Anda di halaman 1dari 10

Bln CH ETP CH-ETP APWL KAT dKAT ETA Defisit Surplus Run Off

Jan 145 155 -10 -10 182 -1147 155 0 1137 563
Feb 142 131 11 11 11 -171 131 0 182 86
Mar 157 152 5 5 5 -6 152 0 11 0
Apr 153 144 9 9 9 4 144 0 5 -3
May 136 153 -17 -27 223 214 350 -197 -231 -121
Jun 125 142 -17 -44 247 24 149 -7 -41 -26
Jul 99 146 -47 -91 333 86 185 -39 -133 -72
Aug 83 145 -62 -153 513 180 263 -118 -242 -127
Sep 98 147 -49 -202 739 226 324 -177 -275 -143
Oct 109 151 -42 -244 1024 284 393 -242 -326 -169
Nov 114 145 -31 -275 1308 285 399 -254 -316 -163
Dec 144 146 -2 -277 1329 21 165 -19 -23 -11
Total 1505 1757                
dik: KL 193
TLP 70
AT 122

Chart Title
1500

1000

500

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

-500

-1000

Defisit Surplus
TEKNOLOGI PENGELOLAAN AIR PADA
PERTANIAN
 Unknown  9:36 PM  Tanaman Pangan 

Air sangat penting bagi kehidupan manusia, begitu juga pada bidang pertanian. Dalam
budidaya tanaman jika air tidak tersedia akan menyebabkan tanaman tidak
berproduksi/ mati. Unsur penting makro yang dibutuhkan tanaman untuk dalam
jumlah banyak dapat hidup yaitu Air dan pupuk terutama unsure N P dan K. Sebagai
upaya untuk memenuhi kebutuhan air bagi pertanian, hal yang penting adalah dengan
mengelola sumberdaya air. Berikut adalah beberapa teknologi dalam mengelola
sumberdaya air :
1.     Teknologi panen hujan dan aliran permukaan
Teknologi panen hujan dan aliran permukaan adalah teknologi yang didasarkan atas
penampungan kelebihan air pada musim hujan dan pemanfaatannya untuk musim
kemarau. TeknologiPanen Hujan merupakan salah satu alternative teknologi
pengelolaam air. Teknologi ini pada prinsipnya menyimpan dimusim hujan dan
memasok air di musim kemarau. Beberapa teknologi panen hujan dan aliran
permukaan yang dapat digunakan adalah teknologi embung dan  dam parit :
a.       Teknologi embung
Embung berfungsi sebagai tempat resapan air yang dapat meningkatkan kemampuan
menyimpan air tanah, serta menyediakan air di musim kemarau. Beberapa
keuntungan teknologi embung adalah :
1)      Menyimpan air yang berlimpah pada musim hujan, sehingga dapat mengurangi
aliran permukaan, erosi dan bahaya banjir di daerah hilir;
2)      Air yang tertampung dapat dimanfaatkan pada saat musim kemarau;
3)      Dapat menunjang pengembangan usahatani di lahan kering khususnya sub sector
tanaman pangan, perikanan, dan peternakan;
4)      Dapat menampung tanah tererosi sehingga memperkecil pendangkalan ke sungai.
Untuk menerapkan teknologi embung, perlu diperhatikan beberapa criteria dalam
memilih lokasi embung, yaitu :
1)      Harus memeprtimbangkan jarak antara saluran air;
2)      Lahan dengan kemiringan 5-30%;
3)      Diutamakan dribuat pada tanah-tanah yang memiliki tekstur liat dan atau lempung.
b.      Teknologi dam parit
Teknologi dam parit adalah suatu cara untuk mengmpulkan / membendung aliran air
pada suatu parit. Tujuannya untuk menampung aliran air permukaan. Airnya selain
dapat digunakan untk mengaliri lahan di sekitarnya, juga dapat menurunkan kecepatan
aliran air, erosi, dan sedimentasi.
Pada prinsipnya teknologi dam parit bertujuan untuk :
1)      Menurunkan debit puncak, yaitu masuknya jumlah air paling tinggi yang terjadi
pada aliran. Dengan dibangunnya dam parit yang memotong aliran akan mengurangi
kecepatan aliran parit;
2)      Memperpanjang waktu respon, yaitu memperpanjang selang waktu antara saaat
curah hujan maksimum dengan debit maksimumnya. Dengan lamanya air tertahan
dalam Daerah Aliran Sungai (DAS), maka sebagian air akan meresap ke dalam tanah
untuk mengisi cadangan air tanah dan sebagian air dapat dialirkan ke lahan yang
membutuhkan air/ lahan yang tidak pernah mendapatkan air irigasi melalui parit-parit.
Keuntungan pembangunan dam parit di antaranya adalah sebagai berikut :
1)      Dapat mengurangi resiko erosi tanah dan banjir di daerah hilir;
2)      Menekan resiko kekeringan ;
3)      Meningkatkan luas lahan yang dapat dibudidayakan;
4)      Meningkatkan intensitas, jenis dan pola tanam;
5)      Meningkatkan variasi pola penggunaan lahan (padi, sawah, ,palawija);
6)      Meningkatkan jenis komoditas yang diusahakan (padi, jagung, kedelai, kacang
tanah, sayuran, dan buah-buahan);
7)      Meningkatkan produktivitas lahan dan pendapatan petani.
2.      Teknologi Irigasi
a.       Sumur renteng
Sumur renteng adalah teknologi irigasi yang cocok dikembangkan pada tanah tekstur
berpasir. Tanah jenis ini memeiliki kemampuan yang sangat tinggi sehingga tidak
mampu menyimpan air dalam waktu lama. Prinsip sumur renteng adalah menampung
air untuk irigasi dalam sebuah bak penampungan yang terhubung dengan bak
penampungan lain melalui pipa di bawah tanah, persis dengan prinsip kerja benjana
berhubungan. Manfaat dari sumur renteng yaitu :
1)      Efisiensi air karena irigasi cukup diberikan pada bak penampungan utama;
2)      Resiko kehilangan air selama pendistrribusian dapat diminimalkan karena irigasi
dari bak penampungan dapat menjangkau zona perakaran tanaman secara langsung;
3)      Mengurangi tenaga kerja, terutama pada saat pengangkutan air dari sumber air
utama ke lahan.
b.      Irigasi Kapiler
Irigasi kapiler ccok dikembangakan di daerah yang memiliki topografi terjal dan
sumber air yang relative terbatas. Prinsip dasar irigasi kapiler adalah memanfaatkan air
dari sumber mata air atau sungai yang disalurkan menuju bak penampungan secara
grafitasi menggunakan pipa PVC. Dari bak penampungan, kemudian didistribusikan
menggunakan selang plastik kapiler.
c.       Irigasi Tetes
Sistem irigasi tetes merupakan system untuk memasok air dan pupuk tersaring ke
dalam tanah melalui suatu pemancar. Sistem irigasi tetes bekerja dengan mengalirkan
air dengan debit kecil, stabil serta tekanan.
Air akan menyebar di tanah baik ke samping maupun ke bawah karena gaya kapiler
dan grafitasi. Bentuk sebarannya tergantung jenis tanah, kelembapan, dan jenis
tanaman. Jenis tanaman yang dialiri dengan irigasi tetes biasanya yang ditanam dalam
barisan, umumnya berupa tanaman holtikultura dan sayur-sayuran.
Sistem irigasi tetes ini bekerja dengan baik pada panjang baris tanaman bervariasi
anatara 40 meter hingga 150 meter dengan ukuran per plot berkisar antara 0.2 sampai
dengan 1 Ha, bentuk lahan bujur sangkar ataupun persegi pada topografi datar dan
seragam atau kemiringan 3% dan laju infiltrasi <20mm jam.="" span="">
Keuntungan irigasi tetes antara lain :
1)      Efisiensi sangat tinggi (penguapan rendah, tidak ada gerakan air di udara, tidak ada
pembahasahan daun, aliran rendah, pengairan dibatasi disekitar tanaman pokok);
2)      Respon tanaman lebih baik sehingga produksi, kualitas, kan keseragaman produk;
3)      Tidak mengganggu aerasi tanah, dapat dipadu dengan unsure hara;
4)      Mengurangi perkembangan serangga, penyakit dan jamur;
5)      Lahan tidak terganggu karena pengolahan tanah, siraman, dll;
6)      Meningkatkan pengairan permukaan;
7)      Bias diletakkan di bawah mulsa plastic, bias diterapkan di daerah bergelombang.
Irigasi tetes bagi sebagian orang merupakan teknologi yang mahal, dan hanya
diperuntukkan bagi tanaman yang bernilai ekonomi tinggi. Tetapi dewasa ini system
irigasi tetes banyak diadaptasi dengan menggunakan bahan-bahan yang tersedian di
sekitar petani.
d.      Irigasi macak-macak
Irigasi macak-macak adalah teknik pemberian air yang bertujua membasahi lahan
hingga jenuh, tanpa perlu lahan tersebut tergenangi hingga mencapai ketinggian
tertentu. Teknik irigasi macak-macak akan berpengaruh pada penggunaan air yang
sangat efisien. Genangan dalam (10-15cm) seperti yang dilakukan petani pada
umumnya dapat menyebabkan tingginya kehilangan air yang di dalamnya juga terlarut
unsure hara, sehingga tingkat kehilangan hara juga menjadi tinggi.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian air irigasi macak-macak dan
tidak secara terus-menerus (rotasi) hasilnya tidak berbeda nyata dengan genangan
tinggi secara terus-menerus.
Efisiensi penggunaan air merupakan aspek penting berkenaan dengan upaya
peningkatan nilai ekonomi produksi pertanian pada lahan beririgasi. Efisiensi
penggunaan air pada lahan yang diirigasi secara macak-macak hamper 2-3kali lebih
tinggi disbanding dengan lahan yang digenangi terus-menerus.
Penerapan teknologi macak-macak juga efektif untuk mengurangi serangan hama
keong mas. Keong mas dapat bergerak cepat jika sebagian besar badannya berada di
bawah permukaan air, namun sebaliknya sulit bergerak di tempat yang macak-macak.
e.      Teknologi irigasi curah
Mendistribusikan air dengan cara menyemprotkan air ke udara dan menjatuhkannya
di sekitar tanaman seperti hujan. Penyemprotan dibuat dengan mengalirkan air
bertekanan melalui orifice kecil atau nozzle. Tekanan biasanya dipadatkan dengan
pemompaan dan untuk mendapatkan penyebaranair yang seragam diperlukan
pemilihan ukuran nozzle, tekanan operasional, spasing sprinkler dan laju infiltrasi
tanah yang sesuai.
Kesesuaian irigasi curah :
1)      Irigasi curah dapat digunakan hamper semua tanaman;
2)      Cocok pada hamper semua jenis tanah, kecuali untuk tanah bertekstur liat halus,
dimana laju infiltrasi kurang dari 4 mm/ jam;
3)      Tidak cocok pada kondisi kecepatan angin lebih besar dari 13 km/ jam.
Keuntungan penerapan irigasi curah :
1)      Efisiensi dalam pemakaian air;
2)      Dapat digunakan untuk lahan dengan topografi bergelombang dan kedalaman
tanah yang dangkal, tanpa diperlukan perataan lahan;
3)      Cocok untuk tanah berpasir di mana laju infiltrasi biasanya cukup tinggi;
4)      Aliran permukaan dapat dihindari sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya
erosi;
5)      Pemupukan terlarut, herbisida dan fungisida dapat dilakukan bersama-sama
dengan air irigasui;
6)      Biaya tenaga kerja untuk operasi biasanya lebih kecil daripada irigasi permukaan;
7)      Dengan tidak diperlukannya saluran terbuka, maka tidak banyak lahan yang tidak
dapat ditanami;
8)      Tidak mengganggu operasi alat dan mesin pertanian
Berbagai factor pembatas penggunaan irigasi curah adalah :
1)      Kecepatan dan arah angin berpengaruh terhadap pola penyebaran air;
2)      Air irigasi harus cukup bersih bebas dari pasir dan kotoran lainnya;
3)      Investasi awal cukup tinggi;
4)      Diperlukan tenaga penggerak di mana tekanan air berkisar antara 0,5-10Kg/ cm 2.
f.        Teknologi irigasi parit
Irigasi parit merupakan salah satu teknik irigasi lahan kering untuk tanaman palawija
jagung, kedelai dan kacang tanah atau sayuran. Dibandingkan dengan irigasi
konvensional (genangan) teknik ini membutuhkan air lebih efisien karena irigasi hanya
disalurkan pada parit yang berada di samping baris tanaman. Parit berukuran lebar 35-
40 cm pada bagian atas dan 15-20 cm pada bagian bawah dengan kedalaman 10-15
cm. Jarak antar parit anatara 80-100cm tergantung jarak tanam.
Sumber air irigasi parit dapat berasal dari saluran irigasi atau dari air tanah yang
dinaikkan menggunakan pompa. Agar efisien, kebutuhan dosis irigasi dan interval
pemberian irigasi harus mempertimbangkan karakteristik tekstur tanah, jenis dan
tahap pertumbuhan tanaman, kedalaman perakaran, serta evapotranspirasi.
g.       Teknologi sumur resapan
Pembangunan sumur resapan dilakukan sebagai upaya mengantisipasi kekeringan.
Teknologi ini merupakan salah satu kegiatan konservasi air sebagai upaya untuk
meningkatkan valome air tanah di daerah pertanian dan uapaya penanggulangan
dampak bencana alam kekeringan. Pembangunan sumur resapan dilakukan secara
swakelola (padat karya) agar masyarakat mampu mengembangkan sumur resapan dan
merasa memiliki sejak dini. Dalam pembuatan sumur resapan, penting memperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
1)      Bangunan sumur resapan terdiri dari :
-          Saluran air sebagai jalan untuk air yang akan dimasukkan ke dalam sumur;
-          Bak kontrol yang berfungsi untuk menyaring air sebelum masuk sumur resapan ;
-          Pipa pemasukan atau saluran air masuk. Ukurannya tergantung jumlah aliran
permukaan yang akan masuk sumur resapan;
-          Sumur resapan;
-          Pipa pembuangan yang berfungsi sebagai saluran pembuangan jika air dalam
sumur resapan sudah penuh.
2)      Beberapa kektentuan teknis untuk pembangunan :
-          Sumur resapan ditempatkan di daerah hulu/ atas kawasan sumur-sumur gali dan
sumur bor yang dimanfaatkan untuk irigasi pertanian
-          Untuk menjaga pencemaran air kedalaman sumur resapan harus diatas
kedalaman muka air tanah tidak tertekan yang ditandai oleh adanya mata air tanah;
-          Untuk mendapatkan jumlah air yang memadahi, kawasan sumur resapan minimal
memiliki limpasan air yang cukup tinggi dan penempatan sumur adalah di dekat alur-
alur limpasan (parit) untuk memudahkan pengambilan airnya;
-          Sebelum air hujan yang berupa aliran permukaan masuk ke dalam sumur melalui
saluran air, sebaiknya dilakukan penyaringan air di bak kontrol terlebih dahulu;
-          Penyaringan ini dimaksudkan agar sampah dan kotoran tidak terbawa masuk ke
sumur dan menyumbat pori-pori lapisan aquifer yang ada;
-          Untuk menahan tenaga kinetis air yang masuk melalui pipa pemasukan, dasar
sumur yang berada di lapisan kedap air dapat diisi dengan batu belah atau ijuk;
-          Pada dinding sumur tepat di depan pipa pemasukan, dipasang pipa pengeluaran
yang letaknya lebih rendah daripada pipa pemasukan untuk antisipasi manakala
terjadi overflow/luapan air di dalam sumur. Bila tidak dilengkapi dengan pipa
pengeluaran, air yang masuk ke sumur harus dapat diatur misalnya dengan sekat
balok dan lain-lain. Diameter sumur bervariasi tergantung pada besarnya curah hujan ,
luas tangkapan air, konduktifitas hidrolika lapisan aquifer, tebal lapisan aquifer dan
daya tampung lapisan aquifer. Pada umumnya diameter berkisar antara 1-1,5cm
tergantung pada tingkat kelabilan/ kondisi lapisan tanah dan ketersediaan dana yang
ada, dinding sumur dapat dilapisi pasangan batu bata, buis beton atau bahan-bahan
spesifik lokasi yang kuat menahan tanah. Dinding sumur tersebut dibuat lubang-
lubang agar air dapat meresap juga secara horisontal. Apabila struktur tanah
kuat/tidak mudah longsor maka dinding tidak perlu dilapisi sampai dasar, tetapi cukup
setinggi ±2 meter dari atas untuk menahan tutup sumur. Dengan konstruksi sederhana
tersebut diharapkan jumlah sumur resapan yang dibangun lebih dari satu buah.
3)      Pelaksanaan konstruksi
a)      Saluran air
         Adalah saluran ketika terjadi hujan dilewati aliran air permukaan, jadi merupakan
alur-alur alami atau parit;
         Lebar dan kedalaman saluran dibuat agar memudahkan air masuk ke bak kontrol;
         Pada saluran ini dibuat saluran keluar menuju bak kontrol.
b)      Bak kontrol
         Bak kontrol berfungsi untuk menyaring partikel-partikel debu dan sampah yang
menyertai aliran permukaan agar tidak masuk ke dalam sumur resapan;
         Lebar dan kedalaman bak kontrol disesuaikan dengan volume aliran permukaan
yang masuk;
         Bak kontrol diisi lapisan-lapisan, mulai dari bawah ke atas : kerikil, pasir kasar,
pasir, dan ijuk;
         Lapisan-lapisan ini tidak melebihi bahkan di bawah permukaan air dari saluran air
c)       Sumur resapan
         Garis tengah (diameter) sumur antara 0,8-1,4 meter dan kedalaman di atas muka
air tanah yang ditandai dengan adanya mata air;
         Untuk memperkuat dinding sumur agar tidak longsor dapat diperkuat dengan
pasangan batu bata/buis beton dan dibuat lubang-lubang agar air dapat juga meresap
ke dalam tanah melalaui samping sumur;
         Kedalaman pelapisan dinding yang disesuaikan dengan struktur tanah yang ada;
         Untuk menghindari terjadinya gangguan atau kecelakaan, maka dinding sumur
dipertinggi kira-kira 25-40cm dari permukaan tanah dan ditutup dengan papan atau
coran.
h.      Irigasi berselang
                        Penjelasan irigasi berselang bisa di lihat pada 6 upaya peningkatan produksi padi

Daftar pustaka

Tabloid Sinar Tani Edisi 28 Desember 2011 - 3 januari 2012 No. 3437 tahun XLII

Anda mungkin juga menyukai