Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Demam Berdarah Dengue


a. Definisi
Demam Berdarah Dengue atau Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus berbahaya karena
dapat menyebabkan penderita meninggal dalam waktu yang sangat
singkat. Gejala klinis DBD berupa demam tinggi yang berlangsung
terus-menerus selama 2-7 hari. Tanda dan gejala perdarahan yang
biasanya didahului dengan terlihatnya tanda khas berupa bintik-bintik
merah (petechia) pada badan penderita bahkan penderita dapat
mengalami syok dan meninggal (Sutanto, 2015).
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus
akut yang disebabkan oleh virus dengue yang ditandai demam 2 – 7
hari disertai dengan manifestasi perdarahan, penurunan trombosit
(trombositopenia), adanya hemokonsentrasi yang ditandai kebocoran
plasma (peningkatan hematokrit, asites, efusi pleura,
hipoalbuminemia). Dapat disertai gejala-gejala tidak khas seperti nyeri
kepala, nyeri otot & tulang, ruam kulit atau nyeri belakang bola mata.
(Kemenkes RI,2017).
Demam Berdarah Dengue (Dengue Hemorrhagic Fever/DHF)
klasik adalah penyakit yang terutama pada anak/remaja atau orang
dewasa dengan tanda-tanda klinis demam,nyeri otot dan sendi, yang
biasanya memburuk setelah dua hari pertama.(H. J. Mukono,2018).

b. Etiologi
Penyebab penyakit Dengue adalah Arthrophod borne virus,
famili Flaviviridae, genus flavivirus.Virus berukuran kecil (50 nm)
ini memiliki single standard RNA. Virion-nya terdiri dari
nucleocapsid dengan bentuk kubus simetris dan terbungkus dalam
amplop lipoprotein.Genome (rangkaian kromosom) virus Dengue
berukuran panjang sekitar 11.000 dan terbentuk dari tiga gen
protein struktural yaitu nucleocapsid atau protein core (C),
membrane-associated protein (M) dan suatu protein envelope (E)
serta gen protein non struktural (NS).
Terdapat empat serotipe virus yang dikenal yakni DEN-1,
DEN-2, DEN3 dan DEN-4. Ke empat serotipe virus ini telah
ditemukan di berbagai wilayah Indonesia. Hasil penelitian di
Indonesia menunjukkan bahwa Dengue-3 sangat berkaitan dengan
kasus DBD berat dan merupakan serotipe yang paling luas
distribusinya disusul oleh Dengue-2, Dengue-1 dan Dengue -4.
(Kemenkes RI, 2017).

c. Vektor
Virus Dengue ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan
nyamuk. Aedes aegypti merupakan vektor epidemi yang paling
utama, namun spesies lain seperti Ades albopictus, Ades
polynesiensis, Ades scutelaris dan Aedes niveus juga dianggap
sebagai vektor sekunder. Kecuali Ades aegypti semuanya
mempunyai daerah distribusi geografis sendiri-sendiri yang
terbatas. Meskipun mereka merupakan host yang sangat baik
untuk virus dengue, biasanya mereka merupakan vektor epidemi
yang kurang efisien dibanding Aedes aegypti. Nyamuk penular
dengue ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali
di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas
permukaan laut.
Pengertian Vektor DBD adalah nyamuk yang dapat
menularkan, memindahkan dan/atau menjadi sumber penular
DBD. Di Indonesia teridentifikasi ada 3 jenis nyamuk yang bisa
menularkan virus dengue yaitu : Aedes aegypti, Aedes albopictus
dan Aedes scutellaris. Sebenarnya yang dikenal sebagai Vektor
DBD adalah nyamuk Aedes betina. Perbedaan morfologi antara
nyamuk aedes aegypti yang betina dengan yang jantan terletak
pada perbedaan morfologi antenanya, Aedes aegypti jantan
memiliki antena berbulu lebat sedangkan yang betina berbulu
agak jarang/ tidak lebat. Seseorang yang di dalam darahnya
mengandung virus Dengue merupakan sumber penular Demam
Berdarah Dengue (DBD). Virus Dengue berada dalam darah
selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam. Berikut ini uraian
tentang morfologi, siklus hidup, dan siklus hidup lingkungan
hidup, tempat perkembangbiakan, perilaku, penyebaran, variasi
musiman, ukuran kepadatan dan cara melakukan survei jentik
(Kemenkes RI, 2017).

d. Epidemiologi
Epidemiologi berasal dari kata Epi, demos dan logos. Epi
berarti atas, demos berarti masyarakat, logos berarti ilmu,
sehingga epidemiologi dapat diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari tentang distribusi penyakit di masyarakat dan faktor-
faktor yang mempengaruhinya (determinan).
Epidemiologi Infeksi Dengue adalah ilmu yang mempelajari
tentang kejadian dan distribusi frekuensi Infeksi Dengue (Demam
Dengue/DD, Demam Berdarah Dengue/DBD dan Expanded
Dengue Syndrome/EDS) menurut variabel epidemiologi (orang,
tempat dan waktu) dan berupaya menentukan faktor resiko
(determinan) kejadian tersebut pada suatu kelompok populasi.
Distribusi yang dimaksud diatas adalah distribusi berdasarkan
unsur orang, tempat dan waktu; sedangkan frekwensi dalam hal
ini adalah angka kesakitan, angka kematian dll. Determinan faktor
risiko berarti faktor yang mempengaruhi atau faktor yang
memberi risiko atas kejadian penyakit Demam Dengue, Demam
Berdarah Dengue dan Expanded Dengue Syndrome.
1. Situasi Global
KLB Dengue pertama kali terjadi tahun 1653 di Frech
West Indies (Kepulauan Karibia), meskipun penyakitnya
sendiri sudah telah 40 dilaporkan di Cina pada permulaan
tahun 992 SM. Di Australia serangan penyakit Dengue
pertama kali dilaporkan pada tahun 1897, serta di Italia dan
Taiwan pada tahun 1931. KLB di Filipina terjadi pada tahun
1953-1954, sejak saat itu serangan penyakit ini disertai tingkat
kematian yang tinggi melanda beberapa negara di wilayah
Asia Tenggara termasuk India, Indonesia, Kepulauan
Maladewa, Myanmar, Srilangka, Thailand, Singapura,
Kamboja, Malaysia, New Caledonia, Filipina, Tahiti dan
Vietnam. Selama dua puluh tahun kemudian, terjadi
peningkatan kasus dan wilayah penyebaran yang luar biasa
hebatnya, dan saat ini KLB muncul setiap tahunnya di
beberapa negara di Asia Tenggara. Berbagai serotipe virus
Dengue endemis di beberapa negara tropis. Di Asia, penyakit
infeksi Dengue endemis di China Selatan, Hainan, Vietnam,
Laos, Kamboja, Thailand, Myanmar, India, Pakistan, Sri
Langka, Indonesia, Filipina, Malaysia dan Singapura. Negara
dengan endemisitas rendah di Papua New Guinea, Bangladesh,
Nepal, Taiwan dan sebagian besar negara Pasi fik. Kasus
Infeksi Dengue sejak tahun 1981 ditemukan di Queensland,
Australia Utara. Serotipe Virus Dengue 1,2,3, dan 4 endemis
di Afrika. Di pantai Timur Afrika mulai dari Mozambik
sampai ke Etiopia dan di kepulauan lepas pantai seperti
Seychelles dan Komoro. Saudi Arabia pernah mel aporkan
kasus yang diduga DBD. Di Amerika, ke-4 serotipe virus
dengue menyebar di Karibia, Amerika Tengah dan Amerika
Selatan hingga Texas (1977- 1997). Tahun 1990 terjadi KLB
di Meksiko, Karibia, Amerika Tengah, Kolombia, Bolivia,
Ekuador, Peru, Venezuela, Guyana, Suriname, Brazil,
Paraguay dan Argentina.
2. Situasi Nasional
Penyakit Dengue pertama kali dilaporkan pada tahun
1968 di Jakarta dan Surabaya. Pada tahun 2010 penyakit
dengue telah tersebar di 33 provinsi, 440 Kab./Kota. Sejak
ditemukan pertama kali kasus DBD cenderung meningkat
terus bahkan sejak tahun 2004 kasus meningkat sangat tajam.
Pada tahun 2017 jumlah kasus DBD yang dilaporkan
sebanyak 68.407 kasus, dengan jumlah kasus meninggal
sebanyak 493 orang dan IR 26,12 per 100.000 penduduk
dibandingkan tahun 2016 dengan kasus sebanyak 2014.171
serta IR 78,85 per 100.000 penduduk, terjadi penurunan kasus
pada tahun 2017. Dari grafik di bawah selama kurun waktu 10
tahun terakhir mulai tahun 2008 cenderung tinggi sampai
tahun 2010 kemudian mengalami penurunan drastik di tahun
2011 sebesar 27,67 per 100.000 penduduk yang dilanjutkan
dengan tren kecendrungan meningkat sampai tahun 2016
sebesar 78,85 per 100.000 penduduk namun kembali pada
tahun 2017 dengan angka kesakitan atau Incidence Rate 26,12
per 100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2017).

Gambar 2.1 Inciden Rate (IR) DBD per 100.000 penduduk di


Indonesia 2006-2017.
e. Patofisiologi
Nyamuk Aedes betina biasanya terinfeksi virus dengue pada
saat dia menghisap darah dari seseorang yang sedang dalam fase
demam akut (viraemia) yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari
setelah demam timbul. Nyamuk menjadi infektif 8-12 hari
sesudah mengisap darah penderita yang sedang viremia (periode
inkubasi ekstrinsik) dan tetap infektif selama hidupnya Setelah
melalui periode inkubasi ekstrinsik tersebut, kelenjar ludah
nyamuk bersangkutan akan terinfeksi dan virusnya akan
ditularkan ketika nyamuk tersebut menggigit dan mengeluarkan
cairan ludahnya ke dalam luka gigitan ke tubuh orang lain. Setelah
masa inkubasi di tubuh manusia selama 3 – 14 hari (rata-rata
selama 4-7 hari) timbul gejala awal penyakit secara mendadak,
yang ditandai demam, pusing, myalgia (nyeri otot), hilangnya
nafsu makan dan berbagai tanda atau gejala lainnya. Viremia
biasanya muncul pada saat atau sebelum gejala awal penyakit
tampak dan berlangsung selama kurang lebih lima hari. Saat-saat
tersebut penderita dalam masa sangat infektif untuk vektor
nyamuk yang berperan dalam siklus penularan, jika penderita
tidak terlindung terhadap kemungkinan digigit nyamuk. Hal
tersebut merupakan bukti pola penularan virus secara vertikal dari
nyamuk-nyamuk betina yang terinfeksi ke generasi berikut nya.

f. Tanda dan Gejala DBD


Masa inkubasi penyakit DBD adalah 3-15 hari sejak saat
seseorang terserang virus dengue. Selanjutnya, penderita akan
menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah, seperti
berikut :
1. Demam tinggi secara mendadak selama 2-7 hari (38-
40oC).
2. Pada pemeriksaan Uji Torniquet, tampak adanya jentik
(puspura) perdarahan.
3. Adanya bentuk perdarahan di kelopak mata bagian
dalam (konjungtiva), mimisan (epitaksis), buang air
besar dengan kotoran berupa lendir bercampur darah
(melena), dan lain-lainnya.
4. Terjadi pembesaran hati (hepatomegali).
5. Tekanan darah menurun, sehingga menyebabkan shock.
6. Pada pemeeriksaan laboratorium (darah), hari ke 3-7
menjadi penurunan trombosit dibawah 100.000/mm3
(trombositopent) dan terjadi peningkatan nilai
hematokrit di atas 20% dari nilai normal
(hemokonsentrasi).
7. Timbulnya beberapa gejala klinis yang menyertai,
seperti mual, muntah, penurunan nafsu makan
(anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang, dan
sakit kepala.
8. Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan
gusi.
9. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan
keluhan pegal/sakit pada persendian.
10. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat
pecahnya pembuluh darah.
Demam berdarah dengue diklasifikasikan
berdasarkan beratnya penyakit menjadi 4 derajat,
sebagai berikut :
a. Derajat I : Demam dengan gejala tidak jelas,
manifetasi perdarahan hanya dalam bentuk torniquet
positif dan atau mudah memar.
b. Derajat II : Manifetasi derajat I ditambah
perdarahan spontan, biasanya berupa perdarahan
kulit atau perdarahan pada jaringan lainnya.
c. Derajat III : Kegagalan sirkulasi berupa nadi
tekanan sempit dan lemah, atau hipotensi, dengan
gejala kulit dingin dan lembab, dan penderita
gelisah.
d. Derajat IV : Terjadi gejala awal syok berupa
tekanan darah rendah dan nadi tidak dapat diukur.

g. Tatalaksana
Masa inkubasi di mulai sejak nyamuk menggigit sampai
menimbulkan gejala, kurang lebih 13-15 hari. Maka dapat
diketahui maka terdapat tiga fase perjalanan penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD), yaitu sebagai berikut :
1. Fase Demam
Pada fase ini, diperlukan pengobatan sistomatik atau
pengobatan yang dilakukan untuk menghilangkan gejala saja,
seperti menurunkan demam atau meningkatkan perbaikan
kondisi penderita Demam Berdarah Bengue (DBD). Tindakan
yang dilakukan pada tahap awal ini penting supaya penderita
tidak memasuki kondisi yang lebih buruk. Hal-hal yang harus
diperhatikan pada perawatan pasien demam berdarah yang
sedang mengalami fase ini adalah suhu tubuh penderita, rasa
mual dan muntah, serta terjadinya kejang, mimisan, dan
pendarahan. Pada saat fase demam ini terjadi, pemberian
cairan yang memadai sangat diperlukan untuk mencegah
terjadinya kekurangan cairan pada tubuh penderita.
Pada fase ini juga diperlukan pemeriksaan laboratorium
darah, yang meliputi milai trombosit dan nilai hematokrit,
untuk mengontrol keadaan kesehatan penderita. Jika sudah
minum obat tetapi suhu tubuh tetap tidak menurun atau
didapatkan tanda pendarahan yang lain, perlu segera dilakukan
pengontrolan oleh dokter untuk ditangani lebih lanjut.
2. Fase Kritis
Ketika fase ini terjadi, penderita tidak memungkinkan
untuk dirawat di rumah, tetapi harus dirawat di rumah sakit
karena membutuhkan penanganan yang intensif. Fase ini pada
umumnya dimulai pada hari ketiga sampai sampai hari kelima
sejak diketahui adanya panas atau demam yang pertama kali.
Fase kritis ini berlangsung selama kurang lebih 24-48 jam.
Fase kritis merupakan fase yang sangat menentukan, karena
apabila penderita berhasil melewati fase ini akan memasuki
fase penyembuhan. Tetapi, jika fase kritis ini tidak mampu
diatasi (terjadi keterlambatan dalam penanganannya), maka
penderita akan mengalami keadaan yang fatal. Pada keadaan
ini biasanya penderita mengalami mual-muntah, tidak nafsu
makan, dan mengalami pendarahan, oleh karena itu harus
dilakukan pemantauan yang lebih intensif.
Pemantauan terhadap keadaan penderita, seperti
pemeriksaan suhu tubuh, denyut nadi, pernapasan, dan tekanan
darah, harus selalu dilakukan secara periodik atau berkala oleh
perawat. Jika penderita mengalami shock yang disebut
dengan shock syndrome, penderita harus segera mendapatkan
terapi oksegen seta infus untuk mengganti kekurangan cairan
yang disebabkan oleh kebocoran plasma. Adanya kebocoran
plasma ini sangatlah bernahaya dapat mengakibatkan
gangguan peredaran darah yang berfungsi membawa oksigen
dan makanan ke seluruh tubuh. Biasanya pada keadaan seperti
ini juga terjadi penurunan kadar trombosit yang
memungkinkan penderita mengalami pendarahan baik malalui
mulut, hidung maupun perdarahan pada saluran pencernaan.
Pada saat kondidi ini terjadi, seringkali penderita memerlukan
transfusi darah sehingga perlu disiapkan donor darah. Apabila
pemantauan nilai hematokrit telah menunjukkan hasil yang
normal atau sudah stabil, maka penderita sudah memasuki fase
penyembuhan atau telah berhasil melewati fase kritis.
3. Fase Penyembuhan
Umumnya penderita DBD yang telah berhasil melewati
fase kritis akan sembuh tanpa komplikasi dalam waktu kurang
lebih 24-48 jam setelah ahock. Keadaan ini ditandai dengan
kondisi umum penderita yang mulai membaik, nafsu makan
mulai meningkat, dan tanda-tanda vital yang stabil (suhu
tubuh,denyut nadi, pernapasan, dan tekanan darah). Pada fase
ini, pemberian cairan infus mulai dihentikan, diganti dengan
pemberian nutrisi lewat mulut secara optimal. Asupan
makanan yang mengandung nilai gizi yang tinggi sangat
diperlukan untuk memperbaiki daya tahan tubuh. Bila keadaan
penderita terus membaik dan yidak ditemukan adanya
komplokasi penderita biasanya diperbolehkan pulang.

h. Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan cara menghindarai gigitan
nyamuk diwaktu pagi dan sore, karena nyamu Aedes aktif di siang
hari (bukan malam hari). Hindari pula lokasi yang banyak
nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita
DBD-nya. Berikut beberapa tata cara paling efektif dalam
mencegah penyakit DBD :
a. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui pengelolaan
sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk
hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desai rumah.
Gambar 2.8 Data PSN

b. Pemeliharaan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) di


tempat air kolam.
c. Pengasapan (fogging) dengan menggunakan malathion dan
fenthion.
d. Memberikan bubuk abate (themopbos) pada tempat –tempat
penampungan air, seperti gentong air, vas bunga, kolam dan
lain-lain.

B. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan menrupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek
tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni
indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga (Notoatmodjo, 2012).
Pengetahuan secara garis besar dibagi dalam 6 tingkat dan
tingkatan tingkatan pengetahuan dalam domain kognitif yaitu
(Notoatmodjo, 2012) :
1) Tahu (Know)
Mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu
merupakan tingkatan yng paling rendah.
2) Memahami (comprehension)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham
terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap
objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (Aplication)
Suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi
diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip
yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya siswa
yang telah paham membuang sampah dengan benar maka ia
melakukan membuang sampah di tempatnya sesuai kriteria.
4) Analisis (analysis)
Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama
lain.
5) Sintesis (synthesis)
Kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Sintesis merupakan kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi yang ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Kemampuan untuk melakukan justufikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut
(Notoatmodjo, 2012) adalah:
1) Faktor internal
a. Umur
Umur merupakan variabel yang selalu diperhatikan
dalam penelitian-penelitian epidemiologi yang merupakan
salah satu hal yang mempengaruhi pengetahuan. Umur
adalah lamanya hidup seseorang dalam tahun yang
dihitung sejak dilahirkan. Semakin tinggi umur seseorang,
maka semakin bertambah pula ilmu atau pengetahuan yang
dimiliki karena pengetahuan seseorang diperoleh dari
pengalaman sendiri maupun pengalaman yang diperoleh
dari orang lain.
b. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses menumbuh
kembangkan seluruh kemampuan dan perilaku manusia
melalui pengetahuan, sehingga dalam pendidikan perlu
dipertimbangkan umur (proses perkembangan klien) dan
hubungan dengan proses belajar. Tingkat pendidikan juga
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi
seseorang atau lebih mudah menerima ide-ide dan
teknologi. Pendidikan meliputi peranan penting dalam
menentukan kualitas manusia dianggap akan memperoleh
pengetahuan implikasinya. Semakin tinggi pendidikan,
hidup manusia akan membuahkan pengetahuan yang baik
yang menjadikan hidup yang berkualitas.
c. Pekerjaan
Bekerja pada umumnya merupakan kegiatan yang
menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai
pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
d. Faktor Eksternal
a) Faktor lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di
sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis,
maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap
proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang
berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi
karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak
yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap
individu.
b) Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat
dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima
informasi.
c) Masa media / informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan
formal maupun non formal dapat memberikan
pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia
bermacam-macam media massa yang dapat
mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang
inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai
bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar,
majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang.
Dalam penyampaian informasi sebagai tugas
pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan
yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini
seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu
hal memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

C. Sikap
1. Pengertian Sikap
Menurut Notoatmodjo (2010) dalam buku Titik Lestari (2015)
mendefinisikan pengertian sikap dengan sangat sederhana bahwa
sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespon
stimulus atau objek. sehingga sikap itu melibatkan pikiran,
perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain.
Menurut Allport (1954) yang dikutip oleh Sarwon dan
Meinarno (2009) dalam buku Titik Lestari (2015) bahwa sikap
merupakan kesiapan mental, yaitu proses yang berlangsung dalam
diri seseorang dan menentukan respons terhadap berbagai objek
dan situasi
Jadi dapat disimpulkan bahwa sikap adalah proses penilaian
yang dilakukan seseorang terhadap suatu objek atau situasi yang
disertai ada nya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada orang
tersebut untuk membuat repons atau berprilaku dalam cara yang
tertentu yang dipilih nya.
2. Komponen Pokok Sikap
Ada 3 komponen pokok tentang sikap menurut Titik lestari
(2015) yaitu:
Kepercayaan (keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu objek,
kehidupan emosional dan evaluasi terhadap suatu objek.
Kecendrungan untuk bertindak (Trend to be hhave). Ketiga
komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(Total Attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh pengetahuan,
berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.
Menurut Anzwar S, Struktus sikap terdiri atas 3 komponen
yang sangat menunjang yaitu:

a) Komponen Kognitif
Komponen kognitif berisi persepsi dan kepercayaan
yang dimiliki oleh individu mengenai sesuatu, seringkali
komponen kognitif ini dapat disamalan dengan
pandangan(opini).
b) Komponen afektif
Komponen afektif merupakan perasaan individu
terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi.
aspek emosional inilah yang biasa nya berakar paling
dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang
paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang
mungkin akan merubah sikap seseorang.
c) Komponen Konatif
Komponen konatif merupakan komponen perilaku
yang cenderung untuk bertindak atau untuk bereaksi
terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.
3. Tingkatan Sikap
Menurut Titik lestari (2015) sikap terdiri dari beberapa tingkatan
yaitu:
a) Menerima(Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang(subyek)mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan(objek).
b) Merespons(responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya,mengajarkan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap, karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan
atau mengerjakan tugas yang diberikan. terlepas dari hal
tersebut, pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti bahwa
menerima ide tersebut.
c) Menghargai(Valuing)

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan


nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti
membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau
mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons.

d) Bertanggung Jawab(Responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung
jawab terhadap apa yang telah diyakini nya.seseorang yang
telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinan nya, dia
harus berani mengambil resiko bila orang lain mencemoohkan
atau ada nya resiko lain.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
Beberapa faktor yang ikut berperan dalam membentuk sikap
menurut Titik Lestari (2015) antara lain:
a) Pengalaman Pribadi
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut
membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap
stimulus sosial. tanggapan akan menjadi salah satu dasar
terbentuknya sikap. untuk dapat mempunyai tanggapan dan
penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang
berkaitan dengan objek, psikologis. apakah penghayatan itu
kemudian akan membentuk sikap positif atau kah akan
tergantung pada berbagai faktor lain.
b) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara
komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap
kita.seseorang yang kita anggap penting. seseorang yang kita
harapkan persetujuannya bagi kita setiap gerak tingkah dan
pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau
seseorang yang berarti khusus bagi kita, akan banyak
mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu.
diantara orang yang biasa nya dianggap penting bagi individu
adalah orangtua, orang yang status sosial nya lebih tinggi,
teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri tau suani,
dan lain-lain. kecendrungan ini antara lain dimotivasi oleh
keinginan untuk menghindrari konflik dengan orang yang
dianggap penting tersebut.
c) Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita,
apabila kita hidup dalam budaya yang mempunyai norma
longgar bagi pergaulan heteroseksual, sangat mungkin kita
mempunyai sikap yang mendukung terhadap masalah
kebebasan pergaulan heteroseksual. apabila kita hidup dalam
budaya sosial yang sangat mungkin kita akan mempunyai
sikap negative terhadap kehidupan individualism yang
mengutamakan kepentingan perorangan.
d) Media massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa
mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan
kepercayaam orang.media massa membawa pesan-pesan yang
berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. pesan-
pesan sugesti yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila
cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu
hal sehingga terbentuk arah sikap tertentu.
e) Lembaga tinggi dan lemaga agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sistem
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan
kedua nya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral
dalam diri individu.
f) Pengaruh faktor emosional
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi
lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. kadang-
kadang, suatu bentuk sikap merupaka pernyataan yang
didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam
penyaluran frustasi atau bentuk penglihatan mekanisme
pertahanan ego.

D. Konsep Dasar Keluaega


1. Definisi
Menurut WHO (1969), Keluarga adalah anggota rumah
tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah,
adopsi,atau perkawinan (Harmoko, 2012).
Menurut Depaetemen Kesehatan RI, 1998 keluarga adalah
unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu
tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(Harmoko, 2012).
Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang
diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan tiap-tiap
anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain (Harmoko,
2012).

2. Struktur Keluarga
Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri atas :
a. Struktur Komunikasi
1. Karakteristik Pemberi Pesan :
- Yakin dalam mengekemukakan suatu pendapat
- Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas
- Selalu menerima dan meminta timbal balik
2. Karakteristik Pendengar
- Siap mendengarkan
- Memberikan umpan balik
- Melakukan Validasi
b. Struktur Peran
Struktur peran adalah serangkaian yang diharapkan sesuai
posisi sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa
bersifat formal atau unformal. Posisi atas status sodara posisi
individu dalam masyarakat misal status sebagai istri atau
suami.
c. Struktur Kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk
mengontrol, mempengaruhi, atau mengubah perilaku orang
lain.
 Hak (legitimate power)
 Ditiru (referent power)
 Keahlian (Exper Power)
 Hadiah (reward power)
 Paksa (coercive power)
 Efektif power
d. Struktur Nilai dan Norma
1. Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar
atau tidak dapat mempersatukan anggota keluarga.
2. Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat
berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.
3. Budaya, kumpulan daripada perilaku yang dapat dipelajari,
dibagi dan ditularkan dengan tujuan menyelesaikan
masalah (Harmoko, 2012).
3. Tipe Keluarga
Dalam Harmoko (2012) disebutkan beberapa tipe keluarga yaitu :
a. Tipe Keluarga Tradisional
1. Keluarga Inti ( Nuclear Family ) , adalah keluarga yang
terdiri dari ayah ibu dan anak-anak.
2. Keluarga Besar ( Extended Family ) , adalah keluarga inti
ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek,
keponaka, sodara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
3. Single Parent yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari
suatu orang tua ( Ayah/Ibu ) dengan anak
(Kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
perceraian atau kematian.
4. Single Adult yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri
seorang dewasa.
5. Keluarga Lanjut Usia : terdiri dari suami istri lanjut usia

b. Tipe Keluarga Nontradisional


1. Commune Family : lebih dari satu keluarga tanpa pertalian
darah.
2. Orang Tua ( Ayah/Ibu ) yang tidak ada ikatan perkawinan
dan anak hidup bersama dalam satu rumah tangga.
3. Homosexual : dua individu yang sejenis hidup bersama
dalam satu rumah tangga.
4. Fungsi Keluarga
Dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi dan tugas keluarga
yang dapat dijalankan. Fungsi keluarga sebagai berikut :
a. Fungsi Biologis
Yaitu fungsi untuk meneruskan keturunan, memelihara dan
membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
b. Fungsi Spikologis
Yaitu memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi
keluarga, memberikan perhatian diantara keluarga,
memberikan kedewasaan kepribadian anggota keluarga, serta
memberikan identitas pada keluarga.
c. Fungsi Sosial pada Anak
Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan
tingkat perkembangan masing-masing dan meneruskan nilai-
nilai budaya.
d. Fungsi Ekonomi
Yaitu mencari sumber-sumber penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga saat ini dan menabung untuk
memenuhi kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang.
e. Fungsi Pendidikan
Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,
keterampilan, membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat
dan minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk
kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi
perannya sebagai orang dewasa, serta mendidik anak sesuai
dengan tingkat perkembangannya (Harmoko, 2012).

5. Tugas Keluarga
Dalam sebuah keluarga ada beberapa tugas dasar yang
didalamnya terdapat delapan tugas pokok, antara lain :
a. Memelihara kesehatan fisik keluarga dan para anggotanya
b. Berupaya untuk memelihara sumber-sumber daya yang ada
dalam keluarga
c. Mengatur tugas masing-masing anggota sesuai dengan
kedudukannya
d. Melakukan sosialisasi anatar anggota keluarga agar timbul
keakraban dan kehangatan para anggota keluarga
e. Melakukan pengaturan jumlah anggota keluarga yang
diinginkan
f. Memelihara ketertiban anggota keluarga
g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang
lebih luas
h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota
keluarga
E. Kerangka Teori

Bagan 2.2
Kerangka Teori

Penangana
n
Faktor Predisposisi : BAB II
 Pengetahuan
 Sikap METODE PENELITIAN
 Kepercayaan
A. Kerangka Konsep
 Keyakinan
Berdasarkan kerangka teori pada BAB II, maka kerangka teori konsep
 Nilai-nilai
penelitian ini di sesuaikan dengan Teori Simamora (1995) dalam
Mangkunegara (2005)
Faktor Pendukung : dan Teori Games dan Larsen dalam Torang, S
(2012) ada 3 faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu factor individu
 Tersedianya sarana
(pengetahuan, kemampuan dan keahlian, latar belakang dan demografi),
kesehatan
faktor spikologi (persepsi, attitude, personality, pembelajaran, motivasi)
dan factor organisasi ( sumber daya, kepemimpinan, penghargaan, struktur
dan job desaign). Dari kerangka teori yang suah dibahas peneliti tidak
mengambil keseluruhan variabel dari setiap faktor, hal ini dikarenakan
Faktor Pendorong :
fenomena yang penulis dapat dilapangan. Maka dalam kerangka konsep
 menjadi
ini yang Teman sebaya (remaja)
variabel independent yaitu pengetahuan dan persepsi,
 Pengalaman
sedangkan yang menjadi variabel dependent yaitu penanganan DBD.
 Secara
Petugasskematis
kesehatankerangka konsep dalam penelitian ini dapat
digambakan sebagai berikut :

Bagan 3.1
Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependen

Pengetahuan
Kinerja :
Penanganan DBD

Sikap
B. Definisi Operasional

Berdasarkan variabel pada kerangka konsep penelitian, maka penulis


memberikan batasan-batasan dalam definisi operasional sebagai berikut :

Tabel 3.1
Definisi Operasional Penelitian

Variabel Definisi Cara Alat Ukur Hasil Skala


Operasional Ukur Ukur Ukur
Pengetahuan Segala Pengisia Lembar K Ordinal
sesuatu yang n Kuesioner
diketahui kuesioner
oleh
responden
tentang DBD
Sikap Segala Pengisia Lembar Ordinal
respon atau n Kuesioner
tanggapan kuesioner
responden
tentang
penanganan
D BD

C. Hipotesis
Ha :
1. Aadanya hubungan
D. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Kuantitatif dengan
menggunakan pendekatan cross sectional. Cross Sectional artinya tiap
subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan
terhadap status karakter yaitu pengetahuan yang diperoleh dari responden
dan sikap responden yang akan dikumpulkan dalam waktu yang
bersamaan dengan variabel dependen yaitu kinerja (penanganan DBD),
agar diperoleh data yang lengkap dalam waktu yang relative cepat
( Indrawan dan Yaniawati, 2014).

E. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan di Pukesmas Payoselincah Kota Jambi, dan
penelitaian telah dilakukan pada bulan Agustus 2020.
F. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh ibu – ibu yang
berkunjung ke Pukesmas Payoselincah .
2. Sampel
Menurut Arieska (2018) Accidental sampling atau dikenal juga
dengan istilah Convenience sampling atau Incidental sampling
merupakan teknik pengambilan sampel yang mudah, murah dan cepat,
karena setiap unit yang ditemui dapat dijadikan sebagai sampel
(Mufamikoh, 2020).
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu – ibu yang
berkunjung ke Pukesmas Payoselincah dan daerah sekitar Pukesmas
Payoselincah. Besarnya sampel dalam penelitian ini adalah diambil
dengan rumus Slovin dalam Indrawan dan Yaniawati (2014).
Rumusnya adalah sebagai berikut :

N
n=
1 + (N.d2)
66
n=
1 + (66.0,052)
n = 60 orang
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah populasi = 66 orang
d = Nilai presisi 95% atau sig. = 0,05
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu :
a. Ibu – ibu yang berkunjung ke Pukesmas Payoselincah Kota Jambi
b. Bisa diajak berkomunikasi
c. Bersedia menjadi responden,

G. Teknik Pengambilan Data


Data primer sering disebut juga data tangan pertama. Pengumpulan
data yang dikumpulkan langsung dari sumbernya. Data primer yang
dibutuhkan dalam penelitia ini yaitu dengan cara pengisian kuesioner
langsung (Indrawan dan Yaniawati, 2014).
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain.
Pengumpulan data penunjang atau pelengkap yang diambil dari Dinas
Kesehatan Kota Jambi.

H. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bagi peneliti yang digunakan
untuk mengumpulkan data atau informasi yang relevan dengan
permasalahan peneliti (Indrawan dan Yaniawati, 2014). Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner untuk mengetahui
pengetahuan dan sikap ibu terhadap penanganan DBD di Pukesmas
Payoselincah Kota Jambi tahun 2020.
I. Teknik Pengolahan Data
Menurut Indrawan dan Yaniawati (2014), pengelolahan data
dilakukan dengan langkah-langkah seperti berikut :
a. Editting
1) Memeriksa kelengkapan dan kejelasan data yang terkumpul, bisa
jadi ada data yang tidak diisi oleh responden.
2) Melihat kesatuan ukuran. Peneliti perlu memeriksa apakah
kuesioner sudah terisi dengan ukuran data yang sama.

b. Klasifikasi dan Pengkodean


Klasifikasi merupakan sekumpulan data dari variabel tertentu.
Sedangkan pengkoden merupakan pemberian nomor atau simbol lain,
pada jawaban agar tanggapan dapat dikelompokkan ke dalam jumlah
klasifikasi terbatas. Klasifikasi data dan pengkodean bisa berjalan
berbarengan.
1. Variabel pengtahuan diberi kode, 1 jika dijawab benar, 0 jika
dijawab salah.
2. Variabel sikap diberi kode 1 jika sikap responden positif, 0 jika
persepsi responden negatif.
c. Scoring
Memberikan skor untuk masing-masing variabel yang diteliti.
d. Entri Data
Data yang telah diperiksa dan diberikan kode dimasukkan
kedalam program komputer untuk dianalisi.
e. Tabulating
Memasukkan data tersebut ke dalam tabel-tabel yang telah
dikategorikan sesuai dengan nilai yang telah ditentukan

J. Analisa Data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa secara
Bivariat, yaitu hubungan antara variabel independent dengan variabel
dependen merupaka salah satu dari objektif penelitian dalam bidang
kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah variabel-variabel
yang diteliti, yaitu pengetahuan dan sikap ibu terhadap penanganan DBD.

Anda mungkin juga menyukai