Interaksi obat merupakan modifikasi efek satu obat akibat keberadaan obat yang lain
yang diberikan sebelumnya atau secara bersamaan, atau apabila dua atau lebih obat berinteraksi
sedemikian rupa sehingga keefektifan atau tokisistas obat berubah. Mekanisme Interaksi obat
dapat terjadi secara farmasetik, farmakokinetik dan farmakodinamika. Inkompatibel farmaseutik
adalah jenis interaksi yang bersifat langsung misalnya terjadi pengendapan, perubahan warna,
tidak terdeteksi yang selanjunya menyebabkan obat menjadi tidak aktif (Gitawati 2008). Reaksi
Imkompatibilitas pada obat yang diinjeksikan intravena (IV) sering terjadi pada jalur infus
berupa reaksi presipitasi akibat adanya perbedan pH (Alvarez-Nunez dan Yalkowsky 1999).
Contoh sediaan parenteral yang menimbulkan reaksi inkompatibilitas adalah Amfoterisin B
dengan NaCl atau larutan Ringer. Amfoterisin B adalah jenis obat yang pengaplikasiannya
dilakukan secara parenteral. Umumnya Amfoterisin akan diapliaksikan dengan disuntikkan pada
cairan infus. Amfoterisin tidak larut pada pH normal (pH 6-7) tetapi pada pH rendah dan atau
tinggi (pH 2 dan 11). Amfoterisin B yang dicampurkan dengan NaCl atau larutan saline akan
bereaksi secara kimia berupa reaksi presipitasi menyebabkan amfoterisin B akan mengendap.
Karena mengendap, Amfoterisin tidak akan masuk ke dalam tubuh sehingga efek terapi yang
diharapkan tidak terjadi (Ganiswara 1995)