Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KEPERAWATAN PALIATIF

MANAJEMEN NYERI

Disusun oleh :
1. Anis Setyowati
2. Dasih Sahlul kasanah
3. Jaka Hari K
4. Nahdiatun Naharoh
5. Sakanun Eka Novandri
6. Sri Wati
7. Yanna Ellina Suci
8. Qoriatul Aini

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2018-2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga
makalah ini dapat kami selesaikan. Makalah dengan judul “Manajemen Nyeri” dibuat dalam
rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Paliatif di semester genap (II).

Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu proses pembuatan
makalah ini baik secara moril maupun materil.

Besar harapan kami makalah ini dapat memberi kontribusi dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dalam keperawatan yang bisa bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat luas
nantinya.

Sebagai penyusun, kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini.Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan. Terima kasih

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Penyusun

Kelompok VI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat.
Nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan Setiap
individu pasti pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri merupakan alasan yang
paling umum orang mencari perawatan kesehatan. Walaupun merupakan salah satu dari gejala
yang paling sering terjadi di bidang medis, nyeri merupakan salah satu yang paling sedikit
dipahami. Individu yang merasakan nyeri merasa menderita dan mencari upaya untuk
menghilangkannya.

Perawat meggunakan berbagai intervensi untuk dapat menghilangkan nyeri (manajemen


nyeri) tersebut dan mengembalikan kenyamanan klien. Perawat tidak dapat melihat dan
merasakan nyeri yang dialami oleh klien karena nyeri bersifat subjektif. Nyeri dapat
diekspresikan melalui menangis, pengutaraan, atau isyarat perilaku. Nyeri yang bersifat subjektif
membuat perawat harus mampu dalam memberikan asuhan keperawatan secara holistic dan
menanganinya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian nyeri?

2. Apa saja klasifikasi nyeri?

3. Apa etiologi nyeri?

4. Bagaimana patofisiologi nyeri?

5. Bagaimana penanganan nyeri (pain management)?

6. Apa tujuan penanganan nyeri (pain management)?

7. Apa faktor yang mempengaruhi respon nyeri?

C. Tujuan

1. Mengetahui apa pengertian nyeri.

2. Mengetahui apa saja klasifikasi nyeri.

3. Mengetahui apa etiologi nyeri.

4. Mengidentifikasi bagaimana patofisiologi nyeri.


5. Mengidentifikasi bagaimana penanganan nyeri (pain management).

6. Mengetahui apa tujuan penanganan nyeri (pain management).

7. Mengetahui apa faktor yang mempengaruhi respon nyeri.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

The International Association for the Study of Pain (IASP) mendefinisikan nyeri sebagai
“an unpleasant sensory and emotional experience which we primarily associate with tissue
damage or describe in terms of such damage, or both”. Definisi ini menyatakan bahwa nyeri
merupakan phenomena kombinasi dari aspek sensory, emosional, kognitif dan eksistensi dari
keadaan pathology fisik tidaklah mutlak muncul pada pasien yang sedang mengalami nyeri. (The
IASP, dalam Parrot,2002)

Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal dan bersifat individual. Walaupun
demikian nyeri dapat pula diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak menyenangkan baik secara
sensori maupun emosional yang berhubungan dengan adanya suatu kerusakan jaringan atau
factor lain, sehingga individu merasa tersiksa, menderita yang akhirnya akan mengganggu
aktivitas sehari-hari, psikis dan lain-lain.

B. Klasifikasi Nyeri

Nyeri dapat diklasifikasikan kedalam beberapa golongan berdasarkan pada tempat, sifat,
berat ringannya nyeri dan waktu lamanya serangan.

a. Nyeri berdasarkan tempatnya;

1. Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya pada mukosa, kulit.

2. Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam atau pada organ-
organ tubuh visceral.

3. Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ/struktur dalam tubuh
yang ditransmisikan kebagian tubuh didaerah yang berbeda, bukan daerah asal nyeri.

4. Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada system saraf pusat, spinal
cord, batang otak, thalamus dan lain-lain.

b. Nyeri berdasarkan sifatnya;

1. Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.


2. Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu yang lama.

3. Paroxysmal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali. Nyeri
tersebut biasanya menetap sekitar 10-15 menit, lalu menghilang, kemudian timbul lagi.

c. Nyeri berdasarkan berat-ringannya;

1. Nyeri rendah , yaitu nyeri dengan intensitas rendah.

2. Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi.

3. Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi.

d. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan;

1. Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir kurang dari
enam bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas. Rasa nyeri mungkin sebagai akibat
dari luka, seperti luka operasi, ataupun pada suatu penyakit arteriosclerosis pada arteri koroner.

2. Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri kronis ini polanya
beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

C. Etiologi Nyeri

Penyebab nyeri dapat diklasifikasi kedalam dua golongan yaitu penyebab yang berhubungan
dengan fisik dan berhubungan dengan psikis. Secara fisik misalnya, penyebab adalah trauma
(mekanik, thermal, kimiawi maupun elektrik), neoplasma, peradangan, gangguan sirkulasi darah
dan lain-lain.

1. Trauma mekanik menimbulkan nyeri karena ujung-ujung saraf bebas mengalami kerusakan
akibat benturan, gesekan ataupun luka.

2. Trauma thermal menimbulkan nyeri karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat
panas atau dingin.

3. Trauma kimiawi terjadi karena tersentuh zat asam atau basa yang kuat.Trauma elektrik dapat
menimbulkan nyeri karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri.

4. Neoplasma menyebabkan nyeri karena terjadinya tekanan atau kerusakan jaringan yang
mengandung reseptor nyeri dan juga karena tarikan, jepitan atau metastase.

5. Nyeri pada peradangan terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya
peradangan atau terjepit oleh pembengkakan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nyeri yang
disebabkan oleh faktor fisik berkaitan dengan terganggunya serabut saraf reseptor nyeri.
6. Nyeri yang disebabkan oleh factor psikologis merupakan nyeri yang dirasakan bukan karena
penyebab organic, melainkan akibat trauma psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik. Nyeri
karena factor ini disebut pula psychogenic pain.

D. Patofisiologi Nyeri

Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat kimia seperti
Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat tersebut merangsang dan merusak
ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan tersebut akan dihantarkan ke hypothalamus melalui
saraf asenden. Sedangkan di korteks nyeri akan di persiapkan sehingga individu mengalami
nyeri. Selain d ihantarkan ke hypotalamus nyeri dapat menurunkan stimulasi terhadap reseptor
mekanin sensitive pada termosensitif sehingga dapat juga menyebabkan atau mengalami nyeri
(wahit chayatin,N.mubarak,2007)

E. Penanganan Nyeri (Pain Management)

Managemen nyeri atau Pain management adalah salah satu bagian dari displin ilmu medis yang
berkaitan dengan upaya-upaya menghilangkan nyeri atau pain relief. Management nyeri ini
menggunakan pendekatan multi disiplin yang didalamnya termasuk pendekatan farmakologikal
(termasuk pain modifiers), non farmakologikal dan psikologikal.

Setiap orang memiliki persepsi yang sangat berbeda dengan orang lain terhadap nyeri yang
mungkin sedang dialami. Perbedaan inilah yang mendorong perawat untuk meningkatkan
kemampuan dalam menyediakan peningkatan rasa nyaman bagi klien dan mengatasi rasa nyeri.
Hal yang sangat mendasar bagi perawat dalam melaksanakannya adalah kepercayaan perawat
bahwa rasa nyeri yang dialami oleh kliennya adalah sungguh nyata terjadi, kesediaan perawat
untuk terlibat dalam menghadapi pengalaman nyeri yang dialami oleh klien dan

kompetensi untuk terus mengembangkan upaya-upaya mengatasi nyeri atau pain management.

Strategi keperawatan utama yang spesifik dalam meningkatkan rasa nyaman bagi pasien yang
sedang mengalami nyeri, bersifat farmakologi dan non farmakologi. Tapi Tindakan mengatasi
nyeri – pain management, yang dapat dilakukan oleh perawat sebagai penyedia asuhan
keperawatan.

1. Managemen Nyeri Farmakologikal

Yaitu terapi farmakologis untuk menanggulangi nyeri dengan cara memblokade transmisi
stimulan nyeri agar terjadi perubahan persepsi dan dengan mengurangi respon kortikal terhadap
nyeri. Adapun obat yang digunakan untuk terapi nyeri adalah :

a. Analgesik Narkotik

Menghilangkan nyeri dengan merubah aspek emosional dari pengalaman nyeri (misal : persepsi
nyeri).
b. Analgesik Lokal

Analgesik bekerja dengan memblokade konduksi saraf saat diberikan langsung keserabut saraf.

c. Analgesik yang dikontrol klien

Sistem analgesik yang dikontrol klien terdiri dari impus yang diisi narotika menurut resep,
dipasang dengan pengatur pada lubang injeksi intravena.

d. Obat – obat nonsteroid

Obat-obat non steroid non inflamasi bekerja terutama terhadap penghambat sintesa
prostaglandin. Pada dosis rendah obat-obat ini bersifat analgesik. Pada dosis tinggi obat ini
bersifat anti inflamatori,sebagai tambahan dari khasiat analgesik.

2. Managemen Nyeri Non Farmakologikal

Merupakan upaya-upaya mengatasi atau menghilangkan nyeri dengan menggunakan pendekatan


non farmakologi. Upaya-upaya tersebut antara lain dengan distraksi, relaksasi, massage,
akupuntur oleh akupunturist, therapy music, pijatan, dan guided imaginary yang dilakukan oleh
seseorang yang ahli dibidangnya dan disebut sebagai therapist.

Setiap individu membutuhkan rasa nyaman. Kebutuhan rasa nyaman ini dipersepsikan berbeda
pada tiap orang. Dalam konteks asuhan keperawatan, perawat harus

memperhatikan dan memenuhi rasa nyaman. Gangguan rasa nyaman yang dialami oleh klien
diatasi oleh perawat melalui intervensi keperawatan.

F. Tujuan Penanganan Nyeri (Pain Management)

 Mengurangi intensitas dan durasi keluhan nyeri.


 Menurunkan kemungkinan berubahnya nyeri akut menjadi gejala nyeri kronis yang
persisten.
 Mengurangi penderitaan dan ketidakmampuan akibat nyeri.
 Meminimalkan reaksi tak diinginkan atau intoleransi terhadap terapi nyeri.
 Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengoptimalkan kemampuan pasien untuk
menjalankan aktivitas sehari-hari.

G. Faktor Yang Mempengaruhi Respon Nyeri

1. Usia

Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada
anak.
Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan
fungsi.

Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka mengangnggap nyeri
adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau
meninggal jika nyeri diperiksakan.

2. Jenis kelamin (Tidak terlalu signifikan)

3. Ansietas

Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang cemas.

4. Pengalaman masa lalu

Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang sama
timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi
nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri

5. Pola koping

Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping
yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.

6. Support keluarga dan social

Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat
untuk memperoleh dukungan dan perlindungan, dll.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Nyeri merupakan phenomena kombinasi dari aspek sensory, emosional, kognitif dan eksistensi
dari keadaan pathology fisik tidaklah mutlak muncul pada pasien yang sedang mengalami nyeri.
(The IASP, dalam Parrot,2002)

Managemen nyeri atau Pain management adalah salah satu bagian dari displin ilmu medis yang
berkaitan dengan upaya-upaya menghilangkan nyeri atau pain relief.

Strategi keperawatan utama yang spesifik dalam meningkatkan rasa nyaman bagi pasien yang
sedang mengalami nyeri, bersifat farmakologi dan non farmakologi.

B. Saran

Demikianlah makalah ini kami buat untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan kita
tentang Manajemen nyeri. Kami selaku penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para
pembaca agar makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi, Terima Kasih.
Daftar Pustaka

Parrot T. 2002. Pain Management In Primary-Care Medical Practice. In: Tollison CD,
Satterthwaithe JR, Tollison JW, eds. Practical Pain Management. 3rd ed. Philadelpia, PA:
Lippincott Williams & Wilkins.

Prasetyo Nian Sigit. (2010). Konsep dan proses Keperawatan Nyeri. Jakarta : Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai