Anda di halaman 1dari 8

Kinerja Zeolit Alam Teraktivasi pada Penjernihan Minyak Bekas (Ahmadi)

KINERJA ZEOLIT ALAM TERAKTIVASI


PADA PENJERNIHAN MINYAK BEKAS PENGGORENGAN KERIPIK
TEMPE

(Performance of Activated Natural Zeolite on Purification of Oil


from Tempeh Chips Frying)

Kgs Ahmadi
Jurusan Teknologi Industri Pertanian – Fak. Pertanian – Univ. Tribhuwana Tunggadewi
Jl. Telaga Warna, Tlogomas Malang – 65144
Email: kgs.ahmadi@yahoo.com/kgs.ahmadi@gmail .com

ABSTRACT

Used frying oil is the oil that used repeatedly. This oil has low quality physically
and chemically. This research was objected to purify used frying oil from tempeh chips
processing therefore it is suitable for consumption. The elucidated factors were HCl
normality and zeolite activation temperature. This research used completely
randomized design with two factors that arranged factorially. The first factor was HCl
normality in zeolite soaking: without soaking (HCl 0 N), and soaking with HCl 2 N, 4 N,
and 6 N. The second factor was ziolite activation temperature: 3000C, 4000C, 5000C,
dan 6000C.
The result showed that HCl normality and zeolite activation temperature were
significantly affected the performance of zeolite. The color value, free fatty acid content,
and anisidin value decreased as the HCl normality and activation temperature
increased. It was supposed that the increasing HCl normality and activation
temperature caused the ratio of Si/Al increased. It affected the capability of zeolite for
adsorption. Meanwhile, the peroxide value increased as the HCl normality increased
due to increasing polarity that caused by increasing Si/Al ratio. The best characteristic
of purified used frying oil was obtained from HCl 6 N and activation temperature of
6000C with the characteristic as followed: color value that indicated by absorbance at
500 nm of 0.491, free fatty acid content of 0.5%, peroxide value of 0.094 meq/kg, and
anisidine value of 43.92.

Keywords: used frying oil, natural zeolite, activation

PENDAHULUAN satu kali penggorengan adalah 4-8 jam,


sehingga hal ini menyebabkan
Minyak goreng bekas merupakan
dihasilkannya minyak goreng bekas
minyak goreng yang sudah digunakan
dalam jumlah yang cukup tinggi.
baik satu kali maupun berulang-ulang
Kerusakan yang utama pada
dan tingkat kerusakan minyak sebanding
minyak yang dapat diamati secara visual
dengan interval penggorengan. Potensi
adalah timbulnya bau dan rasa tengik
limbah minyak goreng bekas di Malang,
yang disebabkan oleh autooksidasi
data dari KUD Sanan-Malang, rata-rata
radikal asam lemak tidak jenuh dalam
dibutuhkan minyak goreng sebanyak 70-
minyak dan peningkatan bilangan
90 kg/hari untuk industri keripik tempe.
peroksida dan TBA, serta dihasilkan
Minyak goreng digunakan sebanyak 13
senyawa aldehida dan keton (Gunstone,
kali penggorengan dimana waktu untuk

136
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 10 No. 2 (Agustus 2009) 136– 143

1996; Winarno, 1997). Kerusakan lain Aktivasi secara fisikawi dilakukan


akibat proses penggorengan adalah dengan pamanasan pada suhu tinggi.
adanya kotoran yang berasal dari bumbu Pemanasan ini akan melepaskan air yang
yang digunakan dari bahan yang terangkap pada pori-pori kristal zeolit.
digoreng (Andarwulan, dkk, 1997). Aktivasi secara fisikawi ini akan
Selama penggorengan sejumlah kecil meningkatkan luas permukaan pori-pori
bahan pangan akan terdispersi dalam zeolit (Sutarti dan Rachmawati, 1994).
minyak atau berada pada permukaan Menurut Hardjatmo dan Selinawati
minyak yang mengakibatkan perubahan (1996) pemanasan zeolit akan
warna dan perubahan cita rasa meningkatkan porositas.
(Warastuti, 2001). Bilangan peroksida Penggunaan zeolit alam yang telah
minyak bekas penggorengan keripik diaktivasi secara kimia dan fisik
tempe sebesar 30,62% dan bilangan TBA diharapkan mampu menjernihkan warna,
sebesar 25,60% (Nurrohman, 2007). menurunkan jumlah asam lemak bebas,
Penggunaan zeolit merupakan menurunkan bilangan peroksida dan
upaya untuk memanfaatkan zeolit bilangan anisidin minyak goreng bekas
sebagai bahan adsorben dengan harga penggorengan keripik tempe. Perbaikan
murah dan aman. Zeolit alam yang telah mutu minyak goreng bekas
diaktivasi mempunyai kemampuan penggorengan keripik tempe ini
sebagai adsorben. Proses aktivasi diharapkan dapat menekan biaya
menyebabkan terjadinya perubahan produksi karena menurunkan
perbandingan Si/Al, luas permukaan penggunaan minyak baru pada usaha
meningkat, dan terjadi peningkatan keripik tempe.
porositas zeolit (Setiadji, 1996). Hal ini
akan berdampak pada kinerja zeolit,
METODE PENELITIAN
yaitu kemampuan adosprsi zeolit akan
meningkat sehingga lebih efisien dalam
pemurnian minyak. Tempat Penelitian
Proses aktivasi dapat dilakukan Penelitian dilaksanakan di
baik secara fisikawi maupun kimiawi. Laboratorium Rekayasa Proses dan
Aktivasi secara kimiawi dapat dilakukan Laboratorium Kimia Program studi
dengan menggunakan asam-asam Teknologi Industri Pertanian Fakultas
mineral atau basa-basa kuat. Pertanian Universitas Tribhuwana
Perbandingan Si/Al dapat dimodifikasi Tunggadewi Malang.
menggunakan asam-asam mineral
(Barrer, 1978). Tsitsislivili et al. (1992) Peralatan dan Bahan
mendapatkan bahwa perlakuan asam Bahan-bahan yang digunakan pada
pada clinoptilolit dapat meningkatkan penelitian ini meliputi bahan baku dan
porositas dan kapasitas adsorpsi untuk bahan kimia. Bahan baku terdiri dari
molekul-molekul yang relatif besar. minyak bekas penggorengan tempe di
Polaritas zeolit bergantung pada sentra produksi keripik tempe di Sanan
perbadingan Si02/Al203 yang terkandung Kecamatan Blimbing Kota Malang. Zeolit
dalam zeolit. Polaritas menurun dengan diperoleh dari Turen Kabupaten Malang
meningkatnya perbandingan Si02/Al203 Jawa Timur. Bahan-bahan kimia yang
(Derouane, 1985). Zeolit, biasanya digunakan adalah heksana, metanol, KI,
dilengkapi lebih dari satu sisi untuk amilum KOH, NaOH, kloroform, asam
pertukaran kation. Jumlah ekuivalen asetat, HCl, natrium thiosulfat,
elektrokimia kation yang dibutuhkan fenolftalein (semua untuk analisis) dari
untuk keseimbangan muatan anionik Merck, dan kertas saring kasar.
lebih kecil daripada jumlah total yang Peralatan yang digunakan adalah
dapat digunakan. neraca analitik (Ohaus), spektrofotome-

137
Kinerja Zeolit Alam Teraktivasi pada Penjernihan Minyak Bekas (Ahmadi)

ter (Spectronic 20), tanur, hot plate asam lemak bebas, bilangan
stirer, alat-alat gelas, dan pengaduk peroksida, dan bilangan anisidin.
magnetik. b. Penjernihan minyak bekas
penggorengan keripik tempe
Rancangan Percobaan dilakukan dengan menambahkan zeolit
Percobaan dirancang menggunakan teraktivasi pada minyak bekas
Rancangan Acak Lengkap dengan Pola penggorengan keripik tempe
Faktorial 2 faktor dengan 2 ulangan. sebanyak masing-masing 100 g untuk
Faktor pertama (H) adalah normalitas berat akhir (minyak + zeolit). Minyak
HCI dan faktor kedua (S) adalah suhu yang telah diberi perlakuan
aktivasi. selanjutnya dipanaskan pada 40°C
Faktor pertama (H) terdiri dari 4 selama 30 menit sambil diaduk
taraf, yaitu: Ho (zeolit direndam dalam menggunakan pengaduk magnetik.
akuades selama 2 jam (tanpa HCl)); H1 Proses selanjutnya menyaring minyak
(zeolit direndam dalam HCl 2 N selama menggunakan kertas saring.
2 jam); H2 (zeolit direndam dalam HCl 4 c. Minyak yang telah dimurnikan
N selama 2 jam); H3 (zeolit direndam dianalisis untuk mengetahui
dalam HCl 6 N selam 2 jam). karakteristiknya, meliputi: warna,
Faktor kedua (S) terdiri dari 4 jumlah asam lemak bebas, bilangan
taraf, yaitu: S1 (aktivasi suhu 300°C peroksida, dan bilangan anisidin.
selama 3 jam); S2 (aktivasi suhu 400°C
selama 3 jam); S3 (aktivasi suhu 500°C Parameter Pengamatan
selama 3 jam); S4 (aktivasi suhu 600°C Metode yang digunakan untuk
selama 3 jam). menganalisis parameter pengamatan
Analisis data dilakukan dengan adalah: analisis warna menggunakan
menggunakan analisis ragam dan uji metode King et al. (1992), kadar asam
lanjutan dengan DMRT 5%. lemak bebas (AOCS, 1989), bilangan
peroksida (AOCS 1989), dan bilangan
Pelaksanaan Penelitian anisidin (IUPAC, 1979).
Pelaksanaan penelitian meliputi
serangkaian kegiatan sebagai berikut: HASIL DAN PEMBAHASAN

Penyiapan zeolit Karakteristik minyak bekas penggorengan


Zeolit ditimbang sebanyak 250 g, keripik tempe
kemudian ditempatkan dalam erlenmeyer Analisis bahan baku minyak goreng
500 ml. Setelah itu kedalam erlenmeyer bekas penggorengan keripik temnpe
yang telah berisi zeolit dimasukkan HCl dilakukan untuk mengetahui karakteristik
sesuai dengan masing-masing perlakuan. awal (sebelum perlakuan) bahan baku
Kemudian dibiarkan selama 2 jam, meliputi; warna, jumlah asam lemak
kemudian dicuci dengan aquades sampai bebas, bilangan peroksida, dan bilangan
netral. Setelah itu zeolit dipanaskan pada anisidin. Hasil analisis disajikan pada
suhu sesuai dengan masing-masing Tabel 1.
perlakuan (300, 400, 500, dan 600°C)
selama 3 jam kemudian didinginkan. Tabel 1. Karakteristik minyak bekas
penggorengan keripik tempe
Pemurnian minyak bekas penggorengan Komponen Besaran
keripik tempe meliputi tahapan berikut: Warna (absorbansi pada 430 nm) 0,95
a. Tahap awal penelitian adalah Kadar asam lemak bebas (%) 0,74
melakukan analisis karakteristik awal Bilangan peroksida (mek/kg) 0,37
bahan dasar berupa warna, kadar Bilangan anisidin 54,78

138
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 10 No. 2 (Agustus 2009) 136– 143

Karakteristik minyak bekas Perubahan sifat ini mempengaruhi


penggorengan keripik tempe kapasitas adsorpsi. Semakin besar
menunjukkan bahwa minyak tersebut kapasitas adsorpsi maka warna yang
mengalami penurunan kualitas. Warna diserap meningkat sehingga warna
minyak merah gelap dengan jumlah asam semakin cerah.
lemak bebas 0,74%, bilangan peroksida
0,37 mek/kg, dan anisidin 54,78
mengindikasikan telah terjadi kerusakan
pada minyak tersebut.

Karakteristik Minyak setelah Pemurnian

Warna
Penggunaan zeolit yang telah
diaktivasi menunjukkan terjadi penurunan
nilai absorbansi dibandingkan dengan
bahan baku minyak bekas penggorengan
keripik tempe sebelum perlakuan.
Keadaan ini menunjukkan bahwa zeolit Gambar 1. Hubungan warna minyak be-
mampu menyerap senyawa-senyawa kas penggorengan keripik tempe pada
yang mempengaruhi warna minyak bekas aktivasi zeolit yang berbeda
penggorengan keripik tempe. Warna
minyak bekas penggorangankeripik
Aktivasi menggunakan asam
tempe diduga berasal dari reaksi
menyebabkan pembentukan struktur
Maillard antara protein dengan produk
mesopori dan perubahan perbandingan
hasil oksidasi lemak. Menurut King et al.
Si/Al, yaitu perbandingan Si/Al
(1992), pada proses oksidasi dihasilkan
meningkat karena pelepasan Al dari
senyawa-senyawa aldehida yang dapat
struktur zeolit. Porositas partikel mem-
bereaksi dnegan protein melalui jalur
berikan sifat adsorpsi zeolit yang tinggi.
reaksi Maillard sehingga dihasilkan
Perlakuan termal dapat menaikkan Si/Al
warna coklat.
sehingga adsorpsi menjadi lebih efektif
Aktivasi kimia (normalitas HCl) dan
dan dapat menaikkan kapasitas adsorpsi
fisik (suhu) yang berbeda menghasilkan
(Setiadji, 1996). Oleh karena itu,
warna minyak yang berbeda. Normalitas
0 semakin tinggi suhu aktivasi, diduga
HCl 6 N dengan suhu 400 dan 600 C
sebagian Al terlepas dari struktur zeolit
menunjukkan berbeda tidak nyata
sehingga meningkatkan perbansingan
sedangkan dengan perlakuan lainnya
Si/Al. Akibatnya kapasitas adsorpsi
menunjukkan hasil berbeda nyata. Pada
0 zeolit mengalami peningkatan yang
perlakuan HCl 6 N dan suhu 400 C ini
berdampak pada penurunan warna yang
nilai absorbansi menunjukkan angka
lebih baik.
terendah (0,475). Peningkatan normalitas
HCl dan suhu aktivasi menunjukkan
Kadar Asam Lemak Bebas
kecenderungan penurunan absorbansi
Proses pemurnian dengan zeolit
yang berarti warna makin cerah (Gambar
mengakibatkan penurunan kadar asam
1).
lemak bebas. Kisaran kadar asam lemak
Aktivasi kimia (HCl) dan fisik
bebas minyak yang telah dimurnikan
(suhu) yang tepat akan menghasilkan
antara 0,50–0,66% (Gambar 2). Kadar
zeolit yang baik sebagai adsorben.
terendah terdapat pada aktivasi
Perlakuan asam anorganik pada zeolit
normalitas HCl 6 N dengan suhu 400,
menyebabkan perbandingan Si/Al 0
500, dan 600 C, yaitu 0,50% dan
meningkat dan pembentukan mesopori.
tertinggi 0,66% pada perlakuan tanpa

139
Kinerja Zeolit Alam Teraktivasi pada Penjernihan Minyak Bekas (Ahmadi)

perendaman HCl dan suhu aktivasi tidak menyebabkan perubahan struktur.


0
300 C. Kadar asam lemak bebas minyak Tsitsislivili et al. (1992) mendapatkan
yang dimurnikan dengan zeolit yang bahwa perlakuan asam pada clinoptilolit
diaktivasi menggunakan HCl 6 N dan dapat meningkatkan porositas dan
0
suhu 400 C mencapai 0,24%. kapasitas adsorpsi untuk molekul-
molekul yang relatif besar. Proses ini
bergantung pada beberapa faktor antara
lain; jenis asam, waktu perlakuan,
temperatur perlakuan, dan sejarah termal
zeolit (McDaniel dan Maher, 1976).

Bilangan Peroksida
Bilangan peroksida menurun pada
minyak yang dimurnikan dengan zeolit
yang diaktivasi normalitas dan suhu yang
berbeda. Bilangan peroksida bahan baku
minyak bekas penggorengan keripik
tempe adalah 0,37 mek/kg tetapi setelah
Gambar 2. Hubungan asam lemak bebas
pemurnian dengan zeolit menunjukkan
minyak bekas penggorengan keripik
kisaran bilangan peroksida antara 0,09
tempe pada aktivasi zeolit yang berbeda
sampai 0,24 mek/kg (Gambar 3).
Peningkatan suhu aktivasi
Aktivasi dengan normalitas HCl 6 N
0 menyebabkan penurunan bilangan
dan suhu 500 C menghasilkan kinerja
peroksida,akan tetaoi peningkatan
zeolit yang paling baik dalam
normalitas HCl menyebabkan bilangan
menurunkan jumlah asam lemak bebas.
peroksida mengalami kenaikkan.
Perlakuan normalitas HCl 6 N dan suhu
0 Penurunan bilangan peroksida akibat
500 C mampu memodifikasi zeolit alam
peningkatan suhu diduga berkaitan
menjadi adsorben yang baik. Pada
dengan peningkatan rasio Si/Al sehingga
proses adsorpsi pengikatan terjadi bila
proses adsorpsi produk oksidasi primer
senyawa tertahan pada sisi aktif
seperti hidroperoksida meningkat.
(mesopori) yang terbentuk akibat
perlakuan asam. Zeolit alam mempunyai
karakter porositas primer dan skunder.
Porositas primer (mikro) dihasilkan dari
struktur spesifik kristalin partikel zeolit
yang bergantung pada komposisinya.
Perlakuan aktivasi dapat menye-
babkan terbentuknya porositas skunder
(Tsitsislivili et al., 1992). Penggunaan
HCI menyebabkan peningkatan perban-
dingan Si/Al akibat penurunan Al (dealu-
minasi). Peningkatan ini sejalan dengan
peningkatan normalitas HCl yang
digunakan (Barrer, 1978). Perlakuan Gambar 3. Hubungan bilangan peroksida
asam untuk mengubah perbandingan minyak bekas penggorengan keripik
komposisi Si/A1 berakibat pada peru- tempe pada aktivasi zeolit yang berbeda
bahan porositas dan kapasitas adsorpsi
zeolit. Perlakuan asam pada mordenit Menurut Zaplis dan Becks (1986)
menyebabkan terjadinya ekstraksi alu- peroksida terbentuk pada reaksi
minium dan perubahan sifat, akan tetapi autooksidasi yang merupakan hasil

140
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 10 No. 2 (Agustus 2009) 136– 143

0
oksidasi primer. Peroksida ini tidak normalitas HCl 4 N dan suhu 500 C
stabil dan selanjutnya dapat diuraikan merupakan zeolit yang menunjukkan
menjadi produk oksidasi sekunder. kinerja yang terbaik dengan bilangan
Menurut Gunstone (1996). oksidasi anisidin 40,98 yang berarti dapat
lemak merupakan reaksi antara lemak menurunkan bilangan anisidin sebesar
tidak jenuh dengan oksigen yang 13,80.
dipercepat oleh panas, cahaya, dan
logam. Oksidasi lemak menghasilkan
produk oksidasi primer seperti
hidroperoksida.
Peningkatan normalitas HCl pada
proses aktivasi zeolit menyebabkan
peningkatan bilangan peroksida. Ada
kemungkinan kondisi asam yang tinggi
menyebabkan kondisi yang memicu
proses oksidasi lemak. Asam merupakan
katalisator proses hidrolisis trigliserida
menjadi asam lemak bebas. Asam lemak
Gambar 4. Hubungan bilangan anisidin
bebas mudah teroksidasi menghasilkan
minyak bekas penggorengan keripik
produk oksidasi primer berupa
tempe pada aktivasi zeolit yang berbeda
peroksida. Hal ini yang menyebakan
walaupun peningkatan normalitas HCl
pada proses aktivasi memicu proses Penurunan bilangan anisidin setelah
hidrolisis, proses hidrolisis tersebut penambahan zeolit tersebut karena
dilanjutkan dengan proses oksidasi zeolit alam yang telah diaktivasi
menghasilkan produk oksidasi primer. mengalami modifikasi. Aktivasi dengan
Hal ini menyebabkan kadar asam lemak HCl dan suhu menyebabkan perbanding-
bebas menurun dengan meningkatnya an Si/Al berubah sehingga porositas
normalitas HCl yang digunakan pada meningkat dan polaritas juga berubah.
aktivasi zeolit karena zeolit kemungkinan Perlakuan asam untuk mengubah
lebih mudah mengadsorpsi asam lemak perbandingan komposisi Si/Al yang
bebas dibandingkan peroksida. Semakin berakibat terjadi perubahan porositas
tinggi rasio Si/Al akibat peningkatan dan kapasitas adsorpsi zeolit. Proses
normalitas HCl mengakibatkan polaritas aktivasi menyebabkan terjadinya
zeolit menurun sehingga kemampuan perubahan perbandingan Si/Al, luas
adsorpsi asam lemak bebas meningkat. permukaan meningkat, dan terjadi
Adapun peroksida merupakan produk peningkatan porositas zeolit (Setiadji,
oksidasi yang bersifat polar sehingga 1996). Perlakuan suhu tinggi pada zeolit
peningkatan rasio Si/Al tidak akan membentuk kembali struktur
menyebabkan adsorpsi peroksida setelah perlakuan asam. Selain itu suhu
meningkat. tinggi menyebabkan meningkatkan luas
permukaan zeolit. Sutarti dan
Rachmawati (1994), menyatakan bahwa
Bilangan Anisidin aktivasi secara fisikawi (suhu) akan
Aktivasi zeolit alam dengan meningkatkan luas permukaan pori-pori
normalitas HCl dan suhu yang berbeda zeolit.
menunjukkan kinerja yang berbeda. Menurut Hardjatmo dan Selinawati
Kisaran bilangan anisidin setelah (1996) pemanasan zeolit akan
perlakuan zeolit menunjukkan penurunan meningkatkan porositas mikro dan
dari bahan baku semula 54,78 menjadi mesopori bertanggung jawab untuk
rata-rata 40,98 sampai 50,05 (Gambar adsorpsi; perpindahan molekul-molekul
4). Aktivasi zeolit alam dengan

141
Kinerja Zeolit Alam Teraktivasi pada Penjernihan Minyak Bekas (Ahmadi)

pada makropori menuju sisi adsorpsi Molecules Academic Press, New


dalam padatan. Zeolit alam mempuyai York
karakter porositas primer dan skunder. Gunstone, F.D. 1996. Fatty Acid and
Porositas primer (mikro) dihasilkan dari Lipid Chemistry. Blackie Academic
& Professional, Glasgow
struktur spesifik kristalin partikel zeolit
Hardjatmo dan Selinawati. 1996.
yang tergantung pada komposisinya. Karakteristik Zeolit alam. Makalah
Perlakuan aktivasi dapat menyebabkan dalam Lokakarya Nasional Kimia,
terbentuknya porositas skunder Yogyakarta
(Tsitsislivili et al., 1992). Pembentukan IUPAC. 1979. Standard Methods for the
porositas ini menyebabkan zeolit mampu Analysis of Oills, Fats, and
mengikat produk aksidasi sekunder yang Derivatives. 6th ed. Pergamon
terkandung dalam minyak bekas Press, British
penggorengan keripik tempe. King, M.R., L.C. Doyd and B.W.
Sheldon. 1992. Antioxidant
properties of individual
KESIMPULAN
phospholipids in a salmon oil
model system. JAOCS. 69(6):545-
Zeolit alam yang telah diaktivasi 551
mampu memperbaiki kualitas minyak McDaniel, C.V. and P.K. Maher. 1976.
bekas penggorengan keripik tempe. Zeolite Stability and Ultrastable
Peningkatan suhu aktivasi menyebakan Zeolite. In J.A. Ratio. Zeolite
penurunan warna, kadar asam lemak Chemistry and Catalysis.
bebas, bilangan peroksida, dan bilangan American Chemical Society,
Washington D.C.
anisidin. Peningkatan normalitas HCl
Nurrohman, A. 2007. Penjernihan
menyeban penurunan warna, kadar asam
Minyak Bekas Penggorengan
lemak bebas, dan bilangan anisidin, akan Keripik Tempe dengan
tetapi bilangan peroksida meningkat. Menggunakan Adsorben Arang
Zeolit dengan aktivasi HCl 6 N dan Aktif dari Sekam dan Tempurung
0
suhu 600 C secara akumulatif Kelapa. Skripsi. Jurusan
meunjukkan kinerja terbaik dalam Teknologi Hasil Pertanian FTP –
memperbaiki kualitas minyak bekas Universitas Brawijaya, Malang
penggorengan keripik tempe pada Setiadji, A. H. B. 1996. Zeolit Material
parameter warna (0,42), asam lemak Unggulan Masa Depan. Makalah
dalam Lokalakarya Nasional
bebas (0,5%), bilangan peroksida (0,094
Kimia, Yogyakarta
mek/kg), dan bilangan anisidin (43,92). Sutarti, M., dan Rachmawati, M. 1994.
Zeolit Tinjauan Literatur. PDII
DAFTAR PUSTAKA LIPI, Jakarta
Tsitsislivili, G.V., T.G. Andronikashvili,
Andarwulan, N.Y.T., Sadikin dan and G.N. Kirov. L.D. Filizova.
Winarno, F.G.. 1997. Pengaruh 1992. Natural Zeolites. Ellis
Lama Penggorengan dan Harvard, New York
Penggunaan Adsorben terhadap Warastuti, I. 2001. Pengaruh Perbedaan
Mutu Minyak Goreng Bekas Konsentrasi Kaustik Soda dan
Penggorengan Tahu-Tempe. Suhu pada Proses Netralisasi
Bulletin Teknologi dan Industri Disertai Bleaching Minyak Goreng
Pangan VIII(1): 40-45 Bekas Penggorengan Keripik
AOCS. 1989. Official Methods and Tempe Terhadap Karakteristik
Recommended Practices of the Minyak Goreng yang Dihasilkan.
American Oil Chemistry Society. Skripsi. Jurusan Teknologi
4th ed. Broadmaker Drive. Industri Pertanian Fakultas
Champaign, Illinois Teknologi Pertanian Universitas
Barrer, FRS, R.M. 1978. Zeolites and Brawijaya, Malang
Clay Minerals as Sorbents and

142
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 10 No. 2 (Agustus 2009) 136– 143

Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan


Gizi. PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
Zapsalis, C. and R. A. Beck. 1986.
Food Chemistry and Nutritional
Biochemistry. Macmillan
Publishing Company, New York

143

Anda mungkin juga menyukai