Anda di halaman 1dari 59

Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1

(Januari 2010-Oktober 2011)

1.1 Kebijakan Umum Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan

a. Latar Belakang
Kemiskinan seringkali dipahami dalam pengertian yang sangat sederhana, yaitu
sebagai keadaan kekurangan uang, rendahnya tingkat pendapatan dan tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah sangat
komplek, baik dilihat dari faktor penyebabnya maupun dampak yang akan
ditimbulkannya. Dari sisi penyebab, kemiskinan dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang
ada dalam diri individu manusia, keluarga atau komunitas masyarakat miskin itu sendiri,
seperti rendahnya tingkat pendidikan dan rendahnya tingkat pendapatan. Selain itu juga
disebabkan oleh faktor eksternal, seperti kondisi sosial, politik, hukum dan ekonomi. Dari
segi dampak, kemiskinan akan menimbulkan masalah yang sangat besar jika tidak segera
ditanggulangi. Seperti menurunnya kualitas sumber daya manusia, munculnya
ketimpangan dan kecemburuan sosial, terganggunya stabilitas sosial dan meningkatnya
angka kriminalitas.
Kemiskinan merupakan persoalan multidimensi yang mencakup aspek politik,
sosial, lingkungan, ekonomi maupun aset. Dalam keseharian, dimensi ini dapat dijelaskan
dengan berbagai bentuk representasinya. Dimensi sosial-politik mewujud pada tidak
dimilikinya wadah kelembagaan masyarakat yang mampu memperjuangkan aspirasi dan
kebutuhan kaum miskin. Hal ini mengakibatkan mereka tersingkir dari proses
pengambilan keputusan yang menyangkut diri mereka sendiri. Lebih jauh lagi, segala
pekerjaan dan usaha yang mereka lakukan tidak punya akses yang memadai ke berbagai
sumber daya kunci yang dibutuhkan untuk meningkatkan taraf hidup secara layak.
Dimensi sosial muncul dalam bentuk tidak ter-integrasikannya masyarakat miskin
dalam institusi sosial yang ada. Justru sebaliknya dan hal ini menjadi sangat ironis, yakni
ter-internalisasinya budaya kemiskinan yang akhirnya merusak kualitas dan etos kerja yang
mereka jalani. Sementara itu, dimensi ekonomi tampil dalam bentuk rendahnya
penghasilan mereka sehingga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka
sampai batas yang layak. Dan, semuanya berujung pada dimensi aset yang ditandai dengan
rendahnya kepemilikan masyarakat miskin ke berbagai hal yang mampu menjadi modal
hidup mereka, termasuk aset kualitas sumberdaya manusia, peralatan kerja, modal dan
sebagainya.
Berbagai program penanggulangan kemiskinan yang pernah ada sering berupaya
untuk menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama. Sayangnya, sebagian besar pada
pelaksanaannya terjebak dengan pendekatan formalitas partisipasi, dimana rancangan dan
proses kegiatan yang dikembangkan di masyarakat lebih banyak direncanakan serta
III - 1

Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

diarahkan pihak luar atau setidak-tidaknya lebih didominasi elite-elite masyarakat


setempat. Pendekatan partisipasi formal seperti itu seringkali terlampau diwarnai oleh
persepsi pihak luar, sehingga hasilnya seringkali tidak relevan dengan karakteristik
masyarakat dan nilai terapannya menjadi sangat kurang.
Dengan sendirinya rancangan program seperti demikian tidak menyentuh
kebutuhan-kebutuhan yang sesungguhnya dirasakan masyarakat. Selain itu juga tidak
mendukung adanya proses pembelajaran masyarakat dalam pengkajian masalah dan
kebutuhan, perencanaan serta pengorganisasian. Artinya, “prakarsa” selalu datang dari luar
dan ketrampilannya pun tetap dimiliki oleh orang luar, sehingga kurang menjamin
keberlanjutan serta kelestarian dari program tersebut. Wajar apabila kemudian dukungan
masyarakat terhadap program seperti itu akan semu atau bahkan relatif minim dan
partisipasi merekapun pada umumnya didominasi oleh elit-elit lokal.
Mempertimbangkan perkembangan positif P2KP tersebut, mulai tahun 2007 telah
dirintis untuk untuk mengadopsi P2KP menjadi bagian dari Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang diarahkan untuk mendukung upaya
peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan pencapaian sasaran Millenium
development Goals (MDGs) sehingga tercapai pengurangan penduduk miskin sebesar 50
% di tahun 2015.
Tahun 2008 secara penuh P2KP menjadi Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan). Sebagai bagian dari PNPM
Mandiri maka tujuan, prinsip dan pendekatan PNPM Mandiri Perkotaan, begitu juga nama
generik lembaga kepemimpinan masyarakat berubah dari BKM menjadi LKM (Lembaga
Keswadayaan Masyarakat).

PNPM Mandiri Perkotaan adalah proyek yang pada dasarnya merupakan upaya
pemecahan masalah untuk menanggulangi kemiskinan. Pemecahan masalah yang
dilakukan tentu saja berdasarkan masalah-masalah yang sudah dianalisa sebelumnya.
Dalam proses menemukenali penyebab kemiskinan dan akar masalah kita temukan
penyebab kemiskinan, pada dasarnya merupakan akibat dari sikap mental para pelaku
pembangunan yang negatif dan pandangan-pandangan yang merugikan kelompok
masyarakat tertentu (warga miskin). Apabila kita uraikan secara lebih rinci kedua masalah
tersebut adalah sebagai berikut :
a) Tidak semua masyarakat terlibat dalam proses pembangunan dari mulai
menemukenali kebutuhan sampai memutuskan pemecahan masalah. Di banyak
tempat program-program untuk masyarakat disusun oleh “Orang Luar” bukan oleh
masyarakat setempat, sehingga banyak yang tidak tepat sasaran dan tidak tepatguna
(jadi mubazir dan tidak berkelanjutan).
b) Adanya pandangan umum bahwa masyarakat tidak mampu memecahkan masalah
sendiri, tidak mempunyai pengalaman, kurang pengetahuan sehingga masyarakat
tidak diberi kesempatan untuk memecahkan masalahnya sendiri.
c) Kesempatan untuk membangun hanya diberikan kepada kelompok tertentu begitu
juga hasilnya hanya bisa dinikmati oleh kelompok tertentu, artinya tidak semua
masyarakat mendapatkan hak yang sama (tidak ada kesetaraan).
III - 2

Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

d) Pelayanan publik baik bidang sosial, ekonomi maupun lingkungan hanya bisa
dinikmati sebagian orang, sebagian lainnya tidak bisa mengakses karena mahal dan
kurang informasi.
e) Melemahnya solidaritas sosial yang menyebabkan memudarnya modal sosial
masyarakat.
f) Sikap mental dan perilaku masyarakat yang masih menggantungkan diri pada
bantuan pihak luar, kurang bekerja keras, apatis, tidak percaya pada kemampuan
sendiri.
g) Memudarnya kebersamaan, banyak pihak yang mempunyai pandangan bahwa
masalah kemiskinan hanya tanggungjawab pemerintah dan orang miskin, sehingga
banyak yang tidak peduli.
h) Pada umumnya masyarakat, tidak mempunyai wadah (lembaga) yang betul-betul
memperjuangkan kepentingan masyarakat khususnya warga miskin karena pelaku-
pelaku pengambil kebijakan pada suatu lembaga yang ada cenderung
mementingkan diri sendiri, tidak perduli, dan tidak jujur.

b. Tinjauan Kebijakan Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan


Sebagai salah satu Program Inti dari PNPM Mandiri, maka dasar hukum
pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan adalah sama dan merujuk pada Dasar Hukum
PNPM Mandiri, sebagaimana ditetapkan dalam Pedoman Umum PNPM Mandiri, Peraturan
Presiden Nomor.13 Tahun 2009 tentang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan.
Dalam program pemulihan ekonomi, dua tema pokoknya adalah; program
penanggulangan kemiskinan dan pengembangan ekonomi kerakyatan, dengan prioritas
utama mengurangi kemiskinan dan memenuhi kebutuhan pokok masyarakat.
Salah satu diantara pogram penanggulangan kemiskinan yang dikembangkan
Departemen Pekerjaan Umum pada Direktorat Jenderal Cipta Karya, adalah Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan yang dirancang dengan suatu
paradigma bahwa untuk menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan diperlukan
pendekatan yang berbasis pada prinsip-prinsip pemberdayaan komunitas, sehingga dalam
proses pelaksanaan program perlu dilakukan upaya-upaya khusus, yang harus dilakukan
oleh komunitas sendiri, dengan sasaran utama yaitu masyarakat miskin di tingkat
kelurahan perkotaan.
Secara garis besar program ini akan memberikan cakupan pada;
penyediaan/penyiapan sumber daya yang cukup, memindahkan pengambilan keputusan
dan tanggung-jawab ketangan komunitas sendiri, dengan prinsip partisipasi, transparansi,
demokrasi dan akuntabilitas serta didasarkan atas nilai-nilai keadilan, kejujuran,
kesetaraan, kepercayaan, keikhlasan dan kebersamaan dalam keberagaman.
Operasionalisasi pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan, membutuhkan tenaga
pendamping yang berpengalaman mendampingi Masyarakat & Pemerintah Daerah, agar
tujuan program terpenuhi. Oversight Consultant terdiri dari tenaga expert yang harus

III - 3

Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

dapat mewujudkan contract agreement antara Pemerintah dan pihak donor, dan
merupakan pelaksanaan tugas dari executing agency.

c. Tujuan dan Sasaran Program


Tujuan umum PNPM telah ditetapkan di Pedoman Umum PNPM yaitu
”Meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri”.
Dengan demikian secara khusus tujuan PNPM Mandiri Perkotaan adalah : ”Masyarakat di
kelurahan peserta program menikmati perbaikan sosial-ekonomi dan tata kepemerintahan
lokal”.

Dengan demikian secara lebih rinci, Tujuan Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan dapat
diuraikan sebagai berikut:
1) Mewujudkan masyarakat “Berdaya” dan “Mandiri”, yang mampu mengatasi berbagai
persoalan kemiskinan di wilayahnya, sejalan dengan kebijakan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri;
2) Meningkatkan kapasitas Pemerintah Daerah dalam menerapkan model
pembangunan partisipatif yang berbasis kemitraan dengan masyarakat dan
kelompok peduli setempat;
3) Mewujudkan harmonisasi dan sinergi berbagai program pemberdayaan masyarakat
untuk optimalisasi penanggulangan kemiskinan;
4) Meningkatkan capaian manfaat bagi masyarakat miskin untuk mendorong
peningkatan IPM dan pencapaian sasaran MDGs.
d. Strategi Umum Pelaksanaan Program
Dalam upaya mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam Pedoman
Umum PNPM Mandiri maka PNPM Mandiri Perkotaan menetapkan strategi khusus sebagai
berikut:
1) Mengembangkan lembaga kepemimpinan masyarakat yang mengakar, representatif
dan dipercaya di mana anggotanya dipilih secara langsung, umum, bebas dan
rahasia, tanpa kampanye, dan tanpa pencalonan oleh penduduk dewasa. Lembaga
kepemimpinan ini berfungsi sebagai majelis amanah yang akan memimpin
masyarakat dalam melakukan tindakan kolektif penangulangan kemiskinan.
Lembaga ini secara jenerik disebut LKM (Lembaga Keswadayaan Masyarakat).
2) Mengembangkan program pembangunan jangka menengah dan rencana tahunan
dalam rangka penanggulangan kemiskinan sebagai media dialog dan kerjasama
dengan berbagai pihak (pemerintah dan non pemerintah) yang peduli dengan
penanggulangan kemiskinan.
3) Aktif berpartisipasi dalam Musrenbang Kelurahan dan Kecamatan untuk
mengintegrasikan PJM Pronangkis ke dalam RPJM (Rencana Pembangunan Jangka
Menengah) Kelurahan dan RPJM Kecamatan.
4) Peningkatan kapasitas pemerintah untuk mampu bersinergi dengan masyarakat dan
para pemangku kepentingan setempat dalam penangulangan kemiskinan.

III - 4

Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

1.2 Kedudukan dan Ruang Lingkup Tugas KMW

Kegiatan Konsultan pendampingan dalam Pelaksanaan pelaksanaan Program


Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan dengan wilayah terdiri dari satu
atau lebih Provinsi dinamakan Oversight Consultant (OC). Berdasarkan kontrak pekerjaan
Consulting Services Oversight Consultant (OC) Paket-1 PNPM Mandiri Perkotaan antara
Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan bersumber dana Loan IDB PNPM
ICDD Nomor IND-131/132, melalui Kepala SNVT P2KP dengan PT. Surya Abadi Konsultan
bersama konsorsium PT. Komla Consulting Engeneers yang dituangkan melalui kontrak
No. HK.08.08/OC-1/IDB-ICDD/SNVT-PKP/019/2009 tertanggal 08 Desember 2009,
merupakan landasan utama bagi Asosiasi Konsultan untuk melaksanakan pekerjaan,
dengan didukung oleh Kerangka Acuan Kerja (KAK/TOR).
Asosiasi Konsultan telah memobilisasi seluruh sumberdaya yang diperlukan ke
wilayah sasaran penugasan, untuk melakukan kegiatan-kegiatan persiapan awal yang
bertujuan agar pada saat pelaksanaan definitif berlangsung, seluruh sistem maupun
mekanisme dan prosedur untuk mengoperasionalkan kegiatan telah tertata secara baik dan
tersusun dengan jelas dalam koridor organisasi serta manajemen pelaksanaan yang ada.
Kegiatan persiapan awal sangat bermanfaat dalam upaya membangun pemahaman
tentang ruang lingkup penugasan, baik yang terkait dengan wilayah penugasan, potensi
serta sumberdaya yang tersedia maupun kendala serta hambatan yang mungkin akan
didapatkan serta ditemukan secara spesifik di masing-masing wilayah penugasan. Secara
lebih khusus, kegiatan persiapan awal ini adalah dapat digunakan untuk membangun
kesamaan orientasi dan pendekatan dalam hal-hal terkait aspek teknis-substansial maupun
aspek administratif-manajerial, sebagai landasan untuk menyusun strategi operasional dan
kerangka pelaksanaan secara realistis; mengingat sangat bervariasinya latar belakang
pengalaman dari SDM yang mendukung kegiatan implementasi KMW Regional-1 ini.
Mengacu pada TOR Implementation Support Consultants National Community
Empowerment Program Urban F.Y. 2008, dengan lingkup tugas meliputi keseluruhan
Manajemen seperti: perencanaan proyek, perencanaan anggaran, monitoring, dan
pelaporan serta koordinasi yang menjamin pelaksanaan proyek secara optimal dengan
kinerja yang sesuai sasaran yang ditetapkan.
Secara khusus tanggung jawab OC diarahkan untuk pencapaian :
1) Membantu tugas-tugas PMU dalam pengelolaan kegiatan di daerah dan masyarakat
untuk mengimplementasikan PNPM Mandiri Perkotaan, yang meliputi lingkup
manajemen untuk perencanaan, koordinasi, penganggaran, pemantauan, supervisi, dan
pelaporan dalam rangka memastikan bahwa implementasi kegiatan telah sesuai dengan
pedoman-pedoman yang ada dan melengkapi kesepakatan-kesepakatan yang
ditetapkan dalam dokumen pinjaman (loan/credit agreements).
2) Mendukung KMP dan Pemerintah Daerah dalam tanggung jawab operasional untuk
pencapaian tujuan, sasaran dan keluaran kegiatan, dengan menyiapkan prosedur dan
standar operasi bagi pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh seluruh pelaku yang ada

III - 5

Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

di lapangan. Dan secara umum KMW bertanggung jawab terhadap kinerja Tim Korkot
dan Tim Fasilitator dalam melaksanakan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan.
3) KMW bertanggung jawab untuk membantu PMU dalam Pencapaian Implementasi
Lapangan secara Optimal.
4) KMW mempunyai tanggung jawab untuk membantu seluruh Satker Provinsi dan Satker
Kota/Kabupaten di wilayah penugasan dalam memberikan dukungan Administrasi
Kontrak.
5) KMW bertanggung jawab dalam rangka mengembangkan Kemampuan/Kapasitas dari
seluruh Aparat terkait yang ada di tingkat Provinsi dan tingkat Kota/Kabupaten.

1.3 Landasan dan Indikator Keberhasilan Program

Indikartor Keberhasilan Program PNPM Mandiri Perkotaan mengacu Pedoman


Umum PNPM Mandiri yang diterbitkan Kantor Menko Kesra, serta Indikator Keberhasilan
PNPM Mandiri Perkotaan sesuai Project Management Guideline, Kementrian Pekerjaan
Umum.
Indikator Keberhasilan PNPMM Mandiri Perkotaan ini menjadi rujukan bagi semua
pihak dalam menilai capaian dampak maupun hasil program, baik Kementrian Pekerjaan
Umum sebagai Executing Agency, konsultan, pemerintah pusat dan daerah, masyarakat,
lembaga donor serta para pihak lainnya.
Selain indikator dimaksud di atas, untuk kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di
Pulau Sumatera, khususnya 5 (lima) provinsi di wilayah OC-1 juga harus mengacu pada
indikator yang sudah disepakati antara Pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini
Direktorat Jenderal Cipta Karya sebagai - Executing Agency dengan Islamic Development
Bank (IDB) sebagai Lembaga donor kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di 14 Provinsi.
Indikator keberhasilan program PNPM Mandiri Perkotaan secara umum dan juga
indicator keberahsilan program khusus di wilayah OC-1 yang mencakup tiga hal yaitu
aspek tujuan, sasaran dan keluaran, dapat diuraiakan pada tabel berikut:

a. Indikator Kinerja PNPM Mandiri Perkotaan

1) Indikator Kinerja Komponen 1


No Keterangan % Indikator
Minimum warga miskin dan rentan berpartisipasi dalam pertemuan
40%
perencanaan dan pengambilan keputusan
Minimum 40% tingkat kehadiran perempuan dalam pertemuan perencanaan
40%
dan pengambilan keputusan
Minimum 30% penduduk dewasa memberikan suara dalam pemilihan BKM di
30%
tingkat RT/komunitas basis
BKM/LKM terbentuk di minimum 90% kelurahan 90%
Minimum 90% Kelurahan telah menyelesaikan PJM pronangkis dan telah
90%
diratifikasi dalam musyawarah warga
a) Pemerintah Kota/Kab menyediakan dana pendukung Minimum 90%
b) Pemkot/Kab dengan kapasitas fiskal rendah menyediakan dana pendukung

III - 6

Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

Minimum, dan 20%


c) Pemkot/Kab dengan kapasitas fiskal sedang, tinggi dan sangat tinggi
menyediakan dana pendukung Minimum 40%

b. Indikator Kinerja Komponen 2


No Keterangan % Indikator
Jumlah setiap kegiatan prasarana, ekonomi, dan sosial diselesaikan di kelurahan 80%
Minimum dari prasarana yang dinilai memiliki kualitas baik 70%
Kelurahan dengan program dana bergulir memiliki pinjaman beresiko (LAR) ≥3 bulan <10%
Kelurahan dengan program dana bergulir memiliki rasio pendapatan dan biaya >125%
Kelurahan dengan program dana bergulir memiliki tingkat pengembalian modal
>10%
tahunan
Minimum 30% Anggota KSM adalah perempuan 30%

2) Indikator Kinerja Komponen 3


No Keterangan % Indikator

KMW menyediakan data secara akurat dan tepat waktu melalui SIM 90%

LKM telah menyelesaikan audit keuangan tahunan 71%

c. Indikator Kinerja Logical Frame Work ICDD

1) Indikator Tujuan
%
No. Keterangan ringkas
Indikator
Meningkatkan kategori kelurahan lokasi sasaran dari “Daerah Kurang
1 Berkembang/Tertinggal” dengan data dari Kementrian Pembangunan 10%
Daerah Tertinggal, 2 (dua) tahun setelah program berakhir
Meningkatkan pembangunan fisik dan infrastruktur sosial di daerah-
1.1
daerah sasaran, dengan hasil berupa :
Menyediakan layanan akses secara langsung terhadap sumberdaya
infrastruktur kunci yang dibutuhkan masyarakat (akses jalan, air &
1.1.a 90%
sanitasi, sekolah, pusat kesehatan, pasar, dll) minimal 25% di kelurahan
sasaran, setelah 1 tahun program berakhir.
Mengurangi biaya pembangunan Infrastruktur di kelurahan sasaran
1.1.b menjadi lebih murah 20% daripada biaya pelaksanaan sarana 80%
infrastruktur yang dibangun dengan cara bukan berbasis masyarakat.

Menjaga kualitas hasil pembangunan infrastruktur setelah dievaluasi


1.1.c. 70%
mempunyai kualitas yang baik.
Jumlah keluarga miskin yang menerima manfaat dari pembangunan
1.1.d 20%
infrastruktur.

Kontribusi program terhadap Warga Miskin dan perempuan dalam


2
pembangunan masyarakat di tingkat komunitas, dengan hasil berupa:
Memberikan layanan kepada keluarga miskin untuk menerima dana
2.1 10%
bantuan social

III - 7

Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

%
No. Keterangan ringkas
Indikator
Melmfasilitasi kelurahan sasaran dalam penerimaan hibah sosial
2.2 30%
berkelanjutan
Tersedianya relawan masyarakat minimal 25 orang di setiap
2.3 100%
kelurahan/desa

Memfasilitasi dan mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi di lokasi


3
sasaran, dengan hasil berupa :
Pembukaan lapangan kerja bagi 5 juta pekerja dari total penduduk di
3.1 lokasi sasaran secara tidak Langsung dapat bekerja, setelah 1 tahun 10%
program berakhir.
Peningkatan jumlah pekerja terampil dan usaha kecil mikro meningkat
3.2 15%
setelah 2 tahun program berakhir.
3.3 Pelayanan kredit mikro kepada Keluarga miskin di Wilayah sasaran. 30%

Pengembangan kapasitas serta keterampilan masyarakat dan pemerintah daerah,


II
dengan hasil berupa:
Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM/BKM) di kelurahan di wilayah
II.1 80%
sasaran masih berlanjut, setelah 2 tahun program berakhir.
Jumlah Kelompok swadaya masyarakat (KSM) yang aktif melakukan
II.2 kegiatan di tingkat masyarakat, serta minimal USD 2,5 juta dana pinjaman 50%
begulir di masyarakat, setelah 2 tahun program berakhir.
Jumlah Pemerintah Daerah yang memiliki kemampuan untuk mengelola
II.3 dan melaksanakan program Pemberdayaan dan pembangunan 60%
Masyarakat, setelah program beakhir.

2) Indikator Output
%
No. Keterangan ringkas
Indikator
Masyarakat (Perempuan dan Rumah Tangga Miskin) di lokasi sasaran
ikut serta dalam serangkaian pertemuan masyarakat, diskusi dan
1
pengambilan keputusan selama pelaksanaan PNPM Mandiri
Perkotaan-IDB
Fasilitator di lapangan telah mengikuti ToT Pelatihan Relawan pada
1.a 100%
bulan ke-4
Masyarakat (Perempuan dan Rumah Tangga Miskin) di lokasi sasaran
ikut serta dalam serangkaian pertemuan masyarakat, diskusi dan
1.b 30%
pengambilan keputusan selama pelaksanaan PNPM Mandiri
Perkotaan-IDB

Telah direkrut sebanyak 25 relawan di tiap kelurahan/desa lokasi


2 100%
sasaran pada bulan ke-6

Telah dilaksanakan penilaian dan pendataan profil Kemiskinan,


3 90%
melalui kegiatan Pemetaan Swadaya pada bulan ke-8

LKM/BKM terbentuk di lokasi baru secara representatif dan


4 70%
partisipatif, serta beroperasi secara efektif pada bulan ke-10

III - 8

Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

%
No. Keterangan ringkas
Indikator
Minimum LKM/BKM direvitalisasi di kelurahan lama secara
4a representatif dan partisipatif, serta beroperasi secara efektif dalam 50%
waktu 10 bulan

Jumlah penduduk dewasa mengikuti pemungutan suara dalam


4.c 30%
pemilihan BKM di tingkat RT/Lorong

4.d Jumlah anggota BKM terpilih adalah perempuan dan orang miskin 30%

Jumlah kelurahan/desa telah membuat rumusan Program Jangka


5 Menengah Rencana Penanggulangan Kemiskinan atau PJM Pronangkis 80%
di setiap kelurahan pada bulan ke-12

Jumlah Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dapat dicairkan


6 dalam 3 tahapan untuk semua kelurahan sasaran dengan pemanfaatan 100%
berdasarkan ‘open menu’ dalam waktu 14 bulan

Semua siklus kegiatan di tingkat masyarakat dapat diselesaikan


7 90%
dengan baik di setiap kelurahan sasaran.

8 Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang terbentuk dan dilatih. 90%

III - 9

Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

1.4 Strategi Operasional, Rencana dan Organisasi Pelaksanaan Kegiatan

1.4.1 Strategi Operasional PNPM Mandiri Perkotaan OC-1


Strategi operasional pada prinsipnya akan merupakan suatu siklus dari rangkaian
kegiatan. Saat ini PNPM Mandiri Perkotaan sedang berada dalam tahapan pembelajaran
untuk melaksanakan pembangunan secara partisipatif. Sehingga bentuk intervensi selalu
hanya difokuskan pada siklus kegiatan di tingkat masyarakat. Pertimbangan lain terkait
dengan strategi operasional adalah wilayah kegiatan yang terdiri dari kelurahan-kelurahan
kategori lokasi lama dan kelurahan-kelurahan kategori lokasi bar, dimana kedua kelurahan
ini membutuhkan proses implementasi yang berbeda.
Di kelurahan lama, proses implementasi diawali dengan mengkaji-ulang (review)
program partisipatif yang ada dan dilanjutkan dengan melakukan reorientasi terhadap PS
serta merevitalisasi PJM Pronangkis yang diorientasikan terhadap sasaran IPM-MDGs.
Sedangkan untuk kelurahan baru akan melaksanakan siklus reguler seperti proses baku
yang ditetapkan. Secara diagramatis strategi implementasi tersebut, disajikan dalam
gambar berikut.

GAMBAR - I.1
Strategi Operasional PNPM Mandiri Perkotaan OC-1

PENDEKATAN KELOMPOK SASARAN BENTUK INTERVENSI


Pemerintah Propinsi, Sosialisasi
Kabupaten/Kota Lokakarya
Pelatihan

Capacity Building Pelaku/Stakeholder Sosialisasi


(Membangun Terkait Lokakarya
Kapasitas)

Organisasi Berbasis 1.
Masyarakat Fasilitasi
(LSM/NGO, LPMK) 2.
Pelatihan
3.
Coaching
Pemerintah 1.
Kota/Kabupaten Sosialisasi
2.
Promosi
Proses Pemberdayaan, 3.
Advokasi dan Promosi Advokasi

Komunitas/
Masyarakat 1.
Fasilitasi

Pembelajaran Komunitas/
Masyarakat Masyarakat 1.
(Praktis/Praksis) Fasilitasi

III - 10

Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

a. STRATEGI KEGIATAN SOSIALISASI

Untuk menjamin metodologi dan pendekatan serta menjaga konsistensi


pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan, maka langkah-lagkah operasional penting yang
akan dilakukan KMW/OC I khususnya oleh TA Capacity building.
Sebelum kegiatan PNPM-MP dilakukan, diperlukan adanya suatu kegiatan untuk
pengenalan program kepada masyarakat luas. Pada dasarnya sosialisasi mempunyai maksud
(a) Pemahaman masalah kemiskinan dan (b) Menggali potensi dalam masyarakat untuk
mampu mengemukakan masalah kemiskinan.
Keberhasilan program PNPM-MP sangat tergantung pada pemahaman program
dalam masyarakat. Oleh karena itu, pada aspek ini Tim Konsultan harus melakukan
sosialisasi. Langkah langkah yang harus ditempuh dalam program sosialisasi :
(1) Mengupayakan agar segala informasi yang terkait dengan program dapat dikenal
seluruh masyarakat.
(2) Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya penanggulangan
kemiskinan.
(3) Menanamkan kesadaran masyarakat tentang partisipasi dalam pengawasan.
(4) Menanamkan prinsip dan nilai PNPM-MP sebagai bagaian intergral yang harus
dilestarikan.
(5) Menjaga transparansi dan membangun kontrol sosial yang melekat.
(6) Menggunakan berbagai media untuk mendukung penyebaran informasi yang
merata.
(7) Pemilihan media yang efektif dengan kondisi setempat.

Gambar I. 2 Paradigma Sosialisasi


Subtansi Muatan
Atau Isi Materi
Sosialisasi

Landasan Definisi, Sarana dan Strategi Implementasi


Filosofi Tujuan Personil Sosialisasi Strategi
Sosialisasi Sosialisasi Sosialisasi Sosialisasi

Kelompok
Sasaran Hasil
Sosialisasi Sosialisasi

Feed Back

III - 11

Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

Guna mencapai tujuan pelaksanaan program PNPM-MP, maka ditempuh beberapa


strategi pelaksanaan sosialisasi sesuai yang digariskan pada strategi umum pelaksanaan
sosialisasi sebagai berikut :
(1) Pengembangan media bantu sosialisasi disesuaikan dengan
spesifik tujuan yang ingin dicapai, karakteristik dan kebutuhan sasaran dan
perubahan prilaku khalayak;
(2) Menyelenggarakan kegiatan sosialisasi secara bertahap sesuai
perkembangan proyek dan sesuai dengan tingkatan perubahan perilaku masyarakat;
(3) Menggunakan multi jalur komunikasi;
(4) Membangun kelompok peduli (KBP & KBK)
Strategi tersebut akan diimplementasikan dalam pendekatan multi jalur
komunikasi. Secara lebih rinci kegiatan Sosialisasi dapat dilihat pada table di bawah ini

Tabel I.1. Strategi Sosialisasi di tingkat Pemerintah Daerah

TUJUAN URAIAN
SASARAN INDIKATOR
KEGIATAN
A. PEMDA
Pemda paham terhadap kondisi di terlaksananya kegiatan
wilayhnya dan dihadiri oleh
lokakarya
1. provinsi peserta yang memiliki
review program
Pemda mampu melakukan rview peran strategis di
terhadap kegiatan di wilayahnya kota/kabupaten

Lokakarya terlaksananya kegiatan


orientasi dan dihadiri oleh
paham mengenai konep dan arah
program peserta yang memiliki
program
kota/kabupaten peran strategis di
baru kota/kabupaten
2. Kota/Kab
Pemda paham terhadap kondisi di
terlaksana kegiatan
wilayhnya
Lokakrya
review program
Pemda mampu melakukan rview
terhadap kegiatan di wilayahnya

KBP aktif dan menyadari arti


Studi tematik KBP aktif dan kegiatan
3. KBP penting forum sebagai wadah
KBP terlaksana
bersinergi berbagai pihak

C. DPRD
Kota/kab terlaksananya
Anggota DPRD paham terhadap Hearing/kunjun pertemuan/kunjungan
program PNPM Mandiri Perkotana gan/loby-looby terhadapa anggota
DPRD
Workshop,semi Terlaksanaya
Anggota DPRD paham dan
nar Workshop/seminar
meyakini kemanfaatan program
bagi masyarakat

III - 12

Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

TUJUAN URAIAN
SASARAN INDIKATOR
KEGIATAN

Anngota DPRD semakin yakin


Talkshow di TV Terlaksananya kegiatan
terhadap kemanfaatn program bagi
dan Radio Talkshow
masyarakat

Praktisi media Memahami


mengenai konsep dan arah terlaksananya kegiatan
D. PRAKTISI program Workshop,medi
MEDIA a
(elektronik Meyakini dan mampu mendorong gathering,medi
dan cetak) pihak lain untuk berpartisipasi dan a visit
terlaksananya kegiatn
berkontribusi terhadap perbaikan
program

Memahami konsep dan arah


program. terlaksananya kegiatan
Seminar,worksh
E. LSM Terlibat dalam memberi masukan
op, lokakarya
meyakini dan mau terhadap
program

Akademisi) paham tentang konsep


terlaksananya kegiatam
dan arah PNPM Mandiri Perkotaan
F. Perguruan
Meyakini persoalan kemiskinan
Tinggi terlaksananya kegiatan
yang diintodusir PNPM Perkotaan
Kunjungan, atas kesepatan kedua
merupakan bagian dari Tridarma
workshop, belah pihak
PT
seminar
terlaksananya kegiatan
Yakin kerjasama dengan PNPM atas kesepakatn kedua
Perkotaan menguntungkan belah pihak dan
kepentingan bersama

b. STRATEGI PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN KAPASITAS

Pendekatan pelatihan yang diterapkan dalam rangka mencapai tujuan terjadinya


“perubahan perilaku kolektif” dari berbagai pihak dalam berinteraksi di masyarakat,
terutama dalam menanggulangi persoalan kemiskinan yang ada, dengan dilandasi
komitmen yang kuat terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Secara garis besar
pendekatan pelatihan digambarkan sebagai berikut :

III - 13

Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

Gambar III. 3
Pendekatan Pelatihan

Visi, Misi dan Motivasi


Nilai-nilai menuju situasi
Kemanusiaan yang lebih baik

Sistem sosial Situasi


(Disepakati Situasi yang
perubahan dipercaya lebih
sebagai acuan
dalam berinteraksi
yang baik
diharapkan

Proses Norma, Nilai,


pelembagaan di Aturan Main
masyarakat

Kebiasaan baru Sistem


bermasyarakat kepribadian
(Prilaku Positif)

Pelatihan pada semua tataran dalam PNPM MANDIRI PERKOTAAN dilakukan


dalam kerangka membangun gerakan masyarakat, melalui perubahan perilaku kolektif
dalam penanggulangan kemiskinan, maka Strategi operasional yang perlu dilakukan
adalah:
1) Mengembangkan Pelatihan secara berjenjang. Untuk memberikan
pemahaman yang merata kepada semua pelaku sesuai peran dan fungsinya, maka
pelatihan harus dilaksanakan secara berjenjang
(1) Pelatihan bagi Tenaga Ahli, pelatihan Pemda dan beberapa pelatihan inti
bagi Fasilitator dilakukan oleh Tim Pelatih Nasional
(2) Pelatihan – pelatihan lain untuk Pemda dan Fasilitator dipandu oleh
Tenaga Ahli dan Kordinator Kota (Korkot)
(3) Pelatihan di tingkat masyarakat dilakukan Tim Korkot dan Tim Fasilitator.
2) Memperkuat Tenaga Pelatih yang profesional di tingkat Konsultan
(Tenaga Ahli). Salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap keberhasilan
proses pembelajaran adalah Pelatih, karena itu menjadi bagian penting untuk
menciptkan dan memperkuat Pelatih berdasarkan kebutuhan pelatihan, yaitu
Membangun Pelatih di tingkat lokal dari jajaran Tenaga Ahli dan Fasilitator yang
akan bertanggung jawab untuk pelatihan di wilayah masing-masing.
3) Mengembangkan modul–modul yang tepat guna bersama dengan Tim
Pelatih lokal tingkat Pemda. Untuk menjamin standar kualitas pelatihan, dirasa
III - 14

Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

perlu mengembangkan modul- modul yang tepat, yang disesuaikan dengan jenis,
tema dan topik pelatihan khususnya berkaitan dengan isue lokal
4) Mengembangkan media – media bantu proses pembelajaran. Media
merupakan ‘gambaran yang hidup’ mengenai kejadian, gejala atau permasalahan
yang nyata sehingga dapat mempercepat proses diskusi yang pada akhirnya
melahirkan pemahaman dan kesadaran baru secara kritis. Dengan demikian,
pengembangan media sebagai alat bantu bagi pelaku PNPM menjadi penting. Media
yang dikembangkan termasuk dokumentasi proses kegiatan lapangan dari
pelaksanaan PNPM sebelumnya.
5) Memaksimalkan Coaching. Peran berbagai pihak yang memiliki kompetensi
dengan materi pelatihan untuk melaksanakan bimbingan (coaching) rutin sesuai
kebutuhan di lapangan.
6) Melakukan evaluasi secara menerus. Terhadap kualitas penyelenggaraan
dan hasil pelatihan harus dilakukan evaluasi secara terus menerus sehingga akan
menjadi dasar perbaikan – perbaikan selanjutnya.
7) Desentralisasi penyelenggaraan. Untuk setiap pelatihan yang dilaksanakan,
diupayakan semaksimal mungkin menggunakan tempat pelatihan yang lebih dekat
dengan kelompok sasaran peserta.
8) Melibatkan Pemerintah Daerah. Dalam penyelenggaraan setiap pelatihan
semaksimal mungkin melibatkan pemerintah Provinsi, kota/kabupaten, kecamatan
mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Dalam pengendalian kegiatan training di semua tahapan PNPM Mandiri Perkotaan, maka
implementasi pengendalian training sebagaimana kerangka berfikir tersebut di atas
dijabarkan dengan alur proses pengendalian di setiap tahapan sebagai berikut:

III - 15

Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

Gambar III.4 Alur umum Proses Pengendalian Pelatihan

KONSOLIDASI
PEMANDU

KONSULTASI
TOR

no
yes FEEDBACK

PERSIAPAN TEKNIS:
o Tempat
o Waktu
PERSIAPAN o Peserta
o Pembagian Pemandu
o Penggandaan/distribusi Modul
o Undangan
o Kit training

TECHNICAL
MEETING

MONITORING &
IMPLEMENTASI EVALUASI:
KEGIATAN o Substantif
PELAKSANAAN o Teknis

FEEDBACK PELAPORAN

ANALISIS

UJI PETIK PASKA


TRAINING
EVALUASI AKHIR (BERSMAAN DGN
UJI PTIK CB)

LAPORAN HASIL
UJI PETIK

Bahwa pengendalian kegiatan pelatihan akan diterapkan dalam setiap proses tahapan siklus
kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di berbagai level dan juga unit program dengan kategori
lokasi non lama dan baru. Pengendalian dilakukan dari mulai aspek input, proses maupun
output.

III - 16

Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

Pengendalian Aspek Input/Persiapan dalam rangka Pemastian kualitas (Quality


Assurance) atau dapat juga disebut pengendalian preventif: Yaitu bentuk pengendalian
kegiatan, sumber daya dan fasilitas yang menjadi masukan penting bagi terlaksananya
suatu proses kegiatan pelatihan, bentuk inputnya berupa:
a. Dokumen Rencana kerja yaitu Rencana kerja umum (master schedule training) dan
juga Rencana kerja secara periodik (bulanan)
b. Konsultasi TOR Penyelenggaraan Pelatihan (khususnya pelatihan faskel dan
pemda)
c. Modul dan distribusi modul pelatihan/coaching sesuai dengan tahapannya
d. Penyiapan Kit Media Training/coaching sesuai tahapannya
e. Konsolidasi/ToT Pemandu

Pengendalian Aspek Proses/Pelaksanaan dalam rangka pengendalian kualitas


(Quality control) yang lebih bersifat Kuratif: Dalam hal ini yaitu bentuk pengendalian
terhadap kegiatan pelatihan/coachingpada level dan tahapan tertentu, bentuk kegiatan
pengendalian ini adalah:
a. Pengendalian Pelaksanaan : Pengendalian pelaksanaan pelatihan/coaching dilihat
dari sisi substantif maupun teknis
b. Pengendalian terhadap progres dan output pelatihan berbasis master schedule

Pengendalian Aspek Output/Evaluasi dalam rangka pengendalian kualitas dan juga


memberikan umpan balik dari output kegiatan pelatihan/coaching itu sendiri, bentuk
pengendalian dalam aspek ini antara lain:
a. Pengendalian terhadap hasil kegiatan pelatihan melalui pelaporan
pelatihan/coaching
b. Pengendalian paska pelatihan/coaching : pengendalian terhadap hasil-hasil
pelatihan yang pernah dilakukan, dilaksanakan berbarengan dengan kegiatan uji
petik Monev.
c. Pemberian umpan balik dan rekomendasi-rekomendasi terhadap hasil kegiatan
pelatihan.

c. STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI

Untuk teracapainya tujuan maupun target pekerjaan pada lingkup kerja monitoring
dan evaluasi, maka beragam pendekatan maupun strategi operasional ditetapkan.
Tujuannya adalah untuk memperjelas apa langkah yang akan dilakukan agar tujuan dan
target bisa tercapai. Strategi tersebut adalah sebagai berikut;
(1) Semua pihak terkait melakukan pemantauan secara obyektif dan mampu
memberikan umpan balik terhadap setiap proses dan kegiatan yang dilaksanakan,
(2) Pelaku PNPM Mandiri Perkotaan di semua tingkatan menjalankan mekanisme
pelaporan baik formal maupun informal dengan disiplin, akurat, dan efektif
termasuk temuan kendala dan masalah,
(3) Harus ada pemerikasaan yang detail dan akurat sesuai dengan mekanisme yang
ditetapkan terhadap setiap proses dan tahapan kegiatan yang dilaksanakan,
(4) Pengawasan yang ketat dan tegas terhadap setiap proses dan kegiatan pada
setiap tahapan yang dilaksanakan,

III - 17

Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

(5) Setiap saat dilakukan evaluasi untuk meningkatkan kinerja serta menegakkan
aturan dengan pemberian sanksi.
(6) Pemanfaatkan Data SIM dan Quick Status sebagai Referensi Utama.
(7) Monev dilakukan oleh setiap lini manajemen
(8) Secara berkala, mengukur tingkat pemahaman terhadap substansi siklusnya
melalui Uji Petik (random sampling), yang dilakukan sesuai dengan siklus
pelaporannya
(9) Secara rutin, melakukan pengendalian kualitas program dengan menempatkan
informasi dan kritik masyarakat (PPM) sebagai sumber rujukan untuk peningkatan
kinerja.
Pelaksanaan monitoring dengan pendekatan melalui kerangka kerja berupa supervisi
maupun uji petik, didasarkan pada dua hal, yang pertama; merujuk pada standar capaian,
dengan pengukur indicator capaian berdasarkan target dalam Master Schedule program
dengan kategorisasi hasil berupa; Target, Proses, Selesai dan Deviasi. Juga mengukur
tingkat partisipasi masyarakat yang terlibat dalam setiap kegiatan siklus program dengan
kerangka pendekatan berupa standar kesepakatan dalam bentuk Project Appraisal
Document (PAD).
Untuk menguji apakah pelaksanaan kegiatan dilapangan sesuai dengan standar kerja
yang ditetapkan dengan baik, maka dilakukan Monitoring secara kualitatif dan kuantitatif,
berupa analisis data dan informasi PNPM Mandiri Perkotan yang diperoleh melalui;
(1) Hasil entry data SIM (SIM Pemberdayaan Masyarakat , SIM BLM,
SIM MK, Infratruktur), data capaian berdasarkan Quik Status (QS), serta informasi
dari Pengelolaan Pengaduan Masyarakat (PPM)
(2) Analisis Laporan bulanan dari OC Provinsi
(3) Analisis Laporan TA Monitoring, Uji Petik Tenaga Ahli.

Agar proses pelaksanaan monitoring dan evaluasi mencapai sasaran dan target yang
diharapkan, maka mekanisme pelaksanaannya dilakukan dengan mempertimbangkan
ragam data yang akan dijadikan rujukan, seperti;
1) Monitoring secara tidak langsung dilakukan melalui analisis data dan informasi
PNPM-Mandiri Perkotaan yang diperoleh dari: SIM/Web PNPM Mandiri Perkotaan,
QS, dan informasi dari unit PPM, Laporan Uji Petik, Laporan bulanan Korkot,
Asmandat Senior , Hasil-hasil supervisi
2) Monitoring secara langsung dilakukan melalui peninjauan lapangan, supervisi
teknis dan uji petik implementasi PNPM- Mandiri Perkotaan dari lapangan (di level
kota/kab, hingga kelurahan/desa) terhadap setiap tahapan pelaksanaan kegiatan
(achievement) maupun pengendalian terhadap capaian kemajuan kegiatan.
Sebagai alat kendali untuk pelaksanaan kegiatan pendampingan pelaksanaan PNPM
Mandiri Perkotaan 2010 yang telah disepakati pada wilayah dampingan OC-1, disebut Log
Book . Mekanisme penggunaan log book ini adalah sebagai berikut :
(1) Log Book sebagai alat kendali pelaksanaan kegiatan, diibuat oleh semua fasilitator
(termasuk Senior Fasilitator) yang melakukan pendampingan di masyarakat
kelurahan dan aparat pemerintah daerah ditingkat kelurahan dan kecamatan ;
III - 18

Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

(2) Log Book ini dibuat setiap hari dan dilaporkan setiap minggu di Korkot, dilakukan
pertemuan rutin untuk membahas Rencana Kegiatan pada minggu berikutnya
dimasing-masing Tim Fasilitator yang dipimpin oleh Senior Fasilitator ;

(3) Pada pembahasan mingguan di tingkat Tim Fasilitator, harus terbahas secara
tuntas, hal-hal sebagai berikut :
 Kelengkapan pengisian format data QS dan SIM, yang harus sesuai dengan
realisasi pelaksanaan di lapangan
 Deviasi capaian kegiatan mingguan, mengacu kepada target waktu di MS
 Deviasi capaian target PAD
 Apabila terjadi salah satu atau kedua deviasi diatas, maka harus tercantum
pada kolom rekomendasi/tindaklanjut
 RKTL dibuat masing-masing tim fasilitator, pada saat peetemuan tersebut.
(4) Setiap minggu, log book diserahkan dan direkap oleh Senior Fasilitator, ke Korkot
(5) Korkot & Askot melakukan pertemuan rutin paling sedikit 2 minggu sekali, dengan
membahas hasil rekapan log book tim fasilitator. Hasil pembahasan & rekapan log
book per 2 mingguan diserahkan ke Provinsi / Team Leader. Pada pertemuan rutin
ditingkat Korkot – Askot, harus terbahas tuntas hal-hal sebagai berikut :
 Kelengkapan pengisian format data QS dan SIM, yang harus sesuai dengan
realisasi pelaksanaan di lapangan
 Deviasi capaian kegiatan mingguan, mengacu kepada target waktu di MS
 Deviasi capaian target PAD
 Apabila terjadi salah satu atau kedua deviasi diatas, maka harus tercantum
pada kolom rekomendasi/tindaklanjut (RKTL), harus dibuat oleh Korkot dan
semua Askot, pada saat pertemuan tersebut.
(6) Team Leader provinsi melakukan pertemuan rutin tingkat Provinsi, dengan semua
Tenaga Ahli (TA) dilakukan setiap dua minggu dan pertemuan antara TA, Korkot
dan Askot CD Mandiri dilakukan setiap bulan dg membahas hal-hal berikut :
 Kelengkapan pengisian format data QS dan SIM, yang harus sesuai dengan
realisasi pelaksanaan di lapangan
 Deviasi capaian kegiatan mingguan, mengacu kepada target waktu di MS
 Deviasi capaian target PAD
 Apabila terjadi salah satu atau kedua deviasi diatas, maka harus tercantum
pada kolom rekomendasi/tindaklanjut (RKTL), harus dibuat oleh Team Leader
dan semua Tenaga Ahli, pada saat pertemuan tersebut.

3.c.1 Pelaksanaan Uji Petik


Tujuan dilaksanakan uji petik di masing-masing level dengan jumlah sample yang
berbeda adalah :

(1) Untuk mengetahui apakah pelaksanaan siklus program sesuai dengan target yang
ditetapkan dalam master schedule maupun target berdasarkan indikator Project
Apprasal Document (PAD.
(2) Untuk melihat apakah prosedur pencairan dana BLM ke KSM berjalan sesuai dengan
prosedur yg telah ditetapkan
III - 19

Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

(3) Apakah realisasi pemanfataan dana oleh KSM telah sesuai dengan apa yang
direncanakan, tepat sasaran serta transparan dan akuntabel
(4) Mengukur capaian indikator kuantitatif dan kesesuaian data yang dilaporkan di SIM
dengan informasi lapangan (akurasi data SIM yang menjadi dasar perhitungan capaian
indikator kuantitatif)
(5) Apakah BKM memiliki sistem pembukuan sesuai standar PNPM Mandiri Perkotaan.
(6) Untuk mengetahui tingkat kepedulian masyarakat dalam melaksanakan BLM tridaya.
(7) Untuk mengetahui kualitas dari pelaksanan review-review partisipatif.
Adapun mekanisme dan metodologi Monitoring dan Evaluasi yang akan
dikembangkan di wilayah tugas OC-I, dapat dilihat pada Gambar III.4 di bawah ini.

III - 20

Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

SIM
UJI Petik
Evaluasi Kinerja & Refleksi
Pendampingan Pemda
Temuan Bank Dunia
Temuan BPKP Analisis
Hasil Konsultan Evaluasi
Melalui Siklus Kota

PROSES :
Implementasi
prinsip
Pertumbuhan Permasalahan
INPUT : Organik dan yang dihadapi
SDM Dinamis Kuantitatif Capaian inerja
Tujuan Jangka Panjang Tujuan Fasilitas Proses Rekomendasi
PNPM Mandiri Perkotaan Intervensi Manajerial Perencanaan OUT PUT : Usulan Tindak
dalam Fase 2 Standar operasional & Partisipatif Lanjut
Penanggulangan Kemiskinan prosedur Penguatan- Kualitatif
Keadaan Medan penguatan
Wilayah Kemitraaan
Capaian
Indikator
Kunci
Peningkatan
kapasitas
Perubahan
Sikap &
Prilaku
Kemitraan
Pendampingan
Masyarakat

Rekomendasi Rekomendasi
Melalui Siklus
Desa/kelurahan

III - 21

Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

d. STRATEGI PENGELOLAAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN


Pelaksanaan SIM dan QS PNPM-MP menggunakan aplikasi-aplikasi yang mengacu
pada buku petunjuk Teknis yang sesuai dengan Indikator maupun PAD. Sistem informasi
Manajemen (SIM) yang berbasis database merupakan salah satu alat yang sangat strategis
untuk melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan proyek. SIM juga mampu
menyajikan informasi yang akurat sebagai dasar bagi pengambilan kebijakan dan
keputusan stakeholders PNPM-MP dalam rangka perbaikan atau tindakan korektif secara
cepat dan peningkatan kinerja proyek.
SIM dan QS dapat berdaya guna bila dalam pelaksanaan pengoperasiannya
didukung sumber daya yang memadai, tersedia aplikasi dan infrastruktur yang
dibutuhkan selama pengoperasian SIM. Khusus di wilayah Kerja OC-1 PNPM-MP Provinsi
Sulawesi Tenggara jaringan internet telah menjangkau beberapa Kota/Kabupaten dalam
wilayah OC-1, seperti Kota Kendari, Kota Bau-Bau. Sedangkan Kab.Muna, belum
terjangkau oleh akses jaringan internet sehingga sistem pengiriman data / aplikasi
dengan cara manual melalui CD.
Dengan tersedianya jaringan internet yang fasilitas service providernya mulai
menjangkau keseluruh kota / kabupaten, maka system pelaporan aplikasi SIM dapat
berjalan secara on line sehingga data atau informasi yang disajikan SIM akan selalu up to
date. Dengan demikian Sistem Informasi Manajemen (SIM) berbasis web diharapkan
dapat mendorong mekanisme monitoring pelaksanaan kegiatan PNPM-MP dapat
terlaksana dengan baik, sesuai ketentuan pedoman PNPM-MP dan efektif serta tepat
waktu, sehingga dapat digunakan sebagai dasar pemgambilan keputusan pihak
stakeholder proyek sesuai tingkatannya untuk meningkatkan kinerja pelaksanaan
kegiatan, disamping sebagai salah satu sarana penyebarluasan pelaksanaan kegiatan
PNPM-MP, baik kepada stakeholder maupun pihak pihak terkait lainnya, sebagai wujud
transparansi dan akuntabilitas serta tersedianya database kegiatan PNPM-MP yang
lengkap dan terkini (up to date) untuk menganalisis pelaksanaan kegiatan PNPM-MP dan
pembuatan laporan tepat waktu.
Langkah-Langkah operasional pengendalian data SIM yang dilakukan, sebagai berikut :
1) Mengembangkan system punishment dan reward terhadap semua lini manajemen
apabila pengiriman data dari fasilitator ke askot/korkot dan dari askot/korkot ke
OC-1 Provinsi sering terlambat.
2) Memberikan toleransi waktu bagi wilayah-wilayah berstatus remote (kepulauan)
apabila akses informasi dan komunikasi tidak tersedia. Hal ini berkaitan dengan
pentingnya ketepatan waktu dalam pengiriman data (disarankan dapat
menggunakan hard copy bagi wilayah yang tidak tersedia signal.
3) Jika pemahaman dan kepedulian fasilitator terhadap pengelolaan data SIM dan QS
masih rendah maka akan diagendakan kegiatan bimbingan intensif tentang
pengelolaan data SIM dan QS (Coaching dan bentuk penguatan lainnya)

IV-22
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

4) Melakukan penyadaran kepada setiap pelaku termasuk Pemkot/kab. tentang


pentingnya data SIM dan QS
5) Mengembangkan instrument yang mudah difahami oleh setiap pelaku termasuk
pelaku pemkot/kab.
6) Setiap pelaku KMW dari berbagai jenjang diberikan pemahaman atas kemampuan
analisis data
7) Karena data SIM dan QS selalu dipaparkan pada setiap kesempatan (on-line
systems) sehingga semua pelaku menyadari akan pentingnya data SIM dan QS.
Karena itu perlu dilakukan coaqching pada setiap level/tingkatan manajemen
ataupun pelaku program.
Pengelolaan SIM di KMW dapat digambarkan sebagai berikut :
(1) Aliran data dimulai dari proses pengumpulan data dasar kegiatan oleh Korkot,
baik secara langsung atau melalui Tim Fasilitator/UPK-BKM, berupa hardcopy
dan data elektronik. Data dasar hardcopy biasanya berupa Berita Acara kegiatan
beserta absensinya serta isian format-format hasil kegiatan yang formatnya
mengacu pada format-format yang ada di Buku Panduan Teknis atau format
pendukung dari KMW yang sifatnya tambahan. Sedangkan data elektronik
adalah data hasil inputing ke program aplikasi yang strukturnya sudah
ditetapkan oleh SIM KMP;
(2) Setelah hardcopy data dasar terkumpul Korkot, maka selanjutnya dilakukan
verifikasi data yang mencakup (i) kelengkapan data (misalnya kelengkapan isian
format yang mencakup minimal tanggal, tempat, penandatangan, dan format
terisi dengan benar), serta (ii) keabsahan/kebenaran data dengan cara
melakukan crosscek data terhadap pelaku-pelaku kegiatan;
(3) Selanjutnya data yang sudah terverifikasi tersebut Diperiksa dan disahkan oleh
TL Provinsi dan kemudian diinputing oleh SMIS menjadi data Aplikasi SIM.
(4) SMIS melakukan verifikasi sekali lagi atas data yang telah terinput ke Aplikasi
SIM kemudian selanjutnya dikirimkan ke KMW pada setiap periode tertentu
Sebagai Penanggung jawab SIM level Lapangan, TL Provinsi bertanggungjawab
atas kelancaran arus data dari Tim Faskel sampai data tersebut masuk ke KMW
(5) Selanjutnya KMW melalui SMIS akan melakukan Validasi data sekali lagi pada
level TL Provinsi/KMW. Jika menemukan data yang diperkirakan tidak valid,
Asisten Mandat melakukan proses crosscek ke lapangan dan menginstruksikan
kepada SMIS level TL Provinsi untuk melakukan perbaikan data jika data-data
tersebut memang tidak valid. Jika Data-data telah valid, selanjutnya diolah dan
di analisis sesuai dengan kebutuhan Wilayah maupun laporan-laporan yang
menjadi tanggung jawab KMW ke pelaku proyek di pusat.
Alih Kelola SIM PNPM Mandiri Perkotaan dari KMW ke Pemerintah Daerah
(1) Review Stake holders SIM tingkat Pemda sebagai pengelola SIM sebelum
melakukan tugas alih kelola SIM lebih lanjut
(2) Review bahan dan panduan serta format-format yang telah diditribusikan
sebelumnya serta sistem aplikasinya, manual dan SOP-SOPnya
IV-23
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

(3) Monitoring terhadap terhadap sarana prasaran operasional


(4) Pendampingan kepada SMIS Pemda
(5) Coaching SIM ke UPK-BKM
Setelah melakukan coaching SIM dan alih pengelolaan SIM PNPM Mandiri
Perkotaan, SMIS masih terus melakukan pendampingan ke Pemda, hingga Pemda mampu
secara mandiri mengelola Data PNPM Mandiri Perkotaan. Pendampingan bisa juga
dibantu oleh TL Provinsi yang dianggap mampu menguasai Pengelolaan SIM PNPM
Mandiri Perkotaan. Hal ini terutama mengingat rentang wilayah yang cukup luas dan
waktu dampingan yang pendek.
Tanggung jawab manajemen Data di tingkat Pemda dimulai dari menjamin lancarnya
proses aliran data ke Pemda dan dari Pemda ke TL Provinsi serta melakukan pengendalian
kualitas data pada tingkat Pemda. Data informasi yang dikelola oleh pemda pada masa
alih kelola SIM masih terbatas pada informasi-informasi tentang profile kelurahan saja,
sedangkan data/informasi tentang kegiatan pendampingan lanjutan masih menjadi
tanggung jawab konsultan.
Secara teknis proses input data dilakukan setelah Ass Mandat Pemda menerima data
dalam bentuk format isian SIM dari UP/BKM dan telah di verifikasi terlebih dahulu oleh
SMIS. Selanjutnya data diinput ke dalam aplikasi SIM ekstension di Pemda oleh ass
mandat Pemda. Data-data yang diinput ditingkat Pemda selanjutnya dikirim ke KMW
untuk dikonsolidasi tingkat KMW dan seterusnya dikirimkan ke KMP Jakarta untuk
diupload ke website www.PNPM Mandiri Perkotaan.or.id secara periodik bulanan.
Pada intinya mekanisme Sistem Informasi Manajemen (SIM) dalam kerangka
kerja KMW tidaklah terlalu jauh berbeda dengan yang telah digariskan dalam Pedoman
PNPM Mandiri Perkotaan, baik tujuan/fungsinya maupun tata peran dan aliran datanya,
kecuali pada beberapa kasus dimana SIM berdasarkan Pedoman PNPM Mandiri Perkotaan
tidak dapat di implementasikan karena kondisi tertentu di beberapa Wilayah KMW.
KMW sebagai penanggung jawab operasional SIM di satuan wilayah kerja,
memiliki tanggung jawab yang sangat besar mulai dari pelaksanaan pengumpulan data di
lapangan, entri data ke dalam aplikasi, verifikasi dan validasi data, analisis data untuk
keperluan monitoring dan pelaporan serta melakukan pelatihan pengoperasian SIM bagi
para pelaku SIM di KMW.
(1) TL Provinsi bersama Tenaga Ahli MIS melakukan verifikasi semua data di
wilayahnya secara acak pada setiap minggu sekali untuk memantau pekerjaan
input data.
(2) Tenaga Ahli MIS wajib memberikan keterangan terhadap kegiatan cross-check
data yang dilakukannya maupun pelaku PNPM Mandiri Perkotaan yang lain.
Dalam hal ini Tenaga Ahli MIS harus melakukan klarifikasi terhadap data-data
yang bermasalah tersebut kepada Korkot apabila terjadi ketidak cocokan data yang
diterima.

IV-24
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

(3) Tenaga Ahli MIS melakukan cross-check secara acak terhadap input data dan
menginformasikan kepada TL Provinsi apabila ditemukan kesalahan data untuk
pengecekan.
(4) Tenaga Ahli MIS melakukan pengecekan secara rutin terhadap kelengkapan data,
anomali data dan inkonsistensi data jika ada kesalahan data maka TL Provinsi
akan langsung mengkoreksi data ke lapangan untuk kebenaran data tersebut.

e. PENGELOLAAN PENGADUAN DAN MASALAH

Dalam pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri


Perkotaan, permasalahan dapat muncul mulai dari tingkat masyarakat, desa, kecamatan,
hingga tingkat pusat. Sementara itu, pelaksanaan suatu program tidak dapat diharapkan
untuk selalu berjalan sempurna. Agar setiap permasalahan dan pengaduan masyarakat
terkait pelaksanaan PNPM Mandiri dapat cepat dan tepat ditangani, serta dalam rangka
mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik (Good Governance), PNPM
Mandiri Perkotaan dilengkapi dengan Pengelolaan Pengaduan dan Masalah (PPM).
Maksud dari pengelolaan pengaduan dan masalah di sini meliputi penerimaan dan
pendokumentasian masalah, fasilitasi proses penyelesaian masalah, dan pemantauan
masalah hingga dinyatakan selesai.
PPM PNPM Mandiri Perkotaan berfungsi untuk menampung segala jenis
pengaduan terkait pelaksanaan dan penanganan penyelesaiannya, serta
menginformasikannya kepada pihak-pihak yang membutuhkan. PPM yang baik akan
menjamin kepuasan penerima manfaat dan masyarakat umum, serta dapat diterimanya
informasi secara akurat dan tepat waktu sehingga dapat segera dilakukan perbaikan yang
diperlukan. Keberadaan PPM PNPM Mandiri Perkotaan harus dipahami sebagai suatu
itikad baik bagi lancarnya pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan. Memendam informasi
dengan tidak melaporkan pengaduan tidak akan memperbaiki permasalahan yang ada.
Banyaknya pengaduan terkait permasalahan dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan
di suatu daerah bukan berarti menunjukkan keburukan kinerja program di daerah
tersebut.
Keberadaan PPM PNPM Mandiri Perkotaan Mandiri juga merupakan upaya
membangun kelembagaan masyarakat yang aspiratif dan akuntabel, serta mendorong
tumbuh dan berkembangnya partisipasi dan kemandirian masyarakat. PPM PNPM
Mandiri juga penting untuk meningkatkan kapasitas masyarakat untuk secara mandiri
menangani berbagai persoalan yang muncul. Oleh karena itu, PPM PNPM merupakan
sarana penting sebagai wadah pembelajaran bagi masyarakat dalam pelaksanaan
pembangunan partisipatif.
Pedoman pelaksanaan PPM PNPM Mandiri ini dimaksudkan sebagai panduan
tata-cara pengelolaan pengaduan dan masalah bagi pelaku pelaksana program untuk
menjaga kualitas program dan menjadi sumber referensi bagi seluruh lapisan masyarakat
yang inginmenyampaikan berbagai pengaduan dan permasalahan terkait dengan
pelaksanaan PNPM Mandiri. Pedoman PPM PNPM Mandiri bertujuan sebagai berikut:

IV-25
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

(a) Menjaga agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tujuan, sasaran, kebijakan dan
prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.
(b) Menjamin agar penanganan pengaduan dan masalah sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan.
(c) Membantu masyarakat dan pihak terkait dalam menyelesaikan berbagai
permasalahan dalam program secara cepat dan tuntas.
(d) Menyamakan persepsi masyarakat dan pihak terkait dalam menangani berbagai
pengaduan dan masalah untuk menjaga kualitas program.
Pengelolaan pengaduan dan masalah (PPM) merupakan bagian dari tindak lanjut hasil
kegiatan pemantauan, pengawasan dan pemeriksaan. Setiap pengaduan dan masalah yang
muncul dari masyarakat atau pihak manapun yang berkompeten melakukan pemantauan,
pengawasan, dan pemeriksaan harus segera ditanggapi secara serius dan proposional serta
cepat. Munculnya pengaduan terhadap pelaksanaan kegiatan merupakan wujud
pengawasan oleh masyarakat. Pengaduan terhadap pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan
dapat dilakukan melalui:
(a) Surat/berita langsung/SMS/email kepada Fasilitator, Korkot maupun tenaga ahli
PNPM Mandiri Perkotaan lainnya.
(b) Surat/berita langsung/SMS/email kepada aparat pemerintahan yang terkait, seperti
PjOK dan Tim Koordinasi PNPM Mandiri Perkotaan.
(c) Pemantau kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan lainnya, termasuk wartawan dan LSM.

Dalam menangani setiap pengaduan dan permasalahan dilakukan berdasarkan prinsip-


prinsip :
(a) Rahasia. Iidentitas yang melaporkan (pelapor) pengaduan harus dirahasiakan.
(b) Berjenjang, Semua pengaduan ditangani pertama kali oleh pelaku PNPM Mandiri
Perkotaan setempat. Jadi bila permasalahan muncul di tingkat desa, maka pertama
kali yang bertanggung jawab untuk menanganinya adalah masyarakat desa tersebut
difasilitasi oleh PjoK, Fasilitator, pendamping lokal, Kader Desa, dan Kepala Desa.
Pelaku di jenjang atasnya memantau perkembangan penanganan. Bila pelaku di
tempat tidak berhasil menangani pengaduan, maka pelaku di jenjang atasnya
memberi rekomendasi penyelesaian atau bahkan turut memfasilitasi proses
penyelesaiannya.
(c) Transparan dan Partisipatif. Sejauh mungkin masyarakat harus diberitahu dan
dilibatkan dalam proses penanganan pengaduan terhadap masalah yang ada di
wilayahnya dengan difasilitasi oleh fasilitator. Sebagai pelaku utama pelaksanaan
PNPM Mandiri Perkotaan, masyarakat harus disadarkan untuk selalu
mengendalikan jalannya kegiatan.
(d) Proporsional. Penanganan sesuai dengan cakupan kasusnya. Jika kasusnya hanya
berkaitan dengan prosedur, maka penanganannya pun harus pada tingkatan
prosedur saja. Jika permasalahannya berkaitan dengan prosedur dan pengaduan
dana, maka masalah atau kasus yang ditangani tidak hanya masalah prosedur atau
penyalahgunaan dana saja.
IV-26
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

(e) Objektif. Sedapat mungkin dalam penanganan pengaduan, ditangani secara


objektif. Artinya pengaduan-pengaduan yang muncul harus selalu diuji
kebenarannya, melalui mekanisme uji silang. Sehingga tindakan yang dilakukan
sesuai dengan data yang sebenarnya. Tindakan yang dilakukan bukan berdasarkan
pemihakan salah satu pihak, melainkan pemihakan pada prosedur yang seharusnya.
(f) Akuntabilitas. Proses kegiatan pengelolaan pengaduan dan masalah serta tindak
lanjutnya harus dapat dipertanggungjawabkan pada masyarakat sesuai dengan
ketentuan dan prosedur yang berlaku.
(g) Kemudahan. Setiap anggota masyarakat terutama kelompok perempuan dan laki-
laki, harus mudah untuk menyampaikan pengaduan/masalah. Pengadu/pelapor
dapat menyampaikan pengaduan ke jenjang yang paling mudah dijangkau dengan
menggunakan media/saluran pengaduan yang telah dibangun oleh program
dan/atau yang telah ada di lingkungannya.
(h) Cepat dan akurat. Setiap pengaduan dan permasalahan perlu ditangani/ditanggapi
secara cepat dengan menggunakan informasi yang akurat. Untuk itu penanganan
pengaduan dan masalah diupayakan penyelesaiannya pada tingkat yang terdekat.

Gambar III.6.
Bagan Alir Penanganan Pengaduan dan Temuan Masalah

IV-27
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

Pengaduan / Masalah

Pelaku Pada
Jenjang Masalah

Uji
Silang /
Klarifikasi
Benar Tidak

Jenjang Pelaku
Tindak
di Atasnya
Turun
Tangan

Selesai Tidak Selesai

Diseminasi Hasil
Penanganan kepada
Masyarakat

Keterangan:

Garis Alur Penanganan


Garis Pemantauan

f. PENGENDALIAN SISTEM MANAJEMEN KEUANGAN

Strategi pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan oleh KMW/OC I mengacu pada


Visi, Misi dan Prinsip Tujuan dan sasaran serta Pendekatan dan Strategi dasar PNPM
Mandiri Perkotaan. Dalam pelaksanaan proses pemberdayaan masyarakat dan penguatan
kapasitas pemerintah daerah juga akan dijiwai oleh Landasan Konseptual berdasarkan
IV-28
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

tinjauan literatur sebagaimana diuraikan diatas yakni: Pemahaman masalah kemiskinan;


Reorientasi pendekatan; Pemberdayaan dan kemandirian; Prinsip, misi dan strategi
pemberdayaan.
Sedangkan acuan operasionalnya adalah: (1) ToR penugasan Konsultan (OC) yakni
Tenaga Ahli Manajemen Keuangan (2) Buku Panduan Manual Pembukuan; (3) Standar
Akuntansi Keuangan Indonesia tahun 2004; (4) Akuntansi yang bertema umum di
Indonesia umumnya.
Strategi dalam menyikapi substansi PNPM Mandiri Perkotaan yang dititik
beratkan pada pemberdayaan masyarakat termasuk didalamnya pengokohan
kelembagaan masyarakat lokal BKM/LKM dan kemitraan sinergis antara masyarakat
(BKM) dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat dalam menanggulangi
kemiskinan, melalui pendekatan:
(1) Membangun kesadaran kritis masyarakat untuk mengorganisir diri melalui
kelembagaan lokal yang dibangun secara organik, mengakar, akuntabel transparan
dan partisipatif;
(2) Memperkuat kelembagaan BKM dan UP-UP utamanya dalam bidang akuntansi dan
administrasi serta pengarsipan yang baik sehingga terjadi pelasanaan sistema
akuntansi yang baik dengan transparan, akuntabel dan mandiri sesuai dengan
norma-norma akuntansi yang berterima umum sehingga BKM dan UP-UP dapat
menjadi lembaga yang mandiri dan dapat dipertanggung jawabkan;
(3) Melakukan konsolidasi dan kerja sama yang baik antara Tenaga Ahli Manajemen
Keuangan, Fasilitator dan unit pelaksana pembukuan dan administrasi di setiap
UPK-BKM sehingga terjadi sinergi yang saling membantu dan menguatkan sejak
dari KMW sampai ke BKM ataupun sebaliknya;
Tenaga Ahli Manajemen Keuangan dalam hal ini bertanggung jawab sebagai
pelaksana program di tingkat OC-1 sebagai pemberdaya pelaku PNPM Mandiri Perkotaan.
Untuk itu Tenaga Ahli Manajemen Keuangan akan melakukan persiapan, perencanaan,
pelaksanaan, koordinasi, monitoring, supervisi, dan pelaporan seluruh kegiatan
pelaksanaan pembukuan dan administrasi serta pengarsipan PNPM Mandiri Perkotaan di
wilayah kerjanya. Tim fasilitator keuangan bertugas memfasilitasi proses pemberdayaan
masyarakat secara langsung di tingkat lapangan dan menjadi perpanjangan tangan dari
Tenaga Ahli Manajemen Keuangan di tingkat KMW/OC I untuk menyampaikan semua
kebijakan dan bantuan kepada lembaga UPK-BKM.
Untuk menjamin metodologi dan pendekatan serta menjaga konsistensi
pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan, maka langkah-lagkah operasional penting yang
akan dilakukan KMW/OC I khususnya oleh Tenaga Ahli Manajemen Keuangan (TA MK)
adalah sebagai berikut :
(a) Melakukan strategi jemput bola dengan melakukan evaluasi awal kepada setiap
UPK-BKM khususnya evaluasi terhadap laporan keuangan, kinerja pencatatan dan
pelaporan serta pelaksanaan pengarsipan dimana hal tersebut merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan untuk menciptakan UPK-BKM menjadi
lembaga yang mandiri, transparan dan akuntabel.

IV-29
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

(b) Mengumpulkan dan menganalisa anomali-anomali yang timbul di masing-masing


UPK-BKM, sehingga dapat dirumuskan karakteristik masalah di masing-masing
UPK-BKM dimana setiap karakteristik membutuhkan pemecahan masalah sendiri-
sendiri.
(c) Kemudian dibuat urutan UPK-BKM atas kinerja keuangannya, dimana urutan ini
dapat menjadi acuan bagi Tenaga Ahli Manajemen Keuangan dan Fasilitator untuk
mengambil sikap UPK-BKM mana yang memerlukan pendampingan dan
penguatan yang utama dibandingkan UPK-BKM yang lain. Kepada UPK-BKM yang
kinerja keuangannya terburuk akan diprioritaskan memperoleh pendampingan
dan penguatan yang lebih intensif dan mendalam, apabila kinerja UPK-BKM
tersebut membaik maka selanjutnya dapat dilakukan pendapingan dan penguatan
ke UPK-BKM diurutan selanjutnya.
(d) Membiasakan setiap UPK-BKM untuk melaksanakan sistem akuntansi yang tepat
waktu dan tepat kebenaran dan kelengkapannya dengan melakukan monitoring
dan evaluasi secara berkala dan berkelanjutan agar terlaksana pembukuan yang
benar, transparan dan dapt dipertanggung jawabkan.
(e) Memberikan informasi-informasi baru yang berhubungan dengan sistem akuntansi
kepada Fasilitator Keuangan dan pelaksana pembukuan di masing-masing UPK-
BKM, sehingga transfer ilmu pengetahuan dan tehnologi dapat berjalan
sebagaimana mestinya.
(f) Melakukan refresh dan evaluasi secara berkala tentang transfer infdormasi, ilmu
pengetahuan dan tehnologi agar tidak terjadi perbedaan persepsi dan sekaligus
mengumpulkan informasi yang terjadi dilapangan yang mungkin dapat
menghambat pelaksanaan sistem akuntansi yang baik dan akuntabel.
(g) Selalu melakukan koordinasi dengan fasilitator dan juga pelaksana pembukuan di
UPK-BKM sehingga aliran informasi dan kemitraan dapat berjalan lancar, baik dari
Konsultan ke UPK-BKM ataupun sebaliknya.
(h) Membuat dan melaksanakan suatu program pelatihan sesuai dengan kebutuhan
UPK-BKM yang berhubungan dengan pembukuan dan administrasi serta
keuangan, diharapkan program ini dapat berjalan secara berkala dan kontinyu.
(i) Kemandirian dan tanggung jawab UPK-BKM adalah hasil akhir yang diharapkan
dari pendampingan dan penguatan oleh Tenaga Ahli Manajemen Keuangan.
(j) Menyiapkan Standart Operasional Pelaksanaan (SOP) pelaksanaan Kegiatan yang
berkaitan dengan pencairan Bantuan Langsung Masyarakat, dan perguliran dana
(k) Menyiapkan Kerangka Acuan pelaksanaan Kegiatan Coaching-coaching sesuai
dengan kegiatan siklus berkait dengan tata pembukuan untuk sekretariat dan UP-
UP.
(l) Melakukan KBIK (Komunitas Belajar Internal Konsultan) ditingkat Korkot terkait
evaluasi terhadap hasil kegiatan monitoring dan evaluasi
(m)Memberikan feed back hasil kegiatan uji petik kepada korkot sebagai bahan
perbaikan kedepan
(n) Memberikan rekomendasi hasil uji petik lapangan untuk ditindaklanjuti
perbaikannya kepada masing-masing Korkot
(o) Bersama dengan Korkot dan TA lainnya, melaksanakan evaluasi kinerja fasilitator

IV-30
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

g. PENGENDALIAN KEGIATAN INFRASTRUKTUR

Pelaksanaan kegiatan infrastruktur memerlukan kajian dan analisis yang tajam


sebelum menetapkan strategi, program dan kegiatan. Sejak PS sudah harus
ditekankan/difokuskan terhadap kebutuhan untuk mencapai hasil yang diharapkan,
dimana sejak PS warga yang terlibat dalam semua proses harus tetap dilibatkan dalam
proses berikutnya dan seterusnya. data infrastruktur dapat dirumuskan berbagai
kebijakan dalam mengendalikan kegiatan. Sedangkan Quick Status (QS) sebagai alat
pengendalian kegiatan yang akan memberikan data secara cepat tentang status kegiatan
di setiap tahapan siklus khususnya tentang rencana dan realisasinya. Jika kualitas data
bisa dipertanggung jawabkan tentu pengendalian PNPM-MP bisa optimal.
Strategi kegiatan infrastruktur menggunakan pola sosialisasi program yang dapat
dimengerti masyarakat awam agar lebih peraktis dan sederhana, pola sosialisasi khusus
terhadap pembahasan lingkungan secara menyeluruh, guna pemahaman dimasyarakat
akan kebutuhan lingkungan sejak dilakukakan PS. Skala prioritas dari masyarakat perlu
diperhatikan dalam rangka menghindari dari berbagai kepentingan. Sehingga masyarakat
puas terhadap infrastruktur yang dibangun.
Status Capaian Infrastuktur merupakan bagian penting dalam rangka mendukung
kelancaran pelaksanaan program PNPM-MP. Asumsi yang demikian mengharuskan KMW
memperhatikan secara serius agar capaian kegiatan infra dapat dilakukan dengan baik, di
harapkan untuk:
(1) Meningkatnya partisifasi warga dalam merencanakan, mengerjakan,
memantau dan mengevaluasi, mengoperasikan dan memelihara.
(2) Meningkatnya kemampuan tehnis masyarakat dan mengawasai secara
bersama-sama kegiatan infrastruktur.
(3) Tumbuhnya rasa kepemilikan warga terhadap prasarana yang dibangun
(4) Meningkatnya kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk bergotong
royong,berkonstribusi dalam pembangunan.
(5) Meningkatnya kesempatan kerja selama pembangunan prasarana
(6) Meningkatnya kualitas infrastruktur yang dibangun masyarakat
(7) Meningkatnya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan kegiatan
lingkungan
Atas dasar capaian kegaiatan diatas, pengelolaan capaian pelaksanaan kegiatan
yang akan dilakukan oleh KMW meliputi tahap sebagai berikut :
(1) Strategi pelaku pendamping perlu
ditingkatkan sebagai transfer ilmu kepada masyarakat dan relawan.
(2) Harus memiliki program kerja,
strategi pola pemeliharaan,penggalangan dana.
(3) Mengsosialisasikan PJM secara
konsisten, serta pelaksanaan PS yang akurat.
Strategi pelaksanaan kegiatan infra yang dimaksud adalah, dengan memastikan
seluruh data-data hasil pelaksanaan siklus dilapangan yang input dalam format telah
diverifikasi oleh SF maupun Korkot sebelum dientry oleh asmandat kedalam aplikasi.

IV-31
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

Sedangkan validitas data dilakukan dengan membandingkan back up data dari lapangan
terhadap format rekap input data yang dilaporkan.
Pelaksanaan kegiatan infrastrusktur merupakan kegiatan yang sangat menonjol
dalam di wilayah OC1 . Jika dilihat dari pemanfaatan BLM berdasarkan tiga aspek tridaya
yaitu Sosial, ekonomi, dan lingkungan, maka kegiatan infrastruktur nilainya melebihi 80
% dari total kegiatan yang ada.
Kegiatan Sarana dan prasarana Lingkungan yang dibiayai dengan dana BLM adalah
Kegiatan yang secara langsung memberikan manfaat secara kolektif pada peningkatan
akses melalui peningkatan kualitas lingkungan & permukiman yang sehat, tertib, aman
dan teratur. Dengan demikian perlu dilakukan upaya dan langkah operasional yang
teratur dan dapat dikendalikan dengan baik. Langkah-langkah tersebut antara lain :
1) Menyiapkan SOP pelaksanaan kegiatan sarana dan prasarana berikut Detail
Engineering Design ( DED) dan Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) dan analisanya
2) Memberikan rekomendasi kegiatan yang akan dilaksanakan KSM berdasarkan
kaidah-kaidah teknis sebagai bahan penyusunan prioritas usulan kegiatan
3) Menyiapkan Kerangka Acuan pelaksanaan Kegiatan Coaching-coaching sesuai
dengan kegiatan siklus berkait dengan tata cara pelaksanaan penyusunan rencana
kegiatan pembangunan fisik dimasing-masing komunitas
4) Memberikan verifikasi usulan kegiatan yang bersifat perguliran dana sebelum
masuk dalam Berita Acara Penetapan Prioritas Usulan Kegiatan ( BAPPUK )
5) Melakukan KBIK (Komunitas Belajar Internal Konsultan) ditingkat Korkot terkait
evaluasi terhadap hasil kegiatan monitoring dan evaluasi
6) Menyajikan meteri tehnis yang sederhana dan mudah dimengerti tanpa
mengurangi subtansi kegiatan infrastruktur.
7) Penguatan ditingkat masyarakat berupa pelatihan hingga OJT serta strategi.
8) Mengorganisasikan kemampuan yang ada pada masyarakat.
9) Menjadikan QS sebagai penunjang monitoring, uji petik dan sebagai acuan untuk
pengambilan kebijakan.
10) Memberikan feed back hasil kegiatan uji petik kepada korkot sebagai bahan
perbaikan kedepan.

h. REKRUTMEN DAN PENGENDALIAN PERSONEL

Untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan tugas manajemen proyek selaku


Konsultan Manajemen Wilayah, maka KMW telah menyediakan tenaga ahli/profesional
yang handal antara lain dengan menggunakan Tenaga Ahli yang berpengalaman di PNPM
Mandiri Perkotaan sebelumnya yang mempunyai kinerja baik.
Tiap-tiap anggota tim mempunyai tanggung jawab individual dan kolektif untuk
mendukung tugas tim secara keseluruhan. Team Leader KMW akan melakukan
pengelolaan dan pengendalian serta mendelegasikan tugas dan tanggung jawabnya pada
masing-masing anggota tim.

IV-32
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

Guna memaksimalkan penggunaan sumberdaya konsultan yang ada, maka setiap


tenaga ahli akan secara langsung atau tidak langsung bertanggung jawab terhadap satu
atau lebih dari suatu rencana kerja. Koordinasi aktif dan partisipatif antara tiap-tiap
anggota tim konsultan dengan aparat proyek terkait sangat diperlukan. Sehubungan
dengan koordinasi tersebut, konsultan akan mencermati hirarki organisasi yang ada
didalam penyelenggaraan program PNPM Mandiri Perkotaan.
Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan 2010 ini akan dilaksanakan secara langsung
oleh Konsultan Manajemen Wilayah (KMW) dengan komposisi tim terdiri dari seorang
Program Director (PD), Team Leader Provinsi, Tenaga Ahli, Kordinator Kota dan khusus
untuk pendampingan di masyarakat, akan difasilitasi langsung oleh Fasilitator. Untuk
memperoleh hasil yang optimal sesuai target pencapaian yang diharapkan, dibutuhkan
tenaga fasilitator di tingkat kecamatan yang memiliki kemampuan dan pemahaman yang
utuh terhadap prinsip-prinsip dan nilai-nilai universal, kemampuan teknik fasilitasi dan
kemampuan didalam bekerja secara team work.
Untuk menjamin keberlanjutan pelaksanaan tugas KMW di tingkat komunitas
dengan sasaran meningkatkan kinerja BKM menuju mandiri, maka peran Krodinator Kota
(Korkot) dan Fasilitator sebagai “ujung tombak” KMW pada masing-masing kecamatan
sasaran menjadi sangat penting dan diseleksi berdasarkan kinerja dan loyalitas. Dan
dalam pengadaan ini KMW menggunakan fasilitator yang telah ada dan terseleksi
berdasakan kriteria yang telah ditetapkan serta mengacu pada KAK. Langkah-langkah
yang dilakukan adalah dengan mengoptimalkan tenga Korkot dan Fasilitator Existing dan
melakukan rekrutmen secara terbuka dan adil.

Strategi pengendalian Tenaga Ahli (TA) dalam mengoptimalkan fungsi dan


tugasnya dalam melakukan penguatan dan pengendalian pendampingan siklus kegiatan
masyarakat dan pemda serta pendampingan penyerapan dan pemanfaatan BLM di
masyarakat, sehingga sasaran program PNPM MP tercapai dan bermanfaat untuk
masyarakat, khususnya masyarakat miskin. Masing-masing Tenaga Ahli (TA) dikendalikan
berdasarkan fungsi dan peran berdasarkan MSAP secara rutin/intensif melalui instrument
yang telah ditetapkan melalui mekanisme:

(1) Pengendalian terhadap target progres pelaksanaan kegiatan masyarakat melalui


RKTL bulanan, 3 bulanan, tahunan dan 22 bulan yang mengacu kepada Master
Schedule yang telah ditetapkan oleh KMP dan realisasi capaian kegiatan sampai
dengan 31 Desember oleh masing-masing Tenaga Ahli (TA)
(2) Melakukan koordinasi rutin antara Tenaga Ahli (TA) setiap dua minggu untuk
sikronisasi pengendalian setiap kegiatan yang dilaksanakan di masyarakat
(3) Menfasilitasi Korkot untuk melakukan identifikasi terhadap BKM yang bermasalah
dan membentuk tim khusus dalam menyelesaikan permasalahan tersebut,
sekaligus membuat jadwal penyelesaiannya dengan target waktu sampai dengan
bulan Maret 2010
(4) Pengendalian substansi kegiatan dari pelaksanaan kegiatan pemberdayaan
masyarakat sampai kepada pemanfaatan BLM yang mengacu pada PAD
(5) Pengendalian secara koordinasi melalui pelaporan aplikasi SIM, pelaporan manual
berkala dan periodic serta rapat koordinasi (KBIK)

IV-33
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

(6) Review/evaluasi capaian kegiatan yang dibahas dalam rapat KBIK


(7) Evaluasi Kinerja Tenaga Ahli (TA) setiap bulan dan rekomendasi hasil evaluasi tiga
bulanan ke SNVT Pusat melalui KMP hasil penilaian kinerja
(8) Menerapkan sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam “Kontrak Kerja”
(9) Koordinasi kerja Tenaga Ahli (TA) difasilitasi oleh Team Leader (TL) dan
dikoordinir oleh Tenaga Ahli Monev dan hasil koordinasi kerja tersebut, Tenaga
Ahli Monev merekomondasi ke Team Leader (TL).
Untuk menjamin keberlanjutan pelaksanaan tugas KMW di tingkat
kota/kabupaten dengan sasaran meningkatkan kapasitas pemerintah daerah, kemitraan
dan sinergi program, maka peran korkot dan Askot Mandiri pada masing-masing
kota/kabupaten sasaran menjadi sangat penting. Untuk itu diperlukan strategi rekrutmen,
penempatan dan pengendalian oleh KMW Provinsi dengan kegiatan, antara lain :
(1) Pengendalian terhadap target progres pelaksanaan kegiatan masyarakat melalui
RKTL bulanan dan 6 bulanan yang mengacu kepada Master Schedule yang telah
ditetapkan oleh KMP yang breakdown ke dalam RKTL OC provinsi oleh masing-
masing Korkot.
(2) Melakukan koordinasi rutin antara Korkot/Askot dengan masing-masing Tenaga
Ahli (TA) sesuai dengan bidangnya setiap minggu melalaui laporan minggua QS
dan laporan mingguan Manual untuk menganalisis capaian kegiatan dan
permasalahan yang terjadi di masyarkat.
(3) Setiap Siklus kegiatan dan atau setiap bulan Tenaga Ahli (TA) melakukan
Monitoring pada persiapan pelaksanaan, proses pelaksanaan dan pasca
pelaksanaan kegiatan masyarakat.
(4) Menfasilitasi Tim Faskel untuk melakukan identifikasi terhadap BKM yang
bermasalah dan membentuk tim khusus dalam menyelesaikan permasalahan
tersebut, sekaligus membuat jadwal penyelesaiannya dengan target waktu sampai
dengan bulan Agustus 2009.
(5) Pengendalian terhadap substansi kegiatan mulai dari pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan masyarakat sampai kepada pemanfaatan BLM yang mengacu pada
PAD pada pelaporan Aplikasi SIM.
(6) Pengendalian secara koordinasi melalui pelaporan aplikasi SIM(QS setiap Minggu
dan SIM setiap dua minggu), pelaporan manual setiap bulan serta rapat koordinasi
(KBIK) di tingkat OC provinsi minimal satu kali satu bulan.
(7) Evaluasi capaian kegiatan yang dibahas dalam rapat KBIK di tingkat OC provinsi.
(8) Evaluasi Kinerja Korkot setiap bulan dan rekomendasi hasil penilaian kinerja tiga
bulanan ke SNVT Provinsi.
(9) Menerapkan sanksi sesuai dengan ketentuan dalam “Kontrak Kerja”.
(10) Koordinasi kerja Korkot dengan masing-masing Tenaga Ahli (TA) sesuai dengan
bidangnya dan hasil koordinasi kerja tersebut, Tenaga Ahli Monev merekomondasi
ke Team Leader (TL).
Untuk menjamin keberlanjutan pelaksanaan tugas KMW di tingkat komunitas
dengan sasaran meningkatkan kinerja BKM menuju mandiri, maka peran tenaga
Fasilitator sebagai “ujung tombak” KMW pada masing-masing kecamatan sasaran menjadi
sangat penting dan diseleksi berdasarkan kinerja dan loyalitas. Dan dalam pengadaan ini
IV-34
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

KMW menggunakan fasilitator yang telah ada dan terseleksi berdasakan kriteria yang
telah ditetapkan serta mengacu pada KAK
(1) Pengendalian terhadap target progres pelaksanaan kegiatan masyarakat melalui
RKTL Mingguan dan bulanan yang mengacu kepada RKTL OC provinsi yang
breakdown dalam RKTL Korkot oleh masing-masing Tim Faskel
(2) Pengendalian oleh Korkto terhadap pelaksanaan koordinasi rutin antara Askot
dengan masing-masing Tim Faskel sesuai dengan bidangnya setiap minggu
melalaui laporan minggua QS dan Log Book
(3) Setiap Siklus kegiatan dan atau setiap bulan Korkot dan Askot melakukan
Monitoring pada persiapan pelaksanaan, proses pelaksanaan dan pasca
pelaksanaan kegiatan di masyarakat
(4) Menfasilitasi Tim Faskel melalui Korkot dan Askot untuk melakukan identifikasi
terhadap BKM yang bermasalah dan membentuk tim khusus dalam
menyelesaikan permasalahan tersebut, sekaligus membuat jadwal
penyelesaiannya dengan target waktu sampai dengan bulan Agustus 2009
(5) Pengendalian terhadap substansi kegiatan mulai dari pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan masyarakat sampai kepada pemanfaatan BLM yang mengacu
pada PAD pada pelaporan Aplikasi SIM setiap dua mingguan
(6) Pengendalian secara koordinasi melalui pelaporan aplikasi SIM(QS setiap
Minggu dan SIM setiap dua minggu), Log Book setiap minggu serta rapat
koordinasi (KBIK) di tingkat Korkot minimal satu kali dalam satu bulan
(7) Review/evaluasi capaian kegiatan yang dibahas dalam rapat KBIK di tingkat
Korkot
(8) Evaluasi Kinerja Faskel setiap bulan dan rekomendasi hasil penilaian kinerja tiga
bulanan ke OC provinsi untuk dilanjutkan ke SNVT Provinsi
(9) Menerapkan sanksi sesuai dengan ketentuan dalam “Kontrak Kerja”
(10) Koordinasi kerja Tim Faskel dengan Askot sesuai bidangnya dan hasil koordinasi
kerja tersebut, Koorkot merekomondasi ke Team Leader (TL).
Strategi pelaksanaan pengelolaan dan dukungan terhadap Fasilittor tingkat
Kelurahan akan dilakukan TL Provinsi bersama Satker PNPM Mandiri Perkotaan Provinsi
dan Kabupaten meliputi:
(a) Rekrutment dilakukan secara terbuka, jujur, netral, tanpa KKN.
(b) Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas tim faskel melalui pelatihan pra
penugasan (dasar) dan pelatihan selama penugasan (Refreshing);
(c) Sistem penempatan yang proporsional;
(d) Menerapkan sistem penghargaan dan sanksi;
(e) Supervisi dan dampingan KMW/OC (Tenaga Ahli, dan Korkot);
(f) Penciptaan iklim persaingan yang sehat antar fasilitator;
(g) Memberikan kepercayaan dan tanggung jawab dalam melakukan fasilitasi;
(h) Monitoring dan evaluasi kinerja;
(i) Mengkoordinir Tim Fasilitator agar semua anggota tim fasilitator di
kecamatan berperan serta dalam kegiatan yang bersifat umum;
(j) Mengadakan rapat koordinasi secara teratur dengan Korkot dan Tim
Fasilitator;
IV-35
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

(k) Membahas dan Menyampaikan Panduan-panduan yang telah disiapkan


KMP/KMP kepada Korkot dan Tim Fasilitator sesuai kebutuhan;
(l) Memberikan bantuan teknis kepada Kordinator Kota (Korkot) dan Fasilitator
sesuai kebutuhan;
(m) Melakukan pemantauan, supervisi terhadap Korkot dan Tim Fasilitator, untuk
memastikan bahwa fasilitasi yang mereka lakukan sesuai dengan TOR dan
SOP yang berlaku.
Secara lebih rinci mekanisme dan alur dukungan dan pengendalian personel
dapat dilihat pada Gambar berikut ini

Gambar. I.7.
Strategi Pengelolaan dan Dukungan Terhadap Fasilitator
PEMBERIAN KEPERCAYAAN
PROSES SELEKSI: & TANGGUNG JAWAB dalam:

Terbuka, netral, jujur, Sosialisasi


bebas kolusi & nepotisme Pelatihan kapasitas masyarakat
Melibatkan pihak yang ahli Fasilitasi kegiatan-kegiatan pemberdayaan
dalam bidang rekrutmen masyarakat
Lulus seleksi Pasif Fasilitasi/pendampingan UPK-BKM dan TPK
Lulus seleksi Aktif Fasilitasi Pelaksanaan Penggunaan BLM

Penyediaan fasilitas untuk


Fasilitator (dana operasional
untuk memperlancar tugas)
Calon Tim
Fasilitator.
PRA PENUGASAN PENUGASAN

PEMBERIAN
PENEMPATAN DI PENGHAR-
LOKASI GAAN &
SANGSI

TRAINING PENCIPTAAN IKLIM


TRAINING PRA SELAMA KERJASAMA &
PENUGASAN PENUGASAN PERSAINGAN YG SEHAT

RAPAT KOORDINASI
KORKOT
RAKOR FK
MONITORING & EVALUASI KINERJA TENAGA AHLI-TL
Evaluasi untuk perbaikan kinerja
Transparansi untuk persaingan yang sehat
Penerapan penghargaan dan sangsi
SUPERVISI DAN
i. DAMPINGAN OLEH TL
Pencapaian Target Masyarakat Miskin Sebagai PROV, TENAGA AHLI, OC
Penerima Manfaat

IV-36
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

Penerima manfaat kegiatan sesuai tujuan dan pelaksanaan PNPM Mandiri


Perkotaan adalah kelompok atau keluarga miskin. Penentuan Jumlah penduduk Miskin
dapat dilihat melalui hasil penentuan kriteria kemiskinan dan pendataan Pemetaan
swadaya oleh masyarakat. Sedangkan penentuan jumlah sasaran KK Miskin dapat dilihat
dalam penyaluran dana BLM pada kegiatan lingkungan, sosial, dan ekonomi.
Penerima manfaat dalam pemanfaatan dana BLM dapat dikategorikan pada bidang
lingkungan, ekonomi dan sosial. Sasaran pemanfaatan BLM ditentukan berdasarkan
kebutuhan masing-masing penerima manfaat hasil identifikasi sebelumnya. Proporsi
penerima manfaat pada bidang lingkungan, ekonomi dan sosial secara keseluruhan.
Sedangkan penerima manfaat pada bidang sosial yang terdiri dari KK Miskin dan
Non Miskin terbagi pada tiga sub-komponen kegiatan, yakni; Santunan/hibah,
Peningkatan SDM, dan Lain-lain. Pada bidang ekonomi yang terdiri dari sub-komponen
industri rumah tangga, perdagangan, dan lain-lain. Dapat berupa penerima manfaat
bidang industri rumah tangga, jasa dan perdagangan.

Tabel I.2
Strategi Pencapaian Target Warga Miskin Sebagai Penerima Manfaat
TUJUAN STRATEGI KEGIATAN

(1) Menyediakan layanan akses secara langsung terhadap


sumberdaya infrastruktur kunci yang dibutuhkan
masyarakat (akses jalan, air & sanitasi, sekolah, pusat
kesehatan, pasar, dll) di kelurahan sasaran.
1. Meningkatkan (2) Membangun Infrastruktur di kelurahan sasaran dengan
pembangunan fisik
biaya pelaksanaan lebih murah daripada sarana
dan infrastruktur
infrastruktur yang dibangun melalui cara bukan dengan
sosial di daerah-
daerah sasaran, pendekatan berbasis masyarakat.
Meningkatka
(3) Melakukan evaluasi pembangunan infrastruktur
n kondisi sosial
mempunyai kualitas yang baik.
ekonomi
penduduk di (4) Melakukan pembangunan infrastruktur untuk keluarga
wilayah miskin menerima manfaat.
penugasan, 2. Meningkatkan (1) Memberikan dana bantuan social kepada keluarga
khususnya Kontribudsi Warga miskin.
Miskin dan
perempuan dan (2) Memberikan bantuan hibah sosial berkelanjutan
perempuan dalam
warga termiskin kepada kelurahan sasaran
pembangunan
masyarakat di (3) Melakukan Rekrutmen relawan di setiap
tingkat masyarakat kelurahan/desa
3. Memfasilitasi dan (1) Memberikan lapangan kerja bagi tenaga pengangguran
mendorong
terselubung,
pertumbuhan
ekonomi di (2) Meningkatkan jumlah pekerja terampil dan usaha
masyarakat mikro.
(3) Memberikan akses terhadap Keluarga miskin untuk
mendapatkan pinjaman kredit mikro.

IV-37
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

1. Memberikan (1) Internalisasi nilai-nilai dan prinsip-prinsip universal


penguatan Kapasitas (2) Pembelajaran penerapan konsep tridaya dalam
Lembaga penanggulangan kemiskinan
Keswadayaan (3) Penguatan akuntabilitas masyarakat
Masyarakat (4) Intervensi Program untuk melalui penciptaan situasi
(LKM/BKM) di dan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh
kelurahan di wilayah berkembangnya masyarakat madani,
sasaran untuk (5) proses pembelajaran masyarakat dalam mewujudkan
keberlanjutan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan berbasis
program nilai menuju terwujudnya lingkungan permukiman
yang tertata, sehat, produktif dan lestari.
(6) Pelatihan bagi BKM dan UP-UP
(7) Memfasilitasi BKM untuk menyusun program
pengembangan BKM selanjutnya

2. Memberikan (1) Pembelajaran kemitraan antara stakeholders strategis,


Membangun
penguatan kapasitas (2) Penguatan jaringan antar pelaku pembangunan.
kapasitas serta
kepada Kelompok (3) Penguatan lembaga masyarakat melalui pendekatan
keterampilan
swadaya masyarakat pembangunan bertumbu pada kelompok
masyarakat dan
(KSM) yang (4) Pelatihan bagi Relawan masyarakat dan KSM
pemerintah daerah
melakukan kegiatan
di masyarakat serta
dana pinjaman begulir
yang diberikan kepada
masyarakat
3. Kapasitas (1) Diseminasi dan sosialisasi program penanggulangan
Kelembagaan
kemiskinan kepada seluruh jajaran pemerintahan
Pemerintah Daerah
daerah dan masyarakat.
diperkuat untuk
mengelola dan (2) Mendorong terciptanya komunikasi interaktif antar
melaksanakan unsur Multipihak (stakeholders') dalam pengelolaan
Pemberdayaan PNPM PERKOTAAN di Daerah.
Masyarakat dan
Pengembangan (3) Peningkatan pemahaman substansi program
program, pemberdayaan, melalui pelatihan setiap SKPD pada
masing-masing Pemda

j. Strategi Pencapaian Target BKM Berdaya dan BKM Mandiri

PNPM Mandiri Perkotaan, dituntut mampu melahirkan gerakan masyarakat yang


bersinergi dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli lokal, sehingga program
penanggulangan kemiskinan dapat berjalan secara efektif, mandiri dan berkelanjutan.
PNPM Mandiri Perkotaan diperluas orientasinya dari “gerakan masyarakat” menjadi
“gerakan kemitraan” dalam upaya penanggulangan kemiskinan secara berkelanjutan.
PNPM Mandiri Perkotaan berupaya mengokohkan kelembagaan masyarakat, yang
bertujuan untuk menciptakan wadah organisasi yang mampu menjadi wadah perjuangan
kaum miskin dalam menyuarakaan aaspirasi dan kebutuhan mereka yang dalam istilah
generik disebut “Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)”
BKM diharapkan menjadi wadah organisasi yang mampu memperjuangkan
aspirasi dan kebutuhan warga miskin serta dapat menjalankan amanah kepercayaan
dengan dilandasi dengan ketulusan dan keiklasan serta semangat yang kuat untuk
mengelola dengan baik. Akhirnya BKM sebagai penggerak modal sosail dimasyarakat
dalam rangka penanggulangan kemiskinan.
IV-38
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

Hal yang diperlukan dalam keberlanjutan program adanya sinkronisasi berabagi


pihak untuk komitment dalam penanggulangan kemiskinan khususnya menyamakan visi
dan misi, serta pembagian peran dan tugas yang jelas dengan diiringi semangat bersama,
sehingga penanggulangan kemiskinan dari gerakan masyarakat menjadi gerakan moral
bersama dalam peanggulanagn kemiksinan
Modal sosial dan trust yang sudah terbangun selama ini baik di tingkat masyarakat
dan pemerintah daerah maka perlu upaya pelembagaan siklus program pembangunan
partisipatif.
Kelembagaan masyarakat (LKM/BKM) yang sudah terbangun perlu mendapatkan
dukungan kebijakan secara nasional dalam rangka mempertahankan eksistensinya.
Untuk keberlanjutan program kedepan, maka KMW perlu menyusun action plan
dan mengkoordinasikan, yang memastikan Pemda mengaloksikan dana BOP tiap tahun
anggaran pada tingkat kabupaten/kota, kecamatan/PJOK dan Kelurahan, disesuaikan
dengan jenis-jenis kegiatan PNPM PERKOTAAN pada tiga tingkatan tersebut.
Untuk Keberlanjutan program sebagai gerakan moral penanggulangan kemiskinan
dan upaya channeling (memasyaratkan PJM Pronangkis kelurahan/desa) maka fasilitator
harus memfasilitasi BKM dalam rangak melakukan revisi terhadap PJM yang dimluai
dengan revisi Pemetaan swadaya khususnya KK miskin dengan melihat kembali kriteria
kemiskinan yang telah ditetapkan, agar tidak terjadi tumpang tindih penerima manfaat
dan penerima manfaat tepat sasaran.
Belajar dari pengalaman tersebut, maka sangat penting stategi sosialiasasi secara
efektif, karena selama ini proses sosialisasi hanya sebatas pada menyampaian dan
penyebarluasan informasi proyek saja oleh para penyelenggaran bukan suatu proses
internalisasi sosial atau penyadaran masyarakat terhadap visi dan misi program dalam
meningkatkan keswadayaan masyarakat dalam mengelola potensi yang ada untuk
penanggulangan kemiskinan atau belum terjadinya transformasi nilai dan norma secara
baik kepada pelaku pembangunan maupun kepada masyarakat.

Tabel I.3.
Strategi Pencapaian BKM Berdaya dan BKM Mandiri
TUJUAN STRATEGI KEGIATAN
Membangun 1. Mendapatkan gambaran  Stake-holder analisis di tingkat kelurahan
kepedulian seluruh awal tentang para pelaku  Survey tingkat pengetahuan warga kelurahan
masyarakat warga di masing-masing terhadap program PNPM PERKOTAAN
kelurahan untuk kelurahan sasaran dan  Survey persepsi masyarakat, aparat kelurahan, dan
terlibat aktif dalam kondisi kepedulian mereka lembaga lainnya tentang PNPM PERKOTAAN dan
program PNPM terhadap PNPM peran mereka
PERKOTAAN di PERKOTAAN
tingkat Kelurahan 2. Menjadikan PNPM  Penyebarluasan informasi komprehensif (melalui
sesuai peran dan PERKOTAAN sebagai bahan cetakan) di tingkat Kelurahan dan rembug-
fungsinya bagian agenda publik di rembug warga
tingkat kelurahan
3. Meluruskan kesalah-  Penyebarluasan informasi (bahan cetakan) di
pahaman masyarakat, tingkat Kelurahan yang menekankan upaya
aparat kelurahan, lembaga meluruskan berbagai anggapan yang salah
lain dan warga miskin  Penjelasan melalui kunjungan langsung kepada
tentang PNPM lurah, tokoh masyarakat, BPD/LPM, yang
IV-39
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

TUJUAN STRATEGI KEGIATAN


PERKOTAAN dan peran menekankan pada upaya meluruskan berbagai
mereka anggapan yang salah
 Penjelasan melalui rembug warga khusus bagi
warga miskin yang menekankan pada upaya
meluruskan berbagai anggapan yang salah
1. Meningkatkan apresiasi  Penyebarluasan informasi melalui media cetak dan
masing-masing kelompok rembug-rembug warga yang menekankan pada
pelaku terhadap berbagai manfaat yang didapat bila seluruh warga mau
manfaat yang didapat bila terlibat aktif dalam pembentukan dan pengawasan
Mendorong masing- menjalankan peran dan BKM
masing kelompok fungsi seperti yang  Penyebarluasan informasi melalui media cetak dan
pelaku di tingkat direkomendasikan oleh rembug-rembug warga yang menekankan pada
kelurahan/ desa PNPM PERKOTAAN kerugian yang didapat bila tidak mau terlibat aktif
menjalankan peran dalam pembentukan dan pengawasan BKM
dan fungsi seperti 2. Membantu masing-masing  Mendorong lurah untuk mengadakan rangkaian
yang kelompok pelaku rembug dengan BKM dan BPD/LPM agar
direkomendasikan mengatasi berbagai terbangun sinergi diantara mereka
oleh PNPM kendala yang menghambat  Pelatihan bagi relawan, BKM, UPK, dan KSM
PERKOTAAN mereka menjalankan peran  Pendampingan kepada Lurah, BKM, UPK, dan KSM
dan fungsi yang dalam melakukan perencanaan, implementasi,
direkomendasikan PNPM monitoring dan evaluasi sesuai dengan peran dan
PERKOTAAN fungsi masing-masing seperti yang
direkomendasikan PNPM PERKOTAAN
 Pendampingan kepada aparat kelurahan,
BKM/UPK, KSM, dalam melakukan self-postaction
evaluation sebagai bagian dari siklus belajar praktis
Meningkatkan untuk menemukan pola penanggulangan
peluang masing- kemiskinan yang berkelanjutan di tingkat lokal
masing kelompok  Mendorong BKM membangun sistem informasi
pelaku di tingkat 1. Penguatan kelembagaan manajemen dan monitoring/evaluasi PNPM
Kelurahan/ desa PNPM PERKOTAAN di PERKOTAAN yang berkelanjutan BKM
memelihara peran tingkat Kelurahan/ desa  Pelatihan/ lanjutan bagi BKM, UPK, dan relawan
dan fungsi barunya untuk dapat memfasilitasi KSM-KSM
secara  Mendorong BKM menyelenggarakan pelatihan-
berkelanjutan pelatihan bagi KSM-KSM
 Mendorong BKM memperkuat jaringan kerjasama
dengan pelaku pembangunan lainnya di tingkat
Lokal
 Mendorong BKM menyebarluaskan secara periodik
ke masyarakat warga tentang keberhasilan maupun
persoalan yang ada di BKM
 Mendorong dan memastikan dilaksanakannya
2. Memperkuat fungsi kontrol audit dan rapat tahunan secara benar
sosial dari masyarakat  Mendorong BKM mengembangkan layanan
warga kelurahan/ desa pengaduan masyarakat yang mudah di akses
masyarakat dan cepat tanggap di BKM maupun
kelurahan
 Membangun mekanisme penyelesaian konflik yang
berkelanjutan di tingkat Lokal
 Mendorong BKM menyebarluaskan informasi
secara tentang keberhasilan KSM-KSM binaannya
3. Mengembangkan sistem
penghargaan (rewards) di
 Mendorong BKM mengembangkan sistem
penghargaan bagi KSM-KSM berprestasi
tingkat Kelurahan/ desa
 Memfasilitasi BKM untuk menyusun program
pengembangan BKM selanjutnya

IV-40
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

k. Peningkatan Peran Pemerintah Daerah

Kemiskinan di Indonesia saat ini, merupakan bagian dari kompleksitas


permasalahan bangsa di tengah-tengah masa transisi perubahan yang cepat dan kondisi
ekonomi yang penuh ketidakpastian dalam skala global. Dalam kondisi ketergantungan
yang tinggi terhadap pinjaman luar negeri saat ini, maka upaya penanggulangan
kemiskinan di Indonesia -apapun bentuknya- perlu disertai dengan proses membangun
kesadaran nasional dan sikap mandiri, di jajaran aparatur Pemerintah Daerah maupun
masyarakat melalui pendekatan pemberdayaan Daerah dan masyarakat.
Perkembangan pemikiran dan tuntutan reformasi disegala bidang
penyelenggaraan negara, telah menciptakan cara pandang atau paradigma baru
pembangunan daerah. Pada prinsipnya, paradigma baru ini mengandung 3 spirit :
otonomi daerah, good governance, dan pemberdayaan masyarakat. Dengan spirit ini,
secara filosofis, pergeseran telah terjadi dalam persepsi pusat melihat daerah atau daerah
melihat masyarakat, yaitu dari "membangun daerah menuju daerah membangun" dan dari
"membangun masyarakat menuju masyarakat membangun".
Peran Pemerintah Daerah (Pemda) diartikan sebagai kedudukan Pemerintah
Daerah sesuai dengan kewenangannya di dalam konteks hubungan atau permasalahan
tertentu. Dalam hal ini, adalah konteks penanggulangan kemiskinan pada umumnya dan
dalam PNPM Mandiri Perkotaan khususnya.
Peran Daerah dalam penanggulangan kemiskinan, mutlak diperlukan pada masa
otonomi daerah saat ini, sejauh upaya-upaya yang dilakukan terkait dengan kewenangan
wajib Daerah Otonom Kabupaten/Kota. Dalam konteks ini, peran DPRD dan komponen
Multipihak (stakeholders) lainnya perlu diperhitungkan. Melalui forum-forum interaksi,
mekanisme optimalisasi peran ini secara proporsional dapat dibangun dan dikembangkan
lebih lanjut.

Sebagaimana amanat konstitusi, fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara


oleh negara, mengisyaratkan adanya kewajiban dan tanggung jawab negara melalui
pemerintah untuk terus mendorong berbagai upaya penanggulangan kemiskinan. Dalam
hal ini, seluruh tingkat dan jajaran di Pusat hingga di desa/kelurahan. Mengingat proses
yang digunakan sebagai basis sistem penanggulangan kemiskinan dilakukan melalui
pemberdayaan masyarakat, maka prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat inipun harus
dapat dipedomani dalam skenario manajemen program-program penanggulangan
kemiskinan, sesuai dengan paradigma baru dalam pembangunan berkembang yaitu
"Daerah membangun dan Masyarakat membangun". Artinya, bagaimana Daerah dan
masyarakat diberdayakan.
Ada tiga komponen dalam pemberdayaan sebagai suatu proses yang perlu
diperhatikan, yaitu: pemampuan, pemberian tanggung jawab, dan pelibatan. Dengan
demikian apabila kita hendak memberdayakan masyarakat, maka kita perlu

IV-41
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

memampukan masyarakat, memberikan tanggung jawab yang jelas kepada masyarakat,


dan melibatkan dalam pengelolaan upaya penanggulangan kemiskinan tersebut secara
proporsional. Sementara itu, perlu dilakukan upaya memberdayakan Pemerintah Daerah
dalam mempercepat penanggulangan kemiskinan melalui pemampuan Pemda, pemberian
tanggung jawab yang jelas, dan pelibatan dalam pengelolaannya sesuai dengan
kewenangannya.
Hak-hak masyarakat diharapkan dapat dipenuhi dan peran Pemda ataupun pilar
lainnya dapat ditempatkan secara proporsional. Hakekat dari pemberdayaan masyarakat
adalah upaya untuk menjamin hak-hak masyarakat dalam mengatur hidupnya, dan
mendorong pemerintah untuk melindungi dan memfasilitasi masyarakat dalam
memperoleh hak-haknya (hak sosial, ekonomi, dan politik). Untuk inilah peran Pemda
dibutuhkan untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi masyarakat untuk memperoleh
atau memanfaatkan hak-hak tersebut.
Dalam konteks penanggulangan kemiskinan melalui PNPM Mandiri Perkotaan,
sesuai dengan kewenangannya, peran Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat secara
lebih tajam ditingkatkan dalam hal pengelolaan program penanggulangan kemiskinan
daerah antara lain :
1) Penyerasian program-program penanggulangan kemiskinan di Daerah dengan
PNPM Mandiri Perkotaan khususnya untuk mewujudkan keserasian kebijakan
Pusat di Daerah dan kebijakan Daerah, sesuai dengan dokumen-dokumen
perencanaan pembangunan daerah dan dokumen-dokumen proyek yang ada.
2) Diseminasi dan sosialisasi program penanggulangan kemiskinan melalui PNPM
Mandiri Perkotaan kepada seluruh jajaran pemerintahan daerah dan masyarakat.
3) Mendorong terciptanya komunikasi interaktif antar unsur Multipihak
(stakeholders') dalam pengelolaan PNPM PERKOTAAN di Daerah.
4) Koordinasi, supervisi dan pelaporan terhadap kinerja pelaksanaan program,
termasuk kinerja konsultan pendamping sesuai dengan mekanisme berjenjang.
5) Pengembangan perluasan dan replikasi program dalam ruang lingkup wilayah
kerja dan kewenangan masing-masing Kab/Kota.
6) Menyediakan Management Support Sistem (MSS) untuk mendukung kelancaran
program dalam bentuk penyediaan dana Pembinaan dan Administrasi Proyek
(PAP) atau Biaya Operasional Proyek (BOP), membantu pemecahan masalah, dan
proses legalisasi yang diperlukan (SK PJOK, pembentukan Tim Koordinasi, dll),
pembentukan serta peningkatan kapasitas manajemen Pemda.
Untuk memenuhi hak sosial masyarakat, Pemerintah Daerah perlu mendorong
untuk menumbuhkembangkan kelembagaan partisipasi masyarakat dan akses pelayanan
sosial dasar (kesehatan, pendidikan, air bersih dan sanitasi, serta kebutuhan sosial
lainnya). Untuk memenuhi hak ekonomi masyarakat, Pemda perlu meningkatkan akses
masyarakat pada sumber-sumber pendapatan yang memungkinkan menopang kehidupan
yang layak. Dalam hal ini, perluasan lapangan kerja dan produktivitas masyarakat,
menjadi prioritas penanganan. Untuk memenuhi hak-hak politik masyarakat, Pemda
perlu melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan publik secara
IV-42
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

proporsional melalui media komunikasi publik, konsultatif, maupun mekanisme interaksi


yang tepat. Guna mendukung semua upaya ini, maka Pemerintah Daerah perperan
menyediakan prasarana/sarana dasar, regulasi, dan fasilitasi yang memadai sesuai dengan
aspirasi masyarakat dan kemampuan Pemda setempat.
Disadari sepenuhnya, dalam kondisi keuangan Pemda saat ini, peran tersebut
belum dapat dimainkan secara optimum. Oleh sebab itu, bantuan investasi dalam bentuk
program-program penanggulangan kemiskinan melalui PNPM PERKOTAAN ini menjadi
penting bagi Pemerintah daerah. Namun demikian, ke depan Pemda harus berupaya
untuk dapat melakukannya sendiri dengan kewenangan otonomnya, yang dalam
pelaksanaannya dibantu oleh pemerintah pusat maupun propinsi. Demikian juga kelak,
idealnya masyarakat harus mampu memecahkan permasalahannya sendiri, dengan
fasilitasi Pemerintah Daerah setempat.
Dukungan pemerintah daerah dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di
masing-masing daerah maka diperlukan upaya-uapaya sebagai berikut:
1) Diperlukan keterlibatan Pemda dalam penentuan
lokasi sasaran, khususnya dasar penetapan KK miskin dan jumlah penduduk.
2) Kebutuhan Alokasi Budget dengan Plafound dana
BLM masing-masing lokasi sering tidak sesuai hal ini mengakibatkan
kekurangan atau kelebihan DIPDA yang ada
3) Proses pengiriman surat terkait dengan
penganggaran daerah untuk menyediakan DDUB sering terlambat sehingga
diperlukan ketepatan waktu pihak Pusat dengan proses waktu daerah dalam
menetapkan anggaran
4) Dalam perhitungan anggaran perlu dibahas secara
detail sesuai dengan pentahapan dan realisasi dana yang sudah dicairkan tahun
sebelumnya sehingga tidah terjadi kesalahan
5) Untuk peningkatan kapasitas pemerintah daerah
dalam kaitannya dengan pemahaman substansi program pemberdayaan, maka
perlu melakukan pelatihan setiap SKPD/lembaga pada masing-masing Pemda.
Memperhatikan peran Daerah tersebut, maka pola pendampingan yang diterapkan
dalam program PNPM PERKOTAAN, seyogianya tidak hanya ditumpukan kepada para
konsultan, tapi keikutsertaan aparat pemerintah daerah selaku administrator
pembangunan di daerahnya perlu diposisikan secara lebih proporsional sejalan dengan
semangat dan nuansa otonomi daerah.
Untuk meningkatkan Kapasitas dan Peran Pemerintah Daerah dalam mendukung
Program Penanggulangan kemiskinan si masing-masing wilayahnya, dapat dilakukan
melalui strategi dan kegiatan sebagai berikut:
Tabel I.4.
Strategi Penguatan Kapasitas Pemerintah Daerah

TUJUAN STRATEGI PROGRAM


Membangun 1. Mendapatkan gambaran  Stake-holders analisis di tingkat kota/kabupaten
kepedulian awal tentang para pelaku di  Survey tingkat pengetahuan masyarakat kota/
IV-43
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

masing-masing kabupaten terhadap program PNPM PERKOTAAN


kota/kabupaten dan  Survey persepsi masyarakat, TKPP kota/kabupaten,
kondisi kepedulian mereka dan kelompok pemeduli tentang PNPM
terhadap PNPM PERKOTAAN dan peran mereka
PERKOTAAN
2. Menjadikan PNPM  Lokakarya orientasi di tingkat kota/Kabupaten dan
masyarakat luas
PERKOTAAN sebagai di tingkat Kecamatan
terhadap program
PNPM
bagian agenda publik  Penyebarluasan informasi melalui media masa di
kota/Kabupaten tingkat kota/Kabupaten.
PERKOTAAN di
tingkat Kota/kab 3. Meluruskan  Penyebarluasan informasi melalui media massa di
kesalahpahaman tingkat Kota/Kabupaten yang menekankan upaya
masyarakat luas, aparat meluruskan berbagai anggapan yang salah
Pemda dan kelompok  Penjelasan melalui kunjungan langsung kepada
pemeduli tentang PNPM TKPP Kota/Kabupaten.
PERKOTAAN dan peran
mereka
 Penyebarluasan informasi melalui media massa di
1. Meningkatkan apresiasi tingkat kota/kabupaten yang menekankan pada
masing-masing kelompok manfaat yang didapat bila masyarakat luas mau
pelaku terhadap berbagai menjalankan fungsi kontrol sosial terhadap proses
manfaat yang didapat bila pelaksanaan PNPM PERKOTAAN
menjalankan peran dan  Penyebarluasan informasi melalui media massa di
fungsi seperti yang tingkat Kota/kab yang menekankan pada kerugian
direkomendasikan oleh yang didapat bila masyarakat luas tidak
PNPM PERKOTAAN menjalankan fungsi kontrol sosial terhadap
Mendorong berbagai program pembangunan
masing-masing
 Pelatihan aparat Pemda agar dapat menjalankan
kelompok pelaku
peran dan fungsi seperti yang direkomendasikan
di tingkat kota/kab
PNPM PERKOTAAN
menjalankan peran
 Memfasilitasi Pemda kota/kab untuk
dan fungsi seperti
menyelenggara-kan rangkaian diskusi dengan
yang 2. Membantu masing-masing
pelaku PNPM PERKOTAAN di tingkat Kota
direkomendasikan kelompok pelaku
dengan pembina organisasi kemasyarakatan
oleh PNPM mengatasi berbagai
lainnya (LPM,BPD) untuk menghindari konflik dan
PERKOTAAN kendala yang menghambat
membangun sinergi
mereka menjalankan peran
dan fungsi seperti yang  Pendampingan kepada TKPP kota/kab, forum
direkomendasikan PNPM dalam melakukan perencanaan, implementasi,
PERKOTAAN monitoring dan evaluasi sesuai dengan peran dan
fungsi seperti yang direkomendasikan PNPM
PERKOTAAN
 Menyesuaikan proses pelaksanaan PNPM
PERKOTAAN dengan peluang dan berbagai
kendala di masing-masing kelurahan
Meningkatkan  Pendampingan kepada TKPP kota/kabupaten,
peluang masing- forum BKM dalam melakukan self-postaction
masing kelompok evaluation sebagai bagian dari siklus belajar praktis
pelaku di tingkat untuk menemukan pola pemberdayaan masyarakat
Kota/kabupaten miskin yang berkelanjutan
Memelihara peran  Mendorong Pemda dan forum BKM
1. Penguatan kelembagaan
dan fungsi barunya kota/kabupaten membangun sistem informasi
PNPM PERKOTAAN di
secara manajemen dan monitoring/evaluasi PNPM
tingkat Kota/kabupaten
berkelanjutan PERKOTAAN yang berkelanjutan di Pemda
maupun forum BKM kota/kabupaten
 Pelatihan/ lanjutan bagi aparat Pemda dan forum
BKM kota/kabupaten
 Mendorong para pelaku memperkuat jaringan
kerjasama yang ada
2. Memperkuat fungsi kontrol  Mendorong Pemda dan forum BKM
sosial dari masyarakat luas kota/kabupaten menyebarluaskan informasi
melalui media massa secara terus menerus ke
masyarakat luas tentang keberhasilan maupun
IV-44
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

kekurangan dalam pelaksanaan PNPM


PERKOTAAN
 Mendorong Pemda dan forum BKM membangun
mekanisme penyelesaian konflik.
 Mendorong Pemda dan forum BKM
kota/kabupaten menyebarluaskan informasi
melalui media massa tentang keberhasilan aparat
Pemda kota/kabupaten maupun forum BKM
3. Mengembangkan sistem (beserta kiat-kiatnya) dalam menjalankan peran
penghargaan (rewards) di dan fungsinya secara berkelanjutan
tingkat Kota/ kabupaten  Mendorong Pemda dan forum kota/kabupaten
mengembangkan sistem penghargaan bagi BKM-
BKM maupun KSM-KSM berprestasi
 Memfasilitasi Pemda dan forum kota/kabupaten
untuk menyusun proposal program paket

l. STRATEGI OPERASIONAL PENYIAPAN LOKASI PLPBK

Pengembangan komunitas tumbuh dari suatu cita-cita tentang bagaimana sebuah


masyarakat berfungsi secara harmonis dengan budaya aman, tertib, sehat dan bersih.
Pengembangan masyarakatnya dibangun sebagai suatu upaya untuk membantu
penghuninya bertanggung jawab, membangun hubungan-hubungan dengan komunitas
yang lebih luas, dan bahkan lingkungan permukiman mereka yang ramah, harmonis dan
serasi.
Anggota masyarakat membangun institusi komunitas dari sekumpulan relawan
yang membantu mereka mencapai aspirasi mereka dan secara bersamaan memperkuat
tatanan komunitas dengan saling mempererat anggota masyarakat yang lain.
Upaya pengembangan komunitas diharapkan dapat mencapai suatu kondisi
tatanan masyarakat yang mampu untuk mengelola dan menyelenggarakan pembangunan
sosial-ekonomi masyarakatnya, serta secara mandiri mampu mengelola pembangunan
lingkungan permukiman mereka dengan harmonis, (self governing community).
Dalam lingkungan permukiman dengan tatanan masyarakat seperti ini
(masyarakat madani), maka penanggulangan kemiskinan dapat lebih diyakini akan terus
menjadi proses pembangunan yang berkelanjutan. (sustainable development).
Dengan demikian visi kedepan dari suatu upaya penanggulangan kemiskinan di
perkotaan melalui proses transformasi sosial dari masyarakat miskin menuju masyarakat
madani. Khususnya dalam upaya Perbaikan Kualitas Lingkungan Permukiman untuk
mewujudkan Lingkungan Hunian Warga yang Aman, Tertib, Sehat, dan Bersih dapat
direncanakan dan dicapai dengan baik.
Berbagai upaya terus dilakukan untuk mendorong kemandirian dan kemitraan
masyarakat bersama pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan di perkotaan.
Upaya tersebut telah dan terus diupayakan di Indonesia melalui intervensi Program
Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) yang telah berjalan sejak tahun 1999.

IV-45
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

Adapun perwujudan dari upaya memperkuat dukungan pemerintah daerah dapat


dilakukan dengan upaya sebagai berikut:
1) Mendorong Pemerintah Kabupaten/Kota agar memberikan dukungan yang kuat dan
baik khususnya dalam penyediakan DDUB PNPM.
2) Bagi Pemerintah Kabupaten/Kota yang sedang atau telah melakukan Program
PAKET. Akan dilihat kinerja pelaksanaan kegiatan PAKET dari tahap persiapan,
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. Kegiatan penilaian dilakukan dengan
merujuk pada Data SIM PAKET 2010.
3) Untuk Pemerintah Kabupaten/Kota yang belum melaksanakan PAKET telah
menerapkan prinsip-prinsip kemitraan kegiatan PAKET. Kriteria dan indikator yang
perlu dinilai, diantaranya adalah:
(a) Kemitraan yang dilakukan dalam bentuk sharing program
(b) Penyusunan program dilakukan dan disepakati bersama antara Pemerintah
Kabupaten/Kota dengan masyarakat melalui panitia Kemitraan atau sejenisnya
(c) Adanya MOU Kemitraan Pemerintah Kabupaten/Kota dengan masyarakat/BKM
(d) Jumlah Penerima manfaat, nilai sharing dana Pemda dan Swadaya masyarakat
setara kegiatan PAKET.
(e) Program-program kemitraan lebih diutamakan pada program peningkatan
kualitas lingkungan permukiman.
4) Mengupayakan agar Pemerintah Kabupaten/Kota yang telah melaksanakan PAKET
dapat memenuhi 4 Indikator SIM PAKET :
a. Minimal 30% Anggota Pokja adalah Perempuan
b. Adanya keterlibatan anggota BKM dalam Pakem
c. Ada kegiatan PAKET antar kelurahan
d. Penyediaan dana pendamping APBD 50% (dpt dibuktikan di DIPDA)

Institusi komunitas yang anggotanya terdiri dari sekumpulan relawan yang membantu
mereka mencapai aspirasi mereka dan secara bersamaan memperkuat tatanan komunitas
dengan saling mempererat anggota masyarakat yang lain. Upaya pemberdayaan
komunitas juga membangun kepemimpinan dan menghubungkan masyarakatnya pada
berbagai sumberdaya. Langkah awal yang perlu dilakukan antara lain:
1) Mendorong sebanyak mungkin agar LKM/BKM memiliki kinerja Baik (sesuai Data
SIM PNPM MP) :
(a) Pemilu BKM tingkat basis, diikuti 30 % penduduk dewasa
(b) Kinerja sekretariat BKM sangat baik (6 bulan berturut-turut)
(c) Kinerja UPK minimal memadai tanpa PAR (6 bulan berturut-turut)
(d) Kinerja pinjaman bergulir ( LAR, PAR, CCR dan ROI) minimal (6
bulan berturut-turut)

IV-46
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

(e) Telah melakukan audit keuangan BKM, dengan hasil wajar tanpa
syarat (1 tahun sebelumnya)
(f) Kinerja Kelembagaan BKM minimal ’Mandiri’ (hasil review tahun
sebelumnya).
2) Melakukan pendataan dan pemetaan lokasi yang memiliki potensi ekonomi dan
sosial serta persoalan-persoalan lingkungan yang perlu diselesaikan. Persoalan-
persoalan lingkungan yang perlu diidentifikasi, diantaranya adalah: Lingkungan
permukiman kumuh, kerusakan bantaran sungai akibat pembangunan permukiman,
indikasi dampak negatif kerusakan lingkungan akibat perkembangan kegiatan
industri, daerah-daerah potensi banjir dan kawasan-kawasan rawan bencana.
Untuk dapat Proses penilaian untuk memperoleh Calon Potensial untuk
mendapatkan program ND, maka perlu dibentuk panitia seleksi di tingkat provinsi.
Panitia terdiri dari unsure pemerintah daerah dan unsure konsultan pendamping

1) Memfasilitasi Pembentukan Tim seleksi ND di tingkat Propinsi oleh SNVT PBL


Propinsi yang beranggotakan terdiri dari: Satker PBL Propinsi, TKPKD dan KMW
(TL dan Korkot ). Tim Seleksi Provinsi ini akan melakukan proses Seleksi dan
menyusun Ranking/Long List provinsi Calon Potensial yang diajukan oleh Korkot
dan Pemda Kota/Kabupaten untuk diberikan undangan pembuatan Proposal Minat
kepada calon lokasi Kelurahan yang terseleksi.
Proses penilaian untuk memperoleh Calon Potensial adalah :
(a) Perangkingan BKM di masing-masing kota/kabupaten dengan menggunakan
kriteria BKM Berdaya.
(b) Konsolidasi proses penilaian dan perangkingan dengan Pemerintah daerah
Kota/Kabupaten setempat.
(c) Memilih 5 sd 7 BKM dimasing-masing Kota/kabupaten dengan rangking
tertinggi untuk menjadi calon potensial..
2) Pembuatan Proposal Minat bagi Kelurahan Potensial dari hasil penilaian Tim Seleksi
Propinsi dilakukan sebagai berikut :
a) Tim Korkot dan Pemda Kota/Kabupaten diharapkan dapat mendampingi BKM
& Kelurahan dalam Penyusunan Proposal Penyusunan proposal minat oleh
BKM/Kelurahan
b) Penyiapan surat dukungan Pemda Kota/Kabupaten. Pemda Kota/Kabupaten
juga mulai mempersiapkan pembentukan Tim Teknis yang akan bekerja saat
Kota/Kabupaten terpilih sebagai penerima PLPBK.
3) Tim Seleksi Provinsi melakukan proses Seleksi /penilaian Proposal minat yang
masuk dari kelurahan/BKM potensial dengan indikator sebagai berikut :
a) Penilaian terhadap Kelengkapan Administratif Proposal berupa :
 Surat minat dan kesiapan dari BKM dan kelurahan untuk mendapatkan
program PLPBK
 Surat Pernyataan kesiapan dan komitmen Pemerintah Daerah di tingkat
Kota/Kabupaten, untuk mendukung program PLPBK (proses perencanaan,

IV-47
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

pelaksanaan hingga pengendalian dan pengawasan serta kesanggupan


mempersiapkan Tim Teknis PLPBK). Surat Pernyataan dan komitmen ini
dapat ditandatangani oleh Ka Bappeda/Bapeda atau Ka. Dinas PU (TKPP).
b) Penilaian terhadap Kelengkapan Teknis Proposal yang difokuskan pada :
 Deskripsi persoalan – persoalan dan permasalahan pembangunan
lingkungan (Lengkapi dengan PETA).
 Deskripsi potensi SDA, SDM dan peluang-peluang pengembangan
Kelurahan serta kompleksitas kelurahan / kawasan lingkungan
permukiman (Lengkapi dengan PETA).
 Gagasan pengembangan kelurahan.
c) Penilaian berdasarkan verifikasi lapangan.
Proses seleksi lapangan dilakukan untuk lokasi-lokasi yang diverifikasi, dan
diusulkan berdasarkan proposal yang telah diterima dan dinilai oleh Tim
Seleksi Propinsi serta telah memenuhi tahap seleksi evaluasi administrasi dan
teknis dengan penilaian kualitatif survey lapangan dan wawancara, dengan
melaksanakan kunjungan lapangan, berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah
setempat serta pengurus BKM di lokasi usulan.
4) Tim Seleksi Provinsi melakukan perangkingan terhadap hasil penilaian proposal dan
verifikasi lapangan dalam bentuk SHORT LIST Lokasi yang akan diserahkan kepada
Tim Seleksi Nasional.

m. Strategi Meningkatkan Optimalisasi Realisasi PJM Pronangkis melalui


Keswadayaan Masyarakat dan Kemitraan Pemda

Untuk mewujudkan BKM sebagai wadah gerakan komunitas menjadi gerakan


bersama dalam upaya penanggulangan kemiskinan tersbut, maka diperlukan upaya
penguatan peran masing-masing pelaku, perlu adanya kontribusi peran Pemda maupun
kelompok peduli dan rangka mendukung pemampuan peran dan keberdayaan masyarakat
sebagai pelaku utama pembangunan dan terjadinya sinergi kebersamaan yang dilandasi
kepentingan yang sama yakni peningkatan kesejahteraan masyarakat
Harapa kedepan, upaya penanggulangan kemiksinan dapat dijalankan oleh
masyarakat sendiri secara mandiri dan berkelanjutan dan melalui BKM ini diharapkan
merupakan motor penggerak dalam melembagakan dan membudayakankembali nilai-
nilai kemanusiaan dan kemasyarakatan sebagai nilai utama yang melandasi aktivitas
peanggulangan kemiskinan di kelurahan atau wilayahnya dan diwujudkandalam gerakan
masyarakat.
Keberadaan BKM sebagai lembaga yang mengakar belum begitu diakui oleh
masyarakat dilihat dari partisipasi capaian kegiatan, demikian juga belum diimbangi
penguataannya oleh prakasa dan dukungan yang memadai dari pelaku pembangunan
lokal seperti Pemerintah daerah, LSM maupun swasta. Hal ini dalapat terlihat bahwa
belum teruwujdnya kerjasama dan gerakan sinergis antara pelaku pembangun
(masyarakat, Pemerintah, pengusaha dan kelompok peduli) dalam penanggulangan
kemiskinan.
IV-48
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

Sedangkan pada tingkat pemda, secara umum belum mengakui keberadaan dan
keberdayaan BKM dalam penanggulangan kemiskinan, bahkan dengan adanya BKM maka
jalur birokasi melalui aparat dilewati (khususnya penyaluran dana BLM). Sedangkan
keterlibatan lurah belum dilibatkan dalam proses pengelolaan, inilah yang menyebabkan
BKM belum mendapatkan dukungan yang memadai . dan memang diakui bahwa PNPM
Perkotaan didesain untuk meminimalkan peran pemerintah lokal dalam proses-proses
pengambilan keputusan maupun penyaluran dana ke masyarakat, dan hampir sebagain
besar proses pemberdayaan dialami langsung di lingkungan masyarakat.
Sebagai motor penggerak program penanggulangan kemiskinan di wilayahnya,
maka BKM harus memiliki kemampuan dan upaya sebagai berikut:
a) Mendorong integrasi dan sinergi program-program pemberdayaan ke dalam PNPM
Mandiri yang bertumpu pada keunggulan daerah. Integrasi dan sinergitas PNPM
Mandiri dapat berbasis : Desa Wisata, Kawasan Konservasi, Kawasan Perikanan dan
Pesisir, Desa Mandiri Pangan, Kawasan Perbatasan, dsb.
b) Mendorong SKPD sektoral (PNPM-Penguatan) diarahkan melaksanakan kegiatannya
di lokasi PNPM-inti/PNPM MP yang membutuhkan kegiatan sektor dengan mengacu
kepada hasil perencanaan partsipatif masyarakat .
c) PNPM Mandiri Perkotaan (dengan dana BLM-nya) dan SKPD diharapkan
menggunakan dan mengembangkan secara optimal kelompok-kelompok masyarakat
sebagai unit pelaksana kegiatan yang telah ada.
d) SKPD harus memanfaatkan kelembagaan masyarakat yang dibentuk PNPM-
Inti/PNPM MP seoptimal mungkin, dengan mensinergikan kelompok masyarakat
binaannya yang sudah terbentuk sebelumnya dengan kelembagaan masyarakat
bentukan PNPM-Inti.
e) Sebagai pilot integrasi PNPM Mandiri perlu didorong dan meningkatkan Akses
Channellng BLM bidang Sektor ke-Cipta Karya-an kepada LKM/BKM, melalui “Scale
up” Program infrastruktur masyarakat (Neighbourhood Development, Drainase,
serta lingkungan permukiman lainnya) maupun Program infrastruktur rumah tangga
(Sanitasi, Air Minum, Persampahan, dll) serta akses program-program sektoral
lainnya (KUR, CSR, Pemda dll).
f) Perlu best practices integrasi program-program pemberdayaan masyarakat ke dalam
PNPM Mandiri di beberapa lokasi sebagai bahan penyusunan Pedoman Integrasi
Program-program PNPM Mandiri.

IV-49
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

1.4.2 Pengorganisasian Pelaksanaan Kegiatan

Pengorganisasian pelaksanaan kegiatan di wilayah KMW Regional-1,


dikembangkan serta disesuaikan berdasarkan atas ketentuan tentang pengaturan
pengelolaan kegiatan yang diberikan oleh pihak Ditjen Cipta Karya, Departemen PU
serta telah dijelaskan dalam KAK/TOR penugasan untuk KMW PNPM Mandiri Perkotaan.
Pengaturan tentang pengelolaan kegiatan mencakup beberapa aspek penting,
yang meliputi: (i) pola pengorganisasian perwilayahan secara efektif, (ii) pola
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi bantuan teknis secara optimal, serta (iii)
kerangka koordinasi dan pengendalian substansi kegiatan secara efisien. Dalam
operasionalisasi kegiatan, 3 (tiga) aspek tersebut telah diakomodasi dan
dikonsolidasikan dalam bentuk pengorganisasian secara terstruktur serta dilengkapi
dengan mekanisme dan prosedur internal yang jelas dan baku.
Pelaksanaan pendampingan PNPM – MP 2009 pada OC I terdiri dari Program
Director yang dibantu oleh National Trainer untuk melakukan kordiunasi dan
pengendalian, dan dilakukan dengan menganut sistim desentralisasi, dimana setiap
provinsi bertanggungjawab penuh terhadap pelaksanaan kegiatan. Pada masing
provinsi, Team Leader dibantu oleh beberapa Tenaga Ahli dengan spesialis yang
berbeda, diantaranya adalah untuk : Monitoring & Evaluasi, Manajemen Data, Capasity
Building, Mikro Keuangan, Infrastruktur, Assisten Trainer, Sub-Proff Administrasi, dan
Sub-Proff Financial.
Secara menyeluruh, struktur organisasi pelaksanaan KMW Regional-1 disusun
berdasarkan pada pendekatan tersebut di atas; dan diilustrasikan dalam Gambar-4.1
untuk tingkat Regional dan Gambar-1.4 untuk tingkat Provinsi.

IV-50
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

GAMBAR - I.4
STRUKTUR ORGANISASI OVERSIGHT CONSULTANT REGION - 1
(PROVINSI ACEH, SUMUT, SUMBAR, RIAU, KEPRI)

MANAJEMEN
KONSORSIUM

PROGRAM
DIRECTOR

NATIONAL TRAINER
OFFICE MANAGER

TEAM LEADER TEAM LEADER TEAM TEAM LEADER TEAM


PROVINSI PROVINSI LEADER PROVINSI LEADER
ACEH SUMUT PROVINSI RIAU PROVINSI
SUMBAR KEPRI

TENAGA AHLI TENAGA AHLI TENAGA AHLI TENAGA AHLI TENAGA AHLI
DAN SUB- DAN SUB- DAN SUB- DAN SUB- DAN SUB-
PROF PROF PROF PROF PROF

KORKOT DAN KORKOT DAN KORKOT DAN KORKOT DAN KORKOT DAN
ASKORKOT ASKORKOT ASKORKOT ASKORKOT ASKORKOT

TIM TIM TIM TIM TIM


TIM TIM TIM TIM TIM
FASILITATO FASILITATO FASILITATO FASILITATO FASILITAT
FASILITATOR
FASILITATOR FASILITATOR FASILITATOR FASILITATOR
R R R R OR

MASYARAKAT DAN RELAWAN

IV-51
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

GAMBAR - I.2 STRUKTUR ORGANISASI KMW PROVINSI

TEAM LEADER
Team Kendali Mutu
(Quality Control)

KMW PROPINSI
PT. Surya Abadi Konsultan

TENAGA AHLI INTI OFFICE MANAGER

MONITORING,
CAPACITY BUILDING Evaluating, SEKRETARIS
MICRO FINANCE SPECIALIST REPORTING
SPECIALIST SPECIALIST

OPERATOR KOMP PEMB.KUAN SECURITY


COMMUNITY DRIVER
Subprof Finance INFRASTRUSCTURE Subprof Admin
SPECIALIST SUPPORTING STAFF

Koordinator Koordinator Koordinator Koordinator Koordinator


Kota Kota Kota Kota

Supporting staf Supporting staf Supporting staf Supporting staf Supporting staf

Tim Fasilitator Tim Fasilitator Tim Fasilitator Tim Fasilitator Tim Fasilitator
SF, FS FT, FE SF, FS FT, FE SF, FS FT, FE SF, FS FT, FE SF, FS FT, FE
Tim Fasilitator

IV-52
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

Berdasarkan pengaturan struktur organisasi OC-1, seperti diagram tersebut di


atas, selanjutnya dapat ditetapkan peran dan fungsi dari setiap elemen pelaku yang ada
dalam struktur organisasi tersebut; terkait implementasi bantuan teknis dan manajemen
untuk PNPM Mandiri Perkotaan di lingkup wilayah penugasan.
Uraian berikut memberikan penjelasan dan rangkuman tentang peran dan fungsi-
fungsi pokok dari setiap elemen utama yang ada dalam struktur organisasi KMW
Regional-1:
(1) Program Director, berperan dalam memberikan dukungan kepada Tim KMW
Regional-1 dan seluruh elemen yang ada di dalamnya; dengan fungsi-fungsi
pokoknya adalah melakukan koordinasi dan pengendalian kepada seluruh Team
Leader dan Tenaga Ahli di tingkat Provinsi.
(2) Team Leader dan Tenaga Ahli di tingkat Provinsi, berperan dalam memberikan
fasilitasi/pendampingan kepada Pemerintah di tingkat Provinsi; dengan fungsi-fungsi
pokoknya adalah melakukan pembangunan/penguatan kapasitas Pemprov dan
operasionalisasi program tingkat Provinsi serta melaksanakan pengendalian dan
pengembangan kapasitas terhadap Koordinator Kota, didukung dengan pelaksanaan
supervisi minimal terhadap 3% dari jumlah Kelurahan dampingan per siklus kegiatan.
(3) Koordinator Kota dan Askorkot, berperan dalam memberikan fasilitasi/pendampingan
kepada Pemerintah di tingkat Kota/Kabupaten; dengan fungsi-fungsi pokoknya
adalah melakukan pembangunan/penguatan kapasitas Pemkot/Kabupaten dan
operasionalisasi program tingkat Kota/Kabupaten serta melaksanakan pengendalian
dan pengembangan kapasitas terhadap Fasilitator, didukung dengan pelaksanaan
supervisi minimal terhadap 50% dari jumlah Kelurahan dampingan per siklus
kegiatan.
(4) Tim Fasilitator dan Fasilitator, berperan dalam memberikan fasilitasi/pendampingan
kepada Pemerintah Kelurahan; dengan fungsi-fungsi pokoknya adalah melakukan
pembangunan/penguatan kapasitas Aparat Kelurahan maupun Masyarakat dan
operasionalisasi program tingkat Masyarakat serta melaksanakan pengendalian dan
pengembangan kapasitas terhadap BKM/UP/Relawan/KSM, didukung dengan
pelaksanaan supervisi terhadap seluruh (100%) jumlah Kelurahan dampingan per
siklus kegiatan.

Bekerjasama
dengan
IV - 53
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

4.1 Uraian dan Jadwal Penugasan Personel

Berdasarkan kebutuhan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Perkotaan,


semua personil Ocersight Consultant Regional-1 melaksanakan tugas penuh, yaitu 22
(dua puluh dua) bulan. Ini terkait dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Perkotaan berhubung dgn putaran-program besar kebutuhan dalam setiap tahap
memerlukan keterlibatan penuh dari personil membantu sebagai konsultan. Dengan
demikian perusahaan akan sepenuhnya memobilisasi mereka.
Komposisi tim dan detail assignation tasking serta jadwal yang jelas digambarkan
dalam Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.

Bekerjasama
dengan
IV - 54
LAPORAN PENDAHULUAN
Oversight Consultant Regional-1

Tabel 4.8.
Jadwal Penugasan Tenaga Ahli di Wilayah OC-1

Month
NO. POSITION NAME
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

I PROFFESIONAL STAFF                                            
1 Program Director Tafjani Kholil                                            
2 Team Leader Province                                            
  a. Aceh Benny Supriyadi                                            
  Ade Wahid                                            
b. NORTH SUMATERA
  Estefanus Wolok                                            
  c. WEST SUMATERA Ferry Setyawan                                            
  d. RIAU Anang Fahmi LP                                            
  e. KEPULAUAN RIAU Mulyanto Ahmad                                            
3 Capacity Building Sps                                             
  a. Aceh Mad Enoh, SP                                            
  b. NORTH SUMATERA Salahudin Harahap                                            
  c. WEST SUMATERA Ir. Afriadi, M.Si                                            
  d. RIAU Imam Asfahani, S.Ag                                            
                                           
  e. KEPULAUAN RIAU
Lulus Pujianti                                            
4 Monev Specialist                                            
  a. Aceh Arif, SP                                            
  b. NORTH SUMATERA Rakhmat Hidayat                                            
M. Ichwan
  c. WEST SUMATERA                                            
Kalimasada
  d. RIAU Totok Priyanto, SE                                            
  e. KEPULAUAN RIAU Drs. Wawan Priatna                                            
5 Senior Asmandat
  a. Aceh Tavip Ansyari                                            
  b. NORTH SUMATERA Zulkifli Siregar                                            
  c. WEST SUMATERA Hendri Mulyono                                            

IV 55
LAPORAN PENDAHULUAN
Oversight Consultant Regional-1

Month
NO. POSITION NAME
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

  d. RIAU Sutiyono                                            
  Sigit Purwanto                                            
e. KEPULAUAN RIAU
  Raden Rusdiyanto                                            
  a. Aceh Anggun Hariawan                                            
6 Financial MgtSpecialis                                             
  a. Aceh Tursaman                                            
  b. NORTH SUMATERA Joni Yusman                                            
  Samuel A. S                                            
  Ali Kamri                                            
c. WEST SUMATERA
                                               
  d. RIAU Vicky Yanuar                                            
  Burhan                                            
e. KEPULAUAN RIAU
                                             
7 Infrastructure Specialist                                            
  a. Aceh Hendra Asmen, ST                                            
  b. NORTH SUMATERA Ir. Syafriadi Ma'aruf                                            
  c. WEST SUMATERA Muslim                                            
  d. RIAU Indra Wijaya                                            
Bambang Sujadmiko                                            
  e. KEPULAUAN RIAU
Ramadansyah                                            
8 Sub Proff. Administration
  Tedi Darmawan                                            
a. Aceh
  Hendra Saputra                                            
  c. North SUMATERA Nunung Handayani                                            
  Eka Oktarina                                            
  e. West Sumatera Yulistia                                            
  d. Riau M. Syaputra                                            
  e. Kepulauan Riau Syiriot Dwikarsa                                            
9 Sub Proff. Financial Management

IV 56
LAPORAN PENDAHULUAN
Oversight Consultant Regional-1

Month
NO. POSITION NAME
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

  Ayu Melyani K                                            
  Feri Suryawan                                            
  a. NAD PROVINCE Nurhasanah                                            
  Fahriansyah                                            
  Ebit Hamid                                            
  Rosi Dara Alfina                                            
Daniel Collyn
                                             
Damanik
  Nurhijrah                                            
  b. NORTH SUMATERA Erwin Y Lubis                                            
  Tapi Sonda Sari H                                            
  Supriyadi                                            
  Armin Lubis                                            
  Andi                                            
  Naomi De Marcia                                            
  Sri Wahyuni                                            
  c. WEST SUMATERA Reni Siswoyo                                            
  Ishak iskandar                                            
  Novria Della Akhyar                                            
  Nora Diana                                            
d. RIAU PROVINCE
  Huwaffa                                            
  Andriyanto                                            
e. KEPULAUAN RIAU
  Dani Suryanata                                            
10 National Trainer
  Muhammad Jumhadi                                            
a. National Trainer (1)
  Tobe Name                                            
Ma'mun Suryana,
  b. National Trainer (2)                                            
MA

IV 57
LAPORAN PENDAHULUAN
Oversight Consultant Regional-1

Month
NO. POSITION NAME
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

  c. National Trainer (3) Dra. Roswati M.Ed                                            


11 Ass. for Training Organizer                                            
  Imam Baihaqi                                            
a. NAD Province
  Abu Hasan                                            
  Hamami                                            
b. NORTH SUMATERA
  Susanti                                            
  Yermias                                            
c. WEST SUMATERA
  Sigit Hariyanto                                            
  d. RIAU PROVINCE Jaja Somantri                                            
  Dadan S                                            
e. RIAU ISLANDS
  Coursalina                                            
  SUB TOTAL I.1

IV 58
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)

I - 59

Bekerjasama
dengan

Anda mungkin juga menyukai