Anda di halaman 1dari 3

Tugas Mandiri 1

Nama : Ranggi Raina Devi


NPM : 110110170249
Kelas : Hukum Perbankan B

PRUDENTIAL BANKING PRINCIPLE

Mengingat pentingnya pengelolaan risiko dalam perkreditan atau pembiayaan,


pelaksanaan perkreditan atau pembiayaan harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang
sehat, terutama wajib menerapkan prinsip kehati-hatian Bank (prudential banking principle).
Penerapan prinsip kehati-hatian bank ini erat kaitannya dengan fungsi bank sebagai agent of
trust, yaitu bank wajib menjaga kepentingan dan kepercayaan masyarakat dalam menjalankan
kegiatan usahanya yang sebagian besar dananya berasal dari simpanan masyarakat. Pihak
bank sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitor atau masyarakat
apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan.1

Prinsip Kehati-hatian Bank (Prudential Banking Principle) merupakan prinsip utama


dalam aktivitas perbankan. Tidak hanya dalam tataran regulasi perbankan nasional, prinsip
prudential ini menjiwai regulasi perbankan global yang disepakati oleh negara negara peserta
sebagai prinsip dasar dalam pengawasan dan regulasi bank.2 Undang-Undang Perbankan dan
Undang-Undang Perbankan Syariah menggolongkan pelanggaran terhadap prinsip kehati-
hatian bank ini sebagai pelanggaran yang dikenai sanksi pidana atau lazim disebut tindak
pidana perbankan.3

Prinsip kehati-hatian atau prudential banking principle adalah suatu prinsip atau asas
yang menyatakan bahwa bank dalam menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya wajib
bersikap hati-hati (prudent) dalam rangka melindungi dana masyarakat yang dipercayakan
padanya.4

1
Lastuti Abubakar dan Tri Handayani, “Implementasi Prinsip Kehati-hatian Melalui Kewajiban Penyusunan dan
Pelaksanaan Kebijakan Perkreditan atau Pembiayaan Bank”, Jurnal Rechtidee, Vol. 13, No. 1, (2018), hal. 64.
2
Banking Committe on Banking Supervision, Core Principles for Effective Banking Supervision,
https://www.bis.org/publ/bcbs230.pdf, akses pada 19 Maret 2020.
3
Lastuti Abubakar dan Tri Handayani, “Telaah Yuridis terhadap Implementasi Prinsip Kehati-Hatian Bank dalam
Aktivitas Perbankan Indonesia”, Jurnal De Lega Lata, Vol. 2, No. 1, (2017), hal. 72.
4
Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001),
hal. 8.
Tugas Mandiri 1

Jika menelisik lebih dalam, tentu tidak dapat ditemukan pengertian dari prinsip kehati-
hatian dalam Undang-Undang Tentang Perbankan, namun secara normatif prinsip kehati-hatian
sudah menjadi kaidah hukum di dalam Undang-Undang Tentang Perbankan. Hal tersebut dapat
dilihat pada Pasal 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang menyebutkan bahwa:
“Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi
dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.”
Selain itu, dalam penjelasan pasal 8 ayat (1) Undang-Undang tentang Perbankan dikatakan
bahwa ada beberapa kruteria penilaian yang dilakukan oleh bank terhadap nasabah debitor
sebelum memberikan kredit.

Sehubungan dengan pelaksanaan prinsip kehati-hatian, maka dalam memberikan kredit


bank tidak boleh sembarangan. Ada kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi debitor.
Kriteria-kriteria itu ada lima, yang disebut dengan lima analisis kredit (The Five C’s Of Credit
Analysis). Kelima kriteria itu adalah sebagai berikut:5
1. Watak (character)
Watak debitor yang dinilai adalah kepribadian, moral dan kejujuran dalam mengajukan
permohonan kredit, karena syarat pemberian kredit yang utama adalah kepercayaan.
2. Kemampuan (capacity)
Kemampuan yang dinilai adalah kemampuan debitor dalam mengembalikan, memimpin
dan menguasai bidang usahanya serta kemampuannya melihat prospek masa depan
sehingga usaha permohonan yang dibiayai dengan kredit itu berjalan baik dan
menguntungkan.
3. Modal (capital)
Sebelum mengajukan permohonan kredit kepada bank, pemohon diwajibkan telah
memiliki modal sendiri dan bukan bergantung sepenuhnya kepada kredit bank. Di sini
kredit dari bank hanya bersifat melengkapi dan bukan pokok.
4. Kondisi ekonomi (conditional of economic)
Kondisi ekonomi di sini adalah kondisi ekonomi pemohon untuk mengetahui apakah
dengan kondisi ekonominya yang sekarang pemohon memiliki kesanggupan untuk
mengembalikan pinjamannya.
5. Jaminan (collateral)
Jaminan disini berarti kekayaan yang dapat dikaitkan sebagai jaminan guna kepastian
pelunasan dikemudian hari jika penerima kredit tidak melunasi hutangnya.

5
Levy Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1991), hlm. 56-59.
Tugas Mandiri 1

Setelah membaca Perjanjian Kredit Standard yang diberikan, dapat saya identifikasi beberapa
klausul yang mencerminkan pengimplementasian dari Prinsip Kehati-hatian Bank (Prudential
Bank Principles). Adapun beberapa kalausul tersebut akan dibahas di bawah ini:
1. Klausul mengenai jumlah dan tujuan penggunaan fasilitas kredit, yang dapat dilihat
dalam ketentuan Pasal 2 Perjanjian Kredit. Hal ini sesuai dengan kriteria watak
(character) yang mana debitor dapat mengindahkan syarat-syarat dan ketentuan dalam
Perjanjian Kredit serta dapat menjamin penggunaan dana oleh debitor untuk suatu
tujuan yang sudah disepakati antara pihak Kreditor dan Debitor.
2. Klausul tentang pembuktian utang yang terdapat dalam Pasal 5 Perjanjian Kredit,
Klausul ini mengandung prinsip kehati-hatian bank (prudential bank principles) karena
menjadi bukti bahwa sahnya utang yang mengikat debitor.
3. Klausul mengenai conditions precedent yang mana maksudnya yaitu klausul yang
berisikan tentang syarat-syarat tangguh yang harus dipenuhi terlebih dahulu oleh
kreditor sebelum bank berkewajiban untuk menyediakannya dana. Klausul ini dapat
dilihat dalam Pasal 6 Perjanjian Kredit. Pasal 6 sangat jelas mengatur tentang
pemenuhan syarat yang harus dilakukan Debitor sebelum melakukan Penarikan
dan/atau penggunaan Fasilitas Kredit, hal tersebut mencerminkan kriteria kemampuan
(capacity) untuk menguji apakah debitor tersebut layak untuk mendapatkan fasilitas
kredit dari bank.
4. Klausul mengenai agunan dan / atau jaminan yang terdapat dalam pasal 9. Klausul ini
mengandung prinsip kehati-hatian bank (prudential bank principles) karena agunan
dan/atau jaminan berfungsi untuk memberikan kepastian hukum bagi Bank selaku
kreditor bahwa debitor akan melakukan kewajibannya.6
5. Klausul mengenai representation and warranties yang maksudnya adalah pihak debitor
menjanjikan dan menjamin bahwa semua data dan informasi yang diberikan kepada
bank adalah benar adanya. Klausul ini terdapat dalam pasal 11 yang berisikan
pernyataan dari debitor mengenai ijin usahanya, dokumen-dokumen yang diberikan
kepada bank dalam pengajuan kredit serta pihak-pihak yang berhubungan dengan
debitor, berdasarkan hal tersebut dapat saya simpulkan beberapa yang kriteria terdapat
di pasal 11 diantaranya adalah watak (character), modal (capital) dan kondisi ekonomi
(conditional of economic).

6
Lastuti Abubakar dan Tri Handayani, “Implementasi Prinsip Kehati-hatian Melalui Kewajiban Penyusunan dan
Pelaksanaan Kebijakan Perkreditan atau Pembiayaan Bank”, Jurnal Rechtidee, Vol. 13, No. 1, (2018), hal. 66.

Anda mungkin juga menyukai