Anda di halaman 1dari 12

1. Jelaskan perbedan antara laporan keuangan komersial dan laporan keuangan nirlaba?

Mengapa laporan
realisasi anggaran dan laporan operasional tidak diperlukan dalam proses penyusunan Laporan keuangan
untuk publik sektor? (15%) LO 1

Jawaban :
- Perbedaan Laporan Keuangan komersial dengan nirlaba :
Pada Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba terdiri dari :
1.   Laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir periode laporan
2.   Laporan aktivitas untuk suatu periode pelaporan
3.   Laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan
4.   Catatan atas laporan keuangan
Sedangkan Laporan Keuangan Sektor Komersial atau bisnis terdiri dari :
1. Neraca (Laporan Posisi Keuangan)
2. f. Aset tetap
g. Kewajiban jangka pendek
h. Kewajiban jangka panjang
i. Ekuitas
2) Laporan laba rugi
f. Aset tetap
g. Kewajiban jangka pendek
h. Kewajiban jangka panjang
i. Ekuitas
2) Laporan laba rugi
f. Aset tetap
g. Kewajiban jangka pendek
h. Kewajiban jangka panjang
i. Ekuitas
2) Laporan laba rugi
2. Laporan Laba Rugi
3. Laporan Perubahan Modal atau ekuitas
4. Laporan Arus Kas
5. Catatan atas Laporan Keuangan
Jadi perbedaannya terdapat pada :
1. Organisasi nirlaba tidak memiliki laporan laba rugi, namun laporan ini dapat dianalogikan
dengan laporan aktivitas. Informasi sentral dalam laporan laba rugi umumnya terletak pada
komponen laba atau rugi yang dihasilkan organisasi bisnis dalam satu periode. Sementara itu,
informasi sentral dalam laporan aktivitas terletak pada perubahan aset neto yang dikelola oleh
organisasi nirlaba. 
2. Organisasi nirlaba tidak memiliki laporan perubahan ekuitas sebagaimana layaknya
organisasi bisnis. Hal ini disebabkan organisasi nirlaba tidak dimiliki oleh entitas manapun.
Ekuitas dalam organisasi nirlaba bisa dianalogikan dengan aset neto yang akan disajikan pada
laporan aktivitas. Aset neto tersebut terdiri dari tiga jenis, sebagaimana dijelaskan berikut ini:
a.  Aset neto tidak terikat adalah sumber daya yang penggunaannya tidak dibatasi untuk
tujuan tertentu oleh penyumbang. meliputi pendapatan dari jasa, penjualan barang,
sumbangan, dan dividen atau hasil investasi, dikurangi beban untuk memperoleh pendapatan
tersebut. 
b. Aset neto terikat temporer  adalah sumber daya yang pembatasan penggunaannya
dipertahankan sampai dengan periode tertentu atau sampai dengan terpenuhinya keadaan
tertentu. Contoh pembatasan temporer ini bisa berlaku terhadap (1) sumbangan berupa
aktivitas operasi tertentu, (2) investasi untuk jangka waktu tertentu, (3) penggunaan selama
periode tertentu dimasa depan, atau (4) pemerolehan aset tetap
c. Aset neto terikat permanen adalah sumber daya yang pembatasan penggunaannya
dipertahankan secara permanen,  dilakukan terhadap (1) aset seperti tanah atau karya seni
yang disumbangkan untuk tujuan tertentu, untuk dirawat dan tidak untuk dijual, atau (2) aset
yang disumbangkan untuk investasi yang mendatangkan pendapatan secara permanen. 
3. Pada Laporan Posisi Keuangan atau Neraca, pada organisasi nirlaba, terdiri dari Aset,
Liabilitas dan Aset bersih, dimana Aset bersih jika pada Laporan Keuangan Sektor Komersial
merupakan Modal. Pada Organisasi Nirlaba ini Aset bersih dibagi menjadi 3 jenis yaitu Aset
bersih tidak terikat, Aset bersih terikat temporer dan Aset bersih terikat permanen.

- Pada Sektor Publik tidak diperlukan laporan realisasi anggaran dan laporan operasional
karena Laporan Operasional dan Laporan Realisasi Anggaran hanya digunakan pada
Akuntansi Sektor Pemerintahan yang dimana modal dalam menjalankan operasi/kegiatannya
berasal dari anggaran yang telah disepakati sebelumnya sebelum menyusun laporan
keuangan, dimana diperlukan suatu anggaran untuk merencanakan segala tindakan dan
pengeluaran apa yang akan dilakukan oleh pemerintah, berapa biaya yang dibutuhkan, dan
berapa hasil yang diperoleh dari aktivitas pemerintah tersebut, sehingga pada sektor
Pemerintahan diperlukan LRA dan LO dimana LRA dapat menyajikan perbandingan antara
realisasi pendapatan dan belanja dengan estimasi pendapatan dan pagu anggarannya yang
telah ditetapkan pada awal tahun dan LO dapat menyajikan kegiatan operasional keuangan
yang mencakup pendapatan, biaya, dan surplus/defisit disandingkan dengan periode
sebelumnya. Sedangkan sektor publik dalam pelaksanaan kegiatannya tidak memerlukan
anggaran dalam melakukan aktivitasnya untuk menghasilkan jasa atau mengeluarkan biaya
pada layanan publik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, seperti pada Universitas dan
Rumah Sakit. Informasi pada LRA berguna bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi
keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi, akuntabilitas dan ketaatan entitas
pelaporan terhadap anggaran, dengan ini diketahui bahwa pada sektor pemerintahan segala
sesuatu kegiatan nya berdasarkan pada anggaran yang ada, sedangkan pada organisasi publik
seperti yayasan, universitas yang di mana, mendapatkan perolehan dananya bisa dari
sumbangan para donatur, dan tidak mengharapkan keuntungan yang besar, sehingga tidak
adanya suatu pembentukan anggaran dalam kegiatannya, sehingga tidak diperlukan LRA.
Laporan Operasional yang merupakan salah satu unsur laporan keuangan pemerintah
diperlukan oleh pemerintah untuk menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah
ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan, sedangkan pada organisasi
publik dimana kegiatannya dalam menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan
memupuk laba, dan jika entitas nirlaba menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak dibagikan
kepada para pendiri atau pemilik entitas karena memang tidak ada kepemilikan seperti sektor
lainnya, maka Laporan Operasional tidak diperlukan pada organisasi sektor publik. Pada
sektor publik, laporan yang ada merupakan laporan aktivitas yang dibuat untuk menyediakan
informasi mengenai pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat
aktiva bersih,  hubungan antar transaksi, dan peristiwa lain, serta bagaimana penggunaan
sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa. Dimana segala pengeluaran
kegiatan yang dilakukan, bukan berasal dari anggaran, tetapi lebih kepada sumbangan.
http://akuntansi-organisasi-nirlaba.blogspot.com/2013/03/laporan-keuangan-organisasi-
nirlaba_5465.html
2. Apakah yang dimaksud dengan Value For Money (VFM) pada lembaga niir laba? Bagaimanakah
strategi implementasi pengukuran kinerja VFM tersebut? Penjelasan disertai dengan alur diagram
(15%) LO 2

Jawaban :
- Value For Money pada lembaga nirlaba merupakan suatu konsep pengelolaan dan
pengukuran kinerja pada organisasi sektor publik agar organisasi tersebut dalam mengelola
usahanya dapat bertindak ekonomis (hemat cermat) dalam pengadaan dan alokasi sumber
daya, efisien (berdaya guna) dalam penggunaan sumber daya, dan efektif (berhasil guna)
dalam mencapai tujuan dan sasaran sehingga dapat meningkatkan efektivitas pelayanan
publik, dalam arti pelayanan yang diberikan tepat sasaran, meningkatkan mutu pelayanan
publik, serta menurunkan biaya pelayanan publik. Adapun 3 elemen utama ada Value For
Money :
1) Ekonomi : Terkait dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat meminimalisir input
resources dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif
2) Efisiensi : Merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan dengan standar kinerja
atau target yang telah ditetapkan di mana barang dan jasa yang dibeli oleh organisasi
digunakan untuk mencapai output tertentu.
3) Efektivitas : Merupakan hubungan antara output dan tujuan, di mana efektivitas diukur
berdasarkan seberapa jauh tingkat output, kebijakan, dan prosedur organisasi mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Beberapa pihak berpendapat bahwa tiga elemen diatas saja tidak cukup, perlu ditambah dua
elemen lagi yaitu keadilan (equity) dan pemerataan atau kesetaraan (equality). Keadilan
mengacu pada adanya kesempatan sosial yang sama untuk mendapatkan pelayanan publik
yang berkualitas dan kesejahteraan ekonomi. Distribusi secara merata pun perlu dilakukan
atau equality, dimana penggunaan uang publik hendaknya tidak terkonsentrasi pada
kelompok tertentu saja, melainkan dilakukan secara merata.
- Strategi Implementasi pengukuran kinerja VFM  untuk  diimplementasikan diperlukan
pengembangan     indikator   kinerja, serta tingkat input, output dan outcome harus diketahui
terlebih dahulu agar dapat mengukur ekonomi, efisien dan efektivitas pada pengukuran
kinerja keuangan dan non keuangan dengan metode value for money. Tahap pertama suatu
organisasi adalah menentukan input, output dan outcome, dari penentuan tersebut dikaitkan
dengan tujuan, visi dan misi organisasi. Skema proses kerja dan pengukuran value for money
digambarkan sebagai berikut:

Penjelasannya :
a. Input merupakan sumber daya yang digunakan untuk pelaksanaan suatu kebijakan,
program dan aktivitas. Contoh input diantaranya seperti dokter di rumah sakit, guru di
sekolah. Input dapat juga dinyatakan dalam bentuk uang, misalnya untuk biaya dokter, gaji
guru, dan harga tanah.
b. Output merupakan hasil yang dicapai dalam suatu program dan kebijakan, ukuran output
ini menunjukan hasil implementasi dari program atau aktivitas. Contoh output yang
dihasilkan polisi adalah tegaknya hukum dan rasa aman masyarakat ukuran output dapat
diperkirakan dengan turunnya angka kriminalitas
c. Outcome merupakan dampak yang ditimbulkan dari suatu aktivitas tertentu, outcome
seringkali dikaitkan dengan tujuan (objectives) atau target yang dikehendaki. Contoh
outcome dari dinas kebersihan adalah terciptanya lingkungan kota yang aman bersih dan
sehat

Menurut Mardiasmo (2002), setelah ditentukan tingkat input, output dan outcome selanjutnya
adalah menghitung nilai ekonomi, efisien dan efektivitas. Adapun penjelasan, cara
pengukuran, rumus dan kriteria pengukuran value for money adalah sebagai berikut:
A. Pengukuran ekonomis : Ekonomi adalah pemerolehan sumber daya (input) tertentu
pada harga yang terendah, ekonomis merupakan ukuran relatif. Pertanyaan sehubungan
dengan pengukuran ekonomis adalah yang perlu diperkirakan adalah :
1. Apakah biaya organisasi lebih besar dari yang telah dianggarkan oleh organisasi? 
2. Apakah biaya organisasi lebih besar daripada biaya organisasi lain yang sejenis yang
dapat diperbandingkan? 
3. Apakah organisasi telah menggunakan sumber daya finansialnya secara optimal?
Rumus pengukuran ekonomis adalah sebagai berikut:

B. Pengukuran Efisiensi : Efisiensi diukur dengan rasio antara output dengan input.
Semakin besar output dibanding input, maka semakin tinggi tingkat efisiensi suatu
organisasi. Cara perbaikan terhadap efisiensi adalah:
a. Meningkatkan output pada tingkat input yang sama,
b. Meningkatkan output dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi peningkatan
input.
c. Menurunkan input pada tingkatan output yang sama.
d. Menurunkan input dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi penurunan
output.

Dalam pengukuran kinerja value for money, efisiensi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Efisiensi alokasi. Efisiensi alokasi terkait dengan kemampuan untuk mendayagunakan
sumber daya input pada tingkat kapasitas optimal. 
2. Efisiensi teknis atau manajerial. Efisiensi teknis (manajerial) terkait dengan
kemampuan mendayagunakan sumber daya input pada tingkat output tertentu.
Rumus pengukuran efisiensi adalah sebagai berikut:
C. Pengukuran Efektifitas : Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi
mencapai tujuannya. Efektivitas tidak menyatakan tentang berapa besar biaya yang telah
dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. Tetapi apabila suatu organisasi berhasil
mencapai tujuannya, maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan secara efektif. Rumus
pengukuran efektivitas adalah sebagai berikut:

D. Pengukuran Outcome : Outcome adalah dampak suatu program atau kegiatan terhadap
masyarakat atau mengukur kualitas output terhadap dampak yang dihasilkan.
Pengukuran outcome memiliki 2 peran:
a.       Peran Retrospektif, terkait dengan penilaian kinerja masa lalu.
b.      Peran Prospektif, terkait dengan perencanaan kinerja di masa yang akan datang. Dalam
peran ini, pengukuran outcome digunakan untuk mengarahkan keputusan alokasi sumber
daya publik.
E. Estimasi Indikator Kinerja : Suatu unit organisasi perlu melakukan estimasi untuk
menentukan target kinerja yang ingin dicapai pada periode mendatang. Penentuan target
tersebut  didasarkan pada perkembangan cakupan layanan atau indicator kinerja.

https://zahiraccounting.com/id/blog/vfm-sudah-familiarkah-dengan-istilah-ini/
https://www.kajianpustaka.com/2020/05/value-for-money.html

Jelaskan tentang beberapa hal berikut ini: belanja hibah, belanja bantuan social, belanja subsidi,
pembentukan dana cadangan dan pencairan dana cadangan. Dalam aktivitas apa dan kapan
transaksi transakti belanja dan pembentukan dana cadangan tersebut terjadi. (15%) LO 3

Jawaban :
- Belanja hibah  merupakan bantuan secara Cuma-Cuma, tidak mengikat, sukarela dan
diberikan secara selektif kepada pemerintah lain atau lembaga. Belanja ini dapat diberikan
dalam bentuk uang, jasa atau barang.
- Belanja Bantuan Sosial adalah anggaran yang dialokasikan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sosial, sebagai amanat UUD untuk memelihara fakir miskin, orang-
orang terlantar dan sebagainya. Anggaran ini dapat disalurkan melalui lembaga yang
menyelenggarakan fungsi sosial atau diberikan langsung kepada individu yang bersangkutan.
- Belanja subsidi merupakan anggaran pemerintah yang dialokasikan kepada pabrikan dengan
maksud membantu biaya produksi supaya harga jual terjangkau oleh masyarakat. Anggaran
ini terutama untuk “Public Service Obligation” yang harga jualnya diintervensi oleh
pemerintah.
- Pembentukan Dana Cadangan adalah pengeluaran pembiayaan dalam rangka mengisi dana
cadangan. Yang dibentuk untuk menampung kebutuhan yang memerlukan dana yang relatif
besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran. Pembentukan dana cadangan
berarti pemindahan akun Kas menjadi bentuk Dana Cadangan. Pembentukan dana cadangan
ini harus didasarkan perencanaan yang matang, sehingga jelas tujuan dan pengalokasiannya.
Untuk pembentukan dana cadangan harus ditetapkan dalam peraturan daerah yang
didalamnya mencakup penetapan tujuan pembentukan dana cadangan, program dan kegiatan
yang akan dibiayai dari dana cadangan, besaran dan rincian tahunan dana cadangan yang
harus dianggarkan dan ditransfer ke rekening dana cadangan, sumber dana cadangan, dan
tahun anggaran pelaksanaan dana cadangan.
- Pencairan Dana Cadangan adalah penerimaan pembiayaan yang berasal dari penggunaan
dana cadangan untuk membiayai belanja. Pencairan dana cadangan berarti pemindahan akun
Dana Cadangan, yang kemungkinan dalam bentuk deposito, menjadi bentuk kas yang dapat
dipergunakan untuk pembiayaan kegiatan yang telah direncanakan.

Transaksi Belanja terjadi ketika ada aktivitas pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara /
Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan
terjadi yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Belanja negara
dipergunakan saat adanya keperluan penyelenggaraan tugas pemerintahan pusat dan
pelaksanaan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Belanja negara
sangat berperan penting dalam usaha mencapai kesejahteraan rakyat. 
Pembentukan dana cadangan ini dianggarkan saat adanya keterbatasan-keterbatasan dalam
keuangan daerah untuk membuka ruang bagi pembuatan diskresi oleh Pemda terkait
pembiayaan program yang membutuhkan dana relatif besar, faktor periode anggaran pun
“terlalu singkat”, yakni satu tahun fiskal yang menimbulkan persoalan atas kesinambungan
fiskal  sehingga dibentuklah suatu dana cadangan. Pembentukan dana cadangan bisa karena
adanya rencana pembangunan jembatan atau gedung. Pembentukan dana cadangan dicatat
dalam pengeluaran pembiayaan, sedangkan pencairannya akan dianggarkan pada penerimaan
pembiayaan. Untuk penggunaannya dianggarkan dalam program kegiatan yang sudah
tercantum di dalam peraturan daerah. Dana cadangan diakui saat terjadi pemindahan dana
dari Rekening Kas Daerah ke Rekening dana cadangan. Proses pemindahan ini harus melalui
proses penatausahaan yang menggunakan mekanisme LS.
Pencairan Dana Cadangan dilakukan apabila dana cadangan telah memenuhi pagu anggaran
maka BUD akan membuat surat perintah pemindahan buku dari Rekening dana cadangan ke
Rekening Kas Umum Daerah untuk pencairan dana cadangan. Pencairan dana cadangan
diukur sebesar nilai nominal pada saat terbit dokumen pemindah-bukuan atau yang
sejenisnya atas Dana Cadangan, yang dikeluarkan oleh BUD atau Kuasa BUD atas
persetujuan PPK.
https://jagoakuntansi.com/2018/03/13/akuntansi-untuk-dana-cadangan/
https://www.kompasiana.com/amirsyahoke/552b00daf17e616860d623ca/mengenal-jenisjenis-
belanja-pemerintah-pusat-dalam-apbn

Jelaskan standard akuntansi untuk menyusun laporan keuangan dan standar pemeriksaan yang
digunakan pada sektor publik, sektor pemerintah dan sektor bisnis. (15 %) (LO4)

Jawaban :
- Pemerintah Indonesia menggunakan Standar Akuntansi Pemerintahan dalam menyusun
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, Daerah dan Badan Layanan Umum. SAP ditetapkan
dalam Peraturan Pemerintah No 71 tahun 2010. Referensi utama penyusunan SAP adalah
IPSAS / International Public Sector Accounting Standar dan regulasi yang berlaku di
Indonesia. BLU juga menggunakan PSAP 13 sebagai Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)
Sampai dengan tahun 2003, SAP menggunakan cash basis, sedangkan dari tahun 2004
sampai 2014, SAP menggunakan cash toward accrual basis (basis kas menuju akrual). SAP
berbasis kas menuju akrual ini adalah SAP yang mengakui pendapatan, belanja, dan
pembiayaan berbasis kas, serta mengakui asset, utang, dan ekuitas dana berbasis akrual. Sejak
tahun 2015, Indonesia sudah mengimplementasikan SAP berbasis akrual (accrual basis)
dengan karakteristik sebagai berikut:
1. Transaksi dicatat menggunakan accrual basis
2. Asset diukur menggunakan historical cost
3. Depresiasi untuk asset tetap
4. Accrual basis pada pendapatan dan beban
5. Cash basis pada Laporan Realisasi Anggaran
6. Full disclosur
Standar Audit / pemeriksaan Pemerintah : Standar audit pemerintah yang berlaku umum
(GAGAS), dan mencirikan audit pemerintah menjadi tiga kategori:
a. Audit Keuangan: tentukan apakah laporan keuangan sesuai dengan GAAP.
b. Attestation engagements: Memeriksa, meninjau, melakukan prosedur yang
disepakati
c. Audit Kinerja:
1) Penggunaan yang efektif atas sumber daya entitas (Efisiensi)
2) Efektivitas pengendalian internal
3) Memverifikasi bahwa organisasi mematuhi ketentuan hukum, hibah, dan kontrak.
4) Berikan panduan tentang bagaimana organisasi dapat meningkat
Standar GAGAS menempatkan lebih banyak penekanan pada kepatuhan terhadap hukum dan
peraturan daripada GAAS. GAGAS lebih luas daripada GAAS karena menyertakan standar
untuk audit keuangan dan kinerja yang ditetapkan oleh pemerintah melalui ”Yellow Book”
GAO dan berisi total 32 standar untuk audit keuangan dan kinerja dengan kualifikasi pada
Kemahiran Profesional, Pengetahuan tentang program pemerintah, Persyaratan CPE

- Sektor Publik menggunakan standar Akuntansi yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) yaitu PSAK 45: Pelaporan Keuangan untuk Entitas Nirlaba, sementara.
Namun demikian perlu diperhatikan bahwa PSAK 45 hanya memberikan panduan mengenai
Pelaporan Keuangan dalam konteks Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan
sementara Pengakuan, Pengukuran dan Penilaian transaksi keuangan lainnya bisa merujuk
pada standar akuntansi yang sudah ada - baik PSAK umum berbasis IFRS atau SAK ETAP
(Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik) yang diterbitkan oleh IPSASB International Public
Sector Accounting Standard (IPSAS).
Standar Audit/pemeriksaan setor Publik : Di Indonesia standar audit pada sektor publik
adalah Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang dikeluarkan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK). Standar-standar yang menjadi pedoman dalam audit kinerja
menurut SPKN adalah sebagai berikut:
1. Standar Umum
a.    Pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk
melaksanakan tugas pemeriksaannya.
b.    Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa
dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi,
ekstern, organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya.
c.     Dalam melaksanakan pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil pemeriksaan,
pemeriksa wajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan saksama.
d.    Setiap organisasi pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar
Pemeriksaan harus memiliki sistem pengendalian mutu yang memadai dan sistem
pengendalian mutu tersebut harus di review oleh pihak lain yang kompeten (pengendalian
mutu eksternal).
2.Standar Pelaksanaan Audit Kinerja
a.    Pekerjaan harus direncanakan secara memadai.
b.    Staf harus disupervisi dengan baik.
c.     Bukti yang cukup, kompeten, dan relevan harus diperoleh untuk menjadi dasar yang
memadai bagi temuan dan rekomendasi pemeriksa.
d.    Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumen pemeriksaan dalam bentuk
kertas kerja pemeriksaan. Dokumen pemeriksaan yang berkaitan dengan perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan pemeriksaan harus berisi informasi yang cukup untuk
memungkinkan pemeriksa yang berpengalaman, tetapi tidak mempunyai hubungan dengan
pemeriksaan tersebut, dapat memastikan bahwa dokumen pemeriksaan tersebut dapat
menjadi bukti yang mendukung temuan, simpulan, dan rekomendasi pemeriksa.
3.Standar Pelaporan Audit Kinerja
a.    Pemeriksa harus membuat laporan hasil pemeriksaan untuk mengkomunikasikan setiap
hasil pemeriksaan.
b.    Laporan hasil pemeriksaan harus mencakup: 1) penyataan bahwa pemeriksaan dilakukan
sesuai dengan standar pemeriksaan; 2) tujuan, lingkup, dan metodologi pemeriksaan;  3) hasil
pemeriksaan berupa temuan audit, simpulan, dan rekomendasi;  4) tanggapan pejabat yang
bertanggung jawab atas hasil pemeriksaan; 5) pelaporan informasi rahasia apabila ada.
c.     Laporan hasil pemeriksaan harus tepat waktu, lengkap, akurat, objektif, meyakinkan,
serta jelas dan seringkas mungkin.
d.    Laporan hasil pemeriksaan diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas yang diaudit,
pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas yang diaudit, pihak yang
bertanggung jawab untuk melakukan tindak lanjut hasil pemeriksaan, dan kepada pihak lain
yang diberi wewenang untuk menerima laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

- Sektor Bisnis dalam standar akuntansi yang digunakan adalah IASB yang menerbitkan
International Accounting Standard (IAS) untuk sektor Swasta/Bisnis dengan PSAK sebagai
pedoman untuk membuat Laporan Keuangan
Standar Audit/pemeriksaan setor Bisnis : Audit pada sektor swasta (internal audit) merupakan
suatu unit di perusahaan yang menjalankan fungsi audit terhadap kinerja perusahaan.
Pelaksana audit sektor privat adalah KAP (Kantor Akuntan Publik). Objek auditnya adalah
perusahaan atau entitas swasta. Kepatuhan terhadap perundang-undangannya tidak terlalu
dominan. Standar Profesi Internal Auditor (SPIA) / Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP) dikeluarkan oleh IAI merupakan ketentuan yang harus dipenuhi untuk menjaga
kualitas kinerja internal auditor dan hasil audit. Standar audit sangat menekankan kualitas
profesional auditor serta cara auditor mengambil pertimbangan dan keputusan sewaktu
melakukan pemeriksaan dan pelaporan.
https://www.cermati.com/artikel/pentingnya-memahami-psak-pernyataan-standar-akuntansi-
keuangan
https://fivesteam.wordpress.com/2016/12/05/perbedaan-audit-pada-sektor-publik-dan-sektor-
swasta/

5. Mengapa laporan keuangan pada lembaga sektor publik perlu dilakukan audit? Jelaskan apa yang
membedakan antara proses audit keuangan, audit kepatuhan dan audit kinerja? (15 %) LO5

Jawaban :
Laporan Keuangan pada lembaga sektor publik perlu dilakukan audit agar dapat memberikan
keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan yang diperiksa telah mematuhi prinsip
akuntansi berterima umum, peraturan perundang-undangan dan pengendalian intern serta
kegiatan operasi entitas sektor publik dilaksanakan secara efisien, ekonomis, dan efektif.
Dalam kekerbatasan yang ada, audit tetap perlu dilakukan agar tercipta akuntabilitas publik
yang lebih transparan dan akuntabel. Jika perspektif audit ada pada pemerintahan maka audit
dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab sektor publik (pemerintah pusat dan daerah) untuk
mempertanggungjawabkan dana yang telah digunakan oleh instansi sehingga dapat diketahui
pemanfaatan dana tersebut dilaksanakan sesuai prosedur dan standar atau tidak.

Secara umum, ada tiga jenis audit dalam audit sektor publik, yaitu Audit  keuangan (financial
audit), audit kepatuhan (compliance audit) dan audit kinerja (performance audit). Audit
keuangan merupakan audit yang menjamin bahwa sistem akuntansi dan pengendalian
keuangan berjalan secara efisien dan tepat serta transaksi keuangan diotorisasi serta dicatat
secara benar. Audit kepatuhan merupakan audit yang memverifikasi/memeriksa bahwa
pengeluaran-pengeluaran untuk pelayanan masyarakat telah disetujui dan telah sesuai dengan
undang-undang peraturan. Dalam audit kepatuhan terdapat asas kepatutan selain kepatuhan.
Dalam kepatuhan yang dinilai adalah ketaatan semua aktivitas sesuai dengan kebijakan,
aturan, ketentuan dan undang-undang yang berlaku. Sedangkan kepatutan lebih pada
keluhuran budi pimpinan dalam mengambil keputusan. Jika melanggar kepatutan belum tentu
melanggar kepatuhan. Sedangkan Audit kinerja yang merupakan perluasan dari audit
keuangan dalam hal tujuan dan prosedurnya. Audit kinerja memfokuskan pemeriksaan pada
tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau
fungsi yang diaudit. Audit kinerja merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh
dan mengevaluasi bukti secara obyektif, agar dapat melakukan penilaian secara independen
atas ekonomi dan efisiensi operasi, efektifitas dalam pencapaian hasil yang diinginkan dan
kepatuhan terhadap kebijakan, peraturan dan hukum yang berlaku, menentukan kesesuaian
antara kinerja yang telah dicapai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta
mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak pengguna laporan tersebut.
Audit keuangan memastikan Kewajaran Laporan Keuangan, sedangkan Audit kinerja
memastikan Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan dan kebijakan. Jelas di sini,
objek dari keduanya berbeda. Objek audit keuangan adalah Laporan Keuangan, sedangkan
objek audit kinerja adalah Organisasi, Program, Fungsi,  Kegiatan.

http://referensiakuntansi.blogspot.com/2012/07/audit-sektor-publik.html
http://criskuntadi.blogspot.com/2008/10/pengaruh-audit-sektor-publik-
terhadap.html#:~:text=Audit%20sektor%20publik%20dimaksudkan%20untuk,efisien%2C
%20ekonomis%2C%20dan%20efektif.

KASUS
JURNAL UMUM
UNIVERSITAS CERDAS MERDEKA
PERIODE 2019
(dalam Rp)

No Tanggal Ref Nama Akun D Cr


1. 5/1/19 101 Kas-Sumbangan 500.000.000
402 Pendapatan Sumbangan-Terikat Temporer 350.000.000
403 Pendapatan Sumbangan-Terikat Permanen 150.000.000
2. 7/3/19 201 Beban/Belanja Kegiatan Olahraga dan Seni 50.000.000
101 Kas-Sumbangan 50.000.000
3. 1/7/19 102 Aset Tetap-Peralatan Laboratorium 150.000.000
101 Kas-Sumbangan 150.000.000
4. 13/9/19 202 Beban/Belanja Pelatihan dan Pengembangan 100.000.000
101 Kas-Sumbangan 100.000.000
5. 31/12/19 402 Pendapatan Sumbangan-Terikat Temporer 200.000.000
501 Aset Neto Terikat Temporer Terbebaskan-Waktu 200.000.000

POSTING JURNAL

Saldo
Tanggal Keterangan Dr Cr
Dr Cr
5/1/19 Posting 500.000.000 500.000.000
7/3/19 Posting 50.000.000 450.000.000
1/7/19 Posting 150.000.000 300.000.000
13/9/19 Posting 100.000.000 200.000.000
Kas-Sumbangan Ref :101

Aset Tetap-Peralatan Laboratorium Ref :102


Saldo
Tanggal Keterangan Dr Cr
Dr Cr
1/7/19 Posting 150.000.000 150.000.000

Beban/Belanja Kegiatan Olahraga dan Seni Ref :201


Saldo
Tanggal Keterangan Dr Cr
Dr Cr
7/3/19 Posting 50.000.000 50.000.000

Beban/Belanja Pelatihan dan Pengembangan Ref :202


Saldo
Tanggal Keterangan Dr Cr
Dr Cr
13/9/19 Posting 100.000.000 100.000.000

Pendapatan Sumbangan-Terikat Temporer Ref :402


Saldo
Tanggal Keterangan Dr Cr
Dr Cr
5/1/19 Posting 350.000.000 350.000.000
31/12/19 Posting 200.000.000 150.000.000

Pendapatan Sumbangan-Terikat Permanen Ref :403


Saldo
Tanggal Keterangan Dr Cr
Dr Cr
5/1/19 Posting 150.000.000 150.000.000

Aset Neto Terikat Temporer Terbebaskan-Waktu Ref : 501


Saldo
Tanggal Keterangan Dr Cr
Dr Cr
31/12/19 Posting 200.000.000 200.000.000

JURNAL PENYESUAIAN
UNIVERSITAS CERDAS MERDEKA
PERIODE 2019
(dalam Rp)

No Tanggal Ref Nama Akun D Cr


1 31/12/19 203 Beban Penyusutan -Peralatan Laboratorium 30.000.000
103 Akumulasi Penyusutan – Peralatan Lab 30.000.000

UNIVERSITAS CERDAS MERDEKA


PERIODE 2019
(dalam Rp)
Neraca Saldo Penyesuaian N. Saldo Disesuaikan
Ref Akun
Dr Cr Dr Cr Dr Cr
101 Kas-Sumbangan 200.000.000 200.000.000
102 Aset Tetap-Peralatan 150.000.000 150.000.000
Laboratorium
201 Beban/Belanja Kegiatan Olahraga 50.000.000 50.000.000
dan Seni
202 Beban/Belanja Pelatihan dan 100.000.000 100.000.000
Pengembangan
402 Pendapatan Sumbangan-Terikat 150.000.000 150.000.000
Temporer
403 Pendapatan Sumbangan-Terikat 150.000.000 150.000.000
Permanen
501 Aset Neto Terikat Temporer 200.000.000 200.000.000
Terbebaskan-Waktu
Jumlah 500.000.000 500.000.000
203 Beban Penyusutan -Peralatan 30.000.000 30.000.000
Laboratorium
103 Akumulasi Penyusutan – Peralatan 30.000.000 30.000.000
Lab
Jumlah 30.000.000 30.000.000 530.000.000 530.000.000

ACCT6136-Accounting for Government and Non-Profit Organization

Anda mungkin juga menyukai