Anda di halaman 1dari 6

Elbow Dysplasia

1. Gejala Klinis
Gejala klinis yang terjadi pada kasus elbow dysplasia yaitu munculnya lameness atau
kepincangan pada kaki depan. Elbow dysplasia merupakan penyakit herediter, kepincangan
terjadi karena perkembangan atau pertumbuhan yang terganggu sehingga persendian menjadi
tidak normal (Michelsen 2013).
2. Tahapan Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang untuk Menguhkan Diagnosis
Tahapan Daignosa biasanya berupa kombinasi antara pemeriksaan fisik dan radiografi.
Umumnya hewan akan menunjukkan gejala kesakitan saat dirabah atau bagian siku diregangkan.
Biasanya pengamatan dilakukan dengan melihat cara berjalan hewan atau berlari kecil untuk
menentukan titik pincangnya. Pemeriksaan x-ray biasanya akan menunjukkan tanda arthritis juga
dapat menunjukkan keberadaan fragmen tulang pada daerah sendi selain itu juga dapat dilakukan
pemeriksaan diagnostik imaging yang lebih advance seperti CT scan, MRI scan dan arthroscopy
(ACVS 2021 dan UFAW 2021). Pemeriksaan dengan radigrafi akan memvisualisasikan
persedian dengan sangat baik, melihat ada tidaknya abnormalitas dan keberadan fragmen tulang
yang dapat menyebakan adanya peradangan daerah persendian. Jika terjadi pembengkakan
dipersendian dapat dilakukan aspirasi cairan persendian dari rongga persendian yang selanjutnya
dapat diperiksaa untuk melihat ada tidaknya peradangan sekunder yang mungkin akan berakibat
fatal nantinya (Kucera 2019).
Detail radiografi sangat penting untuk mengevaluasi adanya kelainan pada siku secara
akurat. Hal ini menggunakan table top techniques, non-grid exposure, memusatkan pengmbilan
pada medial epicondilus dari os humerus, dan menggunakan detail intersifying screen dengan
kVp rendah dan mAs rendah. Sedasi dan anastesi mungkin dibutuhkan untuk pengambilan
dengan posisi yang akurat. Standar pengambilan adalah Cranio-caudal dan medio-lateral views,
lateral recumbency. Microfocal radiografi dari daera siku lebih baik untuk menviasualisasikan
secara detail perubahn-perubahan pada persendian siku. Perubahan yang dapat terlihat adalah
abnormalitas persendian, formasi osteophyte pada cranial persendian, kerusakan osteocondral
dari condilus medial os humerus (Kirberger 1998).
3. Posisi Pengambilan Radiografi dan Perubahan Radiografi
Lateral recumbency – routine mediolateral view of the joint (semi-flexed ML)
Sudut antara humerus dan radius dan ulna sekitar 110°. Pandangan ini memungkinkan
evaluasi yang paling akurat dari ketidaksesuaian sendi, tetapi posisi lateral yang benar sangat
penting. Humeral condyles dapat dievaluasi untuk OCD, tetapi perubahan kecil mungkin
tidak terdeteksi. Proses medial coronoid terlihat superimpose pada proximal radius dengan
cranial tip setinggi radial physis. Reaksi osteophyte pada aspek kranial sendi terlihat lebih
mudah daripada pada ML view yang tertekuk.
Lateral recumbency – mediolateral view with the joint maximally flexed (flexed ML)

Sudut antara humerus dan radius dan ulna sekitar 45°. Pandangan ini secara maksimal
mengekspos proses anconeal dan dengan demikian mengoptimalkan pembentukan osteofit
awal di dalam cekungan caudal proses anconeal.
Lateral recumbency – mediolateral view with the joint maximally extended and the limb
supinated approximately 15°

Hasil gambaran ini menghasilkan tampilan lateral yang sebenarnya dari proses koronoid
medial. Pada radiografi, batas cranial dari proses koronoid medial terlihat pada 94% kasus
dibandingkan dengan 50% dan 56% pada semi-flexed ML dan flexed ML view.
Sternal recumbency – true craniocaudal view

Berguna untuk mendeteksi defek osteochondral pada condylus humerus medial, tetapi
beberapa lesi hanya dapat terlihat pada xtended supinated ML view, atau jika terletak lebih
kranial, hanya pada ML view.
Sternal recumbency – craniolateral to caudomedial oblique view
Tampilan ini juga dikenal sebagai true craniocaudal view pronasi dan digunakan untuk
menandai proses koronoid medial dan kondilus humerus medial. Aspek cranial dari proses
koronoid medial terlihat secara langsung dalam tampilan ini sehingga sulit untuk melihat
garis pembelahan. Reaksi osteofit pada epikondilus humerus medial dan proses koronoid
medial dan defek osteokondral pada kondilus humerus medial sudah terlihat.
Sternal recumbency – craniomedial to caudolateral oblique view

Juga dikenal sebagai true craniocaudal view yang tersupinasi dan menyoroti kondilus
humerus lateral dan tidak berkontribusi pada evaluasi kondisi yang terlibat dalam elbow
dysplasia.
Perubahan radiografi yang terjadi pada kasus ini adalah terlihat sebagai satu fragmen
lepas atau beberapa fragmen kecil.
Pada (gambar a) hasil radiografi ML view, proses koronoid medial kurang terlihat, adanya
perubahan degeneratif dan mild joint incongruity. Pada (gambar b) sedikit pronasi fragmen
koronoid medial terpisah (panah) (Kirbergera dan Fourie 1998).
3. Prognosis dan Terapi
Elbow dysplasia tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikelola dengan baik dan pasien
dapat memiliki prognosis baik dalam jangka waktu panjang dengan kombinasi manajemen bedah
dan medis. Prognosis yang terbaik diharapkan dengan pengobatan dini yang dilakukan sebelum
perubahan osteoartritik degeneratif. Terapi bergantung pada tingkat keparahan penyakit di siku.
Dalam kebanyakan kasus menganjurkan pembedahan.
Pembedahan yang dilakukan pada kasus adalah pengangkatan fragmen dan pengangkatan
tulang rawan yang kendur dengan bantuan eksplorasi bedah yaitu artrotomi atau atroskopi.
Pengangkatan fragmen direkomendasi pada anjing yang kurang dari 1 tahun sebelum
perkembangan parah arthrosis. Anjing tua dengan arthrosis ekstensif dapat membaik secara
klinis setelah operasi.Terapi lain adalah pengontrolan pada berat badan, restriksi pada olahraga
dan terapi analgesik adalah alat bantu terapeutik yang penting (Michelsen 2013).

Daftar Pustaka
[ACVS] American College of Veterinary Surgeons. 2021. Small Animal Topic: Canine Elbow
Dysplasia [Artikel] diakses 29 Maret 2021.
Kucera Tabitha. 2019. Elbow Dysplasia in Dogs. California (US): The Pruce Pets.
Kirberger R M, Fourie S L. 1998. Elbow Dyplasia in the Dog. Journal of South African
Veterinary Assosiation. 69 (2): 43-54.
Michelsen J. 2013. Canine elbow dysplasia: Aetiopathogenesis and current treatment
recommendations. The Veterinary Journal. 196(1): 9-12.
[UFAW] Universitas Federation for Animal Welfare. 2012. Genetic Walfare Problem of
Companion Animal [artikel] Diakses 29 Maret 2021.

Anda mungkin juga menyukai