Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KESEHATAN REPRODUKSI dan KELUARGA BERENCANA


“ Konsep Kesehatan Reproduksi”
DOSEN PEMBIMBING : Risqi Utami,SST.,M.Biomed

OLEH
KELOMPOK 1

FEBBY YOLANDA HUSNA (41219006)

ULFA KHAIRUN PARDILA (41219007)


NIRWI PUTRI AKHMA H (41219008)

PRODI DIII KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BATAM
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat,
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah KESEHATAN
REPRODUKSI dan KELUARGA BERENCANA“ Konsep Kesehatan Reproduksi”
dengan baik. Makalah ini, dapat diselesaikan dengan baik karena dukungan dan partisipasi
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Risqi Utami.SST, M.Biomed selaku dosen pembimbing yang telah memandu
kami dalam penulisan makalah ini.
2. Serta semua pihak yang turut membantu terselesaikannya makalah ini yang tidak
dapat kami sebutkan satu per-satu.

Penulis menyadari bahwa tiada sesuatu yang sempurna di dunia ini, begitupun
makalah yang telah penulis buat, baik dalam hal isi maupun penulisannya. Akhir kata,
penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran kecil
bagi kemajuan ilmu pengetahuan, maupun lingkungan masyarakat.
.

Batam, 28 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
2.1. Definisi Kesehatan Reproduksi................................................................................................6
2.2. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi..................................................................................9
2.3. HAK–HAK KESEHATAN REPRODUKSI.........................................................................10
2.4. KESEHATAN REPRODUKSI DALAM SIKLUS HIDUP PEREMPUAN.......................13
2.5. Perubahan yang terjadi pada setiap tahap...........................................................................15
2.6. FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN REPRODUKSI..........21
BAB III...............................................................................................................................................22
PENUTUP..........................................................................................................................................22
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................................22
3.2 Saran......................................................................................................................................22
Daftar Pustaka...................................................................................................................................23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera secara fisik, mental, dan sosial
secara utuh dan tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang
berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi.World Health Organization (WHO)
dalam Nikmah menyatakan bahwa masalah kesehatan reproduksi wanita yang buruk telah
mencapai 33% dari jumlah total beban penyakit yang menyerang para wanita di seluruh
dunia.Salah satu masalah kesehatan reproduksi yang sejak lama menjadi persoalan bagi
wanita adalah masalah keputihan. Keputihan atau yang disebut juga dengan istilah white
dischargeatau vaginal discharge, atau leukore atau flour albus. Keputihan adalah keluarnya
cairan selain darah dari liang vagina yang dapat menyebabkan rasa gatal di area kewanitaan.
Keputihan ada yang bersifat fisiologis dan patologis. Keputihan bersifat fisiologis yaitu
keputihan yang timbul akibat proses alami dalam tubuh. Keputihan bersifat patologis yaitu
keputihan yang timbul karena infeksi dari jamur, bakteri dan virus. Keputihan patologis
merupakan tanda dari adanya kelainan alat repoduksi sehingga jumlah, warna, dan baunya
perlu diperhatikan. Keputihan patologis yang tidak tertangani dengan baik dan dialami dalam
waktu yang lama akan berdampak pada terjadinya infeksi saluran reproduksi.

1.2 Rumusan Masalah


1.      Apa Definisi dari Kesehatan Reproduksi?
2.      Apa Ruang lingkup Kesehatan reproduksi dalam siklus kehidupan?
3.      Apa Saja Hak-hak reproduksi?
4.      Bagaimana Siklus Kesehatan wanita ?
5.      Apa Saja Perubahan yang terjadi pada setiap tahap?
6.      Apa Saja Faktor-fakor yang mempengaruhi Kesehatan Reproduksi?

1.3 Tujuan
1.      Mengetahui Definisi dari Kesehatan Reproduksi
2.      Mengetahui Ruang lingkup Kesehatan reproduksi dalam siklus kehidupan
3.      Mengetahui Hak-hak reproduksi
4.      Mengetahui Siklus Kesehatan wanita

1
5.      Mengetahui Perubahan yang terjadi pada setiap tahap
6.      Mengetahui Faktor-fakor yang mempengaruhi Kesehatan Reproduksi

1.3 Manfaat
1.      Agar Mahasiswa dapat lebih memahami tentang Konsep Kesehatan Reproduksi
2.      Agar Mahasiswa dapat mengetahui dengan Konsep Kesehatan Reproduksi baik dan
benar.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Kesehatan Reproduksi


A. Pengertian Kesehatan Reproduksi

Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik,mental,dan sosial


secara utuh tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam suatu
yang berkaitan dengan system reproduksi, fungsi dan prosesnya (ida
Prijatni,Sri Rahayu.,2016).

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sempurna fisik, mental dan


kesejahteraan social dan tidak semata-mata ketiadaan penyakit atau
kelemahan, dalam segala hal yang berkaitan dengan system reproduksi dan
fungsi serta proses (ida Prijatni,Sri Rahayu.,2016).

Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat mental, fisik dan


kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan
sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas
dari penyakit dan kecacatan serta dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah,
mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan material yang layak, bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, spiritual yang memiliki hubungan yang serasi,
selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan antara keluarga dengan
masyarakat dan lingkungan (ida Prijatni,Sri Rahayu.,2016).

Kesehatan reproduksi adalah kemampuan seseorang untuk dapat


memanfaatkan alat reproduksi dengan mengukur kesuburannya dapat
menjalani kehamilannya dan persalinan serta aman mendapatkan bayi tanpa
resiko apapun (Well Health Mother Baby) dan selanjutnya mengembalikan
kesehatan dalam batas normal (ida Prijatni,Sri Rahayu.,2016).

Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara menyeluruh


mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat,
fungsi serta proses reproduksi yang pemikiran kesehatan reproduksi bukannya

3
kondisi yang bebas dari penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat
memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan sebelum dan sesudah
menikah (ida Prijatni,Sri Rahayu.,2016).

B. Tujuan Kesehatan Reproduksi

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2014 Kesehatan Reproduksi yang


menjamin setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi
yang bermutu, aman dan dapat dipertanggung jawabkan, dimana peraturan ini
juga menjamin kesehatan perempuan dalam usia reproduksi sehingga mampu
melahirkan generasi yang sehat, berkualitas yang nantinya berdampak pada
penurunan Angka Kematian Ibu. Didalam memberikan pelayanan Kesehatan
Reproduksi ada dua tujuan yang akan dicapai, yaitu tujuan utama dan tujuan
khusus.

1. Tujuan Utama
Memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang komprehensif kepada
perempuan termasuk kehidupan seksual dan hak-hak reproduksi
perempuan sehingga dapat meningkatkan kemandirian perempuan dalam
mengatur fungsi dan proses reproduksinya yang pada akhirnya dapat
membawa pada peningkatan kualitas kehidupannya.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya kemandirian wanita dalam memutuskan peran dan
fungsi reproduksinya.
b. Meningkatnya hak dan tanggung jawab sosial wanita dalam
menentukan kapan hamil, jumlah dan jarak kehamilan.
c. Meningkatnya peran dan tanggung jawab sosial pria terhadap akibat
dari perilaku seksual dan fertilitasnya kepada kesehatan dan
kesejahteraan pasangan dan anakanaknya.

Dukungan yang menunjang wanita untuk membuat keputusan yang berkaitan


dengan proses reproduksi, berupa pengadaan informasi dan pelayanan yang
dapat memenuhi kebutuhan untuk mencapai kesehatan reproduksi secara
optimal.
4
Tujuan diatas ditunjang oleh undang-undang kesehatan No. 23/1992, bab II
pasal 3 yang menyatakan: “Penyelenggaraan upaya kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat”, dalam Bab III
Pasal 4 “Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat
kesehatan yang optimal.

C. Sasaran Kesehatan Reproduksi


Terdapat dua sasaran Kesehatan Reproduksi yang akan dijangkau dalam
memberikan pelayanan, yaitu sasaran utama dan sasaran antara.
1. Sasaran Utama
Laki-laki dan perempuan usia subur, remaja putra dan putri yang belum
menikah. Kelompok resiko: pekerja seks, masyarakat yang termasuk
keluarga prasejahtera.
Komponen Kesehatan Reproduksi Remaja.
a. Seksualitas.
b. Beresiko/menderita HIV/AIDS.
c. Beresiko dan pengguna NAPZA.
2. Sasaran Antara
Petugas kesehatan : Dokter Ahli, Dokter Umum, Bidan, Perawat, Pemberi
Layanan Berbasis Masyarakat.
a. Kader Kesehatan, Dukun.
b. Tokoh Masyarakat.
c. Tokoh Agama.
d. LSM

2.2. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi


Ruang lingkup kesehatan reproduksi mencakup keseluruhan kehidupan manusia sejak
lahir sampai mati (life cycle approach) agar di peroleh sasaran yang pasti dan
komponen pelayanan yang jelas serta dilaksanakan secara terpadu dan berkualitas
dengan memperhatikan hak reproduksi perorangan dan bertumpu pada program
pelayanan yang tersedia.

5
1. Konsepsi
Perlakuan sama antara janin laki-laki dan perempuan, Pelayanan ANC, persalinan,
nifas dan BBL yang aman.
2. Bayi dan Anak
PemberianASI eksklusif dan penyapihan yang layak, an pemberian makanan dengan
gizi seimbang, Imunisasi, Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan Manajemen
Terpadu Bayi Muda (MTBM), Pencegahan dan penanggulangan kekerasan pada anak,
Pendidikan dan kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang sama pada anak laki-
laki dan anak perempuan.
3. Remaja Pemberian Gizi seimbang, Informasi Kesehatan Reproduksi yang adequate,
Pencegahan kekerasan sosial, Mencegah ketergantungan NAPZA, Perkawinan usia
yang wajar, Pendidikan dan peningkatan keterampilan, Peningkatan penghargaan diri,.
Peningkatan pertahanan terhadap godaan dan ancaman.
4. Usia Subur
Pemeliharaan Kehamilan dan pertolongan persalinan yang aman, Pencegahan
kecacatan dan kematian pada ibu dan bayi, Menggunakan kontrasepsi untuk mengatur
jarak kelahiran dan jumlah kehamilan, Pencegahan terhadap PMS atau HIV/AIDS,
Pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas, Pencegahan penanggulangan
masalah aborsi, Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim, Pencegahan dan
manajemen infertilitas.
5. Usia Lanjut
Perhatian terhadap menopause/andropause, Perhatian terhadap kemungkinan penyakit
utama degeneratif termasuk rabun, gangguan metabolisme tubuh, gangguan morbilitas
dan osteoporosis, Deteksi dini kanker rahim dan kanker prostat.

Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi secara “lebih luas“, meliputi: Masalah


kesehatan reproduksi remaja yaitu pada saat pertama anak perempuan mengalami
haid/menarche
yang bisa beresiko timbulnya anemia, perilaku seksual bila kurang pengetahuan dapat
terjadi kehamilan diluar nikah, abortus tidak aman, tertular penyakit menular seksual
(PMS), termasuk HIV/AIDS.

6
Remaja saat menginjak masa dewasa dan melakukan perkawinan, dan ternyata belum
mempunyai pengetahuan yang cukup untuk memelihara kehamilannya maka dapat
mengakibatkan terjadinya risiko terhadap kehamilannya (persalinan sebelum
waktunya) yang akhirnya akan menimbulkan risiko terhadap kesehatan ibu hamil dan
janinnya. Dalam kesehatan reproduksi mengimplikasikan seseorang berhak atas
kehidupan seksual yang memuaskan dan aman. Seseorang berhak terbebas dari
kemungkinan tertular penyakit infeksi menular seksual yang bisa berpengaruh pada
fungsi organ reproduksi, dan terbebas dari paksaan. Hubungan seksual dilakukan
dengan saling memahami dan sesuai etika serta budaya yang berlaku.

2.3. HAK–HAK KESEHATAN REPRODUKSI


Hak reproduksi perempuan sangat jarang dibicarakan, pada kenyataanya perempuan
lebih memahami dan menjalankan kewajibanya misalnya sebagai ibu rumah tangga,
mendidik anak dan sebagai istri dari pada membicarakan tentang hak–hak reproduksinya.
Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana ( Ida Prijatni, S.Pd., M.Kes. & Sri
Rahayu, S.Kep., Ns., M.Kes. 2016)
1. Definisi Hak Kesehatan Reproduksi Hak

adalah kewenangan yang melekat pada diri untuk melakukan atau tidak melakukan,
memperoleh atau tidak memperoleh sesuatu. Kesadaran tentang hak sebagai manusia
dan sebagai perempuan merupakan kekuatan bagi perempuan untuk melakukan
berbagai aktivitas bagi kepentingan diri, keluarga, dan masyarakat. Sedangkan
Reproduksi adalah menghasilkan kembali atau kemampuan perempuan untuk
menghasilkan keturunan secara berulang. ( Ida Prijatni, S.Pd., M.Kes. & Sri Rahayu,
S.Kep., Ns., M.Kes. 2016)

2. Definisi Hak-hak Reproduksi secara Spesifik sebagai berikut


Hak asasi semua pasangan dan pribadi untuk menentukan secara bebas dan
bertanggung jawab mengenai jumlah anak, dan menentukan waktu kelahiran anak-
mereka. Mempunyai informasi dan cara untuk memperoleh anak dan hak untuk
mencapai standar tertinggi kesehatan seksual dan reproduksinya, dan dapat membuat
keputusan mengenai reproduksi yang bebas diskriminasi, paksaan, dan kekerasan.
Hak reproduksi perorangan adalah hak yang dimiliki oleh setiap orang, baik laki-laki
maupun perempuan (tanpa memandang perbedaan kelas sosial, suku, umur, agama,
dll) untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab (kepada diri, keluarga,
dan masyarakat) mengenai jumlah anak, jarak antar anak, serta penentuan waktu
kelahiran anak dan akan melahirkan. Hak reproduksi ini didasarkan pada pengakuan
akan hak-hak asasi manusia yang diakui di dunia internasional. ( Ida Prijatni, S.Pd.,
M.Kes. & Sri Rahayu, S.Kep., Ns., M.Kes. 2016)
7
3. Tujuan Hak Kesehatan Reproduksi
Tujuan kesehatan dan hak reproduksi adalah sebagai berikut: Untuk memastikan
informasi yang menyeluruh dan faktual serta beragam tentang pelayanan terhadap
pemeliharaan kesehatan reproduksi, ketersediannya, keterjangkauan, dan dapat
diterima serta cocok untuk semua. Untuk memungkinkan dan mendukung keputusan
secara sukarela tetapi bertanggung jawab dalam hal kehamilan dan penggunaan
metode keluarga berencana pilihan mereka, dan metode lain sesuai pilihan mereka.
( Ida Prijatni, S.Pd., M.Kes. & Sri Rahayu, S.Kep., Ns., M.Kes. 2016)
4. Hak-Hak Reproduksi
Hak reproduksi merupakan bagian dari hak azasi manusia yang melekat pada manusia
sejak lahir dan dilindungi keberadaannya. Sehingga pengekangan terhadap hak
reproduksi berarti pengekangan terhadap hak azasi manusia. Selain itu orang tidak
boleh mendapatkan perlakuan diskriminatif berkaitan dengan kesehatan reproduksi
karena ras, jenis kelamin, kondisi sosial ekonomi, keyakinan/agamanya dan
kebangsaannya. Dibawah ini diuraikan hak-hak Kesehatan Reproduksi. ( Ida Prijatni,
S.Pd., M.Kes. & Sri Rahayu, S.Kep., Ns., M.Kes. 2016)
5. Hak Kesehatan Reproduksi
A. Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi.
B. Hak mendapat pelayanan dan kesehatan reproduksi, Kesehatan Reproduksi dan
Keluarga Berencana
C. Hak untuk kebebasan berfikir dan membuat keputusan tentang kesehatan
reproduksinya.
D. Hak untuk memutuskan jumlah dan jarak kelahiran anak.
E. Hak untuk hidup dan terbebas dari resiko kematian karena kehamilan, kelahiran
karena masalah jender.
F. Hak atas kebebasan dan pelayanan dalam pelayanan kesehatan reproduksi.
G. Hak untuk bebas dari penganiayan dan perlakuan buruk yang menyangkut
kesehatan reproduksi.
H. Hak untuk mendapatkan manfaat dari hasil kemajuan ilmu pengetahuan di
bidang kesehatan reproduksi.
I. Hak atas kerahasiaan pribadi dalam menjalankan kehidupan dalam
reproduksisnya.
J. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga.
K. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam berpolitik yang
bernuansa kesehatan reproduksi.
L. Hak atas kebebasan dari segala bentuk diskriminasi dalam kesehatan reproduksi.

Diatas telah dijelaskan hak-hak reproduksi menurut ICPD tahun 1994,


sedangkan Hak– Hak Kesehatan Reproduksi menurut( Depkes RI 2016) hak
kesehatan reproduksi dapat dijabarkan secara praktis, antara lain :

8
a. Setiap orang berhak memperoleh standar pelayanan kesehatan reproduksi yang
terbaik. Ini berarti penyedia pelayanan harus memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi yang berkualitas dengan memperhatikan kebutuhan klien, sehingga
menjamin keselamatan dan keamanan klien.
b. Setiap orang, perempuan, dan laki-laki (sebagai pasangan atau sebagai
individu) berhak memperoleh informasi selengkap-lengkapnya tentang
seksualitas, reproduksi dan manfaat serta efek samping obat-obatan, alat dan
tindakan medis yang digunakan untuk pelayanan dan/atau mengatasi masalah
kesehatan reproduksi.
c. Setiap orang memiliki hak untuk memperoleh pelayanan KB yang, efektif,
terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan, tanpa paksaan dan tidak
melawan hukum.
d. Setiap perempuan berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang
dibutuhkannya, yang memungkinkannya sehat dan selamat dalam menjalani
kehamilan dan persalinan, serta memperoleh bayi yang sehat.
e. Setiap anggota pasangan suami-isteri berhak memilki hubungan yang didasari
penghargaan.
f. Terhadap pasangan masing-masing dan dilakukan dalam situasi dan kondisi
yang diinginkan bersama tanpa unsur pemaksaan, ancaman, dan kekerasan.
g. Setiap remaja, lelaki maupun perempuan, berhak memperoleh informasi yang
tepat dan benar tentang reproduksi, sehingga dapat berperilaku sehat dalam
menjalani kehidupan seksual yang bertanggung jawab.
h. Tiap laki-laki dan perempuan berhak mendapat informasi dengan mudah,
lengkap, dan akurat mengenai penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS.
Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana
i. Pemerintah, lembaga donor dan masyarakat harus mengambil langkah yang
tepat untuk menjamin semua pasangan dan individu yang menginginkan
pelayanan kesehatan reproduksi dan kesehatan seksualnya terpenuhi.
j. Hukumdan kebijakann harus dibuat dan dijalankan untuk mencegah
diskriminasi, pemaksaan dan kekerasan yang berhubungan dengan sekualitas
dan masalah reproduksi
k. Perempuan dan laki-laki harus bekerja sama untuk mengetahui haknya,
mendorong agar pemerintah dapat melindungi hak-hak ini serta membangun
dukungan atas hak tersebut melalui pendidikan dan advokasi. Konsep-konsep
kesehatan reproduksi dan uraian hak-hak perempuan ini diambil dari hasil
kerja International Women’s Health Advocates Worldwide.
(KEMENTERIAN REPUBLIK INDONESIA 2016)

Kesehatan reproduksi bukan hanya mencakup kesehatan reproduksi perempuan secara


sempit misalnya masalah seputar perempuan usia subur yang telah menikah,
kehamilan dan persalinan, tetapi mencakup seluruh tahapan hidup perempuan sejak
konsepsi sampai usia lanjut.
9
Beberapa masalah yang perlu diperhatikan dalam kesehatan reproduksi, yaitu
kesehatan reproduksi itu sendiri, PMS dan pencegahan HIV/AIDS, remaja, Keluarga
Berencana, Usia Lanjut. Faktor-faktor non klinis yang menyertai seperti faktor
demografi, ekonomi, budaya dan lingkungan, faktor biologis dan faktor psikologis
yang mempengaruhi kesehatan reproduksi dapat memberikan dampak buruk terhadap
kesehatan perempuan, oleh karena itu perlu memberikan pemahaman akan
keterlibatan perempuan, dengan harapan semua perempuan mendapatkan hak-hak
reproduksinya dan menjadikanya kehidupan reproduksinya menjadi lebih berkualitas.
Intervensi pemerintah Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana terhadap
penanganan masalah Kesehatan Reproduksi ini akan sangat membantu dalam
mewujutkan kesejahteraan perempuan (KEMENTERIAN REPUBLIK INDONESIA
2016)
2.4. KESEHATAN REPRODUKSI DALAM SIKLUS HIDUP PEREMPUAN

Konsep Kesehatan Reproduksi menggunakan pendekatan siklus kehidupan


perempuan (life-cycle-approach) atau pelayanan kesehatan reproduksi dilakukan sejak
dari janin sampai liang kubur (from womb to tomb) atau biasa juga disebut
dengan“Continuum of care women cycle“.Kesehatan reproduksi menggunakan
pendekatan sepanjang siklus kehidupan perempuan hal ini disebabkan status
kesehatan perempuan semasa kanak-kanak dan remaja mempengaruhi kondisi
kesehatan saat memasuki masa reproduksi yaitu saat hamil, bersalin, dan masa nifas.
(Prijatni, Ida 2016. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana.)

Hambatan sosial, budaya, dan ekonomi yang dialami sepanjang hidup perempuan
merupakan akar masalah yang mendasar yang menyebabkan buruknya kesehatan
perempuan saat hamil, bersalin, dan masa nifas.Tingkat pendidikan, kualitas dan
kuantitas makanan, nilai dan sikap, sistem kesehatan yang tersedia dan bisa diakses,
situasi ekonomi, serta kualitas hubungan seksualnya mempengaruhi perempuan dalam
menjalankan masa reproduksinya.Perhatikan tabel berikut : (Prijatni, Ida 2016.
Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana.)

10
Masa konsepsi Masa setelah bersatunya sel telur dengan
sperma kemudian janin akan tumbuh
menjadi morulla, blastula, gastrula, neurulla
yang akhirnya menjadi janin dan dengan
terbentuknya placenta akan terjadi interaksi
antara ibu dan janin.
Masa bayi dan anak Masa bayi dan anak adalah masa
pertumbuhan dan perkembangan yang
sangat cepat, Tumbuh kembang motorik
kasar dan motorik halus akan berjalan
dengan baik bila kesehatan bayi dan anak
dalam keadaan prima.
Masa Remaja Masa remaja pada masa ini terjadi
perubahan fisik dan psikologis. Perubahan
fisik yang terjadi diantaranya adalah
tumbuhnya rambut kemaluan (pubeshe),
buah dada mulai tumbuh (thelarche),
pertumbuhan tinggi badan yang cepat
(maximal growth), mendapatkan haid yang
pertama kali (menarche)
Masa Reproduksi Masa dimana perempuan menjalankan tugas
kehidupannya yaitu mulai hamil,
melahirkan, masa nifas dan menyusi dan
masa antara yaitu merencanakan jumlah
atau jarak anak dengan menggunakan alat
kontrasepsi
Masa Usia lanjut Masa usia lanjut yaitu masa dimana
hormone Estrogen sudah mulai menurun
atau habis dikarenakan produksi sel telur
juga sudah mulai menurun atau habis.
Dengan menurunnya hormon estrogen akan
terjadi perubahan fisik dan psikologis pada
perempuan diantaranya perubahan pada
organ reproduksi, perubahan pada
metabolism tubuh dan turunya massa tulang
(osteophorosis)

2.5. Perubahan yang terjadi pada setiap tahap


Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup Kesehatan Reproduksi
adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan kekhususan kebutuhan
penanganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta kesinambungan antar
fase kehidupan tersebut.Dengan demikian, masalah kesehatan reproduksi pada setiap
fase kehidupan dapat diperkirakan, yang bila tidak ditangani dengan baik maka hal ini
dapat berakibat buruk pada masa kehidupan selanjutnya.

11
Dalam pendekatan siklus hidup ini, dikenal lima tahap, yaitu:( Elli Hidayati, SST,
MKM BUKU AJAR KESEHATAN PEREMPUAN DAN PERENCANAAN
KELUARGA 2017)

1. Bayi dan anak


2. Konsepsi
3. Usia lanjut
4. Usia subur
5. Remaja

1.Perubahan yang Terjadi pada Tiap Fase


A .Fase Konsepsi
Konsepsi adalah fertilisasi atau pembuahan, dan disebut juga sebagai
peristiwa bertemunya sel telur dengan sperma. Peristiwa konsepsi secara
formal didefinisikan sebagai persatuan antara sebuah telur dan sperma, yang
menandai awalnya suatu kehamilan, dan peristiwa ini bukan 15 merupakan hal
yang terpisah tetapi merupakan rangkaian kejadian yang mengelilinginya:
( Elli Hidayati, SST, MKM BUKU AJAR KESEHATAN PEREMPUAN DAN
PERENCANAAN KELUARGA 2017)
B .Fase Bayi
Pada bayi lahir cukup bulan, pembentukan genitalia internal sudah selesai,
jumlah folikel primordial dalam kedua ovarium telah lengkap sebanyak
750.000 butir dan tidak bertambah lagi pada kehidupan selanjutnya. Tuba,
uterus, vagina, dan genitalia eksternal, labia mayora menutupi labia minora,
tetapi pada bayi premature vagina kurang tertutup dan labia minora lebih
keliatan..Pada waktu lahir perbandingan serviks dan korpus uteri 1:1 karena
hipertrofi korpus, setelah pengaruh estrogen tidak ada perbandingan lambat
laun menjadi 2;1 pada pubertas dengan pengaruh estrogen yang dihasilkan
sendiri oleh anak, perbandingan berubah lagi, dan pada wanita dewasa
menjadi 1:2 ( Elli Hidayati, SST, MKM BUKU AJAR KESEHATAN
PEREMPUAN DAN PERENCANAAN KELUARGA 2017)
C .Fase Anak
Yang khas pada masa kanak – kanak ini adalah bahwa perangsaan pada
hormon kelamin sangat kecil, dan memang kadar estrogen dan gonadrotopin
sangat rendah. Karena itu alat – alat genital dalam masa ini tidak
memperlihatkan pertumbuhan yang berarti sampai permulaan pubertas.

12
Dalam masa kanak – kanak pengaruh hipofisis terutama trlihat dalam
pertumbuhan badan..Pada masa kanak – kanak sudah nampak perbedaan
antara anak pria dan wanita, terutama dalam tingkah lakunya, tetapi perbedaan
ini ditentukan terutama oleh lingkungan dan pendidikan. ( Elli Hidayati, SST,
MKM BUKU AJAR KESEHATAN PEREMPUAN DAN PERENCANAAN
KELUARGA 2017)
D . Fase Remaja
Masa remaja atau pubertas adalah usia antara 10 sampai 19 tahun dan
merupakan peralihan dari masa kanak-anak menjadi dewasa. 16 Remaja dibagi
menjadi 3 yaitu : remaja awal umur 11 – 13 tahun, remaja pertengahan umur
14 – 16 tahun, dan remaja lanjut umur 17 – 19 tahun. Peristiwa terpenting
yang terjadi pada gadis remaja adalah datangnya haid pertama yang
dinamakan menarche.Secara tradisi, menarche dianggap sebagai tanda
kedewasaan, dan gadis yang mengalaminya dianggap sudah tiba waktunya
untuk melakukan tugas - tugas sebagai wanita dewasa, dan siap dinikahkan.
Pada usia ini tubuh wanita mengalami perubahan dramatis, karena mulai
memproduksi hormon-hormon seksual yang akan mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan sistem reproduksi. ( Elli Hidayati, SST, MKM BUKU
AJAR KESEHATAN PEREMPUAN DAN PERENCANAAN KELUARGA
2017)
E . Fase dewasa atau usia subur
Usia dewasa muda, yaitu antara 20 sampai 40 tahun, sering dihubungkan
dengan masa subur, karena pada usia ini kehamilan sehat paling mungkin
terjadi. Inilah usia produktif dalam menapak karir yang penuh kesibukan di
luar rumah. Di usia ini wanita harus lebih memperhatikan kondisi tubuhnya
agar selalu dalam kondisi prima, sehingga jika terjadi kehamilan dapat
berjalan dengan lancar, dan bayi yang dilahirkan pun sehat. Pada periode ini
masalah kesehatan berganti dengan gangguan kehamilan, kelelahan kronis
akibat merawat anak, dan tuntutan karir.Kanker, kegemukan, depresi, dan
penyakit serius tertentu mulai menggerogoti tubuhnya. Gangguan yang sering
muncul pada usia ini, adalah endometriosis yang ditandai dengan gejala nyeri
haid, kram haid, nyeri pinggul saat berhubungan seks, sakit saat buang air
besar atau buang air kecil. Penderita kadang mengalami nyeri hebat, tetapi ada
juga yang tidak mengalami gejala apa-apa. ( Elli Hidayati, SST, MKM BUKU
AJAR KESEHATAN PEREMPUAN DAN PERENCANAAN KELUARGA
2017)
F . Fase usia
lanjut Perubahan fisik pada usia lanjut adalah. Elli Hidayati, SST, MKM BUKU
AJAR KESEHATAN PEREMPUAN DAN PERENCANAAN KELUARGA 2017)
1. Perubahan kulit, lemak dibawah kulit berkurang sehingga kulit menjadi
kendur, tumbuh bintik hitam pada kulit, kelenjar kulit kurang berfungsi
sehingga kulit menjadai kering dan keriput.
13
2. Perubahan metabolisme tubuh, terjadi perubahan pada pola makan yang
mengandung banyak serat
3. Perubahan metabolism genitalia, liang senggama terasa kering sehinggga
mudah terjadi infeksi Perubahan pada tulang, terjadi pengapuran pada
tulang sehingga mudah patah, terutama pada bagian sendi paha.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi tiap fase Elli Hidayati, SST, MKM BUKU
AJAR KESEHATAN PEREMPUAN DAN PERENCANAAN KELUARGA 2017)
Faktor-faktor yang mempengaruhi siklus kesehatan wanita
1. Masa bayi Faktor yang mempengaruhi siklus kehidupan wanita pada masa bayi
a. Lingkungan
b. Kondisi ibu
c. Sikap orang tua
d. Aspek psikologi pada masa bayi Sistem

2. Masa kanak-kanak Ada 2 faktor yang mempengaruhi kehidupan wanita pada masa
ini .
1. faktor dalam
1) Hal-hal yang diwariskan orang tua seperti bentuk tubuh
2) Kemampuan intelektual
3) Keadaan hormonal tubuh
4) Emosi dan sifat

2. faktor luar
1) Keluarga
2) Gizi
3) Budaya setempat
4) kebiasaan anak dalam hal personal hygiene

3.pubertas/remaja Faktor yang berpengaruhi :


1) Status gizi
2) Pendidikan
3) Lingkungan dan pekerjaan
4) Seks dan seksualitas Kesehatan reproduksi remaja itu sendiri

4. Masa dewasa/reproduksi
Faktor yang berpengaruh yaitu :
1) Perkembangan organ reproduksi
2) Tanggapan seksual Kedewasaan psikologi
14
5. Masa usia lanjut (klimakterium, menopause, senium)
Faktor yang berpengaruh :
1) Faktor hormonal
2) Kejiwaan
3) Lingkungan
4) Pola makan
5) Aktifitas fisik

4.Pelayanan kesehatan yang sesuai di tiap fase .( Elli Hidayati, SST, MKM
BUKU AJAR KESEHATAN PEREMPUAN DAN PERENCANAAN KELUARGA
2017)
a. Fase konsepsi:.
Hal yang dilakukan dalam masa konsepsi diantaranya adalah :
1. Perlakuan sama terhadap janin laki-laki/perempuan
2. Pelayanan antenatal, persalinan aman dan nifas serta pelayanan bayi baru
lahir.
3. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini : pengutamaan jenis kelamin,
BBLR, kurang gizi (malnutrisi).
4. 4). Pendekatan pelayanan antenatal, promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit.

b. Fase bayi dan anak


1) ASI Eksklusif ASI eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin sejak
lahir sampai bayi berumur 6 bulan tanpa pemberian makanan lain. Manfaat
dari pemberian ASI Eksklusif tersebut terbagi 4 yaitu manfaat bagi bayi, bagi
ibu, bagi keluarga dan bagi Negara.
2) Tumbuh kembang anak dan pemberian makanan dengan gizi seimbang
Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik anak dan
perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ / individu dari anak
itu sendiri.
3) Imunisasi dan manajemen terpadu balita sakit Kesehatan bayi di Indonesia
masih jauh dari keadaan yang diharapkan karena besarnya jumlah bayi yang
meninggal.Karena itu, upaya pemantauan kesehatan bayi perlu ditingkatkan
melalui pemberian imunisasi dan pengelolaan balita sakit. Pemberian
imunisasi anak yang sesuai dengan jadwal akan mencegah anak menderita
campak, polio, difteri, pertusis, tetanus, TBC dan hepatitis. Untuk penerapan
MTBS, tenaga kesehatan diajarkan untuk memperhatikan secara cepat semua
gejala anak sakit, sehingga ia dapat menentukan apakah anak sakit berat dan
perlu segera dirujuk.
4) Pendidikan dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan
Laki-laki dan perempuan, sebagai pasangan atau individu merupakan
kesamaan/kesetaraan gender yaitu keadaan tanpa diskriminasi dalam
memperoleh kesempatan, pendidikan, serta akses terhadap pelayanan
15
c. Fase remaja
Hal – hal atau asuhan yang dilakukan dalam fase ini adalah :
1) Gizi seimbang Makanan bergizi adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat
pembangun dan zat yang sesuai dengan kebutuhan gizi .Gizi seimbang sangat
dibutuhkan dalam tahap ini untuk kepentingan kesehatan reproduksinya dan juga
untuk kemampuan pertumbuhan dan perkembangan.
2) Informasi tentang kesehatan reproduksi Pemberian informasi tentang kesehatan
reproduksi bertujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan yang
berhubungan dengan perilaku hidup sehat bagi remaja, disamping mengatasi masalah
yang ada.Dengan pengetahuan yang memadai dan adanya motivasi untuk menjalani
masa remaja secara sehat, para remaja diharapkan mampu memelihara kesehatan
dirinya agar dapat memasuki masa kehidupan berkeluarga dengan reproduksi yang
sehat.
3) Pencegahan kekerasan seksual (perkosaan) Yang dimaksud dengan perkosaan
disini adalah hubungan seksual yang dipaksakan terhadap perempuan, dilakukan
tanpa izinnya dan mungkin menggunakan kekerasan.Manusia dalam hal ini remaja
secara biologis mempunyai kebutuhan seksual sehingga perlu mengendalikan naluri
seksualnya dan menyalurkannya menjadi kegiatan yang positif, seperti olahraga dan
mengembangkan hobi yang membangun.
4) Pencegahan terhadap ketergantungan napza Pencegahan terhadap penyalahgunaan
NAPZA pada remaja hendaknya dilakukan dengan pendekatan sejak dini baik dari
orang tua, guru, pendamping dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para
pelajar disekolah, sehingga dengan pendampingan dan bimbingan kita bisa
mengetahui proses perkembangan jiwa yang terjadi pada pelajar dan juga
pengaruhnya terhadap lingkungan.
5) Perkawinan pada usia yang wajar Kegagalan perkawinan dalam masyarakat dewasa
ini sangat meningkat sehingga menimbulkan dampak social yang tidak
diinginkan.Pengaturan perkawinan yang semula merupakan ritus adat diambil alih
tanggung jawabnya oleh Negara dan dijadikan sebagai ketentuan hukum serta di atur
lewat undang-undang.Undang-undang juga mengatur batas umur seseorang yang
diperbolehkan menikah dengan alas an untuk kepentingan demografi, mencegah anak-
anak dibawah umur yang belum dianggap mampu untuk mengambil keputusan bagi
dirinya sendiri.
6) Peningkatan pendidikan, ketrampilan, penghargaan diri dan pertahanan terhadap
godaan dan ancaman. Remaja memerlukan pembekalan tentang informasi /
pendidikan, ketrampilan dan kiat-kiat untuk mempertahankan diri secara fisik maupun
psikis dan mental dalam menghadapi berbagai godaan, seperti ajakan untuk
menggunakan NAPZA dan lain-lain.

16
d. Fase Dewasa atau Usia Subur
Asuhan yang diberikan dalam fase ini :
1) Kehamilan dan persalinan yang aman Kesehatan ibu dan bayi di Indonesia
masih jauh dari keadaan yang diharapkan karena besarnya jumlah ibu dan bayi
yang meninggal.Karena itu, upaya kesehatan ibu dan bayi baru lahir melalui
pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan yang aman menjadi upaya
prioritas dalam bidang kesehatan.
2) Pencegahan kecacatan dan kematian akibat kehamilan pada ibu dan bayi
Pertolongan terhadap komplikasi yang ditemukan baik selama kehamilan
maupun dalam persalinan memerlukan tindakan yang cepat agar nyawa ibu
dan janinnya dapat diselamatkan. Terjadinya komplikasi ini sulit diperkirakan,
sehingga sering muncul secara mendadak dan perlu diantisipasi bahkan bias
dilakukan tindakanpencegahan sedini mungkin.
3) Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan dengan penggunaan alat
kontrasepsi (KB) Sebagai komponen kesehatan reproduksi, pelayanan KB
diarahkan untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi.Pelayanan KB
bertujuan untuk menunda, menjarangkan /menjaga jarak kelahiran dan atau
membatasi kehamilan bila jumlah anak sudah cukup.Dengan demikian,
pelayanan KB sangat berguna dalam pengaturan kehamilan dan pencegahan
kehamilan yang tidak diinginkan atau tidak tepat waktu.
4) Pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS
a) Melakukan hubungan seksual hanya dengan satu pasangan dan
menghindari hubungan seks dengan pasangan yang berganti-ganti.
(b) Mempunyai perilaku seksual yang bertanggung jawab dan setia
pada pasangan
(c) Setiap darah transfuse di cek terhadap HIV.
(d) Menghindari injeksi, pemeriksaan dalam , prosedur pembedahan
yang tidak steril dari petugas kesehatan yang tidak bertanggung jawab.
(e) Menggunakan kondom dengan hati-hati, benar dan konsisten

2.6. FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN REPRODUKSI


Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi. Faktor-faktor
tersebut secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi empat golongan yang dapat
berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi, yaitu:

17
1. Faktor Demografis -Ekonomi

Faktor ekonomi dapat mempengaruhi Kesehatan Reproduksi yaitu


kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan tentang
perkembangan seksual dan proses reproduksi, usia pertama melakukan
hubungan seksual, usia pertama menikah, usia pertama hamil. Sedangkan
faktor demografi yang dapat mempengaruhi Kesehatan Reproduksi adalah
akses terhadap pelayanan kesehatan, rasio remaja tidak sekolah , lokasi/tempat
tinggal yang terpencil. (Prijatni, Ida 2016. Kesehatan Reproduksi dan
Keluarga Berencana.)

2. Faktor Budaya dan Lingkungan

Faktor budaya dan lingkungan yang mempengaruhi praktek tradisional yang


berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak
banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang membingungkan anak
dan remaja karena saling berlawanan satu dengan yang lain, pandangan
agama, status perempuan, ketidaksetaraan gender, lingkungan tempat tinggal
dan cara bersosialisasi, persepsi masyarakat tentang fungsi, hak dan tanggung
jawab reproduksi individu, serta dukungan atau komitmen politik. (Prijatni,
Ida 2016. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana.)

3. Faktor Psikologis
Sebagai contoh rasa rendah diri (“low self esteem“), tekanan teman sebaya
(“peer pressure“), tindak kekerasan dirumah/ lingkungan terdekat dan dampak
adanya keretakan orang tua dan remaja, depresi karena ketidak seimbangan
hormonal, rasa tidak berharga wanita terhadap pria yang membeli kebebasan
secara materi. (Prijatni, Ida 2016. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana.)
4.Faktor Biologis
Faktor biologis mencakup ketidak sempurnaaan organ reproduksi atau cacat
sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit menular seksual,
keadaan gizi buruk kronis, anemia, radang panggul atau adanya keganasan
pada alat reproduksi.Dari semua faktor yang mempengaruhi kesehatan
reproduksi diatas dapat memberikan dampak buruk terhadap kesehatan
perempuan, oleh karena itu perlu adanya penanganan yang baik, dengan
harapan semua perempuanmendapatkan hak-hak reproduksinya dan
menjadikan kehidupan reproduksi menjadi lebih berkualitas. (Prijatni, Ida
2016. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana.)

18

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera secara fisik, mental, dan
sosial secara utuh dan tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam
semua hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi.World Health
Organization (WHO) dalam Nikmah menyatakan bahwa masalah kesehatan
reproduksi wanita yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban penyakit
yang menyerang para wanita di seluruh dunia.Salah satu masalah kesehatan
reproduksi yang sejak lama menjadi persoalan bagi wanita adalah masalah keputihan.
Keputihan atau yang disebut juga dengan istilah white dischargeatau vaginal
discharge, atau leukore atau flour albus. Keputihan adalah keluarnya cairan selain
darah dari liang vagina yang dapat menyebabkan rasa gatal di area kewanitaan.

3.2 Saran

1. SARAN UNTUK TENAGA MEDIS


Diharapkan makalah ini dapat dijadikan sebagai panduan  untuk melakukan tindakan
serta meningkatkan kualitas dari pelayanan tenaga medis.
2. SARAN UNTUK PEMBACA
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat dan dapat  dijadikan referensi  untuk
menambah pengetahuan dari pembaca.
19

Daftar Pustaka

Prijatni, Ida 2016. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana. Jakarta: Pusdik SDM
Kesehatan.
Elli Hidayati, SST, MKM BUKU AJAR KESEHATAN PEREMPUAN DAN
PERENCANAAN KELUARGA 2017
KEMENTERIAN REPUBLIK INDONESIA 2016
20

Anda mungkin juga menyukai