Anda di halaman 1dari 23

Referat

Tanggal: 16 Agustus 2021 (Senin siang)

PENGGUNAAN SEL PUNCA DAN PRODUKNYA PADA


PENGOBATAN ALOPESIA
Oleh: Noer Olivy Alifiar
Pembimbing: dr. Kartika Ruchiatan, SpKK(K), M.Kes
dr. Diah Puspitosari, SpKK

I. PENDAHULUAN
Sel punca berasal dari kata ‘punca’ yang berarti awal mula.1 Sel dapat
digolongkan sebagai sel punca jika memiliki sejumlah karakterisitik, antara lain
belum berdiferensiasi, mampu memperbanyak diri, dan dapat berdiferensiasi
menjadi lebih dari satu jenis sel.1,2 Kemampuan diferensiasi sel tersebut dapat
bersifat multipoten atau pluripoten.1
Penggunaan sel punca sebagai terapi berbagai macam kelainan di bidang
dermatologi semakin berkembang, salah satunya adalah alopesia.3 Berkembang
berbagai penelitian yang menunjukkan keberhasilan sel punca pada terapi alopesia
dengan mekanisme utama mengaktivasi folikel rambut,4,5,6 sehingga merangsang
pertumbuhan, regenerasi, dan perkembangan folikel rambut.3 Alopesia atau
kebotakan merupakan kelainan pada rambut yang cukup sering ditemukan baik
pada perempuan maupun laki-laki dan sering menyebabkan penurunan kualitas
hidup yang signifikan.6 Rambut dianggap sebagai ciri utama penampilan estetis,
oleh sebab itu alopesia dapat memiliki dampak besar pada psikologis seseorang.6,7
Tata laksana alopesia cukup menantang bagi klinisi karena alopesia seringkali
resisten terhadap pengobatan maupun produk yang tersedia.8,9 Dua obat yang sering
digunakan untuk pengobatan alopesia, yaitu minoksidil yang memiliki efek
vasodilatasi dan finasteride yang menghambat 5α-reductase secara selektif.4,6,10
Namun, kedua obat ini masih memiliki efektivitas dan durasi yang terbatas, serta
beberapa efek samping.6 Sel punca dapat menjadi terapi alternatif untuk alopesia.8
Beberapa penelitian yang berkembang mengenai jenis sel punca yang
memberikan respons baik terhadap alopesia adalah hair follicular stem cells

1
(HFSCs),4,6,11 dermal stem cells (DSCs), bone marrow-derived mononuclear cells
(BMMNC),7 adipose-derived stem cells (ADSCs),6,12 adipose-derived stromal
vascular cells (ADSVCs),6,13 dan adipose-derived stem cells conditioned medium
(ADSC-CM).14,15
Pada referat ini akan dibahas mengenai terapi sel punca pada alopesia, dengan
sebelumnya secara singkat diuraikan mengenai siklus rambut, gambaran klinis, dan
patogenesis alopesia, serta sel punca secara umum.

II. ALOPESIA
2.1 Siklus Pertumbuhan Rambut
Tipe rambut terdiri dari rambut lanugo, vellus, terminal, dan miniaturisasi.16
Siklus pertumbuhan rambut terdiri dari fase anagen, katagen, dan telogen yang terus
berputar (Gambar 1).17,18 Fase anagen merupakan yang terpanjang dengan rerata
durasi tiga tahun.17 Selama fase anagen, epitel germinativum pada dasar folikel
rambut akan mengalami proliferasi, diferensiasi, dan menyebabkan pemanjangan
batang rambut serta inner root sheath.18 Fase ini menggambarkan pertumbuhan
rambut dan aktivitas mitosis.17 Aktivitas mitosis akan melambat ketika folikel
rambut memasuki fase katagen.18
Rambut kemudian mengalami involusi selama fase katagen karena adanya
apotosis keratinosit folikel.17 Fase telogen dikenal juga sebagai fase laten atau
istirahat, yang terbentuk sebelum fase anagen baru selanjutnya.18 Gangguan pada
fase pertumbuhan rambut dapat menyebabkan alopesia.19

Gambar 1. Siklus pertumbuhan rambut.


Dikutip dari: Waters.18

2
2.2 Alopesia
Manusia umumnya memiliki sekitar lima juta folikel rambut yang tidak akan
bertambah setelah kelahiran.17 Alopesia atau kebotakan rambut dapat disebabkan
oleh berkurang atau hilangnya folikel rambut, batang rambut, atau keduanya.
Folikel rambut yang berkurang dapat disebabkan oleh agenesis folikel, disgenesis,
atau destruksi folikel. Sementara itu, berkurangnya batang rambut dapat disebabkan
oleh batang rambut yang rapuh, tercabut, atau mengalami miniaturisasi.20
Kerusakan folikel rambut pada bulge akibat infeksi, trauma, dan autoimun dapat
menyebabkan alopesia sikatrik yang bersifat permanen. Kerusakan yang terjadi di
luar folikel rambut tanpa mengenai bulge akibat autoimun, penggunaan obat, dan
hormonal dapat menyebabkan alopesia non-sikatrik yang bersifat reversibel.21
Alopesia sikatrik ditandai dengan atrofi kulit dan hilangnya muara folikel
rambut, seperti pada kutaneus lupus eritematosus kronis, liken planopilaris, dan
alopesia central centrifugal cicatrical. Alopesia non-sikatrik ditandai dengan
rambut yang dapat tumbuh kembali, seperti pada alopesia androgenetika (AAG),
alopesia areata (AA), telogen effluvium, loose anagen syndrome, trikotilomania,
dan alopesia traksi.17
Penelitian yang dilakukan oleh Varman dkk.22 pada tahun 2018 di India terhadap
393 laki-laki berusia 18 hingga 35 tahun menunjukkan bahwa permasalahan pada
rambut secara berturut-turut adalah kerontokan (60,3%), kebotakan (50,4%), dan
rambut putih (37,97%). Penelitian yang dilakukan oleh Paramita dkk.23 pada tahun
2015 di RSUD Dr. Soetomo Surabaya terhadap 20 pasien dengan keluhan pada kulit
kepala berambut menunjukkan bahwa kebotakan (70%) menjadi permasalahan
yang paling banyak dikeluhkan. Berdasarkan data rawat jalan Klinik Dermatologi
Kosmetik dan Klinik Dermatologi Anak Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
(IKKK) Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung dari Januari
2016 hingga Desember 2020 dilaporkan 61 kasus alopesia.

2.2.1 Gambaran Klinis Alopesia


Berikut ini ditampilkan gambaran klinis alopesia yang dapat diterapi dengan
menggunakan sel punca berdasarkan beberapa penelitian, yaitu AAG dan AA.

3
Alopesia androgenetika merupakan tipe kebotakan pada rambut yang paling umum
dijumpai pada perempuan dan laki-laki (Gambar 2 dan 3). Sekitar 50% laki-laki
berkulit putih mengalami AAG di usia 50 tahun. Sementara itu, sekitar 38%
perempuan mengalami AAG di usia 70 tahun.24 Tipe kebotakan lain yang paling
umum dijumpai setelah AAG adalah AA. Insidensi AA mencapai 2% dari seluruh
populasi di dunia.25

Gambar 2. Alopesia androgenetika pada laki-laki.


Foto milik Divisi Dermatologi Kosmetik, Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin,
FKUP/RSHS

Gambar 3. Alopesia androgenetika pada perempuan.


Dikutip dari: Philips.24

Alopesia androgenetika adalah kebotakan rambut androgen-dependent yang


menyebabkan perubahan rambut terminal menjadi rambut vellus dengan pola khas.

4
Kulit kepala berambut terdiri dari kelompok unit folikel. Setiap unit folikel
memiliki tiga hingga lima folikel rambut yang menghasilkan batang rambut. Saat
folikel rambut pada suatu regio di kulit kepala berambut terminiaturisasi, setiap unit
folikel hanya akan menghasilkan satu hingga dua rambut terminal, sehingga
kebotakan akan muncul.20
Alopesia areata adalah kebotakan yang dimediasi autoimun sehingga
menyebabkan kebotakan rambut pada kulit kepala berambut dan bagian tubuh
lainnya. Beberapa hipotesis patogenesis AA, antara lain infeksi virus dan
kerentanan genetik terhadap autoimun yang diperantarai sel limfosit T.20 Gambaran
klinis AA berupa area kebotakan tanpa disertai pembentukan jaringan parut,
berbentuk oval atau bulat, berbatas tegas, dengan permukaan kulit yang halus
(Gambar 4).26,20

Gambar 4. Alopesia areata.


Foto milik Divisi Dermatologi Kosmetik, Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin,
FKUP/RSHS

2.2.2 Hubungan Sel Punca dengan Patogenesis Alopesia


Kerusakan sel punca yang berlokasi pada bulge folikel rambut menyebabkan
alopesia sikatrik yang bersifat permanen. Hair follicular stem cells merupakan sel
punca dewasa yang terletak pada folikel rambut, tepatnya pada area perlekatan otot
arrector pili di bawah muara kelenjar sebasea, yang dikenal sebagai “bulge”.7,27
HFSCs juga dapat ditemukan pada outer root sheath, tepatnya pada ujung

5
proksimal isthmus yang dikenal juga sebagai “bulge” (Gambar 5).7 Protein
permukaan bulge yang diketahui hingga saat ini adalah CD34, CK15, CK19, dan
CD200.4,28 CK15 diekspresikan oleh bulge pada seluruh fase pertumbuhan rambut.
HFSCs merupakan sel punca multipoten yang dapat membentuk folikel rambut,
kelenjar sebasea, dan membantu penyembuhan lapisan epidermis setelah trauma.28
Sel punca tersebut dapat teraktivasi secara reguler. Hal tersebut digambarkan
dengan adanya beberapa fase pada siklus pertumbuhan rambut, seperti anagen,
katagen, dan telogen.29

Gambar 5. Anatomi folikel rambut.


Dikutip dari: Purba.27

Hair follicular stem cells berperan pada fase anagen. Fase anagen yang semakin
panjang menunjukkan aktivasi HFSCs yang semakin baik. Baik pada fase anagen
maupun katagen, HFSCs dipengaruhi oleh substansi aktivator dan inhibitor. HFSCs
memasuki fase anagen ketika substansi aktivator lebih banyak dibandingkan
dengan inhibitor. Beberapa faktor transkripsi yang memengaruhi siklus
pertumbuhan rambut adalah LIM homeobox 2 (Lhx2), transcription factor 3/4
(TCF3/4), SRY-box 9 (Sox9), Tbox 1 (Tbx1), nuclear factor of activated T cells,
cytoplasmic 1 (Nfatc1), dickkopf wnt signaling pathway inhibitor 1 (DKK1), dan
secreted frizzled-related protein 4 (Sfrp4). Faktor transkripsi tersebut menghambat
siklus pertumbuhan rambut masuk ke fase anagen. Sementara itu, beberapa

6
substansi seperti b-catenin, COL17A1, dan Wnts membantu proses diferensiasi
pada HFSCs (Gambar 6).29
Sel punca lainnya yang dapat ditemukan pada folikel rambut adalah dermal
papilla cells (DPCs). DPCs merupakan mesenchymal stem cells (MSCs) yang
berasal dari kondensasi dermal pada stadium awal pembentukan folikel rambut.7
DPCs terletak pada dermal papilla di bagian dasar folikel rambut, yang memiliki
peran dalam mengatur siklus pertumbuhan rambut.30 Sinyal dari DPCs dapat
mengaktivasi sel punca pada bulge melalui aktivasi jalur Wnt/b-catenin.7 Jalur
Wnt/b-catenin dikirakan memiliki peran penting pada patogenesis alopesia.3

Gambar 6. Kemampuan pembaruan siklus rambut yang menurun seiring


bertambahnya usia.
Dikutip dari: Lei.29

Kegagalan aktivasi HFSCs terjadi pada AAG akibat meningkatnya substansi


inhibitor, seperti DKK1,31 yang menyebabkan hair germ tidak terbentuk. Hair germ

7
berasal dari HFSCs yang teraktivasi dan bermigrasi keluar dari bulge saat fase
katagen untuk membantu pembentukan rambut yang baru.29
Salah satu protein permukaan yang berperan pada patogenesis AA adalah
CD200.8 Protein permukaan CD200 memiliki fungsi untuk menekan aktivitas sel
inflamasi di sekitar folikel rambut dan melindungi dari kerusakan serta gangguan
autoimun.32 Pada pasien AA, terdapat penurunan ekspresi protein tersebut. Hal
tersebut mungkin berkaitan dengan berkurangnya immune privilege pada sel epitel
HFSCs.8

III. PENGGUNAAN SEL PUNCA SEBAGAI TERAPI ALOPESIA


Sel punca merupakan sel yang memiliki kemampuan untuk membentuk setiap
jaringan di dalam tubuh, sehingga memiliki potensi sebagai terapi regenerasi dan
perbaikan jaringan.33 Sel tersebut terbagi menjadi dua kategori berdasarkan
kemampuan berdiferensiasi menjadi beberapa jenis sel, yaitu sel punca pluripoten
dan sel punca multipoten.1,33 Sel punca pluripoten memiliki kemampuan untuk
berdiferensiasi menjadi semua jenis sel dalam tubuh. Sel punca pluripoten hanya
ada dalam periode waktu yang sangat singkat di dalam embrio sebelum
berdiferensiasi menjadi sel punca multipoten dan akhirnya membentuk jaringan
tubuh yang memiliki bentuk dan fungsi khusus. Sel punca multipoten hanya dapat
menjadi sel dari lapisan germinal tertentu, seperti lapisan endoderm, mesoderm,
ektoderm atau bahkan hanya sel dari jaringan tertentu.
Berdasarkan tingkat maturasi tubuh yang menjadi sumber keberadaannya, sel
punca dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sel punca embrionik (embryonic
stem cell) dan sel punca dewasa (adult stem cell).1,33,34 Sel punca embrionik adalah
sel punca yang didapatkan saat perkembangan individu masih berada dalam tahap
embrio. Massa sel dalam (inner cell mass) yang terdapat dalam blastosis merupakan
sumber sel punca embrionik.1,35 Massa sel dalam terbentuk saat embrio berusia 3
hingga 5 hari, yaitu saat blastosis terbentuk dan terimplantasi ke dalam dinding
Rahim (Gambar 7).1 Kemampuan diferensiasi sel punca embrionik tergolong
pluripoten.1,34,35 Sel punca dewasa adalah sel punca yang ditemukan di antara sel-
sel lain yang telah berdiferensiasi, dalam suatu jaringan yang telah mengalami

8
maturasi. Sel punca tersebut merupakan sekelompok sel yang belum
berdiferensiasi, mungkin berada dalam keadaan inaktif, pada jaringan yang telah
memiliki fungsi spesifik dalam tubuh individu.1,34 Kemampuan diferensiasi sel
punca dewasa tergolong multipoten.1

Gambar 7. Massa sel dalam (inner cell mass) menjadi sumber sel punca
pluripoten terbentuk pada tahap blastosis yang selanjutnya
berkembang menjadi sumber sel punca multipoten.
Dikutip dari: Bajada.33

Regenerasi rambut menjadi target utama pada terapi sel punca.4 Sel punca
multipoten dapat membantu regenerasi folikel rambut dan kelenjar sebasea melalui
beberapa metode, seperti menghambat mekanisme patologis yang berkaitan dengan
kebotakan rambut, regenerasi folikel rambut didalam bulge, dan neogenesis folikel
rambut dengan isolasi sel punca.5
Terapi sel punca terbagi menjadi tiga mekanisme utama, yaitu transplantasi sel
punca dari rambut dan sumber lain, stem cell-derived conditioned medium (CM),
dan stem cell-derived exosomes (Gambar 8).3,9

9
Gambar 8. Sumber sel punca dan terapi berbasis sel punca.
Dikutip dari: Yuan.9

3.1 Transplantasi Sel Punca dari Rambut


Transplantasi sel punca multipoten telah menjadi pilihan terapi pada alopesia,
terutama AAG.3 Beberapa penelitian mengamati folikel rambut sebagai sumber
utama sel punca.28 Folikel rambut telah lama diketahui memiliki bulge yang
mengandung sel punca multipoten, yakni HFSCs dan DPCs.28,36 Modifikasi
terhadap dua jenis sel punca tersebut dapat membantu memperbaiki kelainan
rambut pada alopesia.4,30 HFSCs dapat mengatur siklus pertumbuhan rambut dan
berdiferensiasi menjadi beberapa jenis sel, seperti jaringan epidermis, struktur
folikel rambut, dan kelenjar sebasea.28,36 HFSCs berinteraksi dengan DPCs untuk
dapat menjalankan fungsinya.4,28 Beberapa faktor pada sel punca seperti protein
peptida dapat memberikan sinyal penting yang membantu pertumbuhan rambut.
Beberapa sinyal tersebut juga membantu diferensiasi sel punca menjadi keratinosit
yang penting pada pertumbuhan rambut. Sinyal lainnya dapat memberikan
stimulasi terhadap DPCs untuk membantu proliferasi HFSCs.4 HFSCs dan DPCs
dipercaya dapat membawa perspektif baru dalam pengobatan alopesia.7,28
Dermal papilla dikelilingi pula oleh sel dermal sheath cup (DSC) yang
merupakan sel progenitor DPCs.30 Sel DSC penting untuk regenerasi dan proliferasi
DPCs pada dermal papilla, serta membantu pertumbuhan rambut.3,37 Sel DSC yang

10
ditransplantasi akan berintegrasi dengan DPCs dan sel punca multipoten pada bulge
untuk membentuk folikel rambut baru (Gambar 9).3,7,30

Gambar 9. Sel punca pada dermal papilla.


Dikutip dari: Driskel.30

Penelitian mengenai penggunaan sel DSC dilakukan oleh oleh Tsuboi dkk.38
pada tahun 2020 di Jepang. Penelitian tersebut dilakukan terhadap 50 laki-laki dan
15 perempuan dengan AAG yang mendapatkan injeksi tunggal sel DSC autologous
dan plasebo pada empat regio kulit kepala yang berbeda secara acak. Peningkatan
kepadatan rambut dan diameter rambut dilaporkan pada pengamatan setelah enam
dan sembilan bulan terapi. Hal ini menunjukkan bahwa injeksi sel DSC autologous
juga dapat menjadi terapi yang aman dan efektif pada AAG.38

3.2 Transplantasi Sel Punca dari Sumber Lain


Selain HFSCs, DPCs, dan sel DSC, sumber sel punca multipoten untuk
membantu regenerasi folikel rambut dapat diperoleh dari jaringan lainnya, seperti

11
jaringan adiposa39, sumsum tulang8, dan darah tali pusat.40,41
Bone marrow-derived mononuclear cells merupakan kumpulan sel pada
sumsum tulang dengan inti sel bulat atau memiliki lobul dan sedikit granul pada
sitoplasma. Pada BMMNC, ditemukan sel progenitor hematopoietik dengan
berbagai tingkat maturasi, sel limfoid, sel stromal mesenkimal, embryonic-like stem
cells, hemangioblast, sel progenitor endotel, dan sel progenitor mesenkim.42
Penelitian oleh Elmaadawi dkk.8 pada tahun 2016 di Mesir melaporkan
keamanan dan efektivitas autologous BMMNC termasuk sel punca didalamnya
dibandingkan dengan HFSCs yang diambil dari area kulit kepala yang tidak
mengalami kerontokan pada 20 pasien dengan AA dan 20 pasien dengan AAG.
BMMNC didapatkan melalui prosedur aspirasi sumsum tulang. Setiap pasien
mengomsumsi granulocyte colony-stimulating factor (G-CSF) 5 mg/kg/hari selama
tiga hari berturut-turut hingga nilai sel darah putih mencapai 17.000 sel/mL
sebelum diaspirasi. HFSCs didapatkan melalui prosedur biopsi plong pada area
yang tidak mengalami kebotakan. Seluruh pasien menjalani satu sesi pengobatan
dengan sel punca autologous baik BMMNC maupun HFSCs yang disuntikkan
secara intradermal. Evaluasi yang dilakukan pada enam bulan pasca perawatan
dengan pewarnaan imunohistokimia CK15, CD34, dan CD200, serta pemeriksaan
dermoskopi menunjukkan perbaikan signifikan dari kedua kondisi tanpa perbedaan
signifikan antara kelompok terapi dan tidak ditemukan efek samping (Gambar 10).8

12
Gambar 10. Pasien perempuan dan laki-laki dengan alopesia areata sebelum diterapi
(A-C), setelah enam bulan terapi dengan BMMNC (B), dan setelah
enam bulan terapi dengan HFSCs (D)
Dikutip dari: Elmaadawi.8

Mesenchymal stem cells juga dapat diperoleh dari jaringan adiposa (Gambar
11).43 Sel punca multipoten yang diperoleh dari jaringan adiposa dikenal sebagai
ADSVCs atau adipose-derived regenerative cells (ADRCs).13 Sementara itu,
ADSCs merupakan sel punca multipoten yang diisolasi dari jaringan lemak melalui
prosedur seperti liposuction, abdominoplasti, atau reduksi payudara, dan diberikan
substansi tambahan untuk membentuk MSCs.13,14,43 ADSCs merupakan modalitas
yang menjanjikan di bidang dermatologi kosmetik karena mampu merangsang
beberapa faktor pertumbuhan, seperti vascular endothelial growth factor (VEGF),
hepatocyte growth factor, basic fibroblast growth factor, platelet-derived growth
factor (PDGF), keratinocyte growth factor, TGF-β1, IGF-binding protein
precursors, fibronektin, dan superoksida dismutase.43

13
Gambar 11. Jaringan adiposa dan berbagai macam tipe sel yang dimilikinya.
Dikutip dari: Zanzottera.39

Penelitian yang dilakukan oleh Anderi dkk.13 pada tahun 2018 di Lebanon
mengenai pengaruh ADSVCs pada 20 pasien AA, ditemukan adanya peningkatan
ketebalan rambut yang signifikan terutama setelah enam bulan terapi. Kepadatan
rambut juga dilaporkan meningkat setelah tiga dan enam bulan terapi. Penelitian ini
juga melaporkan adanya penurunan hair-pull test yang signifikan pada tiga dan
enam bulan setelah terapi. Anderi dkk.13 menyatakan ADSVCs dapat menjadi
modalitas pengobatan yang aman dan efektif untuk AA.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Perez dkk.44 pada tahun 2014 di Inggris
terhadap 6 pasien AAG yang diterapi dengan ADSVCs. Penelitian tersebut
melaporkan peningkatan sebesar 23% pada hair count (jumlah helai rambut/cm2
kulit kepala).44
Rigenera® adalah teknologi untuk menghasilkan sel punca dewasa dari biopsi
kulit kepala berambut pasien menggunakan sistem disintegrasi mekanis dan
penyaringan jaringan padat.36 Penelitian Gentile dkk.36 pada tahun 2017 di Italia
terhadap 11 pasien AAG, melaporkan adanya peningkatan 29% ± 5% kepadatan
rambut di area kulit kepala yang menerima terapi dibandingkan dengan area yang
hanya menerima plasebo setelah 23 minggu penyuntikan suspensi sel di kulit
kepala. Gentile dkk.36 menyimpulkan bahwa HFSCs dapat diisolasi dengan metode
ini untuk menghindari kesulitan yang berkaitan dengan isolasi sel dan menunjukkan
efektivitas yang baik dalam meningkatkan kepadatan rambut pada pasien dengan
AAG.
Penelitian lainnya dilakukan Zanzottera dkk.39 pada tahun 2014 di Italia

14
terhadap 3 pasien yang menyetujui tindakan operasi restorasi rambut. Penelitian
tersebut menggunakan Rigenera® untuk mempersiapkan ADSCs yang ditambahkan
pada transplantasi rambut. Suspensi tersebut diinjeksi secara subkutan pada area
kulit kepala yang menjalani transplantasi rambut (Gambar 12). Pengamatan yang
dilakukan setiap bulan melaporkan penyembuhan luka transplantasi yang lebih
cepat. Selain itu, terdapat peningkatan pertumbuhan rambut yang berkelanjutan dan
fase telogen yang lebih pendek setelah dua bulan terapi.39

A B C

D E

Gambar 12. Prosedur aplikasi ADSCs dengan sistem Rigenera®. Jaringan hipodermis
dan adiposa dari regio oksipital (A); Mesin Rigenera® (B); Supensi sel
yang telah dikumpulkan di dalam syringe (C); Suspensi sel diinjeksikan
secara subkutan (D); Suspensi diaplikasikan sebelum dan sesudah
transplantasi rambut (E).
Dikutip dari: Zanzottera.39

Kemajuan penelitian transplantasi sel punca dalam membantu regenerasi folikel


rambut memberikan harapan terhadap modalitas terapi alopesia. Meskipun
demikian, transplantasi sel punca memiliki potensi membentuk tumor karena

15
kemampuan pembaruan diri yang tinggi. Selain itu, biaya transplantasi sel punca
cukup tinggi karena tingkat kesulitan yang tinggi dalam produksi, transportasi, dan
penyimpanan sel tersebut.9

3.3 Stem Cell-derived Conditioned Medium


Sel punca mengekskresikan molekul bioaktif seperti faktor pertumbuhan,
sitokin, kemokin, dan substansi lain yang penting dalam mengatur siklus dan
regenerasi folikel rambut. Faktor tersebut merupakan komponen sekretom yang
akan memberikan sinyal parakrin.3 Sel punca yang diisolasi di dalam media kaya
komponen sekretom tersebut dikenal sebagai stem cell-derived conditioned
medium.3,9
Stem cell-derived conditioned medium memiliki beberapa kelebihan, antara lain
risiko terbentuknya tumor yang rendah, biaya lebih rendah, dan persiapan yang
lebih sederhana.3,9 Selain itu, kecocokan antara sel donor dan resipien yang
biasanya diperlukan dalam terapi berbasis sel, tidak diperlukan pada stem cell-
derived conditioned medium.3
Penelitian yang dilakukan oleh Fukuoka dkk.14 pada tahun 2012 di Jepang
terhadap 25 pasien AAG yang diterapi dengan adipose-derived stem cells
conditioned medium (ADSC-CM) melaporkan seluruh pasien menunjukkan
peningkatan pertumbuhan rambut yang signifikan setelah empat sesi terapi dalam
waktu tiga hingga empat bulan (Gambar 13). ADSCs diisolasi dalam kondisi
hipoksia untuk mendapatkan ADSC-CM yang mengandung berbagai macam
sitokin dan faktor pertumbuhan.14 Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Fukuoka
dkk.14 pada tahun 2015 di Jepang terhadap 32 pasien dengan alopesia yang diterapi
dengan ADSC-CM. Penelitian tersebut melaporkan peningkatan jumlah rambut
yang signifikan pada seluruh pasien.14

16
Gambar 13. Pasien perempuan yang diterapi dengan ADSC-CM. Sebelum terapi (A),
setelah empat bulan terapi dengan ADSC-CM (B dan C).
Dikutip dari: Fukuoka.14

Penelitian yang dilakukan oleh Narita dkk.15 pada tahun 2019 di Jepang
mengevaluasi efektivitas ADSC-CM pada 40 pasien yang didiagnosis dengan
alopesia. Pasien mendapatkan injeksi ADSC-CM intradermal setiap bulan selama
enam bulan dan pengamatan dilakukan sebelum terapi, serta 2, 4, dan 6 bulan
setelah terapi. Pada penelitian ini dilaporkan peningkatan kepadatan rambut,
peningkatan jumlah rambut anagen, ekogenisitas, dan ketebalan dermis pada kulit
kepala berambut yang diterapi.15
Conditioned-medium menunjukkan potensi sebagai terapi penumbuh rambut di
masa depan.3,9 Namun, seperti modalitas pengobatan lainnya, conditioned-medium
memiliki keterbatasan tertentu. Jenis dan kadar faktor di dalam conditioned-medium
yang dihasilkan dari sel punca sangat bervariasi dan standardisasinya akan menjadi
sangat penting untuk meningkatkan penggunaan dan hasil klinisnya.3

17
3.4 Stem Cell-derived Exosome
Eksosom adalah vesikel ekstraseluler dengan ukuran terkecil yang bertindak
sebagai pembawa sinyal molekul antar sel, seperti faktor transkripsi, sitokin, dan
asam nukleat.9,45 Eksosom merupakan modulator penting pada sinyal parakrin,
sehingga mungkin memiliki peran dalam regenerasi folikel rambut.3
Permukaan eksosom diketahui membawa protein Wnt yang berfungsi untuk
merangsang aktivasi b-catenin. Aktivasi b-catenin merupakan sinyal utama dalam
morfogenesis dan regenerasi folikel rambut.9
Beberapa penelitian praklinis menunjukkan hasil yang menjanjikan.3 Namun,
hingga saat ini belum ada penelitian uji klinis yang menggunakan vesikel
ekstraseluler atau terapi eksosom untuk membantu pertumbuhan rambut.3,9

IV. RINGKASAN
Alopesia merupakan suatu kondisi kebotakan yang disebabkan karena
terganggunya kemampuan regenerasi folikel rambut. Kondisi tersebut dapat
mengganggu psikologis seseorang. Namun, terapi alopesia yang tersedia saat ini
masih terbatas, dengan hasil terapi yang seringkali tidak memuaskan.
Perkembangan penelitian seputar sel punca memberikan harapan baru untuk terapi
kebotakan yang lebih efektif.
Siklus pertumbuhan rambut terdiri dari fase anagen, katagen, dan telogen yang
terus berputar. Gangguan pada fase pertumbuhan rambut tersebut dapat
menyebabkan alopesia. Alopesia dibedakan menjadi alopesia sikatrik dan alopesia
non-sikatrik berdasarkan gambaran klinisnya. Dua tipe alopesia yang paling sering
ditemukan adalah AAG dan AA. Pada AAG, ditemukan peningkatan substansi
inhibitor sehingga sel punca sulit untuk membentuk hair germ. Sementara itu,
ditemukan penurunan ekspresi CD200 pada bulge yang berkaitan dengan
berkurangnya immune privilege pada patogenesis AA.
Folikel rambut telah lama diketahui memiliki bulge yang mengandung sel punca
multipoten, yakni HFSCs dan DPCs. Modifikasi terhadap dua jenis sel punca
tersebut dapat membantu memperbaiki kelainan rambut pada alopesia. Dermal
papilla pada dasar folikel rambut dikelilingi pula oleh sel DSC yang merupakan sel

18
progenitor DPCs. Sel DSC juga penting untuk membantu pertumbuhan rambut.
Sumber sel punca multipoten juga dapat diperoleh dari jaringan lainnya, seperti
jaringan adiposa, sumsum tulang, dan darah tali pusat.
Tiga pendekatan berbasis sel punca sebagai terapi alopesia, yaitu transplantasi
sel punca dari rambut dan sumber lain, stem cell-derived conditioned medium dan
stem cell-derived exosome. Namun, masih dibutuhkan sejumlah data klinis untuk
mendukung terapi berbasis sel punca tersebut. Penggunaan transplantasi sel punca,
stem cell-derived conditioned medium, dan stem cell-derived exosome sebagai
terapi alopesia menunjukkan keberhasilan, tetapi masing-masing prosedur tersebut
memiliki keterbatasan yang perlu diperhatikan. Transplantasi sel punca termasuk
prosedur yang mahal dan memiliki risiko terbentuknya tumor. Stem cell-derived
conditioned medium dan stem cell-derived exosome lebih terjangkau, serta risiko
terbentuknya tumor lebih rendah. Namun, membentuk media yang baik pada stem
cell-derived conditioned medium cukup sulit dan hingga saat ini belum terdapat
metode isolasi yang efektif untuk stem cell-derived exosome.

DAFTAR PUSTAKA
1. Halim D, Murti H, Sandra F, Boediono A, Djuwantono T, Setiawan B. Stem cell: dasar
teori dan aplikasi klinis. Jakarta: Erlangga; 2010.
2. Kelly EB. Stem Cells Second Edition. California: Greenwood; 2019.
3. Egger A, Tomic-Canic M, Tosti A. Advances in Stem Cell-Based Therapy for Hair
Loss. CellR4- Repair Replace Regen Reprogram. 2020;8.
4. Gentile P, Garcovich S. Advances in regenerative stem cell therapy in androgenic
alopecia and hair loss: Wnt pathway, growth-factor, and mesenchymal stem cell
signaling impact analysis on cell growth and hair follicle development. Cells.
2019;8(5):466.
5. Owczarczyk-Saczonek A, Wociór A, Placek W, Maksymowicz W, Wojtkiewicz J.
The use of adipose-derived stem cells in selected skin diseases (Vitiligo, Alopecia,
and Nonhealing Wounds). Stem Cells Int. 2017;2017.
6. Alfonso M, Richter-Appelt H, Tosti A, Viera MS, Garcia M. The psychosocial impact
of hair loss among men: a multinational European study. Curr Med Res Opin. 2005;
21: 1829-36.

19
7. Owczarczyk-Saczonek A, dkk. Therapeutic potential of stem cells in follicle
regeneration. Stem Cells Int. 2018;2018.
8. Elmaadawi IH, dkk. Stem cell therapy as a novel therapeutic intervention for resistant
cases of alopecia areata and androgenetic alopecia. J Dermatol Treat. 2018;29(5):431-
40.
9. Yuan AR, Bian Q, Gao JQ. Current advances in stem cell-based therapies for hair
regeneration. Eur J Pharmacol. 2020;881:173197.
10. Talavera-Adame D, Newman D, Newman N. Conventional and novel stem cell based
therapies for androgenic alopecia. Stem cells and cloning: Adv Appl. 2017;10:11.
11. Fawzy MM, Gabr HM, El Maadawi ZM. Autologous progenitor cell implantation as
a novel therapeutic intervention for alopecia areata. J Egypt Women’s Dermatol Soc.
2011;8(1):11-6.
12. Kadry MH, El-Kheir WA, El-Sayed SM, El Shahid AR, Metwally HG. Autologous
adipose derived stem cell versus platelet rich plasma injection in the treatment of
androgentic alopecia: efficacy, side effects and safety. J Clin Exp Dermatol Res.
2018;9(447):2.
13. Anderi R, Makdissy N, Azar A, Rizk F, Hamade A. Cellular therapy with human
autologous adipose-derived adult cells of stromal vascular fraction for alopecia areata.
Stem Cell Res Ther. 2018;9(1):1-9.
14. Fukuoka H, Suga H, Narita K, Watanabe R, Shintani S. The latest advance in hair
regeneration therapy using proteins secreted by adipose-derived stem cells. Am J
Cosmet Surg. 2012;29(4):273-82.
15. Narita K, Fukuoka H, Sekiyama T, Suga H, Harii K. Sequential scalp assessment in
hair regeneration therapy using an adipose-derived stem cell–conditioned medium.
Dermatol Surg. 2020;46(6):819-25.
16. Cotsarelis G, Botchkarev V. Biology of Hair Follicles. Dalam: Kang S, Amagai M,
Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, dkk., penyunting. Fitzpatrick’s
dermatology. New York: McGraw-Hill; 2019. hlm. 89-105.
17. Qi J, Garza LA. An overview of alopecias. Cold Spring Harb Perspect Med.
2014;4(3):a013615.
18. Waters JM, Richardson GD, Jahoda CA. Hair follicle stem cells. InSeminars in cell &
developmental biology 2007 (Vol. 18, No. 2, pp. 245-254). Academic Press.
19. Courtois M, Loussouarn G, Hourseau C, Grollier JF. Hair cycle and alopecia. Skin
Pharmacol Phys. 1994;7(1-2):84-9.

20
20. Sperling LC, Sinclair RD, Shabrawi-Caelen EL. Alopecias. Dalam: Bolognia JL,
Schaffer JV, Cerroni L, penyunting. Dermatology. Edisi ke-4. Philadelphia: Elsevier;
2018. hlm. 1162-85.
21. Cather JC, Cather JC. A child with nonscarring alopecia. InBaylor University Medical
Center Proceedings 2005(Vol. 18, No. 3, pp. 269-272). Taylor & Francis.
22. Varman P, Paul C, Rajan P, Preethi R, Priya R, Priyanka S. Study on Hair Fall with
Hair Related Problems among Males of Age 18-50 Years: Study on Chennai Based
Population. J Clin Diagnosc Res. 2018;12(10).
23. Paramita K, Listiawan MY, Rahmadewi R. Dermoscopic Features of Alopecia Patient.
Berk Ilmu Kesehat Kulit Kelamin. 2015;27(3):163-9.
24. Phillips TG, Slomiany WP, Allison R. Hair loss: common causes and treatment. Am
Fam Physician. 2017;96(6):371-8.
25. Fricke AC, Miteva M. Epidemiology and burden of alopecia areata: a systematic
review. Clin Cosmet Investig Dermatol. 2015;8:397.
26. Otberg N, Shapiro J. Alopecia Areata. Dalam: Kang S, Amagai M, Bruckner AL, Enk
AH, Margolis DJ, McMichael AJ, dkk., penyunting. Fitzpatrick’s dermatology. New
York: McGraw-Hill; 2019. hlm. 1517-23.
27. Purba TS dkk. Human epithelial hair follicle stem cells and their progeny: current state
of knowledge, the widening gap in translational research and future challenges.
Bioessays. 2014;36(5):513-25.
28. Al-Refu K. Stem cells and alopecia: a review of pathogenesis. Br J Dermatol.
2012;167(3):479-84.
29. Lei M, Chuong CM. Aging, alopecia, and stem cells. Science. 2016;351(6273):559-
60.
30. Driskell RR, Clavel C, Rendl M, Watt FM. Hair follicle dermal papilla cells at a
glance. J Cell Sci. 2011;124(8):1179-82.
31. Vasserot AP, Geyfman M, Poloso NJ. Androgenetic alopecia: combing the hair
follicle signaling pathways for new therapeutic targets and more effective treatment
options. Expert Opin Ther Targets. 2019;23(9):755-71.
32. Rosenblum MD, Yancey KB, Olasz EB, Truitt RL. CD200, a “no danger” signal for
hair follicles. J Dermatol Sci. 2006;41(3):165-74.
33. Bajada S, Mazakova I, Richardson JB, Ashammakhi N. Updates on stem cells and
their applications in regenerative medicine. J Tissue Eng Regen Med. 2008;2(4):169-
83.

21
34. Understanding Stem Cells an Overview of The Science and Issues from The National
Academies. Washington, D.C.: National Academy of Sciences, 2021. tersedia dari:
https://www.nap.edu/resource/11278/Understanding_Stem_Cells.pdf (diunduh 5
agustus 2021)
35. Pera MF, Reubinoff B, Trounson A. Human embryonic stem cells. J Cell Sci.
2000;113(1):5-10.
36. Gentile P, Scioli MG, Bielli A, Orlandi A, Cervelli V. Stem cells from human hair
follicles: first mechanical isolation for immediate autologous clinical use in
androgenetic alopecia and hair loss. Stem Cell Investig. 2017;4.
37. Rahmani W, dkk. Hair follicle dermal stem cells regenerate the dermal sheath,
repopulate the dermal papilla, and modulate hair type. Dev Cell. 2014;31(5):543-58.
38. Tsuboi R, dkk. Autologous cell–based therapy for male and female pattern hair loss
using dermal sheath cup cells: A randomized placebo-controlled double-blinded dose-
finding clinical study. J Am Acad Dermatol. 2020;83(1):109-16.
39. Zanzottera F, Lavezzari E, Trovato L, Icardi A, Graziano A. Adipose derived stem
cells and growth factors applied on hair transplantation. Follow-up of clinical
outcome. J Cosmet Dermatol. 2014;2014.
40. Yoo BY, dkk. Optimization of the reconstruction of dermal papilla like tissues
employing umbilical cord mesenchymal stem cells. Biotechnol Bioprocess Eng.
2010;15(1):182-90.
41. Gentile P, dkk. Evaluation of not-activated and activated PRP in hair loss treatment:
role of growth factor and cytokine concentrations obtained by different collection
systems. Int J Mol Sci. 2017;18(2):408.
42. Cuende N, Rico L, Herrera C. Concise review: bone marrow mononuclear cells for
the treatment of ischemic syndromes: medicinal product or cell transplantation?. Stem
Cells Transl Med. 2012;1(5):403-8.
43. Nusbaum AG, Paul S. Novel Treatment Modalities for Hair Loss. Dalam: Miteva M,
penyunting. Alopecia. Edisi ke-1. Philadelphia: Elsevier; 2019. hlm. 259-65.
44. Perez-Meza D, dkk. Hair follicle growth by stromal vascular fraction-enhanced
adipose transplantation in baldness. Stem cells and cloning: Adv Appl. 2017;10:1.
45. Maguire G. Stem cell therapy without the cells. Commun Integr Biol.
2013;6(6):e26631.

22
LAMPIRAN ALGORITMA TATA LAKSANA ALOPESIA

DIAGNOSIS ALOPESIA

Alopesia Androgenetika1 Alopesia Areata2

Laki-laki Perempuan

<10 tahun >10 tahun


Minoksidil 5% 2x/hari Minoksidil 2% 2x/hari
(solusio, foam) (solusio)
Minoksidil 5% 4x/hari
(foam) Kortikosteroid topikal <50% keterlibatan kulit kepala >50% keterlibatan kulit kepala
Dutasteride 0,5 mg (mometason) +/- minoksidil 5% berambut berambut
1x/hari
Terapi hormonal
Finasteride 1 mg Kortikosteroid topikal +/-
4x/hari Laser Imunoterapi topikal (DPCP) JAK inhibitor +/- Rambut palsu
kortikosteroid intralesi +/-
minoksidil 5% kortikosteroid intralesi
Laser Platelet-rich plasma
SABDE
Imunoterapi topikal
Platelet-rich plasma Transplantasi rambut Imunoterapi topikal
Terapi dilanjutkan
Transplantasi rambut Terapi dilanjutkan Terapi dilanjutkan +/-
kortikosteroid intralesi

Terapi dapat dikombinasikan

Sel punca
Bone marrow-derived mononuclear
cells (AAG, AA)

Hair follicular stem cells (AAG, AA)


Transplantasi sel punca

Referensi: Adipose-derived stromal vascular cells (AAG, AA)


1. Kanti V, Messenger A, Dobos G. S3-European
dermatology forum guideline for the treatment of
androgenetic alopecia in women and in men 2017.
Dermal sheath cup cells (AAG)
http://www. euroderm. org/edf/index. php/edf-guideline
s/category/5-guidelines-miscellaneous. (diunduh pada 3
Agustus 2021)
2. Otberg N, Shapiro J. Alopecia Areata. Dalam: Kang S, Stem cell-derived conditioned
Amagai M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ,
Adipose-derived stem cell-conditioned medium (AAG)
medium
McMichael AJ, dkk., penyunting. Fitzpatrick’s
dermatology. New York: McGraw-Hill; 2019. hlm. 1517-
23.
Stem cell-derived exosomes ?

Anda mungkin juga menyukai