Lembaran Kerja I Mata Kuliah Teori Belajar Dan Permasalahannya Pada Pendidikan Dasar
Lembaran Kerja I Mata Kuliah Teori Belajar Dan Permasalahannya Pada Pendidikan Dasar
Soal:
1. Deskripsikan konsep belajar pada anak usia dini
2. Deskripsikan konsep belajar pada anak sekolah dasar
3. Deskripsikan konsep belajar pada siswa sekolah menengah pertama
Jawaban:
Konsep keilmuan PAUD bersifat isomorfis, artinya kerangka keilmuan PAUD dibangun
dari interdisiplin ilmu yang merupakan gabungan dari beberapa displin ilmu, diantaranya:
psikologi, fisiologi, sosiologi, ilmu pendidikan anak, antropologi, humaniora, kesehatan, dan gizi
serta neuro sains atau ilmu tentang perkembangan otak manusia (Yulianai Nurani Sujiono, 2009:
10).
Berdasarkan tinjauan secara psikologi dan ilmu pendidikan, masa usia dini merupkan masa
peletak dasar atau fondasi awal bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Apa yang diterima
anak pada masa usia dini, apakah itu makanan, minuman, serta stimulasi dari lingkungannya
memberikan kontribusi yang sangat besar pada pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa
itu dan berpengaruh besar pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.
Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan
perkembangan struktur otak. Dari segi empiris banyak sekali penelitian yang menyimpulkan
bahwa pendidikan anak usia dini sangat penting, karena pada waktu manusia dilahirkan, menurut
Clark (dalam Yuliani Nurani Sujono, 2009) kelengkapan organisasi otaknya mencapai 100 – 200
milyard sel otak yang siap dikembangkan dan diaktualisasikan untuk mencapai tingkat
perkembangan optimal, tetapi hasil penelitian menyatakan bahwa hanya 5% potensi otak yang
terpakai karena kurangnya stimulasi yang berfungsi untuk mengoptimalkan fungsi otak.
Pendidikan anak usia dini pelaksanaannya menggunakan prinsip-prinsip (Forum PAUD,
2007) sebagai berikut.
Berorientasi pada Kebutuhan Anak
Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak
usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai
optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis, yaitu
intelektual, bahasa, motorik, dan sosio emosional.
Belajar melalui bermain
Bermain merupakan saran belajar anak usia dini. Melalui bermain anak diajak untuk
bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan mengenai benda di
sekitarnya.
3. Konsep belajar pada siswa sekolah menengah pertama adalah sebagai berikut:
Pada masa sekolah menengah pertama (SMP) peserta didiknya berkisar antara usia 12-
15 tahun. Pada masa inilah seseorang dikatakan sedang memasuki usia remaja. Masa remaja
merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia maupun peranannya
seringkali tidak terlalu jelas. Masa remaja ini sering dianggap sebagai masa peralihan,
dimana saat-saat ketika anak tidak mau lagi diperlakukan sebagai anak-anak, tetapi dilihat
dari pertumbuhan fisiknya ia belum dapat dikatakan orang dewasa. Masa remaja juga dikenal
dengan masa strom and stress dimana terjadi pergolakan emosi yang diiringi pertumbuhan
fisik yang pesat dan pertumbuhan psikis yang bervariasi.
Remaja sudah mulai berfikir kritis sehingga ia akan melawan bila orang tua, guru,
lingkungan, masih menganggapnya sebagai anak kecil. Mereka tidak akan terima jika
dilarang melakukan sesuatu oleh orang yang lebih tua tanpa diberikan penjelasan yang logis.
Misalnya, remaja makan didepan pintu, kemudian orang tua melarangnya sambil berkata
“pantang”. Sebagai remaja mereka akan menanyakan mengapa hal itu tidak boleh dilakukan
dan jika orang tua tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan maka dia akan tetap
melakukannya. Apabila guru/pendidik dan oarang tua tidak memahami cara berfikir remaja,
akibatnya akan menimbulkan kenakalan remaja berupa perkelahian antar pelajar.
Pada masa remaja, anak-anak lebih meungkin membuat gambaran tentang diri mereka
dengan kata-kata yang abstrak dan idealistic. Meskipun tidak semua remaja menggambarkan
diri mereka dengan cara yang idealis, namun sebagian besar remaja membedakan antara diri
mereka yang sebenarnya dengan diri yang diidamkan. Munculnya kemampuan remaja untuk
mengkonstruksikan diri ideal mereka di samping diri yang sebenarnya merupakan sesuatu
yang membingungkan remaja. Kemampuan menyadari adanya perbedaan antara diri yang
nyata dengan diri yang ideal menunjukkan adanya peningkatan kemampuan secara kognitif.
Referensi
Siti Aisyah dkk. (2007). Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Sujiono, Yuliani Nurani. (2009) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks.