Anda di halaman 1dari 26

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

2012 Pernikahan merupakan ikatan lahir batin antara pria dan wanita sebagai

suami istri yang mempunyai tujuan membentuk keluarga sejahtera yang

mampu memenuhi kebutuhan hidup baik secara spiritual, materi, takwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa dan memiliki hubungan serasi, selaras dan

seimbang dalam kehidupan lingkungan dan masyarakat sekitar tempat

tinggalnya (Ardayani, 2020).

Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 pasal 7 ayat 1

“ perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun

dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun”. Sedangkan dilihat dari

Undang-Undang Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002 pasal 1 ayat 1 “Anak

adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak

yang masih dalam kandungan” dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN) menyarankan usia menikah pertama yaitu 21 tahun

(Indanah dkk, 2020).

Menurut Romauli dan Vindari (2012) Pernikahan dini adalah

pernikahan yang dilakukan pada usia 15 tahun sedangkan pad pria usia 19

tahun (Ardayani, 2020). sedangkan menurut BKKBN (2012) usia pernikahan

yang ideal dilakukan oleh seorang laki-laki minimal 25 tahun dan wanita 21

1
2

tahun. Namun pada kenyataanya masih begitu banyak masyarakat yang

melakukan pernikahan pada usia dibawah umur 18 tahun (Febriawati, 2020).

Menurut Kartikawati (2016) Di Asia Tenggara didapatkan data bahwa

sekitar 10 juta anak usia dibawah 18 tahun telah menikah. Untuk Level

ASEAN, Indonesia berada di urutan kedua setelah kamboja. Di Indonesia

didapatkan data pada tahun 2016 sebanyak 22.000 perempuan muda di

Indonesia berusia 10-16 tahun sudah menikah terutama terjadi di pedesaan

sebesar 0,03% (Prihartini, Rosidah 2020).

Menurut UNICEF (2018) Pernikahan dini, didefinisikan sebagai

perkawinan formal atau tidak formal sebelum usia 18 tahun. Secara global,

lebih dari 650 juta wanita yang hidup hari ini menikah sebelum usia 18 tahun.

Diperkirakan bahwa 12 juta anak perempuan di bawah 18 tahun menikah

setiap tahun. Secara keseluruhan, proporsi wanita yang menikah sebagai anak

menurun 15 persen dalam dekade terakhir, satu dari empat menjadi sekitar

satu dari lima pada saat ini, dan lebih dari 150 juta anak perempuan tambahan

akan menikah sebelum ulang tahun ke 18 mereka. Pernikahan anak

perempuan yang paling umum adalah di Afrika dan Asia. yaitu antara 50%

dan 60% di seluruh Sub Sahara Afrika. Negara dengan jumlah pernikahan

dini mutlak tertinggi adalah India (15.509.000), Bangladesh (4.451.000),

Nigeria (3.538.000) (GNB, 2018). Indonesia termasuk di antara 10 negara (ke

8) dengan jumlah perkawinan anak absolut tertinggi: 1.408.000 perempuan

berusia 20 hingga 24 tahun menikah sebelum usia 18 tahun (Ma’rifah,

Muhaimin 2019).
3

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tentang Kesejahteraan

Rakyat pada tahun 2013 terdapat 10 Provinsi memiliki persentase pernikahan

pada usia 10-15 tahun yaitu Kalimantan Selatan (15,48), Jawa Barat (15,4),

Jawa Timur (14,92), Banten (13,42), Jambi (11,89), Sulawesi Barat (11,66),

Jawa Tengah (11,57), Bengkulu (10,98), Sulawesi Selatan (10,95), dan

Kalimantan Tengah (10,22) (Febriawati, 2020). Berdasarkan data dari BPS

Jambi merupakan peringkat ke-5 dari 10 Provinsi di Indonesia yang menikah

di usia 10-15 tahun dengan presentasi 11,89%.

Berdasarkan data yang didapat di Kantor Urusan Agama (KUA) pada

tahun 2018 presentasi tertinggi pernikahan dini pada usia <19 tahun terdapat

di wilayah Jambi Selatan dengan jumlah 101 (44,50%), Kota Baru dengan

jumlah 82 (22,8%), dan wilayah Telanaipura berjumlah 17 (7,5%). Pada

tahun 2019 presentasi tertinggi pernikahan dini terdapat di wilayah Kota Baru

dengan jumlah 15 (28,8%), Jambi Selatan 12 (23,07%), dan Wilayah

Telanaipura 10 (19,23%). Pada tahun 2020 presentasi tertinggi pernikahan

dini yaitu pada wilayah Jambi Selatan dengan jumlah 19 (47,5%),

Telanaipura (20%), dan Jelutung 7 (17,5%), Untuk wilayah Jambi Selatan

memiliki presemtasi tertinggi pada tahun 2018, 2019 mengalami penurunan

dan pada tahun 2020 kembali meningkat.

1.1 Tabel Pernikahan Dini Di Kecamatan Jambi Selatan

No Desa Tahun 2019 Tahun 2020


1. Talang Bakung 11 6
2. Eka Jaya 18 5
3. Payo Selincah 3 1
4. Thehok 16 4
5. Lingkar Selatan 5 3
4

6. Wijaya Pura 5 0
7. Pasir Putih 6 3
8. Pall Merah 5 6
9. Pakuan Baru 4 1
10. Bn (Balai Nikah) 13 4
Jumlah 86 33

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor KUA Jambi Selatan di

dapat Kelurahan/Desa Pall Merah mengalami peningkatan dari tahun 2019

5,81% dan pada tahun 2020 mningkat menjadi 6,97%.

Menurut Sarlito (2012) Faktor yang memicu terjadinya pernikahan

usia dini adalah lingkungan sosial. Kuatnya pengaruh teman sering dianggap

sebagai biang keladi dari tingkah laku remaja yang buruk. Namun hal itu

tidak terlepas dari motivasi dalam dirinya sendiri untuk melakukan hal

tersebut. Perkawinan usia sangat dini (10-14 tahun) banyak terjadi pada

perempuan di daerah perdesaan, pendidikan rendah, status ekonomi

termiskin, dan kelompok petani/nelayan/buruh. Semakin tinggi pendidikan

persentasi usia perkawinan pertama pada usia dini semakin kecil (Nurzia,

2018). Berdasarkan penelitian S sutrisno (2021) “Dampak pernikahan dini di

wilayah pedesaan”, menunjukkan bahwa berdasarkan hasil wawancara

banyak orang tua yang khawatir jika anaknya terlalu tua karena nantinya akan

disebut perawan tua.

Menurut Groot et al. (2018) Pernikahan dini telah memberi dampak

besar bagi anak perempuan dan anak-anak mereka. Dan itu tidak hanya diakui

sebagai pelanggaran manusia, namun juga merupakan penghalang bagi

perkembangan individu dan sosial. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa

4
5

efek negatifnya banyak, terutama berbahaya bagi anak perempuan, anak-anak

mereka, komunitas mereka, dan juga menciptakan siklus anatr generasi yang

merugikan (Ma’rifah, Muhaimin 2019).

Berdasarkan fenomena diatas maka penulis tertarik melakukan

penelitian mengenai “Hubungan Pengetahuan, Sosial Ekonomi Serta

Dukungan Orang Tua Terhadap Pernikahan Dini Di Kecamatan Jambi

Selatan Tahun 2021”

B. Rumusan Masalah

Dari paparan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

Bagaimana Hubungan Pengetahuan, Sosial Ekonomi Serta Dukungan Orang

Tua Terhadap Pernikahan Dini Di Kecamatan Jambi Selatan Tahun 2021?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Membuktikan hubungan antara pengetahuan, sosial ekonomi serta

dukungan orang tua terhadap pernikahan dini di Kecamatan Jambi

Selatan.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan terhadap pernikahan dini

di Kecamatan Jambi Selatan Tahun 2021.

b. Untuk mengetahui hubungan sosial ekonomi terhadap pernikahan

dini di Kecamatan Jambi Selatan Tahun 2021.

5
6

c. Untuk mengetahui hubungan dukungan orang tua terhadap

pernikahan dini di Kecamatan Jambi Selatan Tahun 2021.

D. Manfaat Penulisan

Penulis berharap agar penulisan karya ilmiah dengan judul Hubungan

Pengetahuan, Sosial Ekonomi Serta Dukungan Orang Tua Terhadap

Pernikahan Dini Di Kecamatan Jambi Selatan Tahun 2021 dapat memberikan

manfaat bagi semua pihak. Adapun manfaat yang dapat diberikan adalah :

1. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian dapat memberikan masukan kepada institusi

pendidikan khususnya bidang kesehatan dan diharapkan menjadi suatu

masukan bagi mahasiswa tentang pernikahan dini.

2. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapakan dapat menambah pengalaman dan

wawasan Serta masukan atau informasi untuk meningkatkan pengetahuan

dan dampaknya tentang pernikahan dini.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

serta dapat dipergunakan sebagai literatur atau sumber referensi untuk

penelitian lebih lanjut tentang pernikahan dini.

6
7

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian Kuantitatif menggunakan Cross

sectional yang bertujuan untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan, Sosial

Ekonomi Serta Dukungan Orang Tua Terhadap Pernikahan Dini Kecamatan

Jambi Selatan Tahun 2021. Populasi dalam penelitian ini yaitu wanita yang

pernah menikah di usia <20 tahun Desa Tahun 2021. Teknik pengambilan

sampel yang digunakan adalah acidental sampling.

7
8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pernikahan Usia Dini

1. Pengertian

Pernikahan dini adalah pernikahan pada remaja di bawah usia

20 tahun yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan

pernikahan. Pernikahan dini merupakan institusi agung untuk

mengikat dua insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu

ikatan (Meitria,dkk 2018).

Definisi remaja menurut UU No. 4 tahun 1979 tentang

Kesejahteraan Anak adalah individu yang belum mencapai 21

tahun dan belum menikah. UU perburuhan menyatakan definisi

remaja adalah bila telah berusia 16-18 tahun. UU Perkawinan No.

1 tahun 1974 menyebutkan definisi remaja sebagai seseorang yang

cukup matang untuk menikah, yaitu 16 tahun untuk permepuan dan

19 tahun untuk laki-laki. Sedangkan menurut WHO, definisi

remaja adalah yang berusia 10-18 tahun. Tahapan yang dilewati

remaja adalah remaja awal (early adolescence) usia 11- 13 tahun,

remaja pertengahan (middle adolescence) usia 14-16 tahun, dan

remaja lanjut (late adolescence) usia 17-20 tahun (Soetjiningsih

2004). Beberapa istilah yang berkaitan dengan tumbuh kembang

remaja adalah pubertas dan adolesen. Pubertas adalah perubahan

8
9

biologis yang terdiri dari morfologis dan fisiologis, terjadi dari

masa anak menuju masa dewasa, terutama terjadi perubahan alat

reproduksi dari anatomi anak menjadi dewasa.

2. Dampak Pernikahan Dini

a. Terhadap Kesehatan Reproduksi

Pernikahan dini akan berdampak pada kesehatan

reproduksi anak perempuan. Dari segi fisik, remaja belum kuat

dan tulang panggulnya masih terlalu kecil sehingga bisa bersiko

pada saat proses persalinan. Remaja cenderung tidak menyadari

risiko yang akan terjadi jika melakukan pernikahan dini dan

tidak tentang hak-haknya terkait kesehatan reproduksi.

Perkawinan usia dini dapat menyebabkan kehamilan dan

persalinan pada usia muda (<20 tahun) yang berisiko tinggi,

karena tubuh dan organ reproduksi anak perempuan belum

sepenuhnya matang untuk hamil dan melahirkan. Perempuan

yang masih berusia muda ketika sudah menghadapi masa hamil

dan melahirkan sangat rawan untuk mengalami keguguran.

Perempuan yang menikah dini antara usia 15-19 tahun

memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar meninggal saat

melahirkan dibandingkan yang berusia 20-25 tahun. Selain itu,

perempuan yang menikah dini akan menghadapi risiko

komplikasi persalinan yang jauh lebih tinggi seperti fistula

obstetri, infeksi, perdarahan yang hebat, anemia dan eklampsia.

9
10

b. Terhadap Mental dan Psikologis

Seorang remaja harus melaksanakan fungsi

perkembangannya dengan baik. Perkembangan remaja yang

mengalami pernikahan di masa muda, menjadi relatif lebih

lambat. Beberapa permasalahan yang muncul dalam rumah

tangga dari perempuan yang menikah dini adalah adanya

kegagagapan dalam menjalani peran menjadi seorang istri

hingga nanti menjadi orang tua. Saat mendapatkan

permasalahan dalam rumah tangganya remaja cenderung belum

siap untuk menyelesaikan dengan dewasa. Selain itu, adanya

campur tangan orang tua dalam menjalankan kehidupan rumah

tangga seperti finansialisasi, menampung untuk tempat tinggal,

dan merawat serta menjaga anak menunjukan belum adanya

komitmen yang benar-benar terjalin antara remaja puteri

dengan suaminya.

c. Pendidikan dan Kependudukan

Semakin muda usia menikah, maka semakin rendah

tingkat pendidikan yang dicapai oleh anak. Pernikahan

serinhkali menyebabkan anak tidak lagi bersekolah karena

mempunyai tanggung jawab baru yaitu sebagai istri dan calon

ibu. 85% anak perempuan di Indonesia mengakhiri pendidikan

mereka setelah mereka menikah. Pernikahan dini akan

berkaitan dengan berkurangnya taraf hidup anak dan hilangnya

10
11

kesempatan untuk mendapatkan pendidikan formal untuk

mengembangkan dirinya dikarenakan bertambahnya tanggung

jawab didalam rumah tangga terutama setelah mengandung dan

memiliki anak.

d. Terhadap Anak

Perkawinan usia dini akan memberikan dampak antar

generasi. Bayi yang dilahirkan oleh perempuan yang menikah

pada usia dini memiliki risiko kematian lebih tinggi, dan

kemungkinannya dua kali lebih besar untuk meninggal sebelum

usia 1 tahun dibandingkan dengan anak-anak yang dilahirkan

oleh seorang ibu yang telah berusia dua puluh tahun keatas.

Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang berusia muda akan lebih

berisiko untuk lahir prematur, dengan berat badan lahir rendah,

dan kekurangan gizi. Hal tersebut disebabkan karena ibu yang

menikah usia dini masih dalam proses pertumbuhan,

pemenuhan gizi untuk janin akan terbagi untuk pemenuhan

kebutuhan gizi bagi tubuhnya sendiri (Meitria,dkk 2018)

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pernikahan Dini

Pernikahan usia dini adalah pernikahan yang dilakukan

sebelum batas usia minimal yang dianjurkan. Bagi sebagian besar

orangtua, menikahkan anak mereka yang masih remaja secepat

11
12

mungkin merupakan solusi terbaik sebelum anak melakukan hal

diluar batas kewajaran.

a. Faktor internal (Keinginan dari diri sendiri)

Faktor yang mempengaruhi perkawinan usia muda dapat

berasal dari faktor internal yakni faktor yang berasal dari dalam

individu. Keinginan dari anak yaitu remaja yang memilih

menikah atas keinginan sendiri karena merasa telah siap mental

dalam menghadapi kehidupan rumah tangga. Pasangan ini

menikah dikarenakan adanya perasaan saling cinta dan sudah

merasa cocok. Kondisi ini yang akhirnya membuat keputusan

untuk melangsungkan perkawinan di usia muda tanpa

memikirkan masalah apa yang akan dihadapi kedepannya.

b. Faktor eksternal

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor

eksternal yang menyebabkan remaja melakukan pernikahan

usia muda antara lain seperti faktor ekonomi, hamil diluar

nikah, putus sekolah, sosial, dan lingkungan. Selain keinginan

dari diri sendiri, faktor lain yang mendorong remaja nikah usia

muda berasal dari keinginan dari orang tua.

Salah satu teori dari Lawrence Green (1994) menjelaskan

bahwa perubahan perilaku akibat adanya perubahan struktur

sosial khususnya dalam pernikahan dini adalah teori perubahan

perilaku.

12
13

c. Budaya

Perkawinan usia dini sudah sejak lama menjadi tradisi

pada beberapa etnik di Indonesia yang merupakan warisan

budaya nenek moyang. Sebagai komunitas religius Muslim

sudah tentu budaya tersebut dilandasi oleh syariat Islam yang

menyatakan bahwa jika anak-anak remaja sudah cukup umur,

maka kewajiban orang tua untuk menikahkan. Pernikahan dini

dilakukan karena adanya budaya di masyarakat bahwa anak

perempuan harus segera dinikahkan agar tidak menjadi

perawan tua, selain itu kepercayaan bahwa menolak lamaran

akan mengakibatkan anak akan kesulitan dalam mendapatkan

pasangan. Sehingga orangtua sesegera mungkin akan

menikahkan anaknya walaupun belum cukup umur.

d. Keterpaparan pornografi

konten-konten pornografi dapat mengakibatkan adanya

hubungan kelamin diluar hukum atas dasar suka sama suka dan

dapat mengakibatkan adanya kehamilan yang tidak diinginkan.

Kehamilan yang tidak diinginkan akan berimbas pada

pernikahan dini

e. Lingkungan Masyarakat

Lingkungan sekitar juga menjadi penyebab terjadinya

pernikahan dini. Tidak sedikit orang tua yang mendesak

anaknya untuk menikah karena melihat lingkungan sekitar.

13
14

Alasan orang tua menikahkan anaknya adalah untuk segera

mempersatukan ikatan kekeluargaan antara mempelai laki-laki

dan mempelai perempuan. Hal ini juga erat kaitannya dengan

perjodohan. Semakin tinggi pendidikan maka akan semakin

besar pengetahuan yang didapat. Remaja yang berlatar

belakang pendidikan tinggi memiliki risiko lebih kecil untuk

melakukan pernikahan dini dibandingkan dengan remaja

dengan latar belakang pendidikan rendah. Hal ini dikarenakan

pengetahuan yang didapatkan oleh mereka yang berpendidikan

tinggi akan lebih banyak

B. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo 2007). Menurut Notoatmodjo (2007) faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan selain informasi adalah pengalaman yang

berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, bahwa pendidikan

yang tinggi memberikan pengalaman yang luas, sedangkan semakin

tua usia seseorang maka pengalaman akan semakin banyak.

Keterpaparan seseorang terhadap informasi dapat merubah

14
15

pengetahuan, sikap dan perilaku yang dimiliki seseorang. Semakin

banyak sumber informasi yang didapat semakin baik pula pengetahuan

yang dimiliki oleh seseorang. Semakin tinggi pendidikan maka akan

semakin besar pengetahuan yang didapat. Remaja yang berlatar

belakang pendidikan tinggi memiliki risiko lebih kecil untuk

melakukan pernikahan dini dibandingkan dengan remaja dengan latar

belakang pendidikan rendah. Hal ini dikarenakan pengetahuan yang

didapatkan oleh mereka yang berpendidikan tinggi akan lebih banyak.

C. Sosial Ekonomi

1. Status Ekonomi

Ekonomi dan kemiskinan memberikan andil bagi

berlangsungnya pernikahan usia dini. Hal ini terjadi karena

keadaan keluarga yang hidup di garis kemiskinan, tidak mampu

membiayai sekolah anaknya sehingga orang tua ingin anaknya

segera menikah, ingin lepas tanggung jawab, dan orang tua

berharap setelah anaknya menikah akan mendapat bantuan secara

ekonomi. Kemiskinan yang terjadi di dalam sebuah keluarga

sangat berdampak besar terhadap masa depan seorang anak,

terutama pada anak remaja. Seorang remaja yang seharusnya

melanjutkan tugas perkembangan sesuai dengan usianya, kini harus

menikah dengan usia yang masih muda dengan hanya memiliki

tingkat pendidikan yang rendah. Orang tua yang memiliki tingkat

15
16

ekonomi yang rendah cenderung tergesa-gesa menikahkan anak

perempuannya dengan alasan sebagai alternatif mengurangi beban

ekonomi keluarga. Hal ini sejalan dengan penelitian Cahyani

(2015) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara kondisi

ekonomi keluarga terhadap usia kawin anak sebesar 11,6%, maka

semakin tingggi kondisi ekonomi keluarga akan semakin dewasa

pula usia kawin anaknya (Meitria,dkk 2018)

2. Pendapatan Keluarga

Ekonomi dan kemiskinan memberikan andil bagi

berlangsungnya pernikahan usia dini. Hal ini terjadi karena

keadaan keluarga yang hidup di garis kemiskinan, tidak mampu

membiayai sekolah anaknya sehingga orang tua ingin anaknya

segera menikah, ingin lepas tanggung jawab, dan orang tua

berharap setelah anaknya menikah akan mendapat bantuan secara

ekonomi.

D. Dukungan Orang tua

1. Pengertian

Dukungan orang tua merupakan bantuan yang diberikan

orang tua pada anak yang terdiri dari informasi atau nasehat yang

dapat berbentuk verval atau non verbal yang menyebabkan efek

tindakan atau emosional yang menguntungkan bagi sipenerima

(Lina,dkk 2004).

16
17

2. Pengetahuan orang tua

Pengetahuan orang tua remaja puteri yang baik tentang

kesehatan reproduksi dan bahaya perkawinan usia muda pada

kesehatan reproduksi remaja puteri akan membentuk tindakan

yang baik dalam pendewasaan usia perkawinan

3. Sikap orang tua

Sikap orang tua tentang penerimaan pernikahan dini

anaknya sangat erat kaitannya dengan faktor ekonomi. Orang tua

akan sangat merasa beruntung jika anaknya dapat menikah dengan

laki-laki yang kaya, sebab dapat meringankan beban perekonomian

keluarga.

17
18

4. Pendidikan orang tua

Peran orang tua dalam menentukan pernikahan anak

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan keluarga. Hal ini akan

mempengaruhi pemahaman keluarga tentang kehidupan

berkeluarga.

18
19

E. Kerangka Teori

Bagan 2.2

Kerangka Teori

Faktor Predisposisi :

 Jenis Kelamin
 Umur
 Pekerjaan
 Pendidikan
 Pengetahuan
 Sikap
 Persepsi tentang pelayanan kesehatan
 Kepercayaan
 Keyakinan
 Nilai-nilai
 Sosial Ekonomi

Faktor Pendukung :

 Tingkat pendapatan keluarga


 Ketercapaian pelayanan meliputi akses Pernikahan Dini
(Jarak, waktu tempuh dan biaya)
 Ketersediaan sarana dan prasarana atau
fasilitas kesehatan bagi masyarakat
 Informasi Kesehatan

Faktor Pendorong :

 Dukungan keluarga
 Dukungan tokoh agama/tokoh masyarakat
 Dukungan petugas kesehatan
 Peraturan dan komitmen masyarakat
 Dukungan teman
20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori pada BAB II, maka kerangka konsep

penelitian ini ada tiga faktor yang mempengaruhi pernikahan dini,

yaitu (Pengetahuan, Sosial Ekonomi,Dukungan Keluarga (Orang

Tua)). Dari kerangka teori yang sudah dibahas peneliti tidak

mengambil seluruh variabel dari setiap faktor, hal ini dikarenakan

fenomena yang penulis dapat dilapangan.

Bagan 3.1

Kerangka Konsep Penelitian

Varibel Independent Variabel Dependen

Pengetahuan

Sosial Ekonomi Pernikahan Dini

Dukungan Keluarga
(Orang Tua)
21

B. Defenisi Operasional

Berdasarkan variabel pada kerangka konsep penelitian, maka

penulis memberikan batasan-batasan dalam defenisi operasional

sebagai berikut :

Tabel 3.1

Defenisi Operational Penelitian

Defenisi
Variabel Cara Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Operasional
Pernikahan Usia pada saat Pengisian Lembar Pembagian Ordinal
Dini menikah < 20 kuesioner Kuesioner Kategori umur
tahun menggunakan :
1. 15-17 tahun
2. 18-20 tahun

Pengetahuan Segala sesuatu Pengisian Lembar 1. Baik, jika tota Ordinal


yang diketahui kuesioner Kuesioner skor > median
oleh responden 2. Buruk, jika total
tentang skor < median
pernikahan dini
Sosial Pendapatan Pengisian Lembar 1. Baik jika hasil Ordinal
Ekonomi keluarga kuesioner Kuesioner 76 – 100%
perbulan atau 2. Cukup jika hasil
upah minimum 56-75%
provinsi (UMP) 3. Kurang baik
Rp. 2.630, 162 jika hasil <56%
Dukungan Sikap orang tua Pengisian Lembar 1. Positif, jika Ordinal
Orang Tua terhadap kuesioner Kuesioner total skor >
pernikahan dini median
2. Negatif, jika
total skor <
median

21
22

C. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan

penelitian

1. Adanya hubungan pengetahuan terhadap pernikahan dini di

Kecamatan Jambi Selatan Tahun 2021

2. Adanya hubungan sosial ekonimi terhadap pernikahan dini di

Kecamatan Jambi Selatan Tahun 2021

3. Adanya hubungan dukungan orang tua terhadap pernikahan dini di

Kecamatan Jambi Selatan Tahun 2021.

D. Desain Penelitian

Jenis yang digunakan adalah penelitian Kuantitatif dengan

menggunakan pendekatam cross sectional. Cross Sectinal artinya tiap

subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran

dilakukan terhadap status karakter yang akan dikumpulkan dalam

waktu yang bersamaan dengan variabel dependen dan independen yang

terjadi mengenai hubungan yang mempengaruhi pernikahan dini di

Kecamatan Jambi Selatan Tahun 2021.

E. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan di Kecamatan Jambi Selatan

Tahun 2021.

22
23

F. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah sekumpulan dari keseluruhan elemen populasi

yang akan ditetapkan sebagai dasar penepatan sempel. Populasi

dalam penelitian ini meliputi wanita yang pernah menikah dini di

bawah < 20 tahun di Desa.

2. Sampel

Pada pengambilan sampel menggunakan teknik Accidental

Sampling yaitu pengambilan kasus atau responden yang kebetulan

ada atau tersedia disuatu tempat sesuai dengan konteks penelitian

(Notoatmodjo, 2010).

Sempel pada penelitian ini wanita yang pernah menikah

muda Besarnya sempel dalam penelitian ini adalah 33 wanita.

a. Kriteria Inklusi

1) Perempuan berusia <30 tahun

2) Pernah menikah di usia <20 tahun

3) Bersedia menjadi responden

b. Kriteria Eklusi

1) Tidak bersedia diikutsertakan dalam penelitian

G. Teknik Pengambilan Data

Data primer sering disebut juga data tangan pertama.

Pengumpulan data yang dikumpulkan langsung dari sumbernya. Data

23
24

primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu dengan cara

pengisian kuesioner langsung (Indarwan dan Yaniawati, 2014).

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain.

Pengumpulan data penunjang atau data pelengkap yang diambil dari

Kantor Urusan Agama Kota Jambi.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bagi peneliti yang digunakan

untuk mengumpulkan data atau informasi yang relevan dengan

permasalahan peneliti (Indrawan dan Yaniawati, 2014). Pada

penelitian ini instrumen yang digunakan yaitu pengisian kuesioner

dengan cara bertatap muka secara langsung, sebelum mengisi

kuesioner peneliti terlebih dahulu menjelaskan tata cara pengisian

kuesioner.

I. Teknik Pengolahan Data

Menurut Indrawan dan Yaniawati (2014), pengelolahan data

dilakukan dengan langkah-langkah seperti berikut :

a. Editting

1) Memeriksa kelengknapan dan kejelasan data yang terkumpul, bisa

jadi ada data yang tidak diisi oleh responden.

2) Melihat kesatuan ukuran. Peneliti perlu memeriksa apakah

kuesioner sudah terisi dengan ukuran data yang sama.

24
25

a. Klasifikasi dan Pengkodean

Klasifikasi merupakan sekumpulan data dari variabel tertentu.

Sedangkan pengkoden merupakan pemberian nomor atau simbol lain,

pada jawaban agar tanggapan dapat dikelompokkan ke dalam jumlah

klasifikasi terbatas. Klasifikasi data dan pengkodean bisa berjalan

berbarengan.

1. Variabel perilaku remaja pada pernikahan dini diberi kode, 1 jika

di bawah <17 tahun, 2 jika >18 tahun.

2. Variabel pengtahuan diberi kode, 3 jika Sangat Setuju (SS), diberi

kode 2 jika Setuju (S), diberi kode 1 jika Tidak Setuju (TS).

3. Variabel sosial ekonomi diberi kode 1 jika menjawab “YA”, 0 jika

menjawab “TIDAK”

4. Variabel dukungan orang tua diberi kode 3 jika menjawab

“SELALU”, kode 2 jika “JARANG”, 1 jika menjawab “TIDAK

PERNAH”.

b. Scoring

Memberikan skor untuk masing-masing variabel yang diteliti.

c. Entri Data

Data yang telah diperiksa dan diberikan kode dimasukkan

kedalam program komputer untuk dianalisi.

d. Tabulating

Memasukkan data tersebut ke dalam tabel-tabel yang telah

dikategorikan sesuai dengan nilai yang telah ditentukan

25
26

J. Analisa Data

1. Analisis Univariat

Analisis data yang bertujuan untuk melihat hubungan distribusi

variabel-variabel yang diteliti, baik variabel independen dan

dependen.

2. Analisis Bivariat

Analisa Bivariat dilakukan utnuk menentukan hubungan antar

variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakan

perangkaat komputer dengan uji chi-square dengan tingkat

kepercayaan 95% dengan p-value <0,05 berarti terdapat hubungan

yang signifikan atau p-value >0,05 berarti tidak ada hubungan

yang bermakna antar variabel independen dan dependent.

26

Anda mungkin juga menyukai