Anda di halaman 1dari 5

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sampah organik masih menjadi masalah polusi tanah, air, dan udara, untuk

mengatasi permasalahan tersebut perlu pengolahan sampah organik yang efektif,

beberapa pengolahan yang dapat dilakukan adalah pengolahan sampah organik

menjadi pupuk organik yang bermanfaat dibidang pertanian. Sampah organik

sebagian besar terdiri sampah organik pasar, sampah organik pertanian, dan

sampah organik hewan.

Peluang pengembangan produksi pupuk di Indonesia (pupuk anorganik,

dan organik), memiliki prospek yang baik, hal ini disebabkan karena kurangnya

jumlah pupuk yang dihasilkan dibanding jumlah kebutuhannya. Penggunaan

pupuk kimia saat ini berdampak negatif terhadap kelestarian lingkungan sehingga

perlu mengganti penggunaan pupuk dari pupuk kimia ke pupuk organik, hal ini

meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kelestarian lingkungan dan produk

pertanian yang sehat melalui budidaya secara organik (Padel et al., 2010). Tahun

2015, kebutuhan pupuk diproyeksikan mencapai 13,4 juta ton, sedangkan

kemampuan produksi pupuk organik oleh pabrik BUMN hanya 4,69 juta ton,

besarnya selisih antara jumlah kebutuhan dan kemampuan produksi pupuk

organik dari pabrik pupuk BUMN tersebut merupakan peluang usaha yang

prospektif bagi masyarakat dan pengusaha swasta di Indonesia (Nasih, 2011).

1
2

Penggunaan pupuk buatan yang berkonsentrasi tinggi yang tidak

proporsional ini, akan berdampak pada penyimpangan status hara dalam tanah

(Notohadiprawiro, 1989), sehingga akan memungkinkan terjadinya ketimpangan

hara. Sering kurang disadari oleh petani, bahwa walaupun peran bahan organik

terhadap suplai hara bagi tanaman kurang, namun peran bahan organik yang

paling besar dan penting adalah kaitannya dengan kesuburan fisik tanah. Apabila

tanah kandungan humusnya semakin berkurang, maka lambat laun tanah akan

menjadi keras sehingga kurang produktif (Stevenson, 1982).

Pupuk organik dan pupuk hayati merupakan pupuk dari bahan alami,

ramah lingkungan, memiliki unsur hara lengkap, dan dapat memperbaiki kondisi

kesuburan tanah, sehingga pupuk organik dapat digunakan sebagai alternatif

pengganti pupuk anorganik dalam usaha pertanian. Kurangnya masukan pupuk

organik dan bahan organik akan berdampak pada penyusutan kandungan bahan

organik tanah, bahkan banyak tempat-tempat yang kandungan bahan organiknya

sudah sampai pada tingkat rawan (Juarsah, 1999). Pemanfaatan pupuk organik

sangat berguna untuk memperbaiki kondisi tanah di lahan pertanian di Indonesia,

yang rata-rata kandungan bahan organiknya sudah sangat sedikit. Dilaporkan,

sekitar 60 persen areal sawah di Jawa kadungan bahan organiknya kurang dari 1

persen (Sugito, et al., 1995). Sementara, sistem pertanian bisa menjadi

berkelanjutan jika kandungan bahan organik tanah lebih dari 2 % (Handayanto,

1999). Pupuk organik bermanfaat dalam peningkatan produksi pertanian dari

kualitas dan kuantitas, mampu mengurangi pencemaran lingkungan, dan dapat

meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan (Blasi and Maso, 2008).


3

Proses pengomposan secara alami untuk mendapatkan pupuk organik

memerlukan waktu cukup lama, sekitar delapan minggu dimana proses ini kurang

efisien (Simanungkalit et al, 2006). Proses pengomposan dengan kotoran sapi

dilakukan oleh mikroba yang mendegradasi komponen yang terdapat dalam

kotoran sapi menjadi kompos (Mashur, 2001). Lamanya produksi kompos

tersebut karena kandungan selulosa pada kotoran sapi tidak mampu terdegradasi

oleh mikroba pengompos. Penambahan cacing tanah pada bahan organik dapat

mempercepat proses pengomposan, pemberian cacing tanah tersebut bermanfaat

dalam memakan selulosa dari kotoran sapi yang tidak dapat di makan oleh bakteri

pengompos. Hasil dari pencernaan cacing berupa kotoran cacing, dan kotoran ini

akan menjadi tambahan makanan bagi bakteri sekitarnya terutama bakteri

pengompos (Sathianarayanan, 2008).

Penambahan cacing yang dikenal dengan nama pupuk kascing atau

vermicomposting dapat mempersingkat waktu produksi pupuk kompos, dengan

bantuan cacing dalam pembuatan pupuk kompos, hanya diperlukan separuh waktu

dari pembuatan pupuk kompos konvensional (Munroe, 2003).

Vermicomposting berasal dari bahasa latin Vermis yang berarti cacing,

vermicomposting berarti membuat pupuk kompos dari sampah menjadi pupuk

dengan mutu tinggi dengan bantuan cacing tanah (Kuruparan, 2005).

Vermikompos atau pupuk kascing merupakan kompos yang dihasilkan oleh

aktivitas cacing tanah, yang bekerja sama dengan mikrobiota tanah, sehingga

mengandung banyak hormon petumbuhan tanaman, berbagai mikrobiota

bermanfaat bagi tanaman, enzim-enzim tanah, dan kaya hara yang bersifat lepas
4

lambat (Ndegwa and Thompson, 2001). Pemberian vermikompos akan

memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Ndegwa and Thompson, 2001).

Cacing tanah yang biasa dimanfaatkan pembuatan pupuk kascing adalah

cacing epigeik yang berwarna cerah : Lumbricus rubellus, Eisenia foetida, dan

Eudrilus eugeniae (Hayawin et al., 2010). Makanan utama cacing tanah adalah

bahan organik setengah melapuk, dan mengandung cukup N (Dewi et al., 2006).

Pemanfaatan cacing tanah (Lumbricus rubellus) pada sampah organik

memang belum dimanfaatkan secara baik, padahal sampah organik sangat

berlimpah dan memiliki potensi untuk dijadikan pupuk organik kascing, untuk itu

penulis melakukan penelitian dengan judul Pengaruh penggunaan sampah organik

dan cacing tanah (Lumbricus rubellus) terhadap sifat kimia dan biologi pupuk

kascing.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah cacing tanah (Lumbricus rubellus) efektif dalam mendekomposisi

bahan organik?

2. Apakah semakin berat cacing tanah (Lumbricus rubellus) dapat

mempercepat proses dekomposisi bahan organik menjadi pupuk kascing?

3. Bagaimana sifat biologi dan kimia pupuk kascing yang dihasilkan dari

sampah organik dengan bantuan cacing tanah (Lumbricus rubellus)

dibandingkan tanpa cacing tanah?


5

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui efektifitas cacing tanah (Lumbricus rubellus) dalam

dekomposisi bahan organik.

2. Mengetahui apakah berat cacing tanah (Lumbricus rubellus) dapat

mempercepat proses dekomposisi sampah organik menjadi pupuk kascing.

3. Mengetahui sifat biologi dan kimia pupuk kascing yang dihasilkan dari

sampah organik dengan bantuan cacing tanah (Lumbricus rubellus)

dibandingkan tanpa cacing tanah.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat di bidang

keilmuan, bagi pemerintah serta masyarakat, sebagai berikut :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam

memperkaya khasanah keilmuan khususnya dalam bidang pertanian,

pengembangan produksi pupuk kascing di masa yang akan datang.

2. Bagi Pemerintah Propinsi Bali, hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi yang dapat digunakan dalam rencana pertanian

ramah lingkungan dan berkelanjutan.

3. Bagi pengusaha, petani dan masyarakat sebagai informasi dalam

meningkatkan pendapatan ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai