Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGA BERENCANA (KB)

“MELAKUKAN DETEKSI DINI GANGGUAN KESEHATAN REPRODUKSI”

Dosen Pembimbing : Risqi Utami, SST, M.Biomed

Kelompok 5 :

Tanti Yosepa (41119001)


Florensia Debora Kote (41119002)
Sri Devi (41119003)
Azuri Judia Herty (41219001)

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BATAM
T.A 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah Kesehatan Reproduksi Dan Keluarga Berencana (KB).
Makalah ini, dapat diselesaikan dengan baik karena dukungan dan partisipasi dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Risqi Utami SST, M.Biomed selaku dosen pembimbing mata kuliah Kesehatan
Reproduksi Dan Keluarga Berencana (KB)
2. Serta semua pihak yang turut membantu terselesaikannya makalah ini yang tidak
dapat kami sebutkan namanya satu per-satu.

Akhirnya penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini,
semoga makalah ini bermanfaat untuk pengembangaan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.

Batam, 16 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...........................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................4
1.3 Tujuan.........................................................................................................5
BAB II : PEMBAHASAN

.1 Skirining Untuk Keganasan dan Sistemik Latar Belakang ......................6


.2 Health Promotion .....................................................................................11
2.3 Spesifik Protection ...................................................................................16
2.4 Early Diagnosis and Promotif Treatment .................................................18
2.5 Disabilitation ............................................................................................18
2.6 Rehabilitation ...........................................................................................19
BAB III : PENUTUP
.1 Kesimpulan................................................................................................20
3.2 Saran..........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker serviks merupakan kanker terbanyak keempat pada wanita di seluruh dunia dan
pada tahun 2012 terdapat 527.624 kasus baru. Kematian akibat kanker serviks adalah
7,5% dari semua kematian akibat kanker pada wanita dan hampir 50% dari kasus baru
kanker serviks yang mengalami kematian yaitu 265.653 pada tahun 2012. Kanker serviks
termasuk penyakit yang dapat dicegah karena mempunyai fase prakanker yang cukup
panjang. Kejadian kanker serviks membutuhkan proses dari 3 sampai 20 tahun yang
dimulai dari infeksi HPV sampai menjadi kanker. Kanker serviks merupakan penyakit
yang diam pada tahap prakanker dan kanker awal tidak menimbulkan gejala atau keluhan.
Oleh karena itu, skrining rutin diperlukan untuk mendeteksi secara dini kanker serviks.
(Departeman kesehatan Republik Indonesia. (2008). Deteksi Kanker Leher Rahim. 2017)
Insidens kanker di Indonesia masih belum dapat diketahui secara pasti, karena belum
ada registrasi kanker berbasis populasi yang dilaksanakan. Berdasarkan data dari Badan
Registrasi Kanker Ikatan Dokter Ahli Patologi Indonesia (IAPI) tahun 1998 di 13 Rumah
Sakit di Indonesia kanker leher rahim menduduki peringkat pertama dari seluruh kasus
kanker sebesar 17,2% diikuti kanker payudara (12,2%). (Handayani, Lestari, dkk. (2012).
Menakhkukan Kanker Serviks dan Kanker Payudara dengan 3 Terapi Alami. Jakarta :
PT.Agromedia Pustaka)
Peningkatan terhadap kejadian kanker Leher Rahim memerlukan adanya tindakan
pencegahan, diantaranya vaksinasi (pencegahan primer) dan skrining atau deteksi dini
dengan pap smear (pencegahan sekunder). (Andika et al., 2020)

1.2 Rumusan Masalah


1. Mengetahui definisi IVA dan Pap Smear
2. Mengetahui pengertian kanker serviks
3. Mengetahui pencegahan kanker serviks
4. Mengetahui cara pelaksanaan Pap Smear
5. Mengetahui pengertian Promosi Kesehatan
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi IVA dan Pap Smear ?
2. Untuk mengetahui pengertian kanker serviks ?
3. Untuk mengetahui pencegahan kanker serviks ?
4. Untuk mengetahui cara pelaksanaan Pap Smear ?
5. Untuk mengetahui pengertian Promosi Kesehatan ?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Skrining Untuk Keganasan dan Sistemik


A. Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Serviks
1. Pengertian Kanker Serviks
Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada serviks/mulut
rahim,di mana pada keadaan ini terdapat sekelompok jaringan yang tumbuh
secara terus-menerus dan tidak terbatas, tidak terkoordinasi dan tidak berguna
bagi tubuh,sehingga jaringan disekitarnya tidak dapat berfungsi dengan baik.
( Sarwono, 2011).Kanker leher rahim merupakan tumor ganas yang mengenai
lapisan permukaan(epitel) dari leher rahim dimana sel-sel tersebut berubah
menjadi sel-selyang tidaknormal sehingga dapat membentuk tumor/ dungkul.
(Lokakarya Manado, 2014)

2. Faktor Penyebab

Walaupun dalam arti biologis sebab kanker serviks belum diketahui, tetapi ada
keadaan tertentu yang berhubungan erat sekali dengan penyakit ini, sehingga
dapat dianggap sebagai faktor-faktor penyebab.
 Umur pertama kali kawin yang relatif muda ( dibawah 20 tahun ), Dikatakan
bahwa pada usia muda epitel serviks uteri belum cukup kuat untuk menerima
rangsangan spermatosoa. Makin muda umur pertama kali kawin, makin tinggi
resiko terkena kanker serviks uteri.
 Jumlah kelahiran per-vagina yang cukup banyak, dimana melahirkan anak
lebih dari tiga kali akan mempertinggi resiko.
 Higiene atau kebersihan alat genital yang kurang baik, sehingga
memudahkan terjadinya servisitis yang dipercaya erat kaitannya dengan
terjadinya kanker serviks.
 Spermatozoa terutama yang mempunyai kandungan protein tinggi akan
merubah susunan biokimia sel epitel yang siap tumbuh menjadi kanker.

Hubungan seksual yang terlalu sering dengan pasangan yang berbeda-beda akan
meninggikan resiko. Berbagai virus ( virus herpes simpleks tipe-2, human papilloma
virus ) disebut-sebut juga menyebabkan terjadinya kanker ini. (Dewi R.I. dkk.
(2011). Faktor yang mempengaruhi ibu tidak melakukan Papsmear. Jurnal Penelitian
Kesehatan Vol.IX.No 2 Juni 2011)

3 Tanda dan Gejala


Perubahan pre-kanker pada leher rahim biasanya tidak menimbulkan gejala dan
perubahan ini tidak terdeteksi kecuali jika wanita tersebut menjalani
pemeriksaan panggul dan Pap smear. Gejala biasanya baru muncul ketika sel leher
rahim yang abnormal berubah menjadi keganasan dan menyusup ke jaringan di
sekitarnya. Pada saat ini akan timbul gejala berikut :
 Perdarahan vagina yang abnormal, terutama diantara 2 menstruasi, setelah
melakukan hubungan seksual dan setelah menopause.
 Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak)
 Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna pink, coklat,
mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
 Gejala dari kanker serviks stadium lanjut :
 Nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, kelelahan
 Nyeri panggul, punggung atau tungkai
 Dari vagina keluar airkencingatau tinja
 Patah tulang (fraktur)

Menurut Manuaba, gejala klinis stadium awal, yaitu tanpa keluhan ditemukan
secara kebetulan, beser putih (fluor albus) yang sulit sembuh, kontak berdarah (
perdarahan post koital ) atau perdarahan per vagina yang disangka sebagai
perpanjangan waktu haid. Sedangkan pada stadium lanjut, baru terlihat tanda-
tanda yang lebih khas, baik berupa perdarahan yang hebat, fluor albus yang
berbau dan rasa sakit yang hebat.

4 Pencegahan
Kanker leher rahim juga bisa dicegah, berikut adalah upaya pencegahan kanker
leher rahim :
 Jauhi Rokok
Tembakau mengandung bahan-bahan karsinogen baik yang dihisap sebagai
rokok atau dikunyah. Asap rokok menghasilkan polysiclic aromatic
hydrocarbon heterocyclic nitrosamines.
Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah serviks 56 kali lebih
tinggi dibandingkan di dalam serum, efek langsung bahan-bahan tersebut
adalah menurunkan status imunlocal sehingga dapat menjadi kokarsinogen
infeksi virus. Ini peringatan paling penting buat wanita perokok. Kecuali
mengakibatkan penyakit pada paru-paru dan jantung, kandungan nikotin
dalam rokok pun bisa mengakibatkan kanker serviks (leher rahim).
Nikotin membuat semua selaput lendir sel-sel tubuh bereaksi atau menjadi
terangsang, baik pada mukosa tenggorokan, paru-paru, juga serviks.
Sayangnya tidak diketahui pasti seberapa banyak jumlah nikotin
dikonsumsi yang bisa menyebabkan kanker
 Pencucian Vagina
Banyak orang yang melakukan pencucian vagina dengan obat-obatan
antiseptik tertentu. Alasannya beragam, entah untuk "kosmetik" atau
kesehatan. Padahal, kebiasaan mencuci vagina bisa menimbulkan kanker
serviks, baik obat cuci vagina antiseptik maupun deodoran. Douching atau
cuci vagina menyebabkan iritasi diserviks.
Iritasi berlebihan dan terlalu sering akan merangsang terjadinya perubahan sel,
yang akhirnya jadi kanker. Jadi, sebaiknya pencucian vagina dengan bahan-
bahan kimia tak dilakukan secara rutin kecuali bila ada indikasi, misalnya,
infeksi yang memangmemerlukan pencucian dengan zat-zat kimia. Itu pun
seharusnya atas saran dokter.
 Pola Nutrisi
Mengkonsumsi makanan tinggi lemak pun akan membuat orang tersebut
melupakan zat-zat gizi lain, seperti betakaroten, vitamin C, dan asam folat.
Padahal kekurangan ketiga zat gizi ini bisa menyebabkan timbul kanker
serviks. Beta karoten, vitamin C, dan asam folat dapat memperbaiki atau
memperkuat mukosa diserviks.
Jika kekurangan zat-zat gizi tersebut akan mempermudah rangsangan sel-sel
mukosa tadi menjadi kanker. Betakaroten banyak terdapat dalam wortel,
vitamin C terdapat dalam buah-buahan berwarna oranye, sedangkan asam folat
terdapat dalam makanan hasil laut.
 Hubungan Seks Yang Aman
Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang wanita benar-benar
matang. Ukuran kematangan bukan hanya dilihat dari dia sudah menstruasi
atau belum tapi juga bergantung pada kematangan sel-sel mukosa yang
terdapat diselaput kulit bagian dalam rongga tubuh. Umumnya sel-sel mukosa
baru matang setelah wanita tersebut berusia 20 tahun keatas. Jadi, seorang
wanita yang menjalin hubungan seks pada usia remaja paling rawan bila
dilakukan di bawah usia 16tahun.
Hal ini berkaitan dengan kematangan sel-sel mukosa pada serviks si wanita.
Pada usia muda, sel-sel mukosa pada serviks belum matang, artinya masih
rentan terhadap rangsangan sehingga tak siap menerima rangsangan dari luar.
Termasuk zat-zat kimia yang dibawa sperma. Lain hal bila hubungan seks
dilakukan kala usia sudah di atas 20tahun, dimana sel-sel mukosa tak lagi
terlalu rentan terhada pperubahan.
Kanker serviks yang menyerang alat kandungan perempuan, berawal dari
mulut rahim dan berisiko menyebar ke vagina hingga keluar di
permukaan. Selain itu, kanker serviks juga berisiko menyebar ke organ
lainnya di dalam tubuh, misalnya uterus, ovarium, tuba fallopi, ginjal, paru-
paru, lever, tulang hingga otak.
 Tidak Berganti-Ganti Pasangan
Kanker serviks bisa juga muncul pada wanita yang berganti-ganti pasangan
seks. Bila berhubungan seks hanya dengan pasangannya, dan pasangannya
pun tak melakukan hubungan seks dengan orang lain, maka tidak akan
mengakibatkan kanker serviks. Bila berganti-ganti pasangan, hal ini terkait
dengan kemungkinan tertularnya penyakit kelamin, salah satunya Human
Papilloma Virus (HPV). Virus ini akan mengubah sel-sel dipermukaan
muko sehingga membelah menjadi lebih banyak, Apabila terlalu banyak dan
tidak sesuai dengan kebutuhan, tentu akan menjadi kanker.
 Sunat pada laki-laki
Meski hanya menyerang perempuan, tetapi kaum adam memiliki andil yang
cukup besar dalam proses penularan kanker serviks. Lelaki yang pernah
berhubungan dengan perempuan penderita kanker serviks kemungkinan
menyimpan virus HPV di penisnya. Ketika ia berhubungan dengan
perempuan lain, maka virus tersebut akan ikut berpindah. Pencegahan tidak
hanya dilakukan oleh istri, tetapi juga suami. Selain setia terhadap pasangan,
kaum pria dapat mengurangi risiko penularan kanker serviks dengan melakukan
sunat.
Dalam dunia medis yang dimaksud dengan sunat adalah tindakan memotong
atau menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup depan dari penis.
Beberapa penelitian membuktikan, bahwa sunat mengurangi risiko pria dan
pasangannya dari penularan berbagai penyakit termasuk kanker serviks.
Bahkan ada penelitian yang menyatakan kalau sunat secara signifikan
mengurangi risiko penularan HIV/AIDS.
 Vaksinasi Cervari
Adalah vaksin kanker serviks terbaru di Indonesia yang ditujukan baik bagi
remaja putri maupun perempuan dewasa (usia 10tahun s/d 55 tahun) untuk
pencegahan kanker serviks. Vaksin mengandung antigen untuk HPV tipe 16
dan 18 yang menjadi penyebab lebih dari 70% kasus kanker serviks di
dunia. Vaksin kanker serviks GSK memberikan 100% perlindungan terhadap
Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 dan 18 yang terkait dengan lesi pra-
kanker.

B. Metode Deteksi Dini Kanker Serviks


1. Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat (IVA)
Pemeriksaan IVA diperkenalkan Hinselman 1925. Organisasi Kesehatan Dunia
WHO meneliti IVA di India, Muangthai, dan Zimbabwe. Pemeriksaan IVA
merupakan salah satu metode deteksi dini kanker serviks menggunakan asam cuka
yang memerlukan biaya murah, praktis dan sensitifitas yang tinggi. (Purwanti,
2020)
Di Indonesia IVA sedang dikembangkan dengan melatih tenaga kesehatan,
termasuk bidan. Banyaknya kasus kanker serviks di Indonesia semakin parah
disebabkan lebih dari 70% kasus yang datang ke rumah sakit berada pada
stadium lanjut. Dengan begitu banyaknya angka kejadian kanker serviks,
sepatutnya bidan sebagai tenaga kesehatan terdepan dalam kesehatan wanita
ikut serta dalam menurunkan angka kejadian kanker serviks dengan metode yang
sederhana yaitu IVA tes.
a) Metode skrining IVA mempunyai kelebihan, diantaranya :
 Mudah, praktis dan sangat mampu terlaksana.
 Butuh bahan dan alat yang sederhana dan murah
 Sensivitas dan spesifikasitas cukup tinggi
 Dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bukan dokter ginekologi,
dapat dilakukan oleh bidan di setiap tempat pemeriksaan kesehatan ibu atau
dilakukan oleh semua tenaga medis terlatih.
 Alat-alat yang dibutuhkan dan teknik pemeriksaan sangat sederhana
 Metode skrining IVA sesuai untuk pusat pelayanan sederhana
b) Syarat ikut IVA TEST:
 Sudah pernah melakukan hubungan seksual
 Tidak sedang datang bulan/haid
 Tidak sedang hamil
 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual
c) Pelaksanaan skrining IVA
Untuk melaksanakan skrining dengan metode IVA, dibutuhkan tempat dan
alat sebagai berikut :
 Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi.
 Meja/tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada
posisi litotomi.
 Terdapat sumber cahaya untuk melihat serviks.
 Spekulum vagina.
 Asam asetat (3-5%).
 Swab-lidi berkapas.
 Sarung tangan
d) Teknik IVA
Dengan spekulum melihat serviks yang dipulas dengan asam asetat 3-5%.
Pada lesi prakanker akan menampilkan warna bercak putih yang disebut aceto
white epithelum, dengan tampilnya porsio dan bercak putih dapat disimpul-
kan bahwa tes IVA positif, sebagai tindak lanjut dapat dilakukan biopsi.
Andai kata penemuan tes IVA positif oleh bidan, maka di beberapa
negara bidan tersebut dapat langsung melakukan terapi dengan
cryosergury. Hal ini tentu mengandung kelemahan-kelemahan dalam
menyingkirkan lesi invasif.
e) Kategori pemeriksaan IVA
Ada beberapa kategori yang dapat dipergunakan, salah satu kategori yang
dipergunakan adalah :
 IVA negative = Serviks normal.
 IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak
lainnya (polip serviks).
 IVA positif = Ditemukan bercak putih (aceto white epithelium).
Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks
dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada diagnosis
Serviks-pra kanker (dispalsia ringan-sedang-berat atau kanker serviks in
situ).
 IVA-Kanker serviks Pada tahap ini, untuk upaya penurunan temuan sta-
dium kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian
akibat kanker serviks bila ditemukan masih pada stadium invasif dini.
2. Pap Smear
Pap Smear adalah prosedur untuk mendeteksi kanker leher rahim (serviks) pada
wanita. Pap smear juga dapat menemukan sel-sel abnormal (sel prakanker) di leher
Rahim yang dapat berkembang menjadi kanker. (Departeman kesehatan Republik
Indonesia. (2008). Deteksi Kanker Leher Rahim. 2018).
Tes Pap diperkenalkan tahun 1928 oleh Dr George Papnicolau. Sejak dilakukan tes
Pap, kejadian kanker serviks menurun drastis. Angka kematian akibat kanker
serviks di negara maju menurun sekitar 75 persen (dari 1940an ke 1980an).
Internasional Agency for Research on Cancer (IARC) melaporkan, hasil
penapisan setiap lima tahun dan mengobati penyakit prakanker mulut
rahim diperkirakan dapat menurunkan angka kejadian kanker serviks hingga
lebih dari 80 persen.
Prosedur pemeriksaan tes Pap mudah, murah, aman, dan non-invasif. Angka
sensitivitas 90 persen. Kesalahan biasanya disebabkan oleh pengambilan, fiksasi,
dan proses pewarnaan preparat yang tidak tepat. Kesalahan lain mungkin
terjadi saat pembacaan sediaan tes Pap. Tes Pap tidak dapat digunakan
sebagai satu-satunya dasar dalam menegakkan lesi keganasan serviks.
Pemeriksaan tes Pap hanyalah menapis dari sel-sel serviks wanita yang
tampak sehat tanpa gejala dan kemudian dilakukan tindak lanjut.
a) Siapa yang Harus Melakukan Pap Smear
American Cancer Society merekomendasikan Pap smear pertama sekitar 3
tahun setelah hubungan seksual pertama atau pada usia 21 tahun. Setelah
usia 21 tahun, petunjuknya sbb:

Usia (tahun) Frekuensi


21-29 Sekali setahun Pap smear regular atau setiap 2
tahun menggunakan Pap smear berbasis cairan
30-69 Setiap 2–3 tahun jika anda memiliki hasil 3 tes normal
secara berurutan
Lebih dari 70 Anda dapat menghentikan Pap smear jika anda memiliki hasil 3
tes normal secara berurutan dan Pap smear anda normal
selama10 tahun

 Tanpa melihat usia, jika anda memiliki faktor resiko anda perlu melakukan tes
setiap tahun. Faktor resikonya yaitu:
 Riwayat aktivitas seksual saat remaja, khususnya jika anda memiliki lebih
dari 1 pasangan seks
 Saat ini memiliki pasangan seks yang banyak (multiple)
 Pasangan yang memulai aktivitasseksual sejak dini dan yang memiliki
banyakpasangan seksual sebelumnya
 Riwayat penyakit menular seksual
 Riwayat keluarga dengan kanker serviks
 Diagnosis kanker serviks atau Pap smear memperlihatkan sel prakanker
 Infeksi human papilloma virus (HPV)
 Perokok
 Terpapar dietilstilbestrol (DES) sebelum lahir
 Infeksi HIV11.Sistem imun yang lemah karena beberapa faktor seperti
transplantasi organ,kemoterapi atau penggunaan kortikosteroid kronis
b) Cara Pelaksanaan Pap Smear
Pap smear dilakukan di ruang dokter/bidan. Pertama anda berbaring di atas
meja periksa dengan lutut ditekuk. Tumit anda akan diletakkan pada alat stirrups.
Secara perlahan dokter/bidan akan memasukkan alat spekulum ke dalam vagina
anda. Lalu dokter/bidan akan mengambil sampel sel serviks anda dan membuat
apusa (smear) pada slide kaca untuk pemeriksaan mikroskopis.
Bidan akan mengirim slide ke laboratorium, yang mana seorang
cytotechnologist (orang yang terlatih untuk mendeteksi sel abnormal)
akan memeriksanya. Teknisi ini bekerja dengan bantuan patologis (dokter yang
ahli dalam bidang abnormalitas sel). Patologis bertanggung jawab untuk
diagnosis akhir. Pendekatan terbaru dengan menggunakan cairan untuk
mentransfer sampel sel kelaboratorium. Dokter/bidan akan mengambil sel
dengan cara yang sama, namun dokter/bidan akan mencuci alat dengan
cairan khusus, yang dapat menyimpan seluntuk pemeriksaan nantinya.
Ketika sampel sampai ke laboratorium, teknisi menyiapkan slide
mikroskopik yang lebih bersih dan mudah diinterpretasikan dibanding
slide yang disiapkan dengan metode tradisional. Umumnya dokter akan
melakukan Pap smear selama pemeriksaan panggul (prosedur sederhana
untuk memeriksa genital eksternal, uterus, ovarium, organ reproduksi lain
dan rektum).Walaupun pemeriksaan panggul dapat mengetahui masalah
reproduksi, hanya Pap smear yang dapat mendeteksi kanker serviks atau
prakanker sejak dini.
c) Hasil pemeriksaan pap smear
Pap smear hanya sebagai tes skrining untuk melihat ada atau tidaknya lesi
kanker, bukan sebuah diagnosis. Istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan
sel abnormal dipilih secara hati-hati untuk mengirim pesan spesifik kepada
dokter tentang resiko yang ada. Berikut beberapa istilah yang mungkin
digunakan dokter dan kemungkinan langkah anda selanjutnya:
 Normal Tes anda negatif (tidak ada sel abnormal terdeteksi). Anda
tidak perlu pengobatan atau tes lebih lanjut sampai Pap smear dan
pemeriksaan panggul selanjutnya.
 Sel bersisik atipikal tidak terdeterminasi. Sel bersisik tipis dan datar,
tumbuh di permukaan serviks yang sehat. Pada kasus ini, Pap smear
mengungkap adanya sedikit sel bersisik abnormal, namun perubahan
ini belum jelas memperlihatkan apakah ada sel prakanker. Dengan tes
berbasis cairan, dokter dapat menganalisa ulang sampel untuk mengetahui
adanya virus yang dapat menimbulkan kanker, seperti HPV.
 Lesi intraepitelial sel bersisik, Istilah ini digunakan untuk mengindikasi
bahwa sel yang diperoleh dari Pap smear mungkin sel prakanker. Jika
perubahan masih tingkat rendah, ukuran, bentuk dan karakteristik lain
dari sel memperlihatkan adanya lesi prakanker yang dalam beberapa
tahun akan menjadi kanker. Jika perubahan termasuk tingkat tinggi, ada
kemungkinan lebih besar lesi akan menjadi kanker lebih cepat maka
perlu dilakukan tes diagnostik.
 Sel glandular atipikal (Atypical glandular cells). Sel glandular
memproduksi lendir dan tumbuh pada permulaan serviks dan dalam
uterus. Sel glandular atipikal mungkin menjadi abnormal, namun tidak
jelas apakah mereka bersifat kanker. Tes lebih lanjut diperlukan
untuk menentukan sumber sel abnormal.
 Kanker sel bersisik atau sel adenokarsinoma (Squamous cancer
oradenocarcinoma cells). Sel yang diperoleh dari Pap smear memperlihatkan
abnormal, sehingga patologis hampir yakin ada kanker dalam vagina,
serviks atau uterus. Sel bersisik menunjukkan kanker timbul di
permukaan datar sel pada serviks. (Dewi R.I. dkk. (2011). Faktor yang
mempengaruhi ibu tidak melakukan Papsmear. Jurnal Penelitian Kesehatan
Vol.IX.No 2 Juni 2011)
Pap smear berbasis cairan akan memberi hasil negatif palsu yang lebih
sedikit.Dengan tes yang sama, hasil positif palsu sangat jarang. Hasil
negatif palsu tidakberarti ada kesalahan yang dibuat, banyak faktor yang
menyebabkan negatif palsu,yaitu:
 Pengambilan sel yang tidak cukup
 Sel abnormal sedikit
 Lokasi lesi tidak dapat dijangkau
 Lesi kecil
 Darah atau pembengkakan sel menyembunyikan sel abnormal. (Elizabeth
Tara, dkk, (2019). Panduan Lengkap Pencegahan dan Pengendalian
Kanker Pada Wanita, Jakarta. Ladang Pustaka dan Inti Media)

2.2 Health Promotion (Promosi Kesehatan)


Promosi kesehatan merupakan upaya terkait memampukan, memberdayakan dan
memandirikan masyarakat agar dapat meningkatkan taraf kesehatannya baik kesehatan
diri sendiri maupun kesehatan lingkungan sekitar (Ottawa Charter, 2012).
Menurut Green dan Kreuter, 2014 promosi kesehatan dapat tercapai dengan adanya kerja
sama antara lembaga pendidikan serta lingkungan sekitar untuk meningkatkan
kemandirian dan memberdayakan masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
Promosi kesehatan merupakan proses dalam memampukan individu maupun
masyarakat untuk menyeimbangkan seluruh faktor yang berpengaruh pada kesehatannya
sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan dirinya (WHO, 2017).
Jadi kesimpulan dari beberapa pengertian promosi kesehatan diatas adalah proses
memampukan, memberdayakan dan memandirikan masyarakat maupun individu dalam
meningkatkan derajat kesehatannya.
Rumah sakit merupakan sebuah tempat pelayanan kesehatan yang sering diidentikkan
dengan tingkat kuratif. Semakin modernnya zaman, rumah sakit berperan pula dalam
memberikan pendidikan bagi orang-orang yang kurang mampu.

Rumah sakit merupakan suatu institusi yang menyediakan layanan seperti rawat inap,
rawat jalan serta pendidikan kesehatan secara perorangan (Kemenkes, UU no 44 tahun
2009). Rumah sakit tidak hanya diselenggarakan bagi upaya promosi dan preventif
namun juga dapat menjadi sarana penyelenggaraan upaya kuratif dan rehabilitatif. (Zelbi
Windarini Tiraihati,2017)

Pelaksanaan promosi kesehatan juga memiliki manfaat dalam menumbuhkan motivasi


bagi pasien yang sedang melakukan perawatan baik rawat jalan maupun rawat inap.
Pelaksanaan promosi kesehatan dapat mendorong seorang pasien termotivasi untuk
kesembuhan dirinya serta meningkatkan mutu hidupnya. Hal tersebut juga dipengaruhi
oleh keberadaan keluarga yang mendukung dalam pelaksanaan perawatan dan
pengobatan.

Hal tersebut menekankan pengertian bahwa promosi kesehatan merupakan proses


yang memiliki tujuan untuk memungkinkan masyarakat maupun individu dalam
meningkatkan maupun mempertahankan derajat kesehatannya. Tujuan dari promosi
kesehatan di rumah sakit melalui pendekatan medik adalah untuk memastikan pasien
maupun klien sehat terbebas dari penyakit serta kecacatan (secara medik) seperti
penyakit infeksi, kanker serta jantung. (Zelbi Windarini Tiraihati,2017)

Promosi kesehatan di rumah sakit dapat memberikan pelayanan psikososial yang


merupakan hak pasien untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Hal tersebut dapat
membuat kunjungan pasien tidak hanya kunjungan bersifat pengobatan fisik. Promosi
kesehatan di rumah sakit juga dapat meningkatkan citra rumah sakit. Promosi kesehatan
rumah sakit dilakukan dengan pemberian informasi maupun perawatan lingkungan rumah
sakit. Hal tersebut dapat memberikan kesan bahwa pelayanan rumah sakit merupakan
pelayanan yang baik sehingga citra rumah sakit meningkat. Selain itu promosi kesehatan
di rumah sakit juga bermanfaat dalam meningkatkan angka hunian rumah sakit. Adanya
promosi kesehatan di rumah sakit dapat menyebabkan tingkat kesembuhan pasien
menjadi lebih cepat.
Meskipun rumah sakit bergerak di bidang kuratif dan rehabilitatif namun rumah sakit
wajib untuk memberikan promosi kesehatan. Perbedaan yang terdapat dalam dua aspek
promosi kesehatan di bidang ventif dan kuratif adalah pada sasarannya. Apabila sasaran
dari promosi kesehatan di bidang preventif adalah masyarakat maupun individu yang
sehat maka sasaran dari promosi kesehatan di bidang kuratif adalah pasien yang
bersangkutan beserta keluarganya dan juga pada petugas pelayanan kesehatan.
Promosi kesehatan memiliki tiga komponen yaitu pencegahan, perlindungan dan
pendidikan kesehatan. Pencegahan melingkupi pencegahan terjadi nya suatu penyakit.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan menentukan kebijakan untuk melindungi masyarakat
atau kelompok berisiko.
Fungsi dari promosi kesehatan dalam bidang pencegahan memiliki lima aspek yaitu :
 health promotion
 specific protection
 early diagnosis and prompt treatment
 disability limitation
 rehabilitation.

Hal tersebut dilakukan dengan upaya rumah sakit dalam meningkatkan daya tahan
tubuh terhadap masalah kesehatan serta memberikan perlindungan khusus untuk
mencegah terjadi nya penularan pada klien sehat atau keluarga pasien terutama
melakukan pencegahan penyebaran penyakit jika penyakit ini merupakan penyakit
menular, mengobati dan menghentikan proses penyakit, menyembuhkan orang sakit serta
mencegah terjadi nya komplikasi. Selain itu, rumah sakit juga berperan dalam mengatasi
kecacatan yang telah terjadi agar tidak bertambah buruk. Hal tersebut juga berkaitan
dengan upaya agar kecacatan yang telah dialami sesorang tidak berdampak lanjut pada
psikologisnya.(Zelbi Windarini Tiraihati,2017)
Mengacu pada Undang-undang No 44 tahun 2009 yang telah ditetapkan oleh
Kementerian Kesehatan terkait pelaksanaan rumah sakit maka penting bagi suatu rumah
sakit untuk melaksanakan upaya kesehatan termasuk juga upaya promosi kesehatan. Hal
tersebut sesuai dengan isi dari pasal 1 Undang-Undang No 44 tahun 2009 tentang
pelayanan kesehatan paripurna di rumah sakit yang berupa upaya preventif, promotif,
kuratif serta rehabilitatif. Promosi kesehatan memiliki penekanan bahwa promosi
kesehatan tidak hanya tentang perubahan perilaku, melainkan juga perubahan
lingkungan. Namun, promosi kesehatan merupakan program masyarakat yang
menyeluruh.

Promosi kesehatan di rumah sakit sangat penting karena setiap orang memiliki hak
mendapatkan informasi kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatannya serta agar
dapat memecahkan dan mendapat pengobatan terhadap penyakit yang dideritanya.
Menurut UU RI no 36 tahun 2009 pasal 7 setiap orang berhak mendapatkan informasi
dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab. (Zelbi Windarini
Tiraihati,2017)

Materi promosi kesehatan di rumah sakit juga beragam mulai dari pesan kesehatan
yang terkait dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, pesan kesehatan yang
terkait dengan pencegahan serangan penyakit yang meliputi gejala atau tandatanda
penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit serta cara pencegahan penyakit.
(Zelbi Windarini Tiraihati,2017)

2.3 Spesifik Protection (Perlindungan Khusus)


Perlindungan khusus mengacu pada tindakan untuk mencegah penyakit tertentu. Dalam
program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus ini, promosi kesehatan
sangat diperlukan, terutama di negara-negara berkembang. Hal ini karena kesadaran
masyarakat tentang pentingnya imunisasi sebagai cara perlindungan terhadap penyakit
pada orang dewasa maupun pada anak-anaknya, masih rendah. (Mariana et al., 2015)

2.4 Early Diagnosis and Promotif Treatment (Diagnosis Dini Dan Pengobatan Segera)
Dikarenakan rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan
penyakit, maka penyakit-penyakit yang terjadi di dalam masyarakat sering sulit
terdeteksi. Bahkan kadang-kadang masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan di obati
penyakitnya. Hal ini akan menyebabkan masyarakat tidak memperoleh pelayanan
kesehatan yang layak. Oleh sebab itu, promosi kesehatan sangat diperlukan pada tahap
ini. Tujuannya untuk memeriksa penyebaran infeksi, dapat mempengaruhi penyembuhan
atau penangkapan proses penyakit, serta dapat mencegah komplikasi dan memperpendek
periode kecacatan. (Pratiwi et al., 2020)

2.5 Disabilitation
Usaha ini merupakan lanjutan dari usaha early diagnosis and promotif treatment yaitu
dengan pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh kembali dan
tidak cacat (tidak terjadi komplikasi). Bila sudah terjadi kecacatan maka dicegah agar
kecacatan tersebut tidak bertambah berat dan fungsi dari alat tubuh yang cacat ini
dipertahankan semaksimal mungkin beberapa usaha diantaranya:
a) Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan
b) Pengadaan dan peningkatan fasilitas kesehatan dengan melakukan pemeriksaan lanjut
yang lebih akurat seperti pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang
lainnya agar penderita dapat sembuh dengan baik dan sempurna tanpa ada
komplikasi lanjut
c) Penyempurnaan pengobatan agar tidak terjadi komplikasi

Masyarakat diharapkan mendapatkan pengobatan yang tepat dan benar oleh tenaga
kesehatan agar penyakit yang dideritanya tidak mengalami komplikasi. Selain itu, untuk
mencegah terjadinya komplikasi maka penderita yang dalam tahap pemulihan,
dianjurkan untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan secara rutin untuk melakukan
pemeriksaan rutin agar penderita sembuh secara sempurna. (Romauli, dkk. 2017; 144-
145)

Pembatasan cacat (disability limitation) pada tahap ini cacat yang terjadi diatasi,
terutama untuk mencegah penyakit menjadi berkelanjutan hingga mengakibatkan
terjadinya cacat yang lebih buruk lagi. (Wilianto, 2016; page I)

2.6 Rehabilitation
Rehabilitasi adalah sebuah kegiatan ataupun proses untuk membantu para penderita yang
mempunyai penyakit serius atau cacat yang memerlukan pengobatan medis untuk
mencapai kemampuan fisik psikologis, dan sosial yang maksimal.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada serviks/mulut
rahim,di mana pada keadaan ini terdapat sekelompok jaringan yang tumbuh
secara terus-menerus dan tidak terbatas, tidak terkoordinasi dan tidak berguna
bagi tubuh,sehingga jaringan disekitarnya tidak dapat berfungsi dengan baik.
2. Pap Smear adalah prosedur untuk mendeteksi kanker leher rahim (serviks) pada
wanita. Pap smear juga dapat menemukan sel-sel abnormal (sel prakanker) di leher
Rahim yang dapat berkembang menjadi kanker.
3. Promosi kesehatan merupakan upaya terkait memampukan, memberdayakan dan
memandirikan masyarakat agar dapat meningkatkan taraf kesehatannya baik
kesehatan diri sendiri maupun kesehatan lingkungan sekitar

3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini, mahasiswa atau pembaca dapat memahami secara
tepat tentang kesehatan reproduksi, sehingga dapat menghindari dari aktivitas, perilaku
seksual yang berbahaya, serta mencegah remaja untuk berperilaku pacaran yang negative.
DAFTAR PUSTAKA

. N. (2015). PENERAPAN ALGORITMA k-NN (nearest Neighbor) UNTUK DETEKSI


PENYAKIT (KANKER SERVIKS). Jurnal Dinamika Informatika.

Andika, F., Safitri, F., & Safira, A. (2020). PEMERIKSAAN PAPSMEAR PADA WANITA
USIA SUBUR (WUS) DI KECAMATAN SUSOH KABUPATEN ACEH SELATAN.
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE.
https://doi.org/10.33143/jhtm.v6i2.1081

Mariana, N., Sriartati, R., & Razaq, J. A. (2015). PENERAPAN ALGORITMA k-NN
( nearest Neighbor) UNTUK DETEKSI PENYAKIT (KANKER SERVIKS) Novita
Mariana, Rara Sriartati Redjeki, Jeffri Alfa Razaq Abstrak. Jurnal Dinamika
Informatika.

Pratiwi, W. R., Hamdiyah, H., & Asnuddin, A. (2020). Deteksi Dini Masalah Kesehatan
Reproduksi Melalui Pos Kesehatan Remaja. JIPEMAS: Jurnal Inovasi Hasil
Pengabdian Masyarakat. https://doi.org/10.33474/jipemas.v3i1.5035

Purwanti, S. (2020). Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang IVA dengan Perilaku


Pemeriksaan IVA. JURNAL KESEHATAN POLTEKKES KEMENKES RI
PANGKALPINANG. https://doi.org/10.32922/jkp.v8i1.179

Anda mungkin juga menyukai