a. Latar Belakang
Kemiskinan seringkali dipahami dalam pengertian yang sangat sederhana, yaitu
sebagai keadaan kekurangan uang, rendahnya tingkat pendapatan dan tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah sangat
komplek, baik dilihat dari faktor penyebabnya maupun dampak yang akan
ditimbulkannya. Dari sisi penyebab, kemiskinan dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang
ada dalam diri individu manusia, keluarga atau komunitas masyarakat miskin itu sendiri,
seperti rendahnya tingkat pendidikan dan rendahnya tingkat pendapatan. Selain itu juga
disebabkan oleh faktor eksternal, seperti kondisi sosial, politik, hukum dan ekonomi. Dari
segi dampak, kemiskinan akan menimbulkan masalah yang sangat besar jika tidak segera
ditanggulangi. Seperti menurunnya kualitas sumber daya manusia, munculnya
ketimpangan dan kecemburuan sosial, terganggunya stabilitas sosial dan meningkatnya
angka kriminalitas.
Kemiskinan merupakan persoalan multidimensi yang mencakup aspek politik,
sosial, lingkungan, ekonomi maupun aset. Dalam keseharian, dimensi ini dapat dijelaskan
dengan berbagai bentuk representasinya. Dimensi sosial-politik mewujud pada tidak
dimilikinya wadah kelembagaan masyarakat yang mampu memperjuangkan aspirasi dan
kebutuhan kaum miskin. Hal ini mengakibatkan mereka tersingkir dari proses
pengambilan keputusan yang menyangkut diri mereka sendiri. Lebih jauh lagi, segala
pekerjaan dan usaha yang mereka lakukan tidak punya akses yang memadai ke berbagai
sumber daya kunci yang dibutuhkan untuk meningkatkan taraf hidup secara layak.
Dimensi sosial muncul dalam bentuk tidak ter-integrasikannya masyarakat miskin
dalam institusi sosial yang ada. Justru sebaliknya dan hal ini menjadi sangat ironis, yakni
ter-internalisasinya budaya kemiskinan yang akhirnya merusak kualitas dan etos kerja yang
mereka jalani. Sementara itu, dimensi ekonomi tampil dalam bentuk rendahnya
penghasilan mereka sehingga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka
sampai batas yang layak. Dan, semuanya berujung pada dimensi aset yang ditandai dengan
rendahnya kepemilikan masyarakat miskin ke berbagai hal yang mampu menjadi modal
hidup mereka, termasuk aset kualitas sumberdaya manusia, peralatan kerja, modal dan
sebagainya.
Berbagai program penanggulangan kemiskinan yang pernah ada sering berupaya
untuk menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama. Sayangnya, sebagian besar pada
pelaksanaannya terjebak dengan pendekatan formalitas partisipasi, dimana rancangan dan
proses kegiatan yang dikembangkan di masyarakat lebih banyak direncanakan serta
III - 1
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
PNPM Mandiri Perkotaan adalah proyek yang pada dasarnya merupakan upaya
pemecahan masalah untuk menanggulangi kemiskinan. Pemecahan masalah yang
dilakukan tentu saja berdasarkan masalah-masalah yang sudah dianalisa sebelumnya.
Dalam proses menemukenali penyebab kemiskinan dan akar masalah kita temukan
penyebab kemiskinan, pada dasarnya merupakan akibat dari sikap mental para pelaku
pembangunan yang negatif dan pandangan-pandangan yang merugikan kelompok
masyarakat tertentu (warga miskin). Apabila kita uraikan secara lebih rinci kedua masalah
tersebut adalah sebagai berikut :
a) Tidak semua masyarakat terlibat dalam proses pembangunan dari mulai
menemukenali kebutuhan sampai memutuskan pemecahan masalah. Di banyak
tempat program-program untuk masyarakat disusun oleh “Orang Luar” bukan oleh
masyarakat setempat, sehingga banyak yang tidak tepat sasaran dan tidak tepatguna
(jadi mubazir dan tidak berkelanjutan).
b) Adanya pandangan umum bahwa masyarakat tidak mampu memecahkan masalah
sendiri, tidak mempunyai pengalaman, kurang pengetahuan sehingga masyarakat
tidak diberi kesempatan untuk memecahkan masalahnya sendiri.
c) Kesempatan untuk membangun hanya diberikan kepada kelompok tertentu begitu
juga hasilnya hanya bisa dinikmati oleh kelompok tertentu, artinya tidak semua
masyarakat mendapatkan hak yang sama (tidak ada kesetaraan).
III - 2
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
d) Pelayanan publik baik bidang sosial, ekonomi maupun lingkungan hanya bisa
dinikmati sebagian orang, sebagian lainnya tidak bisa mengakses karena mahal dan
kurang informasi.
e) Melemahnya solidaritas sosial yang menyebabkan memudarnya modal sosial
masyarakat.
f) Sikap mental dan perilaku masyarakat yang masih menggantungkan diri pada
bantuan pihak luar, kurang bekerja keras, apatis, tidak percaya pada kemampuan
sendiri.
g) Memudarnya kebersamaan, banyak pihak yang mempunyai pandangan bahwa
masalah kemiskinan hanya tanggungjawab pemerintah dan orang miskin, sehingga
banyak yang tidak peduli.
h) Pada umumnya masyarakat, tidak mempunyai wadah (lembaga) yang betul-betul
memperjuangkan kepentingan masyarakat khususnya warga miskin karena pelaku-
pelaku pengambil kebijakan pada suatu lembaga yang ada cenderung
mementingkan diri sendiri, tidak perduli, dan tidak jujur.
III - 3
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
dapat mewujudkan contract agreement antara Pemerintah dan pihak donor, dan
merupakan pelaksanaan tugas dari executing agency.
Dengan demikian secara lebih rinci, Tujuan Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan dapat
diuraikan sebagai berikut:
1) Mewujudkan masyarakat “Berdaya” dan “Mandiri”, yang mampu mengatasi berbagai
persoalan kemiskinan di wilayahnya, sejalan dengan kebijakan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri;
2) Meningkatkan kapasitas Pemerintah Daerah dalam menerapkan model
pembangunan partisipatif yang berbasis kemitraan dengan masyarakat dan
kelompok peduli setempat;
3) Mewujudkan harmonisasi dan sinergi berbagai program pemberdayaan masyarakat
untuk optimalisasi penanggulangan kemiskinan;
4) Meningkatkan capaian manfaat bagi masyarakat miskin untuk mendorong
peningkatan IPM dan pencapaian sasaran MDGs.
d. Strategi Umum Pelaksanaan Program
Dalam upaya mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam Pedoman
Umum PNPM Mandiri maka PNPM Mandiri Perkotaan menetapkan strategi khusus sebagai
berikut:
1) Mengembangkan lembaga kepemimpinan masyarakat yang mengakar, representatif
dan dipercaya di mana anggotanya dipilih secara langsung, umum, bebas dan
rahasia, tanpa kampanye, dan tanpa pencalonan oleh penduduk dewasa. Lembaga
kepemimpinan ini berfungsi sebagai majelis amanah yang akan memimpin
masyarakat dalam melakukan tindakan kolektif penangulangan kemiskinan.
Lembaga ini secara jenerik disebut LKM (Lembaga Keswadayaan Masyarakat).
2) Mengembangkan program pembangunan jangka menengah dan rencana tahunan
dalam rangka penanggulangan kemiskinan sebagai media dialog dan kerjasama
dengan berbagai pihak (pemerintah dan non pemerintah) yang peduli dengan
penanggulangan kemiskinan.
3) Aktif berpartisipasi dalam Musrenbang Kelurahan dan Kecamatan untuk
mengintegrasikan PJM Pronangkis ke dalam RPJM (Rencana Pembangunan Jangka
Menengah) Kelurahan dan RPJM Kecamatan.
4) Peningkatan kapasitas pemerintah untuk mampu bersinergi dengan masyarakat dan
para pemangku kepentingan setempat dalam penangulangan kemiskinan.
III - 4
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
III - 5
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
di lapangan. Dan secara umum KMW bertanggung jawab terhadap kinerja Tim Korkot
dan Tim Fasilitator dalam melaksanakan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan.
3) KMW bertanggung jawab untuk membantu PMU dalam Pencapaian Implementasi
Lapangan secara Optimal.
4) KMW mempunyai tanggung jawab untuk membantu seluruh Satker Provinsi dan Satker
Kota/Kabupaten di wilayah penugasan dalam memberikan dukungan Administrasi
Kontrak.
5) KMW bertanggung jawab dalam rangka mengembangkan Kemampuan/Kapasitas dari
seluruh Aparat terkait yang ada di tingkat Provinsi dan tingkat Kota/Kabupaten.
III - 6
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
KMW menyediakan data secara akurat dan tepat waktu melalui SIM 90%
1) Indikator Tujuan
%
No. Keterangan ringkas
Indikator
Meningkatkan kategori kelurahan lokasi sasaran dari “Daerah Kurang
1 Berkembang/Tertinggal” dengan data dari Kementrian Pembangunan 10%
Daerah Tertinggal, 2 (dua) tahun setelah program berakhir
Meningkatkan pembangunan fisik dan infrastruktur sosial di daerah-
1.1
daerah sasaran, dengan hasil berupa :
Menyediakan layanan akses secara langsung terhadap sumberdaya
infrastruktur kunci yang dibutuhkan masyarakat (akses jalan, air &
1.1.a 90%
sanitasi, sekolah, pusat kesehatan, pasar, dll) minimal 25% di kelurahan
sasaran, setelah 1 tahun program berakhir.
Mengurangi biaya pembangunan Infrastruktur di kelurahan sasaran
1.1.b menjadi lebih murah 20% daripada biaya pelaksanaan sarana 80%
infrastruktur yang dibangun dengan cara bukan berbasis masyarakat.
III - 7
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
%
No. Keterangan ringkas
Indikator
Melmfasilitasi kelurahan sasaran dalam penerimaan hibah sosial
2.2 30%
berkelanjutan
Tersedianya relawan masyarakat minimal 25 orang di setiap
2.3 100%
kelurahan/desa
2) Indikator Output
%
No. Keterangan ringkas
Indikator
Masyarakat (Perempuan dan Rumah Tangga Miskin) di lokasi sasaran
ikut serta dalam serangkaian pertemuan masyarakat, diskusi dan
1
pengambilan keputusan selama pelaksanaan PNPM Mandiri
Perkotaan-IDB
Fasilitator di lapangan telah mengikuti ToT Pelatihan Relawan pada
1.a 100%
bulan ke-4
Masyarakat (Perempuan dan Rumah Tangga Miskin) di lokasi sasaran
ikut serta dalam serangkaian pertemuan masyarakat, diskusi dan
1.b 30%
pengambilan keputusan selama pelaksanaan PNPM Mandiri
Perkotaan-IDB
III - 8
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
%
No. Keterangan ringkas
Indikator
Minimum LKM/BKM direvitalisasi di kelurahan lama secara
4a representatif dan partisipatif, serta beroperasi secara efektif dalam 50%
waktu 10 bulan
4.d Jumlah anggota BKM terpilih adalah perempuan dan orang miskin 30%
III - 9
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
GAMBAR - I.1
Strategi Operasional PNPM Mandiri Perkotaan OC-1
Organisasi Berbasis 1.
Masyarakat Fasilitasi
(LSM/NGO, LPMK) 2.
Pelatihan
3.
Coaching
Pemerintah 1.
Kota/Kabupaten Sosialisasi
2.
Promosi
Proses Pemberdayaan, 3.
Advokasi dan Promosi Advokasi
Komunitas/
Masyarakat 1.
Fasilitasi
Pembelajaran Komunitas/
Masyarakat Masyarakat 1.
(Praktis/Praksis) Fasilitasi
III - 10
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
Kelompok
Sasaran Hasil
Sosialisasi Sosialisasi
Feed Back
III - 11
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
TUJUAN URAIAN
SASARAN INDIKATOR
KEGIATAN
A. PEMDA
Pemda paham terhadap kondisi di terlaksananya kegiatan
wilayhnya dan dihadiri oleh
lokakarya
1. provinsi peserta yang memiliki
review program
Pemda mampu melakukan rview peran strategis di
terhadap kegiatan di wilayahnya kota/kabupaten
C. DPRD
Kota/kab terlaksananya
Anggota DPRD paham terhadap Hearing/kunjun pertemuan/kunjungan
program PNPM Mandiri Perkotana gan/loby-looby terhadapa anggota
DPRD
Workshop,semi Terlaksanaya
Anggota DPRD paham dan
nar Workshop/seminar
meyakini kemanfaatan program
bagi masyarakat
III - 12
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
TUJUAN URAIAN
SASARAN INDIKATOR
KEGIATAN
III - 13
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
Gambar III. 3
Pendekatan Pelatihan
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
perlu mengembangkan modul- modul yang tepat, yang disesuaikan dengan jenis,
tema dan topik pelatihan khususnya berkaitan dengan isue lokal
4) Mengembangkan media – media bantu proses pembelajaran. Media
merupakan ‘gambaran yang hidup’ mengenai kejadian, gejala atau permasalahan
yang nyata sehingga dapat mempercepat proses diskusi yang pada akhirnya
melahirkan pemahaman dan kesadaran baru secara kritis. Dengan demikian,
pengembangan media sebagai alat bantu bagi pelaku PNPM menjadi penting. Media
yang dikembangkan termasuk dokumentasi proses kegiatan lapangan dari
pelaksanaan PNPM sebelumnya.
5) Memaksimalkan Coaching. Peran berbagai pihak yang memiliki kompetensi
dengan materi pelatihan untuk melaksanakan bimbingan (coaching) rutin sesuai
kebutuhan di lapangan.
6) Melakukan evaluasi secara menerus. Terhadap kualitas penyelenggaraan
dan hasil pelatihan harus dilakukan evaluasi secara terus menerus sehingga akan
menjadi dasar perbaikan – perbaikan selanjutnya.
7) Desentralisasi penyelenggaraan. Untuk setiap pelatihan yang dilaksanakan,
diupayakan semaksimal mungkin menggunakan tempat pelatihan yang lebih dekat
dengan kelompok sasaran peserta.
8) Melibatkan Pemerintah Daerah. Dalam penyelenggaraan setiap pelatihan
semaksimal mungkin melibatkan pemerintah Provinsi, kota/kabupaten, kecamatan
mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Dalam pengendalian kegiatan training di semua tahapan PNPM Mandiri Perkotaan, maka
implementasi pengendalian training sebagaimana kerangka berfikir tersebut di atas
dijabarkan dengan alur proses pengendalian di setiap tahapan sebagai berikut:
III - 15
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
KONSOLIDASI
PEMANDU
KONSULTASI
TOR
no
yes FEEDBACK
PERSIAPAN TEKNIS:
o Tempat
o Waktu
PERSIAPAN o Peserta
o Pembagian Pemandu
o Penggandaan/distribusi Modul
o Undangan
o Kit training
TECHNICAL
MEETING
MONITORING &
IMPLEMENTASI EVALUASI:
KEGIATAN o Substantif
PELAKSANAAN o Teknis
FEEDBACK PELAPORAN
ANALISIS
LAPORAN HASIL
UJI PETIK
Bahwa pengendalian kegiatan pelatihan akan diterapkan dalam setiap proses tahapan siklus
kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di berbagai level dan juga unit program dengan kategori
lokasi non lama dan baru. Pengendalian dilakukan dari mulai aspek input, proses maupun
output.
III - 16
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
Untuk teracapainya tujuan maupun target pekerjaan pada lingkup kerja monitoring
dan evaluasi, maka beragam pendekatan maupun strategi operasional ditetapkan.
Tujuannya adalah untuk memperjelas apa langkah yang akan dilakukan agar tujuan dan
target bisa tercapai. Strategi tersebut adalah sebagai berikut;
(1) Semua pihak terkait melakukan pemantauan secara obyektif dan mampu
memberikan umpan balik terhadap setiap proses dan kegiatan yang dilaksanakan,
(2) Pelaku PNPM Mandiri Perkotaan di semua tingkatan menjalankan mekanisme
pelaporan baik formal maupun informal dengan disiplin, akurat, dan efektif
termasuk temuan kendala dan masalah,
(3) Harus ada pemerikasaan yang detail dan akurat sesuai dengan mekanisme yang
ditetapkan terhadap setiap proses dan tahapan kegiatan yang dilaksanakan,
(4) Pengawasan yang ketat dan tegas terhadap setiap proses dan kegiatan pada
setiap tahapan yang dilaksanakan,
III - 17
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
(5) Setiap saat dilakukan evaluasi untuk meningkatkan kinerja serta menegakkan
aturan dengan pemberian sanksi.
(6) Pemanfaatkan Data SIM dan Quick Status sebagai Referensi Utama.
(7) Monev dilakukan oleh setiap lini manajemen
(8) Secara berkala, mengukur tingkat pemahaman terhadap substansi siklusnya
melalui Uji Petik (random sampling), yang dilakukan sesuai dengan siklus
pelaporannya
(9) Secara rutin, melakukan pengendalian kualitas program dengan menempatkan
informasi dan kritik masyarakat (PPM) sebagai sumber rujukan untuk peningkatan
kinerja.
Pelaksanaan monitoring dengan pendekatan melalui kerangka kerja berupa supervisi
maupun uji petik, didasarkan pada dua hal, yang pertama; merujuk pada standar capaian,
dengan pengukur indicator capaian berdasarkan target dalam Master Schedule program
dengan kategorisasi hasil berupa; Target, Proses, Selesai dan Deviasi. Juga mengukur
tingkat partisipasi masyarakat yang terlibat dalam setiap kegiatan siklus program dengan
kerangka pendekatan berupa standar kesepakatan dalam bentuk Project Appraisal
Document (PAD).
Untuk menguji apakah pelaksanaan kegiatan dilapangan sesuai dengan standar kerja
yang ditetapkan dengan baik, maka dilakukan Monitoring secara kualitatif dan kuantitatif,
berupa analisis data dan informasi PNPM Mandiri Perkotan yang diperoleh melalui;
(1) Hasil entry data SIM (SIM Pemberdayaan Masyarakat , SIM BLM,
SIM MK, Infratruktur), data capaian berdasarkan Quik Status (QS), serta informasi
dari Pengelolaan Pengaduan Masyarakat (PPM)
(2) Analisis Laporan bulanan dari OC Provinsi
(3) Analisis Laporan TA Monitoring, Uji Petik Tenaga Ahli.
Agar proses pelaksanaan monitoring dan evaluasi mencapai sasaran dan target yang
diharapkan, maka mekanisme pelaksanaannya dilakukan dengan mempertimbangkan
ragam data yang akan dijadikan rujukan, seperti;
1) Monitoring secara tidak langsung dilakukan melalui analisis data dan informasi
PNPM-Mandiri Perkotaan yang diperoleh dari: SIM/Web PNPM Mandiri Perkotaan,
QS, dan informasi dari unit PPM, Laporan Uji Petik, Laporan bulanan Korkot,
Asmandat Senior , Hasil-hasil supervisi
2) Monitoring secara langsung dilakukan melalui peninjauan lapangan, supervisi
teknis dan uji petik implementasi PNPM- Mandiri Perkotaan dari lapangan (di level
kota/kab, hingga kelurahan/desa) terhadap setiap tahapan pelaksanaan kegiatan
(achievement) maupun pengendalian terhadap capaian kemajuan kegiatan.
Sebagai alat kendali untuk pelaksanaan kegiatan pendampingan pelaksanaan PNPM
Mandiri Perkotaan 2010 yang telah disepakati pada wilayah dampingan OC-1, disebut Log
Book . Mekanisme penggunaan log book ini adalah sebagai berikut :
(1) Log Book sebagai alat kendali pelaksanaan kegiatan, diibuat oleh semua fasilitator
(termasuk Senior Fasilitator) yang melakukan pendampingan di masyarakat
kelurahan dan aparat pemerintah daerah ditingkat kelurahan dan kecamatan ;
III - 18
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
(2) Log Book ini dibuat setiap hari dan dilaporkan setiap minggu di Korkot, dilakukan
pertemuan rutin untuk membahas Rencana Kegiatan pada minggu berikutnya
dimasing-masing Tim Fasilitator yang dipimpin oleh Senior Fasilitator ;
(3) Pada pembahasan mingguan di tingkat Tim Fasilitator, harus terbahas secara
tuntas, hal-hal sebagai berikut :
Kelengkapan pengisian format data QS dan SIM, yang harus sesuai dengan
realisasi pelaksanaan di lapangan
Deviasi capaian kegiatan mingguan, mengacu kepada target waktu di MS
Deviasi capaian target PAD
Apabila terjadi salah satu atau kedua deviasi diatas, maka harus tercantum
pada kolom rekomendasi/tindaklanjut
RKTL dibuat masing-masing tim fasilitator, pada saat peetemuan tersebut.
(4) Setiap minggu, log book diserahkan dan direkap oleh Senior Fasilitator, ke Korkot
(5) Korkot & Askot melakukan pertemuan rutin paling sedikit 2 minggu sekali, dengan
membahas hasil rekapan log book tim fasilitator. Hasil pembahasan & rekapan log
book per 2 mingguan diserahkan ke Provinsi / Team Leader. Pada pertemuan rutin
ditingkat Korkot – Askot, harus terbahas tuntas hal-hal sebagai berikut :
Kelengkapan pengisian format data QS dan SIM, yang harus sesuai dengan
realisasi pelaksanaan di lapangan
Deviasi capaian kegiatan mingguan, mengacu kepada target waktu di MS
Deviasi capaian target PAD
Apabila terjadi salah satu atau kedua deviasi diatas, maka harus tercantum
pada kolom rekomendasi/tindaklanjut (RKTL), harus dibuat oleh Korkot dan
semua Askot, pada saat pertemuan tersebut.
(6) Team Leader provinsi melakukan pertemuan rutin tingkat Provinsi, dengan semua
Tenaga Ahli (TA) dilakukan setiap dua minggu dan pertemuan antara TA, Korkot
dan Askot CD Mandiri dilakukan setiap bulan dg membahas hal-hal berikut :
Kelengkapan pengisian format data QS dan SIM, yang harus sesuai dengan
realisasi pelaksanaan di lapangan
Deviasi capaian kegiatan mingguan, mengacu kepada target waktu di MS
Deviasi capaian target PAD
Apabila terjadi salah satu atau kedua deviasi diatas, maka harus tercantum
pada kolom rekomendasi/tindaklanjut (RKTL), harus dibuat oleh Team Leader
dan semua Tenaga Ahli, pada saat pertemuan tersebut.
(1) Untuk mengetahui apakah pelaksanaan siklus program sesuai dengan target yang
ditetapkan dalam master schedule maupun target berdasarkan indikator Project
Apprasal Document (PAD.
(2) Untuk melihat apakah prosedur pencairan dana BLM ke KSM berjalan sesuai dengan
prosedur yg telah ditetapkan
III - 19
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
(3) Apakah realisasi pemanfataan dana oleh KSM telah sesuai dengan apa yang
direncanakan, tepat sasaran serta transparan dan akuntabel
(4) Mengukur capaian indikator kuantitatif dan kesesuaian data yang dilaporkan di SIM
dengan informasi lapangan (akurasi data SIM yang menjadi dasar perhitungan capaian
indikator kuantitatif)
(5) Apakah BKM memiliki sistem pembukuan sesuai standar PNPM Mandiri Perkotaan.
(6) Untuk mengetahui tingkat kepedulian masyarakat dalam melaksanakan BLM tridaya.
(7) Untuk mengetahui kualitas dari pelaksanan review-review partisipatif.
Adapun mekanisme dan metodologi Monitoring dan Evaluasi yang akan
dikembangkan di wilayah tugas OC-I, dapat dilihat pada Gambar III.4 di bawah ini.
III - 20
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
SIM
UJI Petik
Evaluasi Kinerja & Refleksi
Pendampingan Pemda
Temuan Bank Dunia
Temuan BPKP Analisis
Hasil Konsultan Evaluasi
Melalui Siklus Kota
PROSES :
Implementasi
prinsip
Pertumbuhan Permasalahan
INPUT : Organik dan yang dihadapi
SDM Dinamis Kuantitatif Capaian inerja
Tujuan Jangka Panjang Tujuan Fasilitas Proses Rekomendasi
PNPM Mandiri Perkotaan Intervensi Manajerial Perencanaan OUT PUT : Usulan Tindak
dalam Fase 2 Standar operasional & Partisipatif Lanjut
Penanggulangan Kemiskinan prosedur Penguatan- Kualitatif
Keadaan Medan penguatan
Wilayah Kemitraaan
Capaian
Indikator
Kunci
Peningkatan
kapasitas
Perubahan
Sikap &
Prilaku
Kemitraan
Pendampingan
Masyarakat
Rekomendasi Rekomendasi
Melalui Siklus
Desa/kelurahan
III - 21
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
IV-22
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
IV-24
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
(3) Tenaga Ahli MIS melakukan cross-check secara acak terhadap input data dan
menginformasikan kepada TL Provinsi apabila ditemukan kesalahan data untuk
pengecekan.
(4) Tenaga Ahli MIS melakukan pengecekan secara rutin terhadap kelengkapan data,
anomali data dan inkonsistensi data jika ada kesalahan data maka TL Provinsi
akan langsung mengkoreksi data ke lapangan untuk kebenaran data tersebut.
IV-25
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
(a) Menjaga agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tujuan, sasaran, kebijakan dan
prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.
(b) Menjamin agar penanganan pengaduan dan masalah sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan.
(c) Membantu masyarakat dan pihak terkait dalam menyelesaikan berbagai
permasalahan dalam program secara cepat dan tuntas.
(d) Menyamakan persepsi masyarakat dan pihak terkait dalam menangani berbagai
pengaduan dan masalah untuk menjaga kualitas program.
Pengelolaan pengaduan dan masalah (PPM) merupakan bagian dari tindak lanjut hasil
kegiatan pemantauan, pengawasan dan pemeriksaan. Setiap pengaduan dan masalah yang
muncul dari masyarakat atau pihak manapun yang berkompeten melakukan pemantauan,
pengawasan, dan pemeriksaan harus segera ditanggapi secara serius dan proposional serta
cepat. Munculnya pengaduan terhadap pelaksanaan kegiatan merupakan wujud
pengawasan oleh masyarakat. Pengaduan terhadap pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan
dapat dilakukan melalui:
(a) Surat/berita langsung/SMS/email kepada Fasilitator, Korkot maupun tenaga ahli
PNPM Mandiri Perkotaan lainnya.
(b) Surat/berita langsung/SMS/email kepada aparat pemerintahan yang terkait, seperti
PjOK dan Tim Koordinasi PNPM Mandiri Perkotaan.
(c) Pemantau kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan lainnya, termasuk wartawan dan LSM.
Gambar III.6.
Bagan Alir Penanganan Pengaduan dan Temuan Masalah
IV-27
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
Pengaduan / Masalah
Pelaku Pada
Jenjang Masalah
Uji
Silang /
Klarifikasi
Benar Tidak
Jenjang Pelaku
Tindak
di Atasnya
Turun
Tangan
Diseminasi Hasil
Penanganan kepada
Masyarakat
Keterangan:
IV-29
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
IV-30
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
IV-31
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
Sedangkan validitas data dilakukan dengan membandingkan back up data dari lapangan
terhadap format rekap input data yang dilaporkan.
Pelaksanaan kegiatan infrastrusktur merupakan kegiatan yang sangat menonjol
dalam di wilayah OC1 . Jika dilihat dari pemanfaatan BLM berdasarkan tiga aspek tridaya
yaitu Sosial, ekonomi, dan lingkungan, maka kegiatan infrastruktur nilainya melebihi 80
% dari total kegiatan yang ada.
Kegiatan Sarana dan prasarana Lingkungan yang dibiayai dengan dana BLM adalah
Kegiatan yang secara langsung memberikan manfaat secara kolektif pada peningkatan
akses melalui peningkatan kualitas lingkungan & permukiman yang sehat, tertib, aman
dan teratur. Dengan demikian perlu dilakukan upaya dan langkah operasional yang
teratur dan dapat dikendalikan dengan baik. Langkah-langkah tersebut antara lain :
1) Menyiapkan SOP pelaksanaan kegiatan sarana dan prasarana berikut Detail
Engineering Design ( DED) dan Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) dan analisanya
2) Memberikan rekomendasi kegiatan yang akan dilaksanakan KSM berdasarkan
kaidah-kaidah teknis sebagai bahan penyusunan prioritas usulan kegiatan
3) Menyiapkan Kerangka Acuan pelaksanaan Kegiatan Coaching-coaching sesuai
dengan kegiatan siklus berkait dengan tata cara pelaksanaan penyusunan rencana
kegiatan pembangunan fisik dimasing-masing komunitas
4) Memberikan verifikasi usulan kegiatan yang bersifat perguliran dana sebelum
masuk dalam Berita Acara Penetapan Prioritas Usulan Kegiatan ( BAPPUK )
5) Melakukan KBIK (Komunitas Belajar Internal Konsultan) ditingkat Korkot terkait
evaluasi terhadap hasil kegiatan monitoring dan evaluasi
6) Menyajikan meteri tehnis yang sederhana dan mudah dimengerti tanpa
mengurangi subtansi kegiatan infrastruktur.
7) Penguatan ditingkat masyarakat berupa pelatihan hingga OJT serta strategi.
8) Mengorganisasikan kemampuan yang ada pada masyarakat.
9) Menjadikan QS sebagai penunjang monitoring, uji petik dan sebagai acuan untuk
pengambilan kebijakan.
10) Memberikan feed back hasil kegiatan uji petik kepada korkot sebagai bahan
perbaikan kedepan.
IV-32
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
IV-33
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
KMW menggunakan fasilitator yang telah ada dan terseleksi berdasakan kriteria yang
telah ditetapkan serta mengacu pada KAK
(1) Pengendalian terhadap target progres pelaksanaan kegiatan masyarakat melalui
RKTL Mingguan dan bulanan yang mengacu kepada RKTL OC provinsi yang
breakdown dalam RKTL Korkot oleh masing-masing Tim Faskel
(2) Pengendalian oleh Korkto terhadap pelaksanaan koordinasi rutin antara Askot
dengan masing-masing Tim Faskel sesuai dengan bidangnya setiap minggu
melalaui laporan minggua QS dan Log Book
(3) Setiap Siklus kegiatan dan atau setiap bulan Korkot dan Askot melakukan
Monitoring pada persiapan pelaksanaan, proses pelaksanaan dan pasca
pelaksanaan kegiatan di masyarakat
(4) Menfasilitasi Tim Faskel melalui Korkot dan Askot untuk melakukan identifikasi
terhadap BKM yang bermasalah dan membentuk tim khusus dalam
menyelesaikan permasalahan tersebut, sekaligus membuat jadwal
penyelesaiannya dengan target waktu sampai dengan bulan Agustus 2009
(5) Pengendalian terhadap substansi kegiatan mulai dari pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan masyarakat sampai kepada pemanfaatan BLM yang mengacu
pada PAD pada pelaporan Aplikasi SIM setiap dua mingguan
(6) Pengendalian secara koordinasi melalui pelaporan aplikasi SIM(QS setiap
Minggu dan SIM setiap dua minggu), Log Book setiap minggu serta rapat
koordinasi (KBIK) di tingkat Korkot minimal satu kali dalam satu bulan
(7) Review/evaluasi capaian kegiatan yang dibahas dalam rapat KBIK di tingkat
Korkot
(8) Evaluasi Kinerja Faskel setiap bulan dan rekomendasi hasil penilaian kinerja tiga
bulanan ke OC provinsi untuk dilanjutkan ke SNVT Provinsi
(9) Menerapkan sanksi sesuai dengan ketentuan dalam “Kontrak Kerja”
(10) Koordinasi kerja Tim Faskel dengan Askot sesuai bidangnya dan hasil koordinasi
kerja tersebut, Koorkot merekomondasi ke Team Leader (TL).
Strategi pelaksanaan pengelolaan dan dukungan terhadap Fasilittor tingkat
Kelurahan akan dilakukan TL Provinsi bersama Satker PNPM Mandiri Perkotaan Provinsi
dan Kabupaten meliputi:
(a) Rekrutment dilakukan secara terbuka, jujur, netral, tanpa KKN.
(b) Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas tim faskel melalui pelatihan pra
penugasan (dasar) dan pelatihan selama penugasan (Refreshing);
(c) Sistem penempatan yang proporsional;
(d) Menerapkan sistem penghargaan dan sanksi;
(e) Supervisi dan dampingan KMW/OC (Tenaga Ahli, dan Korkot);
(f) Penciptaan iklim persaingan yang sehat antar fasilitator;
(g) Memberikan kepercayaan dan tanggung jawab dalam melakukan fasilitasi;
(h) Monitoring dan evaluasi kinerja;
(i) Mengkoordinir Tim Fasilitator agar semua anggota tim fasilitator di
kecamatan berperan serta dalam kegiatan yang bersifat umum;
(j) Mengadakan rapat koordinasi secara teratur dengan Korkot dan Tim
Fasilitator;
IV-35
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
Gambar. I.7.
Strategi Pengelolaan dan Dukungan Terhadap Fasilitator
PEMBERIAN KEPERCAYAAN
PROSES SELEKSI: & TANGGUNG JAWAB dalam:
PEMBERIAN
PENEMPATAN DI PENGHAR-
LOKASI GAAN &
SANGSI
RAPAT KOORDINASI
KORKOT
RAKOR FK
MONITORING & EVALUASI KINERJA TENAGA AHLI-TL
Evaluasi untuk perbaikan kinerja
Transparansi untuk persaingan yang sehat
Penerapan penghargaan dan sangsi
SUPERVISI DAN
i. DAMPINGAN OLEH TL
Pencapaian Target Masyarakat Miskin Sebagai PROV, TENAGA AHLI, OC
Penerima Manfaat
IV-36
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
Tabel I.2
Strategi Pencapaian Target Warga Miskin Sebagai Penerima Manfaat
TUJUAN STRATEGI KEGIATAN
IV-37
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
Tabel I.3.
Strategi Pencapaian BKM Berdaya dan BKM Mandiri
TUJUAN STRATEGI KEGIATAN
Membangun 1. Mendapatkan gambaran Stake-holder analisis di tingkat kelurahan
kepedulian seluruh awal tentang para pelaku Survey tingkat pengetahuan warga kelurahan
masyarakat warga di masing-masing terhadap program PNPM PERKOTAAN
kelurahan untuk kelurahan sasaran dan Survey persepsi masyarakat, aparat kelurahan, dan
terlibat aktif dalam kondisi kepedulian mereka lembaga lainnya tentang PNPM PERKOTAAN dan
program PNPM terhadap PNPM peran mereka
PERKOTAAN di PERKOTAAN
tingkat Kelurahan 2. Menjadikan PNPM Penyebarluasan informasi komprehensif (melalui
sesuai peran dan PERKOTAAN sebagai bahan cetakan) di tingkat Kelurahan dan rembug-
fungsinya bagian agenda publik di rembug warga
tingkat kelurahan
3. Meluruskan kesalah- Penyebarluasan informasi (bahan cetakan) di
pahaman masyarakat, tingkat Kelurahan yang menekankan upaya
aparat kelurahan, lembaga meluruskan berbagai anggapan yang salah
lain dan warga miskin Penjelasan melalui kunjungan langsung kepada
tentang PNPM lurah, tokoh masyarakat, BPD/LPM, yang
IV-39
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
IV-40
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
IV-41
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
IV-45
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
Institusi komunitas yang anggotanya terdiri dari sekumpulan relawan yang membantu
mereka mencapai aspirasi mereka dan secara bersamaan memperkuat tatanan komunitas
dengan saling mempererat anggota masyarakat yang lain. Upaya pemberdayaan
komunitas juga membangun kepemimpinan dan menghubungkan masyarakatnya pada
berbagai sumberdaya. Langkah awal yang perlu dilakukan antara lain:
1) Mendorong sebanyak mungkin agar LKM/BKM memiliki kinerja Baik (sesuai Data
SIM PNPM MP) :
(a) Pemilu BKM tingkat basis, diikuti 30 % penduduk dewasa
(b) Kinerja sekretariat BKM sangat baik (6 bulan berturut-turut)
(c) Kinerja UPK minimal memadai tanpa PAR (6 bulan berturut-turut)
(d) Kinerja pinjaman bergulir ( LAR, PAR, CCR dan ROI) minimal (6
bulan berturut-turut)
IV-46
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
(e) Telah melakukan audit keuangan BKM, dengan hasil wajar tanpa
syarat (1 tahun sebelumnya)
(f) Kinerja Kelembagaan BKM minimal ’Mandiri’ (hasil review tahun
sebelumnya).
2) Melakukan pendataan dan pemetaan lokasi yang memiliki potensi ekonomi dan
sosial serta persoalan-persoalan lingkungan yang perlu diselesaikan. Persoalan-
persoalan lingkungan yang perlu diidentifikasi, diantaranya adalah: Lingkungan
permukiman kumuh, kerusakan bantaran sungai akibat pembangunan permukiman,
indikasi dampak negatif kerusakan lingkungan akibat perkembangan kegiatan
industri, daerah-daerah potensi banjir dan kawasan-kawasan rawan bencana.
Untuk dapat Proses penilaian untuk memperoleh Calon Potensial untuk
mendapatkan program ND, maka perlu dibentuk panitia seleksi di tingkat provinsi.
Panitia terdiri dari unsure pemerintah daerah dan unsure konsultan pendamping
IV-47
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
Sedangkan pada tingkat pemda, secara umum belum mengakui keberadaan dan
keberdayaan BKM dalam penanggulangan kemiskinan, bahkan dengan adanya BKM maka
jalur birokasi melalui aparat dilewati (khususnya penyaluran dana BLM). Sedangkan
keterlibatan lurah belum dilibatkan dalam proses pengelolaan, inilah yang menyebabkan
BKM belum mendapatkan dukungan yang memadai . dan memang diakui bahwa PNPM
Perkotaan didesain untuk meminimalkan peran pemerintah lokal dalam proses-proses
pengambilan keputusan maupun penyaluran dana ke masyarakat, dan hampir sebagain
besar proses pemberdayaan dialami langsung di lingkungan masyarakat.
Sebagai motor penggerak program penanggulangan kemiskinan di wilayahnya,
maka BKM harus memiliki kemampuan dan upaya sebagai berikut:
a) Mendorong integrasi dan sinergi program-program pemberdayaan ke dalam PNPM
Mandiri yang bertumpu pada keunggulan daerah. Integrasi dan sinergitas PNPM
Mandiri dapat berbasis : Desa Wisata, Kawasan Konservasi, Kawasan Perikanan dan
Pesisir, Desa Mandiri Pangan, Kawasan Perbatasan, dsb.
b) Mendorong SKPD sektoral (PNPM-Penguatan) diarahkan melaksanakan kegiatannya
di lokasi PNPM-inti/PNPM MP yang membutuhkan kegiatan sektor dengan mengacu
kepada hasil perencanaan partsipatif masyarakat .
c) PNPM Mandiri Perkotaan (dengan dana BLM-nya) dan SKPD diharapkan
menggunakan dan mengembangkan secara optimal kelompok-kelompok masyarakat
sebagai unit pelaksana kegiatan yang telah ada.
d) SKPD harus memanfaatkan kelembagaan masyarakat yang dibentuk PNPM-
Inti/PNPM MP seoptimal mungkin, dengan mensinergikan kelompok masyarakat
binaannya yang sudah terbentuk sebelumnya dengan kelembagaan masyarakat
bentukan PNPM-Inti.
e) Sebagai pilot integrasi PNPM Mandiri perlu didorong dan meningkatkan Akses
Channellng BLM bidang Sektor ke-Cipta Karya-an kepada LKM/BKM, melalui “Scale
up” Program infrastruktur masyarakat (Neighbourhood Development, Drainase,
serta lingkungan permukiman lainnya) maupun Program infrastruktur rumah tangga
(Sanitasi, Air Minum, Persampahan, dll) serta akses program-program sektoral
lainnya (KUR, CSR, Pemda dll).
f) Perlu best practices integrasi program-program pemberdayaan masyarakat ke dalam
PNPM Mandiri di beberapa lokasi sebagai bahan penyusunan Pedoman Integrasi
Program-program PNPM Mandiri.
IV-49
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
IV-50
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
GAMBAR - I.4
STRUKTUR ORGANISASI OVERSIGHT CONSULTANT REGION - 1
(PROVINSI ACEH, SUMUT, SUMBAR, RIAU, KEPRI)
MANAJEMEN
KONSORSIUM
PROGRAM
DIRECTOR
NATIONAL TRAINER
OFFICE MANAGER
TENAGA AHLI TENAGA AHLI TENAGA AHLI TENAGA AHLI TENAGA AHLI
DAN SUB- DAN SUB- DAN SUB- DAN SUB- DAN SUB-
PROF PROF PROF PROF PROF
KORKOT DAN KORKOT DAN KORKOT DAN KORKOT DAN KORKOT DAN
ASKORKOT ASKORKOT ASKORKOT ASKORKOT ASKORKOT
IV-51
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
TEAM LEADER
Team Kendali Mutu
(Quality Control)
KMW PROPINSI
PT. Surya Abadi Konsultan
MONITORING,
CAPACITY BUILDING Evaluating, SEKRETARIS
MICRO FINANCE SPECIALIST REPORTING
SPECIALIST SPECIALIST
Supporting staf Supporting staf Supporting staf Supporting staf Supporting staf
Tim Fasilitator Tim Fasilitator Tim Fasilitator Tim Fasilitator Tim Fasilitator
SF, FS FT, FE SF, FS FT, FE SF, FS FT, FE SF, FS FT, FE SF, FS FT, FE
Tim Fasilitator
IV-52
Bekerjasama
dengan
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
Bekerjasama
dengan
IV - 53
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
Bekerjasama
dengan
IV - 54
LAPORAN PENDAHULUAN
Oversight Consultant Regional-1
Tabel 4.8.
Jadwal Penugasan Tenaga Ahli di Wilayah OC-1
Month
NO. POSITION NAME
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
I PROFFESIONAL STAFF
1 Program Director Tafjani Kholil
2 Team Leader Province
a. Aceh Benny Supriyadi
Ade Wahid
b. NORTH SUMATERA
Estefanus Wolok
c. WEST SUMATERA Ferry Setyawan
d. RIAU Anang Fahmi LP
e. KEPULAUAN RIAU Mulyanto Ahmad
3 Capacity Building Sps
a. Aceh Mad Enoh, SP
b. NORTH SUMATERA Salahudin Harahap
c. WEST SUMATERA Ir. Afriadi, M.Si
d. RIAU Imam Asfahani, S.Ag
e. KEPULAUAN RIAU
Lulus Pujianti
4 Monev Specialist
a. Aceh Arif, SP
b. NORTH SUMATERA Rakhmat Hidayat
M. Ichwan
c. WEST SUMATERA
Kalimasada
d. RIAU Totok Priyanto, SE
e. KEPULAUAN RIAU Drs. Wawan Priatna
5 Senior Asmandat
a. Aceh Tavip Ansyari
b. NORTH SUMATERA Zulkifli Siregar
c. WEST SUMATERA Hendri Mulyono
IV 55
LAPORAN PENDAHULUAN
Oversight Consultant Regional-1
Month
NO. POSITION NAME
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
d. RIAU Sutiyono
Sigit Purwanto
e. KEPULAUAN RIAU
Raden Rusdiyanto
a. Aceh Anggun Hariawan
6 Financial MgtSpecialis
a. Aceh Tursaman
b. NORTH SUMATERA Joni Yusman
Samuel A. S
Ali Kamri
c. WEST SUMATERA
d. RIAU Vicky Yanuar
Burhan
e. KEPULAUAN RIAU
7 Infrastructure Specialist
a. Aceh Hendra Asmen, ST
b. NORTH SUMATERA Ir. Syafriadi Ma'aruf
c. WEST SUMATERA Muslim
d. RIAU Indra Wijaya
Bambang Sujadmiko
e. KEPULAUAN RIAU
Ramadansyah
8 Sub Proff. Administration
Tedi Darmawan
a. Aceh
Hendra Saputra
c. North SUMATERA Nunung Handayani
Eka Oktarina
e. West Sumatera Yulistia
d. Riau M. Syaputra
e. Kepulauan Riau Syiriot Dwikarsa
9 Sub Proff. Financial Management
IV 56
LAPORAN PENDAHULUAN
Oversight Consultant Regional-1
Month
NO. POSITION NAME
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Ayu Melyani K
Feri Suryawan
a. NAD PROVINCE Nurhasanah
Fahriansyah
Ebit Hamid
Rosi Dara Alfina
Daniel Collyn
Damanik
Nurhijrah
b. NORTH SUMATERA Erwin Y Lubis
Tapi Sonda Sari H
Supriyadi
Armin Lubis
Andi
Naomi De Marcia
Sri Wahyuni
c. WEST SUMATERA Reni Siswoyo
Ishak iskandar
Novria Della Akhyar
Nora Diana
d. RIAU PROVINCE
Huwaffa
Andriyanto
e. KEPULAUAN RIAU
Dani Suryanata
10 National Trainer
Muhammad Jumhadi
a. National Trainer (1)
Tobe Name
Ma'mun Suryana,
b. National Trainer (2)
MA
IV 57
LAPORAN PENDAHULUAN
Oversight Consultant Regional-1
Month
NO. POSITION NAME
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
IV 58
Laporan Akhir Penugasan Oversight Consultant-1
(Januari 2010-Oktober 2011)
I - 59
Bekerjasama
dengan