Anda di halaman 1dari 55

1

BAB I

PENDAULUAN

1.1 Latar Belakang

Laju perkembangan ekonomi yang semakin pesat dan persaingan antar

perushaan untuk memperolah keuntungan yang semakin ketat, menuntut

perusahaan harus mencari berbagai alternatif untuk dapat menghasilkan

keuntungan maksimum bagi perusahaan. Pada umumnya setiap perusahaan-

perusahaan termasuk subsektor perkebunan memiliki keinginan untuk

mengembangkan usaha salah satunya dengan cara mencari investor. Maka

persaingan antar perusahaan untuk memperolah keuntungan semakin ketat,

menuntut perusahaan harus mencari berbagai alternatif untuk dapat menghasilkan

keuntungan maksimum bagi perusahaan. Salah satu hal yang paling penting dalam

perusahaan yaitu tersedianya modal yang cukup untuk mendanai operasional

perusahaan. Ketersediaan modal sangat diperlukan guna keberlangsungan

perusahaan, sementara pemerolehan modal kadang kalah menjadi salah satu

kendala bagi suatu perusahaan. Dengan demikian pasar modal dapat mendorong

terciptanya alokasi dana yang efisien.

Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran

umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang

di terbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Adanya

pasar modal memberikan peran dalam mendanai operasional perusahaan karena

pihak kelebihan dana (investor) dapat memilih alternatif investasi yang


2

memberika return yang optimal. Return menjadi indikator menilai kemakmuran

pemegang saham, oleh karena itu tujuan investor menanamkan modal di suatu

perusahaan adalah untuk mendapatkan return atau dividen. Sedangkan tujuan

perusahaan adalah untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham.

Tujuan untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat di

tempuh dengan meningkatkan harga saham untuk semua keuntungan pemegang

saham di masa mendatang. Hal ini di tunjukan di mana menurut Agus Sartono

(2014 : 8) bahwa semakin meningkatnya harga saham yang di miliki perusahaan

maka kemakmuran pemegang saham akan meningkat pula. Yang artinya tujuan

perusahaan untuk meningkatkan kemakmuran pemegang saham dapat diwujudkan

dengan meningkatkan harga saham.

Sebelum memutuskan menginvestasi dana ke perusahaan, pemegang saham

perlu menilai prospek perusahaan. Dari sudut pandang investor salah satu

indikator penting untuk menilai prospek perusahaan di masa yang akan datang

adalah menilai kinerja keuangan dan return yang di dapatkan oleh pemegang

saham. Dalam hal ini ada beberpa faktor yang mempengaruhi return saham di

antaranya kebijakan dividen dan leverage.

Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan

akan di bagikan kepada pemegang saham sebagian dividen atau akan di tahan

dalam bentuk laba di tahan guna pembiayaan investasi di masa datang (Agus

Sartono,2014:281). Pembayaran dividen yang sebesar-besarnya akan

memaksimalkan kekayaan pemegang saham saat ini. Namun hal itu tidak

mengurangi dana investasi tahun mendatang yang akan mengurangi pertumbuhan


3

laba dan menurunkan kekayaan pemegang saham di tahun depan. Sejalan dengan

itu menurut Agus Sartono (2014:281) pembayaran dividen yang semakin besar

akan mengurangi kemampuan perusahaan untuk investasi sehingga akan

menurunkan tingkat pertumbuhan perusahaan dan selanjutnya akan menurunkan

harga saham. Hal ini di dukung oleh teori deviden relevan menyatakan bahwa

terdapat kebijakan dividen optimal bagi suatu perusahaan, yakni rasio pembayaran

dividen yang akan memaksimalkan harga saham. Sedangkan menurut pandangan

pengisyaratan, menyatakan bahwa kenaikan dividen sesungguhnya memberi

informasi atau sinyal fositif kepada investor bahwa perusahaan akan mengalami

pertumbuhan laba pada tahun mendatang. Sehingga investor cenderung membeli

saham dengan dividen yang lebih tinggi, yang menyebabkan harga saham menjadi

naik.

Dalam penelitian ini indikator kebijakan dividen menggunakan dividend

payout ratio di karenakan dividend payout ratio (DPR) merupakan kinerja

keuangan yang lebih sering digunakan para investor untuk mengetahui hasil dari

investasinya dan penggunaanya yang lebih sederhana. Dividend payout ratio

merupakan rasio hasil perbandingan antara dividen dengan laba yang tersedia

bagi para pemegang saham biasa (Suhandi, 2014). DPR banyak digunakan

dalam penilaian sebagai cara pengestimasian dividen untuk periode yang akan

datang, sedangkan kebanyakan analis mengestimasikan pertumbuhan dengan

menggunakan laba ditahan lebih baik dari pada dividen. dengan berbagai resiko

yang timbul, baik resiko yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang,

mengharuskan seorang investor memutuskan apa yang harus dilakukan dan


4

strategi apa yang harus di terapkan agar ia tetap memperoleh return atau dividen

yang di harapkan. Selain kebijakan dividen leverage juga dapat mempengaruhi

return saham.

Menutut Fahmi (2012: 72) Rasio leverage adalah mengukur seberapa besar

perusahaan dibiayai oleh utang. penggunaan utang terlalu tinggiakan

membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam katagori

extreme leverage (utang esktrim). Apabila perusahaan tidak mempunya leverage

atau leverage factonya = 0 artinya perusahaan dalam beroperasi sepenuhnya

menggunakan modal sendiri atau tanpa menggunakan hutang. Dalam penelitian

ini, peneliti menggunakan rasio utang jangka panjang dengan ekuitas (Debt to

Equity Ratio) untuk mengukur leverage. Debt to Equity Ratio (DER) adalah

ukuran yang di pakai dalam menganalisis laporan keuangan untuk

memperlihatkan besarya jaminan yang tersedia untuk kreditor. Dalam persoalan

Debt to Equity Ratio yang perlu di pahami bahwa tidak ada batasan berapa besar

Debt to Equity Ratio yang aman bagi suatu perusahaan, namun untuk konservatif

biasanya Debt to Equity Ratio yang lewat 66% atau2/3 sudah di anggap berisiko

(Fahmi 2012:73).

Rasio leverage yang tinggi menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin

buruk, karena tingkat ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar

semakin besar. Dengan demikian apabila Debt to Equity Ratio (DER) perusahaan

tinggi, maka harga saham perusahaan akan rendah karena jika perusahaan

memperoleh laba, perusahaan cenderung menggunakan laba tersebut untuk

membayar utangnya dibandingkan dengan membagi dividen. Debt to equity ratio


5

memberikan jaminan tentang seberapa besar hutang perusahaan dijamin oleh

modal sendiri. Pemilihan alternatif karena hutang memiliki keunggulan yaitu

bunga mengurangi pajak, sehingga beban hutang rendah. Penggunaan hutang

yang semakin tinggi, yang dicerminkan oleh DER yang semakin besar pada

perolehan laba sebelum bunga dan pajak yang sama akan menghasilkan laba per

saham yang lebih besar. Jika laba per saham meningkat, maka akan berdampak

pada meningkatnya return saham.

Untuk melakukan analisis tentang return saham tersebut diperlukan adanya

informasi yang bersifat fundamental dan teknikal. Dalam analisis fundamental,

investor dapat melakukan analisis berdasarkan kinerja perusahaan. Mengingat

pentingnya faktor fundamental perusahaan tersebut, maka tidaklah mengherankan

apabila banyak peneliti yang melakukan kajian mengenai faktor-faktor yang

dipandang mampu mernpengaruhi return saham. Namun kebanyakan dari peneliti

yang telah di lakukan cenderung menghasilkan kesimpulan yang berbeda.

Astarina (2019) membuktikan bahwa kebijakan dividen berpengaruh positif

dan signifikan terhadap return saham.. Hal ini sejalan dengan Pratiwi (2015)

yang menggungkapkan bahwa kebijakan dividen berpengaruh dan signifikan

terhaap return saham. Berbeda dengan Widiarini (2019) dalam penelitiannya yang

berjudul “pengaruh profitabilitas, leverage, likuiditas, kebijakan dividen, dan

ukuran perusahaan terhadap return saham study kasus perusahaan sector propery,

real estate, dan kontruksi pembangunan yang terdaftar di BEI periode 2013-2017”

menggungkapkan bahwa kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap return

saham. Hal ini di dukung oleh Fitri (2017) bahwa kebijakan dividen yang
6

diproksikan dengan (DPR), leverage perusahaan (DER), dan profitabilitas

(ROE) secara simultan maupun parsial tidak berpengaruh terhadap return saham.

Maryani (2016) juga melakukan penelitian tentang “Pengaruh profitabilitas

dan leverage terhadap return saham menyatakan bahwa Leverage berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap return saham”. Tetapi Kusumawardhani (2021)

menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap return saham.

Berdasarkan kesenjangan penelitian sebelumnya mengenai variabel yang

mempengaruhi return saham menunjukan hasil yang berbeda-beda oleh karena itu

penulis tertarik untuk meneliti kembali dengan judul “ pengeruh kebijakan dividen

dan leverage terhadap return saham pada perusahaan subsektor perkebunan yang

terdaftar di BEI periode tahun 2015-2017”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah

a. Adakah pengaruh kebijakan deviden terhadap return saham pada perusahaan

subsektor perkebunan yang terdaftar di BEI periode tahun 2015-2017?

b. Adakah pengaruh leverage terhadap return saham pada perusahaan subsektor

perkebunan yang terdaftar di BEI periode tahun 2015-2017?

c. Seberapa besar pengaruh kebijakan dividen dan leverage tergadap return saham

pada perusahaan subsektor perkebunan yang terdaftar di BEI periode tahun 2015-

2017?
7

1.3 Tujuan penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan peneitian adalah :

a. untuk menguji dan menganalisis apakah kebijakan deviden berpengaruh

terhadap return saham pada perusahaan subsektor perkebunan yang terdaftar di

BEI periode tahun 2015-2017.

b. Untuk menguji dan menganalisis apakah leverage berpengaruh terhadap return

saham pada perusahaan subsektor perkebunan yang terdaftar di BEI periode

tahun 2015-2017.

c. Untuk menguji dan menganalisis besarnya pengaruh kebijakan dividen dan

leverage tergadap return saham pada perusahaan subsektor perkebunan yang

terdaftar di BEI periode tahun 2015-2017.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikirean dan

pengembangan ilmu manajemen keuangan.

1.4.2 Manfaat praktisi

a. bagi investor

hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inforrmasi bagi investor

tentang faktorfaktor yang mempengaruhi return saham sehingga memudahkan

dalam pengambilan keputusan investasi

b. bagi akademisi
8

hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan referensi

dalam melakukan penelitian selanjutnya mengenai faktor yang mempengaruhi

return saham.

c. bagi penulis

penelitian ini bermanfaat dalam menambah pengetahuan tentang pasar

modal khususnya mengenai pengaruh kebijakan dividen dan leverage terhadap

return saham, serta dapat menerapkan teori dan konsep yang telah di pelajari

selama perkuliahan.
9

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan

Pada bab ini di sajikan latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan

penulis, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan

BAB II : Tinjauan Pustaka

Dalam tinjauan pustaka ini di uraikan landasan teori yang di gunakan sebagai

dasar analisis penelitian, penelitian terdahulu, kerangka pikir, dan hipotesis

BAB III : Metodelogi Penelitian

Dallam metodelogi penelitian ini di uraikan tentang jenis penelitian, lokasi dan

waktu penelitian, metode penelitian, populasidan sampel & teknik pengambilan

sampel, jenis data dan metode pengumpulan data, teknik analisis data dan definisi

indikator peneliti.

BAB IV : Hasil Penelitian

Dalam bab ini berisi tentang hasil peneliti secara sistematika kemudian di analisis

dengan mengunakan metodelogi yang telah di tetapkan untuk selanjutnya di

adakan pembahasan.

BAB V : Penutup

Bab ini merupakan hasil dari semua yang telah di capai pada masing-masing bab

sebelumnya. Tersususn atas kesimpulan dan saran.


10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pasar Modal

Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen

keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi),

ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar

modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain

(misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan

demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual

beli dan kegiatan terkait lainnya.

Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran

umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang

diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar

Modal menyediakan berbagai alternatif bagi para investor selain alternatif

investasi lainnya, seperti: menabung di bank, membeli emas, asuransi, tanah dan

bangunan, dan sebagainya. Pasar Modal bertindak sebagai penghubung.

Pasar modal juga dikenal dengan istilah bursa efek. Di dalamnya, kamu bisa

menemukan berbagai jenis surat berharga yang setiap hari diperdagangkan. Jenis-

jenis surat berharga tersebut di antaranya adalah: 


11

1. Saham

Saham merupakan surat berharga yang menjadi bukti kepemilikan atas

sebuah perusahaan. Investor yang memiliki saham di sebuah perusahaan,

berhak untuk mendapatkan dividen atau pembagian laba. 

2. Reksadana

Reksadana dikenal sebagai instrumen investasi yang menjadi wadah untuk

pengumpulan serta pengelolaan dana beberapa investor. Dana tersebut

kemudian dikelola manajer investasi menjadi berbagai instrumen, seperti

pasar uang, obligasi, saham, atau efek lainnya. 

3. Surat utang atau obligasi

Kamu juga bisa mendapatkan surat berharga berupa obligasi di pasar

modal. Kepemilikan surat utang dapat dipindahtangankan, dan pemegangnya

memiliki hak untuk memperoleh bunga serta pelunasan utang pada jangka

yang telah ditentukan. 

4. Exchange traded fund (ETF)

Surat berharga yang satu ini sebenarnya memiliki kemiripan dengan

reksadana, sama-sama dikumpulkan secara kolektif. Hanya saja, EFT bisa

diperdagangkan di bursa efek layaknya saham. 

5. Derivatif

Selanjutnya, ada pula surat berharga dalam bentuk derivatif. Surat

berharga ini dikenal sebagai bentuk turunan dari saham. Terdapat 2 jenis

derivatif yang bisa kamu temukan di pasar modal Indonesia, yaitu warrant

dan right.
12

Fungsi pasar modal adalah mempertemukan emiten yang membutuhkan dana

dengan investor. Dengan bertemunya pihak yang membutuhkan dana dan

kelebihan dana, maka secara langsung akan menjalan roda perekonomian suatu

negara. Ini karena dana-dana yang didapat dari investor di pasar modal adalah

digunakan untuk pengembangan usaha, penambahan mesin produksi, penambahan

tenaga kerja, ekspansi bisnis, pembayaran utang, dan sebagainya. Sementara bagi

masyarakat atau investor, pasar modal berfungsi untuk menanamkan uangnya

lewat instrumen investasi yang disediakan pasar modal seperti saham dan obligasi

sehingga mendapatkan imbal balik. 

Pasar modal memiliki manfaat bagi emiten (Pihak yang melakukan Penawaran

Umum, yaitu penawaran Efek yang dilakukan oleh Emiten untuk menjual Efek

kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam peraturan Undang-

undang yang berlaku), maupun untuk para investor.

Manfaat Pasar Modal untuk Emiten

 Jumlah dana yang dapat dihimpun berjumlah besar

 Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai

 Tidak ada convenant sehingga manajemen dapat lebih bebas dalam

pengelolaan dana/perusahaan

 Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan

 Ketergantungan emiten terhadap bank menjadi lebih kecil


13

Manfaat Pasar Modal untuk Investor

a. Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi. Peningkatan

tersebut tercermin pada meningkatnya harga saham yang mencapai capital

gain

b. Memperoleh dividen bagi mereka yang memiliki atau memegang saham dan

juga bunga yang mengambang bagi pemegang obligasi

c. Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen yang

mengurangi risiko

2.1.2 Dividen

Menurut Musthafa ( 2017:141) deviden adalah bagian keuntungan yang

yang di terima oleh pemegang saham dari suatu perusahaan. Apabila keuntungan

perusahaan tidak dibagikan kepada pemegang saham, dan di investasikan kembali

dalam perusahaan, maka di sebut laba di tahan. Menurut Rudianto (Pratiwi 2015),

dividen adalah bagian dari laba usaha yang diperoleh perusahaan dan

diberikan oleh perusahaan kepada pemegang sahamnya sebagai imbalan atas

kesediannya menanamkan hartanya di dalam perusahaan

Menurut Rudianto (Pratiwi, 2015), ada beberapa jenis-jenis dividen yang

dapat dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang sahamnya, yaitu sebagai

berikut :

1. Dividen Tunai (Cash Dividend)

adalah pembagian hasil secara tunai. Terkadang perusahaan membayar

dividen 2 sampai 4 kali untuk membayar dividen dalam setahun. Dana dari

pembayaran dividen tunai ini diambilkan dari laba ditahan yang dimiliki oleh
14

perusahaan, sehingga secara otomatis laba ditahan dan kas perusahaan akan

berkurang

2. Dividen properti (Property Dividend)

merupakan pembayaran dividen melalui asset/aktiva selain kas. Ini

dilakukan oleh perusahaan karena perusahaan terkadang mengalami kekurangan

kas untuk membayar dividen tunai. Metode ini jarang dilakukan karena selain

rumit, cara ini juga tidak begitu disukai oleh pemegang saham.

3. Dividen Skrip

dengan menggunakan metode ini, dividen dibayarkan dengan cara penulisan

surat janji hutang perusahaan kepada pemegang saham. Penulisan didalamnya

menyatakan untuk pelunasan atau pembayaran hutang yang sudah dijanjikan

dengan menggunakan waktu yang sudah dijanjikan. Dengan dikeluarkannya

dividen skrip ini, secara otomatis perusahaan mengakui adanya hutang baru, dan

hutang ini juga perlu dicatat di neraca. Dan juga, dividen jenis ini biasanya juga

dikenai bunga, sehingga perusahaan juga harus membayar bunga hingga hutang

tersebut dibayarkan kepada pemegang saham.

4. Dividen Saham

adalah Pembagian hasil yang dilakukan dalam bentuk saham. Jika

perusahaan membagikan dividen jenis ini, maka jumlah saham yang dimiliki

pemilik akan bertambah. Pembagian dividen saham ini tidak mengubah

kapitalisasi pasar karena cara pembagiannya mirip seperti stock split di mana

pembayaran dividen saham dilakukan dengan cara menambah jumlah saham

sambil mengurangi nilai dari tiap-tiap saham


15

5. Dividen Likuidas

adalah sama dengan pengembalian modal dari perusahaan kepada pemilik

saham. Pada masa kebangkrutan memang sudah keharusan dari perusahaan untuk

mengembalikan saham modal yang diberikan oleh pemberi saham. Dengan

mengembalikannya saham modal perusahaan, perusahaan tidak akan lagi

mempunyai utang dan permasalahan di belakangnya.

2.1.3 Kebijakan Dividen

Menurut Musthafa (2017:141) kebijakan dividen adalah keputusan apakah

laba yang di peroleh perusahaan akan di bagikan kepada pemegang saham sebagai

dividen atau akan di tahan dalam bentuk laba di tahan guna pembiayaan investasi

di masa yang akan datang. Berdasarkan dividen yang yang di bagikan kepada

pemegang saham di tentukan dengan persentase yang di sebut “Dividen payout

Ratio”.Deviden Payout Ratio merupakan perbandingan antara dividen yang di

bayarkan dengan laba bersih. Semakin tinggi Dividen payout Ratio akan

menguntungkan bagi investor selaku pemegang saham, sebaliknya akan

melemahkan internal finansial perusahaan.

Yogianto Hartono (Sari 2017) menyatakan bahwa Dividen payout Ratio di

ukur sebagai dividen yang dibayarkan di bagi dengan laba yang tersedia untuk

pemegang saham umum. Jadi Dividen payout Ratio merupakan persentase laba

yang di bagikan kepada pemegang saham umum dari laba yang peroleh

perusahaan
16

Besar kecilnya Dividen payout Ratio dipengaruhi oleh :

a. Likuiditas dari perusahaan yang bersangkutan

b. Keperluan dana melunasi utang

c. Tingkat investasi yang di rencanakan

d. Pengawasan

e. Keuntungan dari pemerintah

Menurut Brigham dan Joel (Pratiwi, 2015), terdapat beberapa landasan

teori yang dapat dipergunakan sebagai landasan untuk membuat kebijakan dividen

yang tetap bagi perusahaan, antara lain sebagai berikut :

a. Teori Irelevansi Dividen (Dividend Irrelevance Theory)

pandangan ini berasumsi bahwa tidak ada hubungan kebijakan dividen

dengan harga saham.

b. Teori Burung di Tangan (Bird in the Hand Theory)

pandangan ini berasumsi bahwa tidak semua investor menginvestasikan

kembali dividen mereka di perusahaan yang sama dengan memiliki resiko yang

sama, oleh sebab itu tingkat resiko pendapatan mereka di masa yang akan datang

bukanlah ditentukan oleh kebijakan dividen akan tetapi ditentukan oleh tingkat

resiko investasi baru.

c. Teori Preferensi Pajak (Tax Preference Theory)

jika capital gain dikenakan pajak dengan tarif lebih rendah daripada pajak

atas dividen, maka saham yang memiliki pertumbuhan tinggi akan lebih menarik.

Tetapi sebaliknya, jika capital gain dikenakan pajak yang sama dengan

pendapatan atas dividen, maka keuntungan dari capital gain menjadi berkurang.
17

Namun demikian pajak atas capital gain masih lebih baik dibandingkan dengan

pajak atas dividen karena pajak atas capital gain baruakan dibayarkan setelah

saham dijual, sementara pajak atas dividen harus dibayar setiap tahun

pembayaran dividen.

Menurut Mardiyanto (Sari 2017) ada lima faktor yang perlu di perhatikan

seorang manajer keuangan dalam memutuskan jumlah dividen yang akan di

bayarkan, antara lain :

1. Kendala dalam pembayaran dividen

Besar kecilnya pembayaran dividen dalam praktiknya dibatasi oleh hal-hal

sebagai berikut :

a. Syarat-syarat dalam kontrak utang yang di tentukan kreditor

b. Pembayaran dividen tidak boleh melebihi laba di tahan dalam neraca

c. Tersedianya kas yang mencukupi, dan

d. Peraturan perpajakan

2. Kesempatan investasi

Perusahaan yang mempunyai banyak kesempatan investasi akan

membutuhkan dana lebih besar sehingga lebih srnang memiliki rasio pembayaran

dividen yang rendah. Perusahaan yang berkemampu untuk mempercepat atau

menunda proyeknya (mempunyai fleksibilitas tinggi) akan lebih konsisten dalam

menjalani kebijakan dividen.


18

3. Alternatif Sumber Dana

Jika biaya emisi saham baru relatif tinggi utnuk mendanai investasi,

perusahaan akan memilih sumber dana internal (laba di tahan) daripada

menerbitkan saham baru.

4. Dilunasi kepemilikan

Menajer yang lebih mementingkan pengendalian atas perusahaan,

cenderung menolak menjual saham baru sehingga akan mendanai proyek investasi

melalui laba di tahan serta menurunkan rasio pembayran dividen.

5. Pengaruh kebijakan dividen terhadap rasiko

Tingginya resiko investor di pengaruhi oleh 4 faktor antara lain :

 Kesediaan investor memperoleh pendapatan sekarang atau menunda di

tahun depan.

 Penerimaan resiko atas dividen atau keuntungan modal.

 Penghematan pajak dari dividen.

 Kandungan informasi atau sinyal yang dipahami investor atas suatu

kebijakan dividen.

2.1.4 Leverage (Debt) Ratio

Leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa besar perusahaan

tergantung pada kreditur dalam membiayai asset perusahaan. Dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan rasio utang jangka panjang dengan ekuitas (Debt to Equity

Ratio) untuk mengukur leverage Debt to Equity Ratio (DER) menggambarkan

kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan kewajiban agar untuk membayar

hutang dengan ekuitas atau modal sendiri (Mariyani, 2016).


19

Semakin tinggi proporsi debt relatif terhadap ekuitas meningkatkan risiko

perusahaan. Sebagaimana rasio lainnya faktor industri dan ekonomi sangat

mempengaruhi, baik tingkat debt maupun sifat debt (jatuh tempo dan tingkat

bunga tetap dan variabel). Misalnya industri dengan modal yang intensif

cenderung untuk menggunakan tingkat debt yang tinggi untuk mendanai property,

plan, and equipment-nya. Debt untuk mendanai kegiatan semacam itu harus

bersifat jangka panjang agar sesuai dengan jangka waktu aset yang diperoleh.

Debt ratio ditunjukkan dengan perbandingan debt to total capital, debt to equity

(Ulupui)

Husnan dan Pudjiastuti (Fitri, 2017) berpendapat bahwa “debt to equity

ratio (DER) merupakan rasio yang menunjukkan perbandingan antara hutang

dengan modal sendiri”. Berdasarkan pendapat di atas, debt to equity ratio (DER)

digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menutup sebagain

atau seluruh hutang-hutangnya baik jangka panjang maupun jangka pendek

dengan dana yang berasal dari total modal dibandingkan besar hutang. Oleh

karena itu, semakin rendah DER akan semakin tinggi kemmapuan perusahaan

untuk membayar seluruh kewajibannya. Semakin besar proporsi hutang yang

digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan, maka akan semakin besar

pula jumlah kewajibannya.


20

Secara umum, leverage terdapat 3 buah jenis. Antara lain sebagai berikut ini

1. Operating Leverage / Leverage Operasi

Menurut pendapat dari hanafi, pengertian dari leverage operasi ialah jumlah

dana perusahaan yang digunakan untuk operasional. Sedangkan menurut

Syamsuddin, arti leverage operasi ialah tingkat kemampuan dari perusahaan

dalam menggunakan fixed cost / biaya operasi tetap. Hal itu dilakukan untuk

dapat meningkatkan pengaruh fixed cost atau biaya tetap pada penjualan / earning

before interest and taxes / EBIT.

Jenis leverage ini muncul atas akibat dari fixed cost / biaya tetap yang

ditanggung sebagai operasional perusahaan. Dengan leverage operasi, suatu

perusahaan dapat berharap penjualan akan meningkat. Sehingga dapat

menghasilkan laba sebelum bunga serta pajak yang jauh lebih besar.

Fixed cost / biaya operasi tetap berasal dari biaya produksi dan pemasaran

serta biaya penyusutan yang mempunyai sifat permanen, misalnya gaji karyawan.

Pada leverage operasi ini berupa efek dari fixed cost / biaya tetap pada

kemampuan perusahaan supaya dapat menutupi semua biaya tersebut. Besar

kecilnya leverage, dapat dihitung dengan Degree of operating leverage (DOL).

Cara untuk menghitung DOL yaitu dengan membagikan antara persentase

perubahan EBIT dengan persentase perubahan penjualan.

2. Financial Leverage / Leverage Keuangan

Arti dari leverage keuangan menurut Sartono adalah aktiva / sumber dana

yang mempunyai beban tetap. Hal itu disertai asumsi supaya dapat memberi

keuntungan tambahan dalam jumlah yang lebih besar dari biaya tetap. Sehingga
21

dapat meningkatkan keuntungan / laba bagi pemegang saham / pemilik

perusahaan. Salah satu penerapan dari financial leverage ialah dengan membuat

suatu kebijakan agar memperoleh pinjaman dari luar dia dalam bidang

management keuangan. Jadi perusahaan dapat membiayai seluruh operasional

dengan memanfaatkan pinjaman tersebut. Perusahaan juga akan menanggung

semua beban. Kemudian juga berharap pendapatan per saham akan meningkat.

Timbulnya leverage keuangan disebabkan dengan kondisi dimana perusahaan

harus mengeluarkan biaya keuangan tetap. Kewajiban tersebut tidak dapat diubah

begitu saja hanya dengan perubahan EBIT yang meningkat. Tetapi harus dibayar

diluar tingkat EBIT yang telah diperoleh perusahaan. Jadikan financial leverage

tidakmempunyai hubungan dengan operating leverage.

Financial leverage dapat dihitung melalui DFL / degree of financial

leverage. Untuk mengetahui nilai DFL dapat dihitung dengan melakukan

pembagian antara persentase perubahan dari pendapatan per saham / EPS dengan

persentase perubahan EBIT.

3. Combination Leverage / Leverage Gabungan

Leverage gabungan terjadi apabila perusahaan mempunyai leverage operasi

dan leverage financial yang baik. Kedua leverage itu sangat berguna bagi

perusahaan dalam meningkatkan keuntungan / laba untuk pemegang saham.

Jadi leverage gabungan hanya berupa efek yang berasal dari perubahan

penjualan pada perubahan laba sesudah pajak. Sehingga secara tidak langsung

dapat mengukur atas pengaruh perubahan penjualan pada perubahan pendapatan.


22

Besarnya persentase perubahan laba per saham hanya sebagai bentuk dari hasil

persentasi unit yang telah terjual.

2.1.5 Saham

Menurut Fahmi (2012:270) saham merupakan tanda bukti penyertaan

kepemilikan modaldana pada suatu perusahaan, kertas yang tercantum dengan

jelas nilai nominal, nama perusahaan, dan di ikuti dengan hak dan kewajiban yang

dijelaskan kepada setiap pemegangnya. Bagi perusahaan yang menerbitkan saham

di pasar modal, harga saham yang di perjual belikan di bursa merupakan indikator

perusahaan.

Menurut Lubis ( Pratiwi, 2017 ), terdapat dua jenis saham yang

diperdagangkan. Yaitu saham biasa (common stock) yang paling dikenal

masyarakat dan saham preferen (preferred stock). Secara sederhana saham dapat

didefinisikan sebagai penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu

perusahaan saham preferen adalah suatu jenis hibrida, dalam beberapa hal tentu

mirip dengan obligasi dan mirip dengan saham biasa dalam beberapa hal lain

(Brigham dan Joel dalam Pratiwi, 2017).

Menurut Fahmi (2012:276) ada beberapa kondisi dan situasi yang

menentukan suatu saham itu mengalami fluktuasi, yaitu:

a. Kondisi mikro dan makro ekonomi

b. Kebijakan perusahaan dalam menentukan untuk pelunasan usaha, seperti

membuka kantor cabang (brand office).

c. Pergantian direksi secara tiba-tiba


23

d. Adanya direksi atau pihak komisaris perusahaan yang terlibat tindak pidana dan

kasusnya sudah masuk ke pengadilan

e. Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan setiap waktunya

f. Resiko sistematis, yaitu suatu bentuk resiko yang terjadi secara menyeluru dan

telah ikut menyebabkan perusahaan ikut terlibat. Efek dari fsikologi pasar yang

ternyata mampu menekan kondisi teknikal jual beli saham.

jika diperhatikan berdasarkan segi kemampuan dalam hak tagih dan juga

klaimnya, maka saham bisa dibedakan menjadi dua jenis utama, yaitu:

1. Saham Biasa

Pengertian saham biasa atau common stocks adalah suatu saham yang bisa

diklaim berdasarkan dari keuntungan dan kerugian yang ada pada suatu

perusahaan. Apabila prosedur likuidasi dilakukan, maka para pemegang saham

biasa akan memiliki prioritas terakhir dalam hal pembagian dividen dari penjualan

aset suatu perusahaan. Dalam suatu saham biasa, maka para pemegang saham

memiliki kewajiban yang sifatnya terbatas. Artinya, saat perusahaan yang

didanainya tersebut dinyatakan bangkrut, maka nilai kerugian yang ditanggung

oleh para pemegang saham adalah sebesar nilai modal yang sudah disetorkannya.

Berikut ini adalah ciri-ciri dari saham biasa:

 Setiap pemegang saham mempunyai hak suara yang sama dalam hal memilih

dewan komisaris.

 Setiap hak pemegang saham akan diprioritaskan saat perusahaan akan

mengeluarkan saham baru.


24

 Setiap pemegang saham memiliki tanggung jawab yang sifatnya terbatas,

yakin sebesar nilai saham yang sudah disetorkannya.

2. Saham Preferen (Preferred Stock)

Pengertian saham preferen atau preferred stock suatu saham yang mana

nilai pembagian labanya tergolong tetap, dan saat perusahaan menderita kerugian,

maka para pemegang saham preferen tersebut akan diberikan prioritas utama

dalam hal pembagian hasil penjualan aset perusahaan. Saham preferen ini

mungkin akan terlihat sama dengan obligasi, yang mana adanya klaim terhadap

laba serta aktiva sebelumnya, dividen yang tetap selama saham masih berlaku,

mempunyai hak tebus, dan juga bisa ditukarkan dengan saham yang biasa. Berikut

ini adalah ciri-ciri dari saham preferen:

 Memiliki beberapa tingkatan yang bisa diterbitkan dengan bentuk

karakteristik yang juga berbeda.

 Adanya tagihan atas suatu pendapatan dan aktiva, serta memiliki prioritas

yang tinggi dalam hal pembagian nilai dividen.

 Saham preferen juga bisa ditukarkan dengan saham biasanya dengan adanya

kesepakatan yang terjalin antara perusahaan dengan pemilik saham.

Saham juga bisa dibagi berdasarkan kinerja atau performa dari perusahaan, yaitu

1. Blue Chip Stocks

Pengertian saham blue chip atau blue chip stocks adalah suatu perusahaan

besar yang sudah dipercaya di kalangan para pebisnis lain. Saham ini cenderung

memiliki harga perlembar yang lebih tinggi namun nilainya lebih stabil.
25

2. Income Stocks

Pengertian saham pendapatan atau Income stocks adalah jenis saham yang

mampu memberikan dividen yang besar, namun tetap diiringi dengan risiko yang

besar juga. Sehingga, diperlukan strategi yang ampuh dalam mengelola jenis

saham ini.

3 Growth Stocks

Pengertian saham berkembang atau growth stocks adalah saham yang

mempunyai tingkat perkembangan yang lebih cepat daripada jenis sahal lain yang

sama di bidangnya. Dalam kurun waktu satu hari, jenis saham ini bisa meningkat

atau menurun beberapa kali.

4. Speculative Stocks

Pengertian saham spekulatif atau speculative stocks adalah jenis saham yang

biasa atau sering diperjualbelikan di bursa efek karena didalamnya terkandung

potensi dividen yang besar di masa depan.

5. Cyclical Stocks

Pengertian saham cyclical atau cyclical stocks adalah jenis saham yang

sangat rentan terkena tren ekonomi. Saham ini bersifat fluktuatif, dan fluktuasi di

dalamnya tergolong sangat cepat.

6. Emerging Growth Stock

Jenis saham ini adalah jenis saham yang berasal dari perusahaan kecil,

namun lebih tahan banting, karena cenderung tidak terpengaruh dengan kondisi

ekonomi yang naik turun, terlebih lagi dengan adanya resesi.


26

7. Defensive Stocks

Defensive stocks adalah jenis saham yang tidak terpengaruh dengan adanya

kondisi resesi. Umumnya, saham ini berasal dari perusahaan yang bergerak pada

industri harian manusia yang daya belinya cenderung stabil di setiap harinya.

2.1.6 Return Saham

Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa

return realisasi yang sudah terjadi atau return ekpektasi yang belum terjadi tetapi

diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Return realisasi (realized return)

merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data

histories. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur

kinerja dari perusahaan. Return histories ini juga berguna sebagai dasar

penentuan return ekspektasi (expected return) dan risiko di masa datang. Return

ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh

investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah

terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi (Jogianto, dalam Retnaningrum &

Haryanto 2018 )

Menurut Jogiyanto (Astarina, 2019) return terdiri dari dua jenis yaitu return

realisasi dan return ekspektasi.

a. Return realisasi (realizet return) merupakan return yang sudah terjadi. Return

realisasi di hitung dengan data historis, return ini sangat penting karena dapat di

gunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan dan dapat di gunakan

sebagai dasar penentu return ekspektasi.


27

b. Return ekspetasi (expected return) adalah return yang di harapkan akan

diperoleh oleh investor di masa mendatang. Return realisasi ini dapat di gunakan

sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi.

Menurut Jogiyanto (Sari,2015) komponen-komponen yang menjadi dasar

pada hasil return ada dua, yaitu:

a. Yield, yaitu komponen return yang mencerminkan aliran kas yang di dapat

secara periodik dari investasi yang di lakukan.

b. Capital gain, merupakan penurunan dan peningkatan dari harga saham yang

bisa memberikan keuntungan bagi investor.

Faktor- faktor yang mempengarui return saham

1. Faktor Makro

Berdasarkan faktor makro, return saham dapat terpengaruh melalui faktor

makro ekonomi dan faktor makro non ekonomi. Diantara faktor makro ekonomi

yang mempengaruhi return saham adalah inflasi, suku bunga, kurs valuta asing,

tingkat pertumbuhan ekonomi, harga bahan bakar minyak di pasar internasional

dan indeks harga saham regional. Sedangkan yang termasuk dalam faktor makro

non ekonomi adalah peristiwa politik domestik, peristiwa sosial dan peristiwa

politik internasional.

2. Faktor Mikro

Faktor mikro adalah kondisi  yang terjadi dari dalam perusahaan termasuk

informasi atau data keuangan maupun non keuangan, informasi fundamendan

informasi teknika. Informasi fundamental yang berasal dari intern perusahaan

adalah dividen, tingkat penjualan, karakteristik keuangan dan ukuran perusahaan.


28

Selain itu ada pula informasi teknikal yang berasal dari luar perusahaan seperti

ekonomi, politik dan keuangan.

Adapun manfaat return saham bagi investor adalah sebagai berikut.

1. Sebagai Pengukur Tingkat Keuntungan Saham yang Dimiliki

Pebisnis dalam hal ini adalah investor saham melakukan jual beli saham

untuk meraup keuntungan sebaik mungkin. Oleh sebab itu dengan penghitungan

return saham maka kedua belah pihak baik perusahaan maupun investor dapat

memperoleh rincian dasar atas keuntungan maupun kerugian yang terjadi.

2. Sebagai Bahan Pertimbangan dan Data Untuk Keputusan di Kemudian Hari

Berdasarkan pencapaian hasil yang diperoleh dari return saham, maka

investor dapat melakukan pertimbangan dalam mengambil keputusan di kemudian

hari. Hal ini juga menjadi histori untuk menyusun ekspektasi kegiatan jual beli

saham yang lebih menguntungkan pada periode berikutnya.


29

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu

No Nama/ tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian

1. Astarina Yesita Pengaruh kebijakan dividen terhadap return Bahwa kebijakan dividen
(2019) saham pada Perusahaan Industri Manufaktur berpengaruh positif dan
yang terdaftar di BEI periode tahun 2013-2017 signifikan terhadap return
saham.

2. Putri Pratiwi (2015) Pengaruh kebijakan dividen terhadap retun Bahwa kebijakan dividen
saham pada perusahaan sektor industri barang berpengaruh dan signifikan
konsumsi yang terdaftar di BEI. terhadap return saham

3. Widiarini, Syafira Pengaruh profitabilitas, leverage, likuiditas, Kebijakan dividen (DPR) tidak
(2019) kebijakan dividen, dan ukuran perusahaan brpengaruh terhadap return
terhadap return saham study kasus perusahaan saham
sector property, real estate, dan kontruksi
pembangunan yang terdaftar di BEI periode
2013-2017

4. Raisa Fitri (2017) Pengaruh Kebijakan Dividen, Laverage dan Secara simultan dan parsial
Profitabilitas Terhadap Return Saham Paada kebijakan dividen (DPR),
Perusahaan Sub Sektor Makanan Dan laverage perusahaan dan
Minuman di BEI profitabilitas tidak berpengaruh
terhadap return saham.

5. Kusumawardhani, Pengaruh rasio pasar, profitabilitas, leverage, Menyatakan Leverage dan


Nila (2021) dan kebijakan dividen terhadap return saham kebijakan dividen tidak
berpengaruh terhadap return
saham

6. Maryani, Lina Pengaru profitabilitas dan leverage terhadap Ada pengaruh negative dan
(2016) return saham signifikan antara leverage
terhadap return saham
Sumber : dari berbagai penelitian (data diolah penulis 2021).
30

2.3 Kerangka berpikir / Konseptual

Hubungan yang menunjukan antara variabel independen dan variabel

devinden.

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

Kebijakan dividen (X)

DPR=Deviden per shere


Earning per shere Return saham (Y)
ni
R=Pt-(Pt-1)

Leverage (X2) Pt-1

DER = Total Utang


Total Ekuitas

2.4 Hipotesis

Sugiyono (2013 : 64 ) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap

rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya

di susun dalam bentuj kalimat pernyataan. Dikatakan sementara karena jawaban

yang di berikan baru didasarkan pada fakta-fakta empiris yang di peroleh melalui

pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis

terhadap rumusan masalah penelitian belum jawaban yang empirik. Dari uraian

kerangka berpikir diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H1 : diduga kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap Return Saham pada

perusahaan sub sektor perkebunan yang terdaptar di Bursa Efek Indonesia


31

H2 : diduga leverage berpengaruh negative terhadap Return Saham pada

perusahaan sub sektor perkebunan yang terdaptar di Bursa Efek Indonesia.

H3 : Diduga terdapat pengaruh kebijakan dividen dan leverage terhadap return

saham pada perusahaan subsektor perkebunan


32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu menggunakan angka-

angka sebagai alat analisis untuk mengetahui keterkatitan antara variabel yang

didukung dengan mengunakan statistik. Sedangkan menurut pengertiannya

penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengeahui hubungan

antara dua buah variabel atau lebih. Berdasarkan tingkat penjelasan dari

kedudukan dari variabelnya maka penelitian ini bersifat asosiatif yaitu penelitian

yang mencari hubungan (pengaruh) sebab akibat yaitu variabel dependen dalam

harga saham yang di proksikan oleh return saham, sedangkan variabel

independennya adalah kebijakan dividen dan leverage.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

penelitian ini di lakukan pada perusahaan sub sektor perkebunan yang

terdaftar di Bursa efek indonesia periode tahun 2015-2017. Pengambilan data

dalam penelitian ini dilaksanakan melalui website bursa Efek indonesia (BEI).

Waktu penelitian terhitung dimulai dari Januari 2021 sampai Maret 2021.
33

3.3. Populasi, Sampel Besar Sampel & Teknik Pengambilan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi di artikan sebagai wilayah generasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang di tetapkan oleh penulis untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulan

(Sugiyono,2013:148)

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah semua sektor perusahaan

subsektor perkebunan yang terdaftar di BEI yang terdiri dari dari 18 perusahaan

dimana perusahaan tersebut aktif dalam menerbitkan laporan-laporan keuangan

dan harga saham selama periode tahun 2015-2017.

3.3.2 Sample

Sample adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2013:149). Pemilihan sample dalam penelitian ini

dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu pengambilan sample dari

suatu populasi dengan keriteria sebagai berikut:

a. Seluruh Perusahaan subsektor perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia

b. Perusahaan menyampaikan laporan keuangan periode 2015-2017 dalam satuan

rupiah yang telah di audit.

c. Perusahaan harus memiliki data terkait harga saham dan dividen tahun 2015-

2017
34

Berdasarkan data dari www.idx.co.id perusahaan subsektor perkebunan

yang terdaftar di BEI adalah 18 perusahaan. Perusahaan-perusahaan tersebut di

seleksi kembali sesuai dengan kriteria purposive sampling yang telah di tetapkan

sebelumnya. Seleksi sampel disajikan apa tabel berikut ini :

Tabel 3.1 Seleksi Sampel Penelitian

No. Kriteria Jumlah

1. Seluruh Perusahaan subsektor perkebunan yang 18


terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2. Perusahaan menyampaikan laporan keuangan periode 18


2015-2017 dalam satuan rupiah yang telah di audit.

3. Perusahaan harus memiliki data terkait harga saham dan 6


dividen pada tahun 2015-1017.

4. Jumlah sampel akhir 6

5. Jumlah pengamatan 18
Sumber: data diolah peneliti 2021

Berdasakan kriteria sampel di atas di peroleh sampel sebanyak 6

perusahaan. Berikut ini daftar perusahaan yang menjadi sampel berdasarkan

kriteria sampel di atas:

Tabel 3.2 Sampel Penelitian

No Kode Saham Nama perusahaan Tanggal IPO Jenis Perkebunan

1. ANJT Austindo Nusantara Jaya Tbk 16/04/1993 Sawit

2. LSIP PP London Sumatra Indonesia Tbk 18/12/1993 Sawit, karet

3. SGRO Sampoerna Agro Tbk 07/01/1993 Sawit, karet

4. SIMP Salim Ivomas Pratama Tbk 12/08/1992 Sawit

5. SSMS Sawit Sumbermas Sarana Tbk 22/11/1995 Sawit


35

6. TBLA Tunas Baru Lampung Tbk 22/12/1973 Sawit, Nanas, Tebu

Sumber: www.idx.co.id (data diolah, 20

3.4 Jenis Data & Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang di gunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder .

data sekunder merupakan data yang di ambil dari buku, internet dan referensi lain

yang berhubungan dengan objek penelitian. Data sekunder yang di peroleh berupa

laporan tahunan dan laporan keuangan (telah di audit) perusahaan subsektor

perkebunan yang tercatat di BEI pada tahun 2015-2017. Data bersumber dari

website resmi BEI (http://idx.co.id) dan sumber lainnya.

Teknik pengumpulan data yang di gunakan untuk mengumpulkan data

skunder dalam penelitian ini adalah dokumentasi. Teknik dokumentasi adalah

teknik pengumpulan data dari berbagai sumber yang sifatnya tertulis dalam hal ini

men yangkut kebijakan dividen (dividend payout ratio) terhadap return saham.

Data yang di kumpulkan harus sesuai dengan tujuan yang akan di laksanakan,

oleh karena itu dividen payout ratio terhadap return saham dalam bentuk

pengukuran tahunan.

3.5 Metode Analisi Data

Metode analisi yang di gunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode

analisis regresi yang dlam perhitungannya menggunakan metode statistik yang di

bantu dengan program pengolahan data statistik SPSS. SPSS (Statistitical

Package For Social Sciences) adalah sebuah program komputer yang di gunakan

untuk menganalisis sebuah data dengan analisi statistika. Teknik analisis data
36

yang di gunakan untuk menganalisis data-data yang telah dikumpulkan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.5.1 Uji Asumsi Klasik

Berdasarkan tujuan dan penelitian ini maka beberapa metode analisis data

yang akan di gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Uji Normalitas

Uji normalitas di lakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi

variabel sisaan atau residual memiliki distribusi normal. Ada dua cara untuk

mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, adalah dengan uji

statistik melalui uji lilifors atau uji kolmogorov-smino (Purpowarsito dalam Sari

2015). Kriteria uji ini adalah:

a. Jika signifikasi hasil perhitungan data (sig) >5%maka data berdistribusi normal.

b. Jika signifikasi hasil perhitungan (sig) <5% maka data tidak berdistribusi

normal.

2. Uji Mutikolinearits

Uji mutikolinearits bertujuan untuk menguji apakah model regresi di

temukan adanya kolerasi antara variabel bebas. Medel regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel bebas. Nilai toleran <0,01 dan

VIF >10 maka tidak terjadi multikolinearits.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas uji ini bertujuan untuk mengetahui apaka dalam

sebuah model regresi terjadi ketidak samaan variabel residual dari pengamatan
37

satu ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah model yang tidak

terjadi heteroskedastisitas. Apakah terdeteksi atau tidaknya heteroskadastisitasnya

dapat di lakukan dengan cara menguji korelasi ranking-spearman (spearman-

ranking). Ada tidaknya heteroskedastisitasnya dalam model regresi dapat di

ketahui dalam pola gambar scatterplot model tersebut. Anaisis pada gambar

scatterplot yang menyatakan model regresi linear berganda tidak terdapat

heteroskedastisitas jika titik-titik meyebar di atas dan di bawah atau sekitar angka

0. Jika titik-titik dan tidak mengumpul hanya di atas dan di bawah saja,

penyebaran titiktitik data tidak boleh membentuk pola bergelombang, melebar,

kemudian menyempit dan melebar kembali, penyebaran titik-titik sebaiknya tidak

berpola. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa tidak terjadi masalah

heteroskedastisitas, hingga model regresi yang baik dan ideal dapat terpenuhi.

4. Analisis Regrensi Berganda

Analisis regrensi berganda adalah dimna variabel tergantung di pengaruhi

oleh dua atau lebih variabel bebas. Analisis regrensi berganda di gunakan untuk

mengukur ada atau tidaknya hubungan antara kebijakan dividen (DPR) dan

leverage (DER) sebagai variabel independent (bebas) terhadap return saham

sebagai variabel dependent (terikat). Formula untuk model pengaruh kebijakan

dividen terhadap return saham di ukur dengan persamaan sebagai berikut :

Y=a+bx1x2

Dimana :

Y= return saham X1= kebijakan dividen


38

X2=Leverage a= konstanta

b= koefisien regresi

3.5.2 Uji kelayakan model

1. Uji F

Uji F di lakukan untuk menguji kelayakan model regresi linear berganda

dalam penelitian. Uji F adalah uji untuk melihat bagaimana pengaruh semua

variabel bebasnya secara bersama- sama terhadap variabel

3.6 Definisi Operasional dan Indikator Penelitian

3.6.1 Definisi Operasional

Variabel independent pada penelitian ini adalah kebijakan dividen dan

leverage sedangkan variabel dependen adalah return saham.

1. Kebijakan dividen atau dividend payout ratio (DPR)

Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang di peroleh

perusahaan akan di bagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau di

tahan sebagai bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang.

Kebijakan dividen dalam penelitian inidi proksikan dengan didivent payout ratio.

Divident payout ratio adalah perbandingan atau selisih antara dividen yang di

bayarkan dengan laba bersih yang di dapatkan dan biasanya di sajikan dalam

bentuk persentasi.

2. Leverage

Leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa besar perusahaan

tergantung pada kreditur dalam membiayai asset perusahaan. Dalam penelitian


39

ini, peneliti menggunakan rasio utang jangka panjang dengan ekuitas (Debt to

Equity Ratio) untuk mengukur leverage.

3. Return Saham

Variabel terikat ini dalam peneliti ini adalah return saham

merupakanmerupakan hasil yang di peroleh dari investasi. Return saham dalam

penelitian ini adalah return saham dalam satu tahun yang di peroleh dari hasil

selisis harga saham tahun sekarang (Pt) dengan harga saham periode tahun

sebelumnya (Pt-1)

3.6.2 Indikator Penelitian

Table 3.3 Indikator Penelitian

Variabel Dimensi Indikator Skala


Kebujakan Devident payout ratio DPR= Deviden per shere Rasio
Earning per shere
Dividen(x1)

Leverage (x2) Debt to Equity Ratio DER = Total Utang Rasio


Total Ekuitas
Return saham Return saham R= Pt-(Pt-1) Rasio
Pt-1
(y)
Sumber : data diolah peneliti 2021
40

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Temuan Penelitian

4.1.2 Gambaran Umum Objek Pemelitian

Objek penelitian yang digunakan adalah Perusahaan Sektor Perkebunan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2017. Sub sektor

perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor pertanian yang dapat

meningkatkan devisa negara dan menyerap tenaga kerja. Pemerintah

mengutamakan pada subsektor perkebunan, karena memiliki daya tarik yang

tinggi untuk diekspor ke negara maju. Dalam peneitian ini sampel yang di ambil

dari beberapa perusahaan subsektor perkebunan yang terdaftar di BEI periode

2015-2017 ada 6 perusahaan diantaranya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1

Kode dan Nama Perusahaan

No KODE NAMA PERUSAHAAN


1. ANJT Austindo Nusantara Jaya Tbk
2. LSIP PP London Sumatra Indonesia Tbk
3. SGRO Sampoerna Agro Tbk
4. SIMP Salim Ivomas Pratama Tbk
5. SSMS Sawit Sumbermas Sarana Tbk
6. TBLA Tunas Baru Lampung Tbk
Sumber : idx (diolah kembali) 2021

Perusahaan di atas adalag 6 perusahaan yang tela masuk dalam kriteria-

kriteria sampel yang telah di akukan peneliti


41

4.1.2 Deskripsi Data Penelitian

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data.

Analisis statistik dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh.

Untuk menginterprestasikan hasil uji statistik deskriptif adalah melihat

maksimum, minimum, mean, standar deviasi dan variansi

Tabel 4.2

Hasil Uji Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance

Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Statistic

DPR 18 10,00 75,00 30,4500 4,51851 19,17041 367,505


DER 18 ,20 2,68 1,0589 ,17840 ,75688 ,573
RETURN 18 -,37 ,66 ,2561 ,06327 ,26844 ,072
Valid N (listwise) 18
Sumber data: output spss diolah, 2021

Berdasarkan tabel 4.2 di atas nilai N menunjukan banyaknya data yang di

gunakan dalam penelitian ini, yaitu sebanyak 18 data yang merupakan 6

perusahaan yang menjadi sampel selama periode 2015 sampai dengan 2017 data-

data yang di gunakan merupakan data perusahaan subsektor perkebunan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Berdasarkan hasil ola data di atas di ketahui bahwa variabel kebijakan

dividen yang di hitung dengan Dividend Payout Ratio (DPR) memiliki nilai

minimum 10,00 dan nilai maksimum 75,00 dengan rata 30,4500, serta dengan
42

standar deviasi 19,17041 dan tingkat variance sebesar 367,505. Vatiabel leverage

di hitung dengan rasio Debt to Equity Ratio (DER) memiliki nilai maksimum 0,20

dan nilai maksimum 2,68 dengan rata-rata 1,0589 serta dengan standar deviasi

0,75688 dan tingkat variance 0,573. Dan variabel dependen yaitu return saham

memiliki nilai minimum -0,37 dan nilai maksimum 0,28 dengan rata-rata 0,2561

serta standar devisiasi senilai 0,26844 dan tingkat variance sebesar 0,072.

4.1.3 Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan pengujian

Hipotesis dengan menggunakan uji regresi berganda, terlebih dahuli di

lakukan pengujian apakah terdapat penyimpangan asumsi klasik yaitu melalui

pengujian normalitas, multikolinealitas, autokorelasi, dan heterokedastisitas.

4.1.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel kebijakan

dividen dengan rasio Dividend Payout Ratio (DPR) dan leverage di hitung dengan

rasio Debt to Equity Ratio (DER), terdapat penggangguan atau residual memiiki

distribusi normal atau tidak.

Untuk menginterprestasikan hasil uji normaitas adalah dengan melihat

grafik histogram dab P-P Plot of regression standarized residual

Gambar 4.1

Hasil Uji Normalitas


43

Sumber : output spss diolah, 2021

Dari grafik histogram di atas di dapatkan kurva restribusi secara normal,

berbentuk simetris, tidak melenceng ke kanan atau kiri. Karna kurva berbentuk

normal berarti data yang di teliti dalam model regresi memenuhi syarat asumsi

normalitas. Uji normalitas juga bisa disajikan dengan menggunakan grafik normal

plot, adapun hasil ujiannya sebagai berikut :

Gambar 4.2
Hasil Pengujian Normalitas Data P-Plot
44

Sumber : output spss diolah, 2021

Berdasarkan gambar 2.2 diatas dapat dilihat bahwa terlihat titik-titik data

menyebar di sekitar garis diagonal dan mengukuti arah garis diagonal maka model

regresi dalam penelitian ini memenuhi syarat asumsi normalitas

4.1.3.2 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas digunakan untuk menguji apakah dalam model

persamaan regresi penelitian di temukan adanya korelasi antara variabel

independen X1 yaitu kebijakan dividen dengan rasio Dividend Payout Ratio

(DPR) dan X2 leverage di hitung dengan rasio Debt to Equity Ratio (DER).

Terjadi dan tidaknya multikolinieritas dapat di lihat dari besaran nilai Tolerance

dan Variance Inflation faktor (VIF).


45

Model regresi dianggap bebas multikolinearitas jika tidak ada variabel

indevenden yang memiliki nilai di bawah tolerance di bawah 0,1. Berikut ini uji

multikolinearitas :

Tabel 4.3

Hasil Uji Multikolinearitas

Collinearity Statistics

Model Tolerance VIF

1(Constant)

DPR ,995 1,005

DER ,995 1,005

Sumber : output spss diolah, 2021

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan bahwa nilai tolerance variabel divident

payout ratio dan Debt to Equity Ratio sekitar 0,995 atau lebih dari 0,1. Hasil

perhitungan nilai tolerance menunjukan tidak ada variabel independen yang

memiliki nilai tolerance kurang dari 0,1 jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada

korelasi antara variabel independen.

Hasil perhitungan nilai Variance Inflation faktor (VIF) juga menunjukan hal

yang sama tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai Variance

Inflation faktor (VIF) lebih dari 10, karena nilainya sekitar 1,005. Jadi

disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antara variabel independen dalam

model regresi.
46

4.1.3.3 Uji Heteroskadestisitas

Uji heteroskadestisitas ini berguna untuk menguji apaka model regresi

terjadi kesamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain model

regresi yang terbebas dari uji asumsi salah satunya uji heteroskadestisitas.

Gambar 4.3

Hasil Uji Heteroskadestisitas

Sumber : output spss diolah, 2021

Berdasarkan gambar 4.3 dapat kita lihat bahwa titik-titik menyebar secara

acak serta tersebut baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini

dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskadestisitas pada model regresi atau

dapat di simpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi ketidak samaan

varian independen kebijakan dividen dan leverage.


47

4.1.4 Regresi Linear Berganda

Analisis regresi adalah analisis tentang bentuk hubungan linear antara

variabel kebijakan deviden dengan rasio Dividend Payout Ratio (DPR) sebagai

X1 dan leverage di hitung dengan rasio Debt to Equity Ratio (DER) sebagai X2

dengan variabel dependen yaitu return saham. Sebelum melakukan uji regresi

linear berganda terlebih dahulu di lakukan uji asumsi klasik. Hasil uji asumsi

klasik dilakukan untuk melihat bahwa penelitian yang di lakukan terbebas dari

masalah tidak normalitastidak terjadi multikolinearitas, dan tidak terjadi

heteroskadesitas. Apabila asumsi klasik terpenuhi maka penelitian ini layak untuk

digunakan dalam uji model regresi linear berganda.

Tabel 4.4

Hasil Uji Regresi Linear Berganda

Model Nilai Pengaruh Sig


DPR Return Saham ,003 ,452

DER Return Saham -,064 ,485

Sumber : output spss diolah, 2021

Berdasarkan tabel 4.4 dapat kita lihat besar nilai pengaruh variabel

kebijakan deviden dengan rasio Dividend Payout Ratio (DPR) sebagai X1 0,003

dan variabel leverage di hitung dengan rasio Debt to Equity Ratio (DER) sebagai

X2 -0,064 dan besar nilai konstanta (a) 0,241 seingga di ketahui

Y = 0,241 + 0,003 – 0,064


48

Berdasarkan persamaan regresi linear berganda tersebut menunjukan

bahhwa :

 Asil koefisien konstanta adalah sebesar 0,241 mempunyai arti bahwa jika

variabel kebijakan dividen, leverage tidak ada maka variabel return saham

akan meningkat sebesar 0,241 atau 24,1%

 Nilai koefisien regresi linear berganda X1 sebesar 0,003 dengan arah

hubungan positif menunjukan bahwa setiap kenaikan Dividend Payout Ratio

maka akan di ikuti kenakan return saham sebesar 0,003 atau 0,3% dengan

asumsi variabel indevenden lainnya di anggap konstan (H1 di terima)

 Nilai koefisien regresi linear berganda X 2 sebesar 0,064 dengan arah

hubuungan negatif menunjukan bahwa setiap kenaikan Debt to Equity Ratio

akan di ikuti oleh penurunan return saham sebesar 0,064 atau 64% dengan

asumsi variabel indevenden lainnya di anggap kontan. (H2 di tolak)

4.1.5 Uji Kelayakan Model

4.1.5.2 Uji Simultan (F)

Uji simultan di gunakan untuk mengevaluasi atau mengetahui apakah model

layak digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini untuk menguji variabel

indevenden Dividend Payout Ratio (DPR) dan Debt to Equity Ratio (DER)

apakah layak untuk di gunakan dalam model penelitian secara bersamaan atau

simultan.
49

Tabel 4.6

Hasil Uji F

Model F Sig.

1 Regression ,519 ,605b

Residual

Total
Sumber : output spss diolah, 2021

Berdasarkan tabel 4.6 di atas hasil uji f menunjukan bahwa hasil nilai f

sebesar 0.519 dengan signifikansi 0,605. Dengan demikian tingkat signifikansi

lebih besar dari 0,05, maka dapat di simpulkan bahwa variabel kebijakan dividen

dan leverage secara simultan atau secara bersama-sama tidak berpengaruh

terhadap return saham. Dengan demikian “H3 ditolak”

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Return Saham

Berdasarkan hasil temuan penelitian di atas menunjukan rasio kebijakan

dividen yang di proyeksikan dengan Dividend Payout Ratio (DPR) dengan nilai

pengaruh sebesar 0,03 Dimana hasilnya lebuh kecil dari 0,05 dan nilai

signifikannya 0,452 > 0,05 artinya kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap

return saham tetapi tidak signifikan. dan hal ini sesuai dengan hipotesis dari

penelitian yang menyatakan bahwa rerdapat pengaruh positif dan tidak signifikan

antara Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap return saham di perusahaan

subsektor perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Artinya

peningkatan Dividend Payout Ratio (DPR) mendorong adanya kenaikan return


50

saham hal tersebut menunjukan sejumlah dividen yang di bayarkan ke investor

memiliki pengaruh terhadap return saham perusahaan.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yesita

(2019) yang berpendapat bahwa kebijakan dividen berpengaruh positif dan

signifikan terhadap return saham. Artinya jika rasio pembayan dividen tinggi

maka harga saham (return saham) akan meningkat.

Berbeda dengan Widiarini Syafira (2019) yang menyatakan bahwa

kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap return saham. Dikarenakan

kebijakan dividen tidak akan mempengaruhi harga saham maka tidak pula

mempengaruhi return saham perusahaan. Sebagaimana menurut Modigliani dan

Miller dalam teori Dividend Irrelevant berpendapat bahwa kebijakan dividen

tidak mempengaruhi harga saham disebabkan investor hanya melihat laba yang

dihasilkan oleh perusahaan. Perusahaan subsector perkebunan merupakan

perusahaan yang menghasilkan laba lebih besar di bandingkan dengan subsector

lainnya di sector pertanian. Hal ini dapat di lihat dari juamlah perusahaan di sector

pertanian yang terdaftar di BEI dari periode ke periode paling besar jika di

bandingkan dengan subsector lainnya. Oleh karena itula perusahaan subsector

perkebunan banyak di minati para investor untuk berinvestasi

Dengan adanya pembagian dividen secara berkala kepada investor setiap

tahunnya, maka ada pandangan positif terhadap perusahaan tersebut di pasar

Bursa. Pandangan positif tersebut timbul karena karena keuntungan yang di

dapatkan selama satu tahun masih dapat di bagikan kepada investor dalam bentuk

dividen. Dari pandangan positif tersebut maka permintaan terhadap saham


51

perusahaan akan naik dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap return saham

perusahaan itu sendiri.

Hal ini sebagaimana di kemukakan oleh Hartoni dalam Yesita (2019)

keuntungan yang di peroleh dari investasi atau tingkat keuntungan yang di

nikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang di lakukannya. Setiap investasi

baik jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan utama yaitu

memperoleh keuntungan yang di sebut return, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Alasan untuk berinvestasi adalah untuk memperoleh keuntungan yang

optimal dan teori yang di kemukakan oleh Ang (dalam Yesita 2019) yang

menyatakan bahwa tanpa adanya keuntungan yang dapat di nikmati dari suatu

investasi tentunya investor tidak mau berinvestasi jika tidak ada hasilnya. Tetapi

sebaliknya jika investasi dapat memberikan hasil maka investor akan terus

melakukan investasi, dengan semakin besarnya investasi dalam bentuk saham

perusahaan maka akn berpengaruh pula pada terurn saham perusahaan. Bila di

bandingkan dengan hasil penelitian ini, teori ini mendukung sesuai ap yang

dihasilkan dalam penelitian ini.

4.2.2 Pengaruh Leverage Terhadap Return Saham

Leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa besar perusahaan

tergantung pada kreditur dalam membiayai aset perusahaan. Dalam penelitian

ini, peneliti menggunakan rasio utang jangka panjang dengan ekuitas (Debt

to Equity Ratio) untuk mengukur leverage. Debt to equity ratio (DER) adalah

rasio hutang untuk mengukur tingkat pinjaman dari keuangan perusahaan dan

dikalkulasi berdasarkan perbandingan jumlah total liabilitas dibanding dengan


52

jumlah total ekuitas. Dengan kata lain DER digunakan untuk menindikasikan

seberapa besar hutang sebuah perusahaan yang dipakai untuk menjalankan

operasionalnya dibandingkan dengan total ekuitas yang dimilikinya.

Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai T -0,716 dengan nilai signifikan

sebesar -0,485 > 0,05 terhadap return saham. Hal ini menunjukan bahwa variable

Debt to Equity ratio (DER) tidak terdapat pengaruh terhadap return saham pada

perusahaan subsector perkebunan yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian ini

berlawanan dengan Maryani (2016) yang berpendapat bahwa leverage

berpengaruh terhadap return saham. Tetapi penelitian ini di dukung oleh

kusumawardhani (2021) yang berpendapat bahwa tidak terdapat pengaruh antara

leverage terhadap return saham. Artintya para investor tidak melihat Debt to

Equity ratio (DER) sebagai ukuran dalam pengambilan keputusan investasinya.

Selaain itu Debt to Equity ratio (DER) juga di anggap sebagai tanggung jawab

perusahaan terdahap kreditor sebagai pihak ke tiga. Semakin tinggi nilai Debt to

Equity ratio (DER) menunjukan semakin besar pula tanggung jawab yang di

miliki perusahaan sehingga dapat menyebabkan berkurangnya minat investor

untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Tingkat hutang yang semakin tinggi

juga dapat engindikasikan bahwa beban bunga yang harus di bayarkan perusahaan

akan semakin besar yang kemudian akan berdampak pada berkurangnya

keuntungan perusahaan. Selain itu tingkat hutang yang tinggi dapat mengurangi

minat para investor dalam menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Hal ini

nantinya akan berdampak pada penurunan harga saham dan di ikuti dengan

turunnya return saham.


53

Investor melakukan investasi pada perusahaan tidak berdasarkan darimana

sumber modal yang didapatkan perusahaan tersebut, tetapi investor akan

berinvestasi berdasarkan berapa banyak perolehan keuntungan atau laba yang

dapat di hasilkan perusahaan tersebut. Hal ini memperingatkan bahwa meskipun

nilai Debt to Equity ratio (DER) di suatu perusahaan terlalu tinggi, tidak akan

memberikan dampak yang buruk pada perusahaan karena investor akan tetap

berinvestasi dan juga investor lebih melihat seberapa besar keuntungan atau laba

yang di hasilkan oleh perusahaan di bandingkan modal yang akan di peroleh dari

perusahaan, baik itu modal sendiri maupun modal yang berasal dari pinjaman.

4.2.3 Pengaruh Kebijakan Dividen Dan Leverage Terhadap Return Saham

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa hasil uji f dengan nilai f

sebesar 0.519 dengan signifikansi 0,605. Dengan demikian tingkat signifikansi

lebih besar dari 0,05, Dengan demikian kebijakan dividen yang di proyeksikan

Dividend Payout Ratio (DPR) dan leverage yang di proyeksikan Debt to Equity

Ratio (DER) dapat di simpulkan bahwa secara simultan atau bersama-sama tidak

terdapat pengaruh.

Hal ini sejalan dengan penelitian Fitri (2017 ) yang menyatakan bahwa tidak

ada pengaruh secara simultan atau secara bersma-sama antara kebijakan dividen

dan leverage terhadap return saham. Di karenakan seorang investor tidak

memandang seberapa besar nilai Dividend Payout Ratio (DPR) atau Debt to

Equity Ratio (DER) suatu perusahaan melainkan melihat seberapa besar l;aba

yang di hasilkan oleh perusahaan tersebut. Hal ini membuktikan bahwa kebijakan

dividend an leverage tidak berpengaruh terhadap return saham.


54

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat

di simpulkan sebagai berikut.

1. Berdasarkan dari hasil pengujian hipotesis memperlihatkan bahwa variable

Dividend Payout Ratio (DPR) berpengaruh positif tidak signifikan terhadap

return saham pada perusahaan subsector perkebunan yang terdaftar di BEI

periode 2015-2017

2. Berdasarkan dari hasil pengujian hipotesis memperlihatkan bahwa variable

Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap return saham pada

perusahaan subsector perkebunan yang terdaftar di BEI periode 2015-2017

3. Dan secara simultan atau bersama-sama bahwa variabel Dividend Payout Ratio

(DPR) dan Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap return

saham pada perusahaan subsector perkebunan yang terdaftar di BEI periode

2015-2017

5.2 Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah di jelaskan dari

peneliti maka terdapat beberapa saran yaitu, sebagai berikut :

1. Bagi peneliti selanjutnya di sarankan untuk menambah periode dan variabel

lain di luar variabel yang terdapat dalam penelitian ini yang kemungkinan

dapat mempengaruhi return saham sehingga mendapat hasil yang lebih baik.
55

2. Bagi perusahaan, sebaiknya informasi yang di peroleh dalam penelitian ini

dapat di jadikan bahan pertimbangan untuk meningkatkan laba perusahaan agar

dapat menarik minat investor dalam berinvestasi pada perusahaan.

3. Bagi calon investor, disarankan lebih memperhatikan factor lain selain

Dividend Payout Ratio (DPR) dan Debt to Equity Ratio (DER) hal ini di

karenakan masih banyak factor lain yang dapat mempengaruhi return saham.

4. Bagi akademisi, yang akan meneliti terkait return saham di sarankan untuk

meneliti sector lainnya di antaranya manufaktur, sector tambang, sector

perbankan, dan sektor lainnya.

5.3 keterbatasan

Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan ketentuan ilmia penyusunan

skripsi, dalam pelaksanaan terdapa keterbatasan yang di hadapi yaitu :

1. Pada penelitian ini peneliti hanya menggunakan periode penelitian selama 3

tahun yang di mulai dari 2015-2017. Peneliti ini juga hanya berfokus pada

perusahaan subsector perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI). Sampel yang di gunakan sebanyak 6 perusahaan dari 18 perusahaan.

2. Penelitian ini hanya menggunakan 2 variabel indevenden, yaitu kebijakan

dividen (DPR) dan leverage (DER)

3. Data yang di gunakan menggunakan data sekunder yang mungkin terdapat

kesalahan daman input data berupa angka-angka.

Anda mungkin juga menyukai