Anda di halaman 1dari 7

Majalah Farmasi Indonesia, 14(4), 201 – 207, 2004 Tinjauan Terhadap Bentuk Sediaan Obat………….

Tinjauan terhadap bentuk sediaan obat :


kajian resep-resep di apotek kotamadya
Yogyakarta
Investigation on drug dosage form : analysis of
prescriptions available in pharmacy in kotamadya
Yogyakarta

Chairun Wiedyaningsih dan Oetari


Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada

Abstrak
Telah dilakukan penelitian tentang analisis resep racikan yang
beredar di kotamadya Yogyakarta. Analisis resep racikan meliputi masalah
pembuatan bentuk sediaan serta kajian bentuk sediaan; obat serta bahan-
bahan obat yang tercantum di dalam resep racikan. Penelitian dilakukan
dengan cara sampling resep racikan di apotek-apotek wilayah kotamadya
Yogyakarta. Kuisioner dan wawancara terhadap apoteker pengelola apotek
dilakukan untuk mendukung data dokumen resep.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk sediaan padat
(serbuk/serbuk dalam kapsul) mendominasi resep resep racikan (71%),
dengan penggerusan sediaan tablet mewarnai masalah dalam pencampuran
dan pembuatan bentuk sediaan. Obat paten (74%) yang ditulis dalam resep
racikan lebih banyak daripada bahan obat generik. Bahan obat generik yang
paling sering ditambahkan adalah CTM (chlorpheniramin maleat). Indikasi
pengobatan dari resep racikan mayoritas ditujukan untuk pengobatan asma,
infeksi dan alergi.
Hasil dari kuisioner menunjukkan bahwa bentuk sediaan salep paling
menimbulkan masalah (69%) dalam pembuatan bentuk sediaan. Kesulitan
pembuatan bentuk sediaan semi padat terutama timbul pada pencampuran
dengan asam salisilat. Analisis resep menunjukkan bahwa terdapat 14,2 %
resep yang mengandung asam salisilat dicampur dengan krim, serta ada
26,5% resep racikan yang mengandung asam salisilat yang dicampur dengan
berbagai macam obat maupun bentuk sediaan lainnya.
Bentuk sediaan cair paling sedikit (7,2%) ditulis dalam resep racikan,
namun problem tetap ada terutama karena penggerusan sediaan tablet serta
pencampuran ke dalam bentuk sediaan cair.
Kata kunci : resep, apotik, sediaan, Yogyakarta

Abstract

The analysis of dispensing prescriptions available in Pharmacy in


Yogyakarta was performed. The analysis included observation problems of
dosage form preparations, and examination compounds of medicines which
were mentioned in dispensing prescriptions. The study was conducted by
sampling dispensing prescriptions from the pharmacy located in Yogyakarta.
Questionnaires and interviews to pharmacists were also conducted in order to
support the presription data.
The result showed that the oral solid dosage forms were the majority
(71%) of dispensing prescriptions written. tablet crushing wwas the major
problems of. The majority objective of therapy with this type of dispensing
were for asthma, infection and alergy. It was also found that brand names

Majalah Farmasi Indonesia, 14 (4), 2003 201


Chairun Wiedyaningsih

(74%) medicine were more written than generic names. The most generic
name written/added was CTM (chlorpheniramin maleat).
Results of questionnaire evaluation showed that semi solid
(unguentum, cream) was the major problem (69%) of pharmaceutical
dispensing in the Pharmacy. Dispensing Salicylic acid with other semi solids
were the most problems.
Prescription analysis showed that about 14,2% dispensing
prescriptions contain salycilic acid mixed with cream, and 26,5% dispense
prescriptions contains salycilic acid mixed with any kinds of drugs or other
semi solid forms. Liquid were the minor (7,2%) dispensing prescriptions
written by physicians. However problems were still remain caused by
crushing coated tablets and dispensing to the liquid.
Keywords : prescription, pharmaceutical stores, dosage forms, Yogyakarta

Pendahuluan Dragee merupakan bentuk sediaan


Suatu resep selain isi resep harus ada tablet bersalut gula, bersama-sama obat
nama obat dan dosisnya, pencantuman bentuk lainnya seperti, tablet, dijadikan puyer. Hal ini
sediaan juga merupakan hal yang penting dalam mengalami kesulitan karena dragee tidak dapat
penulisannya. Pemilihan bentuk sediaan obat digerus menjadi lembut dan masih berbentuk
tidak dapat diserahkan kepada apotek, tetapi partikel-partikel kasar dan tidak dapat
merupakan kewajiban dari dokter untuk homogen, dengan demikian ukuran dosis
menentukan bentuk sediaan yang paling sesuai dapat menjadi tidak tepat (Harjono dan Farida,
bagi pasien (Harjono dan Farida, 1999). 1999). Demikian pula tablet dan dragee
Ketidakrasionalan penulisan resep dijadikan bentuk kapsul juga tidak dapat
dapat terjadi bila manfaat yang didapat tidak karena dragee mengandung gula yang
sebanding dengan kemungkinan resiko atau hygroskopis, sehingga bentuk capsul yang
Maya yang harus dikeluarkan oleh pasien diinginkan akan cepat menjadi lunak.
(Santoso,1996). Pemakaian obat yang tidak Pergeseran sasaran aksi obat dapat terjadi pada
rasional merupakan masalah yang cukup serius permintaan obat suatu resep.
dalam pelayanan kesehatan oleh karena Misalnya (Fudholi, 2000) :
kemungkinan dampaknya yang sangat luas. R/ Erysanbe chew tab ½
Suatu pengobatan dikatakan rasional bila CTM mg 2
memenuhi beberapa kriteria tertentu. Cortidex tab ½
Kriteria ini dapat bervariasi tergantung Aminophilin mg 45
interpretasi masing-masing, tetapi paling tidak SL qs
mencakup hal-hal berikut: ketepatan indikasi, mf pulv dtd No. XV
ketepatan, pemilihan obat, ketepatan cara
pemakaian obat, ketepatan penilaian terhadap Erysanbe Chewable tablet, umumnya
kondisi pasien (Santoso, 1996). mengandung 20-60% Sukrosa (Danish and
Bentuk sediaan obat tertentu dipilih Kottke, 1996) sebenarnya dibuat oleh industri
demi kenyamanan serta meningkatkan farmasi dengan tujuan agar tablet dapat dipecah
compliance dan tercapainya keberhasilan terapi. secara pelan dan, obat cepat diabsorpsi didalam
Namun, terdapat beberapa resep yang mulut dengan menimbulkan rasa yang enak
menunjukkan ketidakrasionalan. Misalnya tanpa meninggalkan rasa pahit. Namun dalam
(Harjono dan Farida, 1999): resep di atas obat diminta untuk digerus dan
dijadikan puyer. Dalam hal ini terjadi
R/ Ampicillin 125 mg pergeseran aksi absorpsi obat yang seharusnya
Pehachlor ½ tab di mulut menjadi terabsorpsi di lambung atau
Bekamin 10 ½ dragee usus (Fudholi, 2000).
mf caps dtd No. X Naiknya efek samping atau bahkan
S 3 dd caps 1 toksisitas dapat terjadi bila melakukan
penggerusan / perubahan bentuk sediaan suatu

Majalah Farmasi Indonesia, 14 (4), 2003 202


Tinjauan Terhadap Bentuk Sediaan Obat………….

obat. Penggerusan obat yang disalut enterik penghilangan terhadap fungsi eksipien yang
akan merusak obat yang semestinya dijaga agar diharapkan (Pifferi et al, 1999).
obat tidak mengiritasi lambung. Penggerusan
obat yang berefek carsinogenic dapat Metodologi
menyebabkan terkontaminasinya udara karena Bahan
pecahnya partikel obat yang akan berakibat bagi Dokumentasi resep, kuisioner dan
pekerja kesehatan (Mitschell, 1996). wawancara
Dalam hal peningkatan biaya
Jalan Penelitian
pengobatan, hal ini jelas terlihat karena dalam
Penelitian yang dilakukan adalah
membuat suatu sediaan obat, industri farmasi penelitian deskriptif. Pengumpulan data dilakukan
tentu saja telah melakukan beberapa tahapan dengan cara survei langsung (observasi), yaitu
dari sintesa obat, formulasi sampai dengan dengan: pengambilan sampel resep-resep racikan
beberapa pengujian bentuk sediaan sebelum yang masuk ke apotek yang terpilih sebagai sample;
obat dipasarkan (Lachman et al, 1989). Tahapan pengisian kuisioner yang dilakukan oleh para
tersebut tentu saja berpengaruh dalam harga apoteker dan wawancara dengan beberapa apoteker.
suatu obat. Pertama, penentuan jumlah sampel resep
Sediaan obat tersusun dari komponen- racikan. Sebagai unit analisis adalah wawancara
komponen yaitu zat aktif (obat) dan bahan dengan beberapa apoteker resep racikan yang masuk
di apotek-apotek wilayah kotamadya Yogyakarta.
tambahan. Pada pemakaian oral, proses
Menurut data dari Dinas Kesehatan Kotamadya
penghantaran obat sampai memberikan efek Yogyakarta per Januan 2001, terdapat 71 unit apotek
farmakologis melalui 3 fase yaitu fase yang tersebar dalam 14 kecamatan (tidak termasuk
farmasetik, fase farmakokinetik dan fase unit pelayanan obat di rumah sakit). Langkah
farmakodinamik (Ariens, 1973). Fase farmasetis selanjutnya adalah mengasumsikan jumlah resep
merupakan fase hancurnya suatu sediaan racikan yang masuk ke apotek-apotek di kotamadya
(misalnya tablet) di saluran pencernaan diikuti Yogyakarta per bulan. Dari data laporan obat
oleh fase pelepasan zat aktifnya dan kemudian genenk tahun 2000 DepKes DIY, jumlah resep yang
terjadi fase pelarutan zat aktif. Ketersediaan masuk ke apotek kotamadya Yogyakarta ada
farmasetis ini ditentukan antara lain oleh 51.989/bulan dan laporan 54 apotek. Diasumsikan
jumlah lembar resep yang masuk di kotamadya
formulasi sediaan obatnya.
Yogyakarta di 71 apotek menjadi 68.356 lembar per
Yang tercakup dalam formulasi adalah bulan. Dari survei awal dan informasi beberapa
senyawa aktif (kualitatif dan kuantitatif), bahan apotek ternyata jumlah resep racikan rata-rata ±15
tambahan/penolong (kualitatif dan kuantitatif), 20% dari total resep yang masuk. Hasil ini
metode dan proses pembuatan dan pengemas digunakan untuk menentukan jumlah sampel resep
(Soebagyo, 2000). Tujuan formulasi, dengan racikan yang akan diambil dengan menggunakan
memperhatikan ketersediaan hayati, adalah rumus (Pudjirahardjo dkk, 1993);
untuk menghasilkan penghantar obat yang
dalam setiap unitnya mengandung sejumlah
obat (zat aktif) yang sesuai dengan yang N x Z2 x p x q
diperlukan, dan dapat melepaskan obatnya n = --------------------------------------
untuk menghasilkan onset, intensitas dan durasi d2 x(N-1) + Z2 x p x q
efek obat sesuai yang diharapkan (Smith and
Williams, 1983). Keterangan:
n : besar sampel
Beberapa pertimbangan sudah
N : besar populasi (jumlah populasi acuan)
dilakukan suatu industri farmasi dalam Z : nilai standar normal yang besarnya
membuat suatu bentuk sediaan obat. Namun tergantung 
seperti terlihat dalam suatu resep, sering terjadi p : probabilitas suatu kejadian (prosentase
permintaan dari penulis resep untuk melakukan taksiran hal yang akan diteliti) jika tidak
perubahan bentuk sediaan obat. Hal ini akan diketahui dianggap 50%q : 100%-p
terjadi inefisiensi penggunaan formula yang d : besarnya penyimpangan yang masih bisa
baik dari suatu bentuk sediaan, disamping ditolerir

Majalah Farmasi Indonesia, 14 (4), 2003 203


Chairun Wiedyaningsih

Apabila diambil  = 0,05 dan d 3% maka: Tabel I. Bahan obat yang sering ditulis di resep
n dihasilkan = 989.91embar resep racikan per racikan bentuk serbuk
bulan. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang
representatif, selanjutnya jumlah sampel resep No. Bahan obat No Bahan obat
dibagi dalam 14 daerah demografi kecamatan.
Setiap kecamatan diambil 70 resep racikan. 1 CTM 11 Vitamin B6
Pengambilan sampel dibatasi dalam 2 Prednison 12 Rifampisin
jumlah, bukan dalam waktu, karena yang terpenting 3 Phenobarbital 13 Dextromethorphan
disini mengevaluasi resep, dan resep lebih 4 Dexamethason 14 Salbutamol
dipengaruhi oleh daerah dimana resep beredar bila
dibandingkan dengan waktu (Haryono dan Farida, 5 Aminophillin 15 Ephedrin
1999). 6 Theofilin 16 Diazepam
Setiap kecamatan diambil satu apotek 7 Parasetamol 17 Vitamin C
secara simple random sampling untuk mendapatkan 8 Glyceril guaiacolat 18 Ambroxol
sampel resep racikan. Pada penelitian ini sampel
resep diambil mulai pada bulan Mei 2001, yaitu 9 Papaverin 19 Vitamin B 1
waktu yang paling mendekati penelitian ini sesuai 10 Amoxicillin 20 Antalgin
dengan proposal penelitian.
Kedua, dilakukan penyebaran kuisioner.
Ada 2 aspek tujuan dari pembuatan dan Meskipun apa yang ditulis merupakan
penyebaran kuisioner kepada para dispenser, aspek bahan obat, namun penulis resep sermg
pertama adalah sebagai pendukung data dokumen menyebutkan satuannya dalam bentuk "tablet"
resep. Aspek kedua adalah untuk mengetahui bukan dalam bentuk bobot (g/mg).
bagaimana tindakan/sikap dari para apoteker Dispenser/peracik obat pun lebih cenderung
Ketiga, dilakukan wawancara kepada para mengambil obat dari suatu sediaan tablet.
dispenser sebagai pelengkap data dari hal-hal yang Adapun dari hasil wawancara dengan para
mungkin belum terungkap melalui kedua metode di
apoteker, alasan memilih bentuk tablet adalah :
atas.

Cara Analisis
1. Harga bahan obat serbuk relatif tidak begitu
Data yang didapat dianalisa secara terpaut jauh dengan bentuk sediaan tablet,
deskriptif. bahkan untuk bentuk sediaan serbuk harga
terkadang lebih mahal.
Hasil Dan Pembahasan 2. Pembeliaan bentuk serbuk harus dalam
Dari hasil penelitian sampling resep jumlah tertentu/banyak, hal ini tidak
racikan di daerah kotamadya Yogyakarta sebanding dengan jumlah penggunaan dalam
dengan 12 apotek sample yang didapat, masing- resep.
masing apotek diambil 75 resep racikan 3. Stabilitas selama penyimpanan
diketahui bahwa resep racikan yang 4. Efisiensi waktu, perlu "penimbangan" bila
menghendaki pembuatan sediaan obat berupa digunakan bentuk serbuk.
bentuk serbuk/pulveres, adalah yang paling
dominan (71%). Sedangkan lainnya adalah Masalah inipun juga terjadi pada
permintaan bentuk sediaan semi padat (21.8%) penulisan resep racikan dari obat paten. Selama
ataupun cair (7,2%). Kajian terhadap resep- ini belum banyak sediaan serbuk yang
resep racikan bentuk serbuk diketahui bahwa dipatenkan. Dokter menulis permintaan nama
permintaan penggerusan tablet dari suatu obat tablet paten yang dibuat suatu racikan
produk paten mendominasi penulisan resep berarti harus dilakukan penggerusan sediaan
racikan (74%). Namun beberapa jenis bahan tersebut. Tabel II.
obat generik sering juga ada atau ditambahkan Proses pembuatan sediaan obat jadi di
dalam suatu campuran serbuk. Beberapa jenis Industri Farmasi dapat direalisir setelah melalui
bahan obat generik yang paling sering ditulis proses yang panjang. Mulai dari skala
dalam resep racikan tercantum di Tabel I laboratorium, analisis bahan, stabilitas, dan lain-
lain hingga menjadi suatu formula yang dapat
diproduksi dalam skala industri (Fudholi, 1999).
Setiap formula terdiri dari bahan obat dan

Majalah Farmasi Indonesia, 14 (4), 2003 204


Tinjauan Terhadap Bentuk Sediaan Obat………….

Tabel II. Obat paten yang sering dibuat serbuk

No. Nama obat Bahan aktif Nama pabrik


1. Epexol Ambroksol Sanbe Farma
2. Amoxsan Amoksisilin Sanbe Farma
3. Lameson Metil prednisolon Lapi
4. Trifed - Tripolidina HCl
Interbat
- Pseudoefedrin HCl
5. Suprazid Isoniazide Ponco
Vitamin B6 Kalbe Farma
6. Transbroncho Ambroksol
7. Cobazym Koenzym B12 Interbat
8. Operma Siproheptadine Interbat
9. Bricasma Terbutaline sulfas Astra Zeneca
10. Kalmoxycillin Amoksisilin Kalbe Farma
11. Histapan Mebhidrolina Sanbe Farma
12. Opithrocin Eritromisin Otto
13. Meptin Prokaterol Otsuka
14. Erysanbe eritromisin Sanbe Farma
15. Tremenza - Tripolidina
Sanbe Farma
- pseudoefedrine

eksipien. Penambahan eksipien antara lain Bila ditinjau dari hasil kuisioner
dimaksudkan agar obat dapat memenuhi menunjukkan bahwa 69% responden
persyaratan fisis, ketersediaan farmasetis. menyatakan bahwa bentuk sediaan salap/semi
Racikan serbuk seringkali padat adalah bentuk sediaan dari racikan yang
menggunakan bahan-bahan obat yang paling sering menimbulkan masalah/kesulitan.
terkandung di dalam obat paten (Tabel III). Problem yang sering muncul adalah salap
menjadi tidak dapat campur homogen, keluar
Tabel III. Bahan obat dari sediaan paten yang sering
airnya. Kesulitan timbul terutama bila harus
ada di resep racikan serbuk. mencampurkan asam salisilat dengan bentuk
sediaan krim / dan bahan obat/bentuk sediaan
No. Bahan obat No Bahan obat lainnya.
1 Ambroxol 11 Siproheptadin Dari hasil analisis resep bentuk sediaan
2 Amoxicillin 12 Ketokonasol semi padat menunjukkan bahwa terdapat
3 Pseudo efedrin 13 Koensim B12 pencampuran salap dengan krim (6,9%),
4 Tripolidine 14 Dexamethason
bermacam-macam krem (19,6%), asam salisilat
dengan krem ataupun bermacam-macam bahan
5 Vitamin B6 15 Terbutalin
obat dan bentuk sediaan semi padat lainnya
6 Isoniasid 16 Betametason (26,5%). Kesulitan timbul disebabkan antara
7 Parasetamol 17 Desklorfeniramin lain karena informasi tentang jenis basis yang
8 Eritromisin 18 Ketotifen digunakan dari bentuk sediaan salap maupun
9 Metil prednisolon 19 Na fenitoin krem kurang lengkap, dan di apotek kurang
10 Mebhidrolina 20 Pizotifen banyak jenis bahan pengemulsi yang disediakan.
Sebaliknya industri farmasi menulis secara jelas
Sedangkan bila dikaji dari indeks basisnya atau bila tidak memungkinkan maka
farmakoterapinya, maka obat yang digunakan memberikan peringatan tertentu apabila sediaan
untuk pengobatan asma adalah yang paling yang dibuatnya tidak boleh dicampur bahan
sering diminta untuk disediakan dalam bentuk lainnya. Dari analisis sampel resep yang
racikan baik menjadi serbuk ataupun yang dilakukan di apotek dalam wilayah kotamadya
selanjutnya di kapsul (Tabel IV). Yogyakarta menunjukkan bahwa asam salisilat

Majalah Farmasi Indonesia, 14 (4), 2003 205


Chairun Wiedyaningsih

adalah bahan obat yang paling sering (46,15%) bentuk sediaan untuk diracik kembali akan
dicampurkan dengan sediaan semi padat berarti (Fudholi, 2000):
lainnya. Sedangkan bahan obat yang lainnya 1. Eliminasi maksud sasaran sediaan produk
antara lain adalah retroshin, licadet, hidrokortison, jadi.
ZnO, sulfur praecipitatum. 2. Peniadaan fungsi penggunaan bahan
Jenis obat paten yang sering dibuat tambahan/eksipien.
campuran sangat beragam antara lain Inerson 3. Penghapusan fungsi dan kemanfaatan
(Interbat), Ikaderm (Ikapharmindo), metode dan teknologi farmasi
Topcort® (Sanbe Farma), dan lain-lain. Tujuan 4. Peningkatan harga obat.
terapi yang paling sering diharapkan adalah Untuk menghindari kejadian ini
untuk anti radang topikal (misal: betametason). sebaiknya industri farmasi memberikan
Resep racikan bentuk sediaan cair informasi yang jelas tentang bentuk sediaan yang
merupakan jumlah yang paling sedikit (7,2%) dibuat atau memberikan peringatan khusus
ditulis. Problem yang sering muncul seperti juga apabila obat tersebut tidak boleh dicampurkan
sediaan serbuk adalah penggerusan dari suatu dengan bahan obat tertentu lainnya, hal ini
bentuk tablet salut. Problem lainnya adalah ditujukan untuk apotek dan dokter, atau
pada pembuatan suspensi, bahan zat padat pengguna.
menjadi mengkristal bila dicampurkan ke dalam
pelarut/zat cairnya meskipun suatu bahan Kesimpulan
pensuspensi sudah ditambahkan. Resep racikan bentuk sediaan padat
Hasil wawancara juga menyatakan (serbuk / serbuk dibuat kapsul) merupakan
bahwa banyaknya jenis bahan/obat yang diracik bentuk sediaan yang paling sering ditulis.
akan meningkatkan masalah pada pembuatan Permasalahan yang paling sering timbul (71,5%)
bentuk sediaan obat. adalah penggerusan berbagai bentuk sediaan
Dari hasil analisis resep racikan, tablet Penggerusan/peracikan yang
kuisioner dan wawancara di beberapa apotek menimbulkan masalah terjadi pada bentuk
wilayah kotamadya Yogyakarta, maka dapat sediaan tablet salut (7%), kaplet (7,7%), dulcet
diketahui bahwa pembuatan sediaan obat dari (1,8%), chewable (3%), sediaan mengandung ensim
suatu resep racikan masih sering timbul (0,008%), dan sustained release (0,005%)
berbagai macam masalah. Penggerusan Obat paten (74%) lebih banyak ditulis
berbagai jenis tablet, pencampuran berbagai dalam resep racikan dari pada obat generik.
macam obat mewamai masalah dalam membuat Mayoritas penulisan resep racikan bentuk serbuk
sediaan resep racikan. Secara nyata pengubahan ditujukan. untuk pengobatan asma, infeksi dan
Tabel IV. Obat yang terkandung dalam resep racikan serbuk berdasarkan
farmakoterapinya

% terhadap ke 10
No. Farmakoterapi
besar lainnya
1 Anti-asma/obat saluran nafas 18,9
2 Anti biotikum/antiinfektikum 16,8
3 Anti-alergi/imonologik-um 16,7
4 Anti-influenza/obat saluran nafas 10,9
5 Kortikoidum/obat sistem endokrin 9,7
6 Tuberkulostatikum/obat saluran nafas 7,5
7 Vitamin B6 7,5
8 Analgetikum&antipiretik 4,8
9 Antitusivum/Ekspektoran dan Mukolitikum 4,7
10 Epileptik-um/antikonvulsi/depresan syaraf pusat 2,5

Majalah Farmasi Indonesia, 14 (4), 2003 206


Tinjauan Terhadap Bentuk Sediaan Obat………….

alergi dengan klorpheniramin maleat (CTM) Ucapan Terima Kasih


merupakan bahan obat yang paling sering Terimakasih diucapkan untuk Lembaga
ditambahkan dalam suatu resep racikan. Penelitian UGM atas anggaran DIKS clan DIK
Bentuk sediaan salap merupakan bentuk MAK. 5250 UGM yang dibenkan untuk
sediaan yang paling sering menimbulkan masalah pembiayaan penelitian ini
dalam pembuatan bentuk sediaannya. Asam
salisilat adalah bahan obat yang paling sering
(46,15%) ditambahkan dalam sediaan salap.

Daftar Pustaka
Ariens, E.J. Ed., 1973, Drug Design, Academic Press, New York and London, vol. IV, xi.
Danish, M., Kottke, MK (1996) Pediatric and Geriatric Aspects of Pharmacentics in modern Pharmacentics
3rd ed, Marcel Deker, Inc.
Fudholi, A.,1999, Perkembangan Teknologi Farmasi, Kajian Sediaan Bentuk Obat, Makalah
Lokakarya Tata Cara Penulisan Resep yang Benar, di Fak. Kedokteran UG.
Fudholi, A., 2000, Perkembangan Teknologi Farmasi, Fungsi dan Perannya dalarn Peningkatan
Pelayanan Kesehatan Dibidang Obat, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Pada Fakultas
Farmasi UGM, 23-25
Harjono dan Farida, N., 1999, Kajian Resep-resep di Apotek Sebagai Sarana Meningkatkan
Penulisan Resep Yang Rational, Jurnal Kedokteran YARS1, 7(1), 91-102.
Lachman, L., Lieberman, HA., Kanig, JL., 1989, The Theory and Practice of Industrial Pharmacy, Lea
and Febiger, Philadelphia, 1-225
Mitschell, JF., 1996 Oral Solid Dosage Forms That Should Not Be Crushed, 1996 Revision,
Hospital Pharmacy, 31(1), 27-37
Pifferi, G., Santoso, P., Pedrani, M., 1999 Quality and Functionally of Excipients, Farmaco, 54 (1-
2),1-14
Pudjiraharjo, WJ., Poernomo, H., Machfoed, MH., 1993 Metode Penelitian dan Statistik Terapan ,
Airlangga University Press.
Santoso, B., 1996 Principles of Rational Prescribing, Medical Progress, 6-9
Smith, H.J. and Williams, H., 1983 Introduction to the Principles of Drug Design, The Stonebridge Press,
Bristol, 40-51
Soebagyo, S.S., 2000 Tablet Sebagai Manifestasi Peran Teknologi Farmasi Pada Penghantaran
Obat, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Pada Fakultas Farmasi UGM, 10-20.

Majalah Farmasi Indonesia, 14 (4), 2003 207

Anda mungkin juga menyukai