291 750 1 PB
291 750 1 PB
Kgs Ahmadi
Jurusan Teknologi Industri Pertanian – Fak. Pertanian – Univ. Tribhuwana Tunggadewi
Jl. Telaga Warna, Tlogomas Malang – 65144
Email: kgs.ahmadi@yahoo.com/kgs.ahmadi@gmail .com
ABSTRACT
Used frying oil is the oil that used repeatedly. This oil has low quality physically
and chemically. This research was objected to purify used frying oil from tempeh chips
processing therefore it is suitable for consumption. The elucidated factors were HCl
normality and zeolite activation temperature. This research used completely
randomized design with two factors that arranged factorially. The first factor was HCl
normality in zeolite soaking: without soaking (HCl 0 N), and soaking with HCl 2 N, 4 N,
and 6 N. The second factor was ziolite activation temperature: 3000C, 4000C, 5000C,
dan 6000C.
The result showed that HCl normality and zeolite activation temperature were
significantly affected the performance of zeolite. The color value, free fatty acid content,
and anisidin value decreased as the HCl normality and activation temperature
increased. It was supposed that the increasing HCl normality and activation
temperature caused the ratio of Si/Al increased. It affected the capability of zeolite for
adsorption. Meanwhile, the peroxide value increased as the HCl normality increased
due to increasing polarity that caused by increasing Si/Al ratio. The best characteristic
of purified used frying oil was obtained from HCl 6 N and activation temperature of
6000C with the characteristic as followed: color value that indicated by absorbance at
500 nm of 0.491, free fatty acid content of 0.5%, peroxide value of 0.094 meq/kg, and
anisidine value of 43.92.
136
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 10 No. 2 (Agustus 2009) 136– 143
137
Kinerja Zeolit Alam Teraktivasi pada Penjernihan Minyak Bekas (Ahmadi)
ter (Spectronic 20), tanur, hot plate asam lemak bebas, bilangan
stirer, alat-alat gelas, dan pengaduk peroksida, dan bilangan anisidin.
magnetik. b. Penjernihan minyak bekas
penggorengan keripik tempe
Rancangan Percobaan dilakukan dengan menambahkan zeolit
Percobaan dirancang menggunakan teraktivasi pada minyak bekas
Rancangan Acak Lengkap dengan Pola penggorengan keripik tempe
Faktorial 2 faktor dengan 2 ulangan. sebanyak masing-masing 100 g untuk
Faktor pertama (H) adalah normalitas berat akhir (minyak + zeolit). Minyak
HCI dan faktor kedua (S) adalah suhu yang telah diberi perlakuan
aktivasi. selanjutnya dipanaskan pada 40°C
Faktor pertama (H) terdiri dari 4 selama 30 menit sambil diaduk
taraf, yaitu: Ho (zeolit direndam dalam menggunakan pengaduk magnetik.
akuades selama 2 jam (tanpa HCl)); H1 Proses selanjutnya menyaring minyak
(zeolit direndam dalam HCl 2 N selama menggunakan kertas saring.
2 jam); H2 (zeolit direndam dalam HCl 4 c. Minyak yang telah dimurnikan
N selama 2 jam); H3 (zeolit direndam dianalisis untuk mengetahui
dalam HCl 6 N selam 2 jam). karakteristiknya, meliputi: warna,
Faktor kedua (S) terdiri dari 4 jumlah asam lemak bebas, bilangan
taraf, yaitu: S1 (aktivasi suhu 300°C peroksida, dan bilangan anisidin.
selama 3 jam); S2 (aktivasi suhu 400°C
selama 3 jam); S3 (aktivasi suhu 500°C Parameter Pengamatan
selama 3 jam); S4 (aktivasi suhu 600°C Metode yang digunakan untuk
selama 3 jam). menganalisis parameter pengamatan
Analisis data dilakukan dengan adalah: analisis warna menggunakan
menggunakan analisis ragam dan uji metode King et al. (1992), kadar asam
lanjutan dengan DMRT 5%. lemak bebas (AOCS, 1989), bilangan
peroksida (AOCS 1989), dan bilangan
Pelaksanaan Penelitian anisidin (IUPAC, 1979).
Pelaksanaan penelitian meliputi
serangkaian kegiatan sebagai berikut: HASIL DAN PEMBAHASAN
138
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 10 No. 2 (Agustus 2009) 136– 143
Warna
Penggunaan zeolit yang telah
diaktivasi menunjukkan terjadi penurunan
nilai absorbansi dibandingkan dengan
bahan baku minyak bekas penggorengan
keripik tempe sebelum perlakuan.
Keadaan ini menunjukkan bahwa zeolit Gambar 1. Hubungan warna minyak be-
mampu menyerap senyawa-senyawa kas penggorengan keripik tempe pada
yang mempengaruhi warna minyak bekas aktivasi zeolit yang berbeda
penggorengan keripik tempe. Warna
minyak bekas penggorangankeripik
Aktivasi menggunakan asam
tempe diduga berasal dari reaksi
menyebabkan pembentukan struktur
Maillard antara protein dengan produk
mesopori dan perubahan perbandingan
hasil oksidasi lemak. Menurut King et al.
Si/Al, yaitu perbandingan Si/Al
(1992), pada proses oksidasi dihasilkan
meningkat karena pelepasan Al dari
senyawa-senyawa aldehida yang dapat
struktur zeolit. Porositas partikel mem-
bereaksi dnegan protein melalui jalur
berikan sifat adsorpsi zeolit yang tinggi.
reaksi Maillard sehingga dihasilkan
Perlakuan termal dapat menaikkan Si/Al
warna coklat.
sehingga adsorpsi menjadi lebih efektif
Aktivasi kimia (normalitas HCl) dan
dan dapat menaikkan kapasitas adsorpsi
fisik (suhu) yang berbeda menghasilkan
(Setiadji, 1996). Oleh karena itu,
warna minyak yang berbeda. Normalitas
0 semakin tinggi suhu aktivasi, diduga
HCl 6 N dengan suhu 400 dan 600 C
sebagian Al terlepas dari struktur zeolit
menunjukkan berbeda tidak nyata
sehingga meningkatkan perbansingan
sedangkan dengan perlakuan lainnya
Si/Al. Akibatnya kapasitas adsorpsi
menunjukkan hasil berbeda nyata. Pada
0 zeolit mengalami peningkatan yang
perlakuan HCl 6 N dan suhu 400 C ini
berdampak pada penurunan warna yang
nilai absorbansi menunjukkan angka
lebih baik.
terendah (0,475). Peningkatan normalitas
HCl dan suhu aktivasi menunjukkan
Kadar Asam Lemak Bebas
kecenderungan penurunan absorbansi
Proses pemurnian dengan zeolit
yang berarti warna makin cerah (Gambar
mengakibatkan penurunan kadar asam
1).
lemak bebas. Kisaran kadar asam lemak
Aktivasi kimia (HCl) dan fisik
bebas minyak yang telah dimurnikan
(suhu) yang tepat akan menghasilkan
antara 0,50–0,66% (Gambar 2). Kadar
zeolit yang baik sebagai adsorben.
terendah terdapat pada aktivasi
Perlakuan asam anorganik pada zeolit
normalitas HCl 6 N dengan suhu 400,
menyebabkan perbandingan Si/Al 0
500, dan 600 C, yaitu 0,50% dan
meningkat dan pembentukan mesopori.
tertinggi 0,66% pada perlakuan tanpa
139
Kinerja Zeolit Alam Teraktivasi pada Penjernihan Minyak Bekas (Ahmadi)
Bilangan Peroksida
Bilangan peroksida menurun pada
minyak yang dimurnikan dengan zeolit
yang diaktivasi normalitas dan suhu yang
berbeda. Bilangan peroksida bahan baku
minyak bekas penggorengan keripik
tempe adalah 0,37 mek/kg tetapi setelah
Gambar 2. Hubungan asam lemak bebas
pemurnian dengan zeolit menunjukkan
minyak bekas penggorengan keripik
kisaran bilangan peroksida antara 0,09
tempe pada aktivasi zeolit yang berbeda
sampai 0,24 mek/kg (Gambar 3).
Peningkatan suhu aktivasi
Aktivasi dengan normalitas HCl 6 N
0 menyebabkan penurunan bilangan
dan suhu 500 C menghasilkan kinerja
peroksida,akan tetaoi peningkatan
zeolit yang paling baik dalam
normalitas HCl menyebabkan bilangan
menurunkan jumlah asam lemak bebas.
peroksida mengalami kenaikkan.
Perlakuan normalitas HCl 6 N dan suhu
0 Penurunan bilangan peroksida akibat
500 C mampu memodifikasi zeolit alam
peningkatan suhu diduga berkaitan
menjadi adsorben yang baik. Pada
dengan peningkatan rasio Si/Al sehingga
proses adsorpsi pengikatan terjadi bila
proses adsorpsi produk oksidasi primer
senyawa tertahan pada sisi aktif
seperti hidroperoksida meningkat.
(mesopori) yang terbentuk akibat
perlakuan asam. Zeolit alam mempunyai
karakter porositas primer dan skunder.
Porositas primer (mikro) dihasilkan dari
struktur spesifik kristalin partikel zeolit
yang bergantung pada komposisinya.
Perlakuan aktivasi dapat menye-
babkan terbentuknya porositas skunder
(Tsitsislivili et al., 1992). Penggunaan
HCI menyebabkan peningkatan perban-
dingan Si/Al akibat penurunan Al (dealu-
minasi). Peningkatan ini sejalan dengan
peningkatan normalitas HCl yang
digunakan (Barrer, 1978). Perlakuan Gambar 3. Hubungan bilangan peroksida
asam untuk mengubah perbandingan minyak bekas penggorengan keripik
komposisi Si/A1 berakibat pada peru- tempe pada aktivasi zeolit yang berbeda
bahan porositas dan kapasitas adsorpsi
zeolit. Perlakuan asam pada mordenit Menurut Zaplis dan Becks (1986)
menyebabkan terjadinya ekstraksi alu- peroksida terbentuk pada reaksi
minium dan perubahan sifat, akan tetapi autooksidasi yang merupakan hasil
140
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 10 No. 2 (Agustus 2009) 136– 143
0
oksidasi primer. Peroksida ini tidak normalitas HCl 4 N dan suhu 500 C
stabil dan selanjutnya dapat diuraikan merupakan zeolit yang menunjukkan
menjadi produk oksidasi sekunder. kinerja yang terbaik dengan bilangan
Menurut Gunstone (1996). oksidasi anisidin 40,98 yang berarti dapat
lemak merupakan reaksi antara lemak menurunkan bilangan anisidin sebesar
tidak jenuh dengan oksigen yang 13,80.
dipercepat oleh panas, cahaya, dan
logam. Oksidasi lemak menghasilkan
produk oksidasi primer seperti
hidroperoksida.
Peningkatan normalitas HCl pada
proses aktivasi zeolit menyebabkan
peningkatan bilangan peroksida. Ada
kemungkinan kondisi asam yang tinggi
menyebabkan kondisi yang memicu
proses oksidasi lemak. Asam merupakan
katalisator proses hidrolisis trigliserida
menjadi asam lemak bebas. Asam lemak
Gambar 4. Hubungan bilangan anisidin
bebas mudah teroksidasi menghasilkan
minyak bekas penggorengan keripik
produk oksidasi primer berupa
tempe pada aktivasi zeolit yang berbeda
peroksida. Hal ini yang menyebakan
walaupun peningkatan normalitas HCl
pada proses aktivasi memicu proses Penurunan bilangan anisidin setelah
hidrolisis, proses hidrolisis tersebut penambahan zeolit tersebut karena
dilanjutkan dengan proses oksidasi zeolit alam yang telah diaktivasi
menghasilkan produk oksidasi primer. mengalami modifikasi. Aktivasi dengan
Hal ini menyebabkan kadar asam lemak HCl dan suhu menyebabkan perbanding-
bebas menurun dengan meningkatnya an Si/Al berubah sehingga porositas
normalitas HCl yang digunakan pada meningkat dan polaritas juga berubah.
aktivasi zeolit karena zeolit kemungkinan Perlakuan asam untuk mengubah
lebih mudah mengadsorpsi asam lemak perbandingan komposisi Si/Al yang
bebas dibandingkan peroksida. Semakin berakibat terjadi perubahan porositas
tinggi rasio Si/Al akibat peningkatan dan kapasitas adsorpsi zeolit. Proses
normalitas HCl mengakibatkan polaritas aktivasi menyebabkan terjadinya
zeolit menurun sehingga kemampuan perubahan perbandingan Si/Al, luas
adsorpsi asam lemak bebas meningkat. permukaan meningkat, dan terjadi
Adapun peroksida merupakan produk peningkatan porositas zeolit (Setiadji,
oksidasi yang bersifat polar sehingga 1996). Perlakuan suhu tinggi pada zeolit
peningkatan rasio Si/Al tidak akan membentuk kembali struktur
menyebabkan adsorpsi peroksida setelah perlakuan asam. Selain itu suhu
meningkat. tinggi menyebabkan meningkatkan luas
permukaan zeolit. Sutarti dan
Rachmawati (1994), menyatakan bahwa
Bilangan Anisidin aktivasi secara fisikawi (suhu) akan
Aktivasi zeolit alam dengan meningkatkan luas permukaan pori-pori
normalitas HCl dan suhu yang berbeda zeolit.
menunjukkan kinerja yang berbeda. Menurut Hardjatmo dan Selinawati
Kisaran bilangan anisidin setelah (1996) pemanasan zeolit akan
perlakuan zeolit menunjukkan penurunan meningkatkan porositas mikro dan
dari bahan baku semula 54,78 menjadi mesopori bertanggung jawab untuk
rata-rata 40,98 sampai 50,05 (Gambar adsorpsi; perpindahan molekul-molekul
4). Aktivasi zeolit alam dengan
141
Kinerja Zeolit Alam Teraktivasi pada Penjernihan Minyak Bekas (Ahmadi)
142
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 10 No. 2 (Agustus 2009) 136– 143
143