Tugas Kelompok 2 (Fraktur)
Tugas Kelompok 2 (Fraktur)
1.Demon Lamau
2. Sefty Dwi R
3.Hamid Rengen
4.Siti Ria Wouw
5.Ones Naroba
6.Abdul Haji Bauw
7.Jumali
8.Adrian Y Rohromana
i
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan
tugas Asuhan keperawatan gawat darurat dengan kasus Fraktur dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai penyakit Fraktur. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam Laporan kasus ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah atau Laporan kasus yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Penyusun
ii
Daftar isi
1. PENGERTIAN ...................................................... 1
4.PATOFISIOLOGIS ............................................... 4
5. KLASIFIKASI ..................................................... 4
6. KOMPLIKASI....................................................... 6
1. PENGKAJIAN ................................................... 12
3. INTERVENSI .................................................... 24
4. IMPLEMENTASI .............................................. 30
5. EVALUASI ....................................................... 30
C. KESIMPULAN ............................................................. 32
iii
A. KONSEP FRAKTUR
1. Pengertian
Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang.
Jika terjadi fraktur, maka jaringan lunak di sekitarnya juga sering kali
terganggu. Radiografi (sinar-x) dapat menunjukkan keberadaan cedera tulang,
tetapi tidak mampu menunjukkan otot atau ligamen yang robek, saraf yang
putus, atau pembuluh darah yang pecah sehingga dapatmenjadi komplikasi
pemulihan klien ( Black dan Hawks, 2014).
2. Etiologi
Penyebab patah tulang dibagi dalam tiga bagian menurut Nanda (2012) :
1
2. Proses suatu penyakit
Adalah fraktur yang secara primer terjadi karena adanya proses pelemahan
tulang akibat suatu proses penyakit atau kanker yang bermetastase atau
osteoporosis.
3. Gejala Klinis
Menurut Black dan Hawks (2014), Tanda dan gejala terjadinya fraktur antara
lain:
a. Deformitas
b. Pembengkakan
Edema dapat muncul segera, sebagai akibat dari akumulasi cairan serosa
pada lokasi fraktur serta ekstravasasi darah ke jaringan sekitar.
c. Memar
d. Spasme otot
2
e. Nyeri
Jika klien secara neurologis masih baik, nyeri akan selalu mengiringi fraktur,
intensitas dan keparahan dari nyeri akan berbeda pada masing-masing klien.
Nyeri biasanya terus-menerus , meningkat jika fraktur dimobilisasi. Hal ini
terjadi karena spasme otot, fragmen fraktur yang bertindihan atau cedera
pada struktur sekitarnya.
f. Ketegangan
g. Kehilangan fungsi
Hilangnya fungsi terjadi karena nyeri yang disebabkan fraktur atau karena
hilangnya fungsi pengungkit lengan pada tungkai yang terkena. Kelumpuhan
juga dapat terjadi dari cedera saraf.
Manifestasi ini terjadi karena gerakan dari bagian tengah tulang atau gesekan
antar fragmen fraktur.
i. Perubahan neurovaskular
j. Syok
3
4. Patofisiologi
5. Klasifikasi Fraktur
Penampikan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis ,
dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu :
4
b. Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur.
1).Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau
melalui kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto, terdiri dari ;
b) Simple fracture, yaitu kondisi fraktur dimana disatu sisi patah menjadi 2
bagian, bedanya dengan Buckle atau torus fracture yaitu pada Buckle
atau torus fracture hanya retak sedikit dan pada Simple fracture terjadi
tulangnya sampai putus
e) Segmental fracture, ini terjadi ketika tulang yang patah menjadi 2 bagian
tidak berkaitan sehingga terlihat ada bagian tulang yang melayang
2).Fraktru Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang
seperti:
5
b) Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan
kompresi tulang spongiosa di bawahnya.
6. Komplikasi fraktur
f. Maloniun atau tulang yang sembuh, menyatu tetapi tidak tepat atau sejajar
penyatuannya, dan Nonyoniun yangb berarti tuang sembuh tetapi tidak
menyatu
g. Terjadi Emboli yang dapat menyebabkan stroke dan jantung yang bisa
menyebabkan kematian akiabat emboli pasca fraktur
h. Cacat permanen
6
7. Penatalaksanaan Fraktur
b. Reduksi
c. Retensi
7
atau traksi dimaksudkan untuk mempertahankan reduksi ekstremitas yang
mengalami fraktur.
d. Rehabilitasi
8. Penanganan awal
Menurut (Sonny Seputra 2019 ), penangan awal pada pasien fraktur adalah
sebagai berikut :
8
Berhati-hatilah saat memeriksa cedera agar tidak menimbulkan terlalu
banyak gerakan. Jika korban tidak sadarkan diri, segera lakukan resusitasi
jantung paru (RJP)
9
d. Jangan mencoba memindahkan korban, terutama jika korban mengalami
cedera kepala, leher, atau tulang belakang untuk menghindari cedera yang
lebih parah.
h. Pantau kondisi korban dan perhatikan jika ada tanda-tanda syok. Jika
korban mengalami syok, baringkan korban dengan menempatkan kaki
lebih tinggi dari kepala
9. Pemeriksaan penunjang
10
Pathway :
11
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Identitas Klien
2) Pengkajian Primer
(1) Airway : Penilaian kelanaran airway pada klien yang mengalami fraktur
meliputi, pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas yang dapat
disebabkan benda asing, fraktur wajah, fraktur mandibula atau maksila,
fraktur laring atau trachea. Usaha untuk membebaskan jalan nafas harus
melindungi vertebral servikal karena kemungkinan patahnya tulang
servikal harus selaludiperhitungkan. Dalam hal ini dapat dilakukan chin
lift, tetapi tidak boleh melibatkan hiperektensi leher.
12
(2) Breathing : Setelah melakukan airway kita harus menjamin ventilasi
yang baik. Ventilasi yang baik meliputi fungsi yang baik dari paru,
dinding dada dan diafragma. Dada klien harus dibuka uantuk melihat
pernapasan yang baik.
(4) Disability :kaji kedaan neurologis secara cepat yang dinilai adalah
tingkat kesadaran (GCS), ukuran dan reaksi pupil. Penurunan kesadaran
dapat disebabkan penurunan oksigen dan penurunan perfusi ke otak,
atau disebabkan perlukaan pada otak. Perubahan kesadaran menuntut
dilakukannya pemeriksaan terhadap keadaan ventilasi, perfusi dan
oksigenasi.
(5) Exsposure : jika exsposure dilakukan di Rumah Sakit, tetapi jika perlu
dapat membuka pakaian, misalnya membuka baju untuk melakukan
pemeriksaan fisik thoraks. Di Rumah Sakit klien harus di buka seluruh
pakaiannya, untuk evaluasi klien. Setelahpakain dibuka, penting agar
klien tidak kedinginan klien harus diberikan slimut hangan, ruangan
cukup hangat dan diberikan cairan intravena.
3) Pengkajian Sekunder
13
mencari cidera - cidera lain yang mungkin terjadi pada klien sehingga tidak
satupun terlewatkan dan tidak terobati.Apabilaklien sadar dan dapat
berbicara maka kita harus mengambil riwayat SAMPLE dari klien, yaitu
Subyektif, Allergies, Medication, Past Medical History, Last Ate dan Event
(kejadian atau mekanisme kecelakaan).
a. Anamnese
1) Keluhan utama
Keluhan utamanya adalah rasa nyeri akut atau kronik. Selain itu klien
juga akan kesulitan beraktivitas. Untuk memperoleh pengkajian yang
lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan menurut Padila (2012) :
14
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan
memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung.
Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang menyebabkan
fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung. Selain itu,
penyakit diabetes dengan luka sangat beresiko terjadinya
osteomyelitis akut maupun kronik dan juga diabetes menghambat
proses penyembuhan tulang (Padila, 2012).
5) Riwayat psikososial
6) Pola-pola
15
alkohol yang bisa mengganggu keseimbangannya dan apakah
klien melaksanakan olahraga atau tidak (Padila, 2012).
c) Pola eliminasi
16
e) Pola aktivitas
17
itu, klien juga perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah
anak, lama perkawinannya (Padila, 2012).
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum :
18
cairan yang keluar dari luka, suara nafas, pernafasan infeksi
kondisi yang kronis atau batuk dan merokok.
a) Sistem integumen
b) Kepala
19
c) Leher
d) Muka
e) Mata
f) Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi
atau nyeri tekan.
g) Hidung
h) Mulut dan faring Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi
perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
j) Paru
20
Perkusi : Suara ketok sonor, tak ada redup atau suara tambahan
lainnya
k) Jantung
l) Abdomen
Palpasi : Turgor baik, tidak ada defands muskuler hepar tidak teraba
m) Inguinal-genetalis-anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, ada kesulitan buang air
besar.
n) Sistem muskuloskeletal
21
Yang perlu dicatat adalah:
4).Pemeriksan Penunjang
22
2. Diagnosa Keperawatan
2. Nyeri Akut b.d Agen cedera fisik di tandai dengan pasien tampak meringgis,
gelisah
23
3. Intervensi Keperawatan
intervensi :
2. Lakukan dan ajarkan perubahan posisi yang aman sesuai keadaan klien
4. Analisa pemeriksaan gas darah, Hb, kalsium, LED, lemak dan trombosit
24
Rasional : Penurunan PaO2 dan peningkatan PCO2 menunjukkan
gangguan pertukaran gas; anemia, hipokalsemia, peningkatan LED dan
kadar lipase, lemak darah dan penurunan trombosit sering berhubungan
dengan emboli lemak
2) Nyeri Akut b.d Agen cedera fisik di tandai dengan pasien tampak meringgis,
gelisah
Intervensi :
1. Pertahankan imobilasasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, bebat
dan atau traksi
25
Rasioanal : Mempertahankan kekuatan otot dan meningkatkan sirkulasi
vaskuler
6. Lakukan kompres dingin selama fase akut (24-48 jam pertama) sesuai
keperluan.
Rasional : Menurunkan edema dan mengurangi rasa nyeri.
7. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi
Rasional : Menurunkan nyeri melalui mekanisme penghambatan rangsang
nyeri baik secara sentral maupun perifer
26
3.Ajarkan atau pantau dalam hal penggunaan alat bantu
Rasional : Menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.
4. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif danm pasif, juga
mobilisasi dini
Rasional : memepertahankan dan meningkatkan kekuatan dan ketahanan
otot.
5. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi
Rasional : Mengembangkan perencanaan dan mempertahankan mobilitas
pasien
27
Rasional : Agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar
luas pada area kulit normal lainnya.
6. Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan
Rasional : Balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung
kondisi parah atau tidaknya luka, agar tidak terjadi infeksi.
7. Kolaborasikan pemberian antibiotik sesuai indikasi
Rasional : Antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme patogen
pada daerah yang beresiko terjadi infeksi.
28
Rasional : Untuk menggantikan volume darah serta komponen darah yang
hilang
6. Pasang infus, beri terapi cairan
Rasional : Pemberian cairan intravena sangat diperlukan untuk mengatasi
kehilangan cairan tubuh yang hebat yaitu untuk mengatasi syok
hipovolemik.
29
7) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan
kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada
Tujuan : Pasien mengatakan pemahaman pemahaman tentang kondisi, efek
prosedur, dan efek pengobatan
Intervensi :
4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang
dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Rencana keperawatan
yang dibuat berdasarkan diagnosis yang tepat , diharapkan dapat mencapai
tujuan dan hasil yang diinginkan untuk mendukung dan meningkatkan status
kesehatan klien (Potter dan Perry, 2010).
30
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses kontinyu yang terjadi saat melakukan
kontak dengan klien. Setelah melaksanakan intervensi, kumpulkan data
subyektif dan obyektif dari klien, keluarga dan anggota tim kesehatan lain.
Selain itu, evaluasi juga dapat meninjau ulang pengetahuan tentang status
terbaru dari kondisi, terapi, sumber daya pemulihan, dan hasil yang
diharapkan. (Potter dan Perry, 2010)
31
C. Kesimpulan
Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang. Jika
terjadi fraktur, maka jaringan lunak di sekitarnya juga sering kali terganggu
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan
lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau
tidak lengkap
2. Proses suatu penyakit , Adalah fraktur yang secara primer terjadi karena adanya
proses pelemahan tulang akibat suatu proses penyakit atau kanker yang
bermetastase atau osteoporosis.
3. Stress pada tulang, Apabila suatu tulang diberikan tekanan yang berulang-ulang
32
Daftar Pustaka ;
Krisdiyana. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Orif Fraktur Femur Di
Ruang Cempaka Rsud Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Phd Thesis,Poltekkes
Kemenkes Samarinda.
Watulangi, F. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Tn.T Dengan Fraktur Tibia Fibula
Diruang Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittingg. Phd
Thesis,Stikes Perintis Padang.
33