan Anak; dan
c. memotivasi ibu hamil agar melahirkan difasilitas kesehatan yang memadai.
Pasal 25
Pasal 26
Pasal 27
Pasal 28
Pasal 29
Setiap ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu menyusui berkewajiban :
a. memeriksakan kehamilannya paling kurang 4 (empat) kali selama kehamilan yaitu
trimeter I (satu) sebanyak 1 (satu) kali, trimester II (dua) sebanyak 1 (satu) kali dan
trimester III (tiga) senayak 2 (dua) kali;
b. melahirkan di sarana pelayanan kesehatan yang memadai;
c. menyusui anaknya secara rutin sejak bayi dilahirkan sampai anak berumur 2 (dua)
tahun; dan
d. memberikan air susu ibu saja sejak bayi dilahirkan sampai anak berumur 6 (enanm)
bulan, kecuali karena alasan medis yang dinyatakan dokter.
Pasal 30
Setiap keluarga yang mempunyai ibu hamil, bayi, ibu nifas, dan balita berkewajiban:
a. membawa/mengajak ibu hamil, bayi dan balita ke posyandu setiap bulan untuk
mendapat pelayanan kesehatan;
b. menyusun P4K;
c. mendampingi ibu hamil untuk melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai;
d. menyiapkan dana Tabungan Ibu Bersalin (TABULIN); dan
e. menyiapkan pendonor darah dan membantu ibu hamil.
Pasal 31
Setiap orang berkewajiban membantu ibu hamil dalam penyediaan sarana transportasi dan
pengumpulan DASOLIN
Pasal 32
Pasal 33
BAB VII
LARANGAN
Pasal 34
BAB VIII
SANKSI
Pasal 35
Setiap orang yang terlibat dalam pelayanan KIA yang oleh karena kelalainnya
mengakibatkan pasien ibu atau anak terlantar atau meninggal dunia dituntut sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 36
Pasal 37
Ditetapkan di
Waingapu.
pada tanggal 10
Januari 2011
BUPATI SUMBA
TIMUR,
GIDION
MBILIJORA
Diundangkan di Waingapu
pada tanggal 10 Januari 2011
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN SUMBA TIMUR,
UMBU HAMAKONDA
I. UMUM
Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kesejahteraan hidup bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal sebagai salah satu upaya kesejahteraan umum sebagaimana dimaksud dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Kesehatan sebagai
hak asasi manusia harus diwujudkan dalam bentuk pemberian berbagai kesehatan kepada
seluruh lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang
berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat.
Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Cukup Jelas
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Cukup Jelas
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Cukup Jelas
Pasal 10
Cukup Jelas
Pasal 11
Cukup Jelas
Pasal 12
Cukup Jelas
Pasal 13
Cukup Jelas
Pasal 14
Cukup Jelas
Pasal 15
Cukup Jelas
Pasal 16
Cukup Jelas
Pasal 17
Cukup Jelas
Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Cukup Jelas
Pasal 20
Cukup Jelas
Pasal 21
Cukup Jelas
Pasal 22
Cukup Jelas
Pasal 23
Cukup Jelas
Pasal 24
Cukup Jelas
Pasal 25
Cukup Jelas
Pasal 26
Cukup Jelas
Pasal 27
Cukup Jelas
Pasal 28
Cukup Jelas
Pasal 29
Cukup Jelas
Pasal 30
Cukup Jelas
Pasal 31
Cukup Jelas
Pasal 32
Cukup Jelas
Pasal 33
Cukup Jelas
Pasal 34
Cukup Jelas
Pasal 35
Cukup Jelas
Pasal 36
Cukup Jelas
Pasal 37
Cukup Jelas