Anda di halaman 1dari 5

Penulis : Dwi Sofiana, S.H., C.Lsc., CT.

ALC
Bertempat tinggal di Jepara, Pekerjaan Advokat/ Konsultan
Hukum, Program Pelatihan Certified Profesional Writer of AR
Learning Center Batch 4 (empat) tahun 2021.

Upaya Pencegahan wabah Virus Corona di Indonesia


Di awal tahun 2020 masyarakat Indonesia bahkan seluruh dunia di
gegerkan dengan wabah bernama covid-19 (corona virus) yang diduga kali
pertama muncul di daerah wuhan china di tahun 2019. Covid-19 ternyata
bukanlah virus biasa karena dengan penyebarannya begitu cepat dengan
terjadinya kontak fisik yang ditularkan melalui mulut serta hidung ditambah
daya imun manusia yang kurang bagus, bahkan berdasarkan data yang valid dari
Pemerintah kematian yang diakibat virus tersebut cukup banyak.

Memasuki tahun 2021 Covid-19 semakin bermutasi dengan varian baru,


di Indonesia sendiri upaya-upaya yang di lakukan Pemerintah supaya virus
tersebut tidak semakin menular satu sama lain. Lalu apa yang di maksud dengan
corona atau covid-19? Bagaimana ciri-ciri orang yang terjangkit covid-19? Dan
Upaya apa saja yang telah dilakukan Pemerintah Indonesia terkait pencegahan
penularan covid-19?

Corona virus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang
belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab
COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona adalah zoonosis
(ditularkan antara hewan dan manusia). Adapun, hewan yang menjadi sumber
penularan COVID-19 ini masih belum diketahui. Berdasarkan bukti ilmiah,
COVID-19 dapat menular dari manusia ke manusia melalui percikan
batuk/bersin (droplet), Orang yang paling berisiko tertular penyakit ini adalah
orang yang kontak erat dengan pasien COVID-19 termasuk yang merawat
pasien COVID-19 (Kemenkes RI, 2020). Tanda dan gejala umum infeksi covid-
19 termasuk gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk, dan sesak
napas. Masa inkubasi rata-rata adalah 5 - 6 hari dengan masa inkubasi demam,
batuk, dan sesak napas. Pada kasus yang parah, covid-19 dapat menyebabkan
pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian
(Tosepu et al., 2020).

Pasien yang terkonfirmasi covid-19 di Indonesia berawal dari suatu acara


di Jakarta dimana penderita kontak dengan seseorang warga Negara asing
(WNA) asal Jepang yang tinggal di Malaysia. Setelah pertemuan tersebut
penderita mengeluh demam, batuk dan sesak nafas (WHO, 2020).
WHO mengumumkan COVID-19 pada 12 Maret 2020 sebagai pandemic.
Jumlah kasus di Indonesia terus meningkat dengan pesat, hingga Juni 2020
sebanyak 31.186 kasus terkonfirmasi dan 1851 kasus meninggal (PHEOC
Kemenkes RI, 2020).

Gambar 1
Situasi Covid-19 di Indonesia upadate 06 Juli 2021

Pada tahun 2020 Pemerintah telah melakukan berbagai kebijakan terkait


pencegahan Covid-19. Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam Menghadapi
Wabah Covid-19 Salah satu karakterisitik penyakit Covid19 ini adalah mudah
menular, sehingga dengan cepat bisa menjangkiti banyak orang. Penyebaran
yang cepat ini bisa digambarkan dengan kurva warna merah pada grafik
dibawah ini. Kurva akan mencapai puncak dengan melampaui kapasitas sistem
kesehatan untuk menanganinya. Para ahli mengatakan melandaikan kurvai atau
memperlambat penyebaran virus corona (COVID-19) adalah jalan keluar
mengakhiri pandemic (Kemendagri, Maret 2020). Menurut mereka intinya
adalah melandaikan kurva, mencegah kurva membentuk puncak yang tajam.
Melandaikan kurva bisa dicapai dengan memperlambat penyebaran sehingga
jumlah kasus infeksi di satu waktu masih bisa ditangani sarana kesehatan yang
tersedia. Dengan demikian, orang-orang berisiko yang menjadi prioritas dapat
memperoleh layanan yang memadai.

Gambar 2.
Contoh Kurva Penyebaran Covid-19 tahun 2020

Cara untuk melandaikan kurva tersebut ialah Ketahui cara mengurangi


risiko, Ketahui informasi yang benar, Ketahui apa yang perlu dilakukan bila
sakit.Pemerintah di berbagai negara telah mengambil tindakan-tindakan yang
diperlukan untuk mengurangi penyebaran COVID-19. Tindakan-tindakan itu
disesuaikan pada jumlah kasus di wilayahnya. Ada yang memberlakukan libur
kerja, pembatalan pertemuan besar pembatasan perjalanan dan lainnya
(Kemendagri, 2020).

Sebagai upaya yang lebih komprehensif pemerintah mengeluarkan


kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PBSB) di sejumlah wilayah yang
peningkatan pasien positive corona meningkat cepat. Pada tanggal 31 Maret
2020, Presiden Jokowi mengadakan Konferensi Pers, dengan tujuan untuk
mengumumkan kepada publik mengenai kebijakan yang dipilihnya guna
menyikapi Covid-19 sebagai pandemi global yang sedang dihadapi oleh
masyarakat Indonesia saat ini. Pada konferensi pers tersebut, Presiden Jokowi
mengeluarkan statement bahwa, kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) merupakan kebijakan yang dipilih dalam merespon adanya Kedaruratan
Kesehatan. Kebijakan ini berlandaskan UU No. 6 Tahun 2018 tentang
Kekarantinaan Kesehatan. Seiring dipilihnya kebijakan PSBB, Presiden Jokowi
menegaskan bahwa Pemerintah Daerah tidak boleh menerapkan kebijakan
sendiri-sendiri di wilayahnya, yang tidak sesuai dengan protokol Pemerintah
Pusat. Hal tersebut mengingatkan kita, bahwa sempat terjadi kebijakan “local
lockdown” yang diterapkan di beberapa wilayah di Indonesia.

Memasuki tahun 2021 Pemerintah Indonesia menambah beberapa


kebijakan terkait penyebaran Covid-19 yang jumlahnya terus menerus naik.
Dari sisi regulasi, PPKM tertuang dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri
Nomor 1 Tahun 2021 kepada seluruh kepala daerah di Jawa dan Bali. PPKM
menyasar pada pembatasan kegiatan masyarakat secara terbatas berbasis pada
kota dan kabupaten.

Sedangkan, PSBB sendiri secara jelas sudah diatur dalam Peraturan


Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 yang merujuk ke UU Nomor 6 Tahun 2018
tentang Kekarantinaan Kesehatan dengan kriteria jumlah kasus atau jumlah
kematian akibat penyakit meningkat serta ada kaitan epidemiologis dengan
kejadian serupa di wilayah atau negara lain.

Pelaksanaan PPKM terdiri dari beberapa poin, seperti membatasi


perkantoran dengan menerapkan kerja dari rumah (work from home/WFH)
sebesar 75 persen dan kerja di kantor (work from office/WFO) sebesar 25
persen.

Kemudian, melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara dalam


jaringan. Restoran makan atau minum di tempat hanya diperbolehkan sebesar
25 persen. Pembatasan jam operasional untuk pusat perbelanjaan atau mal
sampai dengan pukul 19.00 WIB.

Pada PSBB sendiri, bersifat lebih ketat karena terdapat beberapa kegiatan
yang dibatasi. Meliputi, peliburan sekolah dan tempat kerja, menghentikan
kegiatan keagamaan di rumah ibadah, pembatasan kegiatan di tempat atau
fasilitas umum, pembatasan kegiatan sosial budaya, hingga pembatasan moda
transportasi.
Kemudian adanya vaksinasi yang dilakukan Pemerintah Indonesia secara
besar-besaran dengan sistem berkala berkala.

Gambar 3.
Kegiatan Vaksinasi yang dilakukan Pemerintah

Upaya Pencegahan Penyebaran Covid-19 pada dasarnya merupakan tugas


bersama warga Indonesia untuk saling menyadari dan mematuhi protokol
kesehatan serta patuh pada setiap aturan yang ditetapkan pemerintah,
menerapkan pola hidup yang sehat dan salah satunya menerapkan 5 (lima) yaitu
Mencuci Tangan, Memakai Masker, Menjaga Jarak, Menjauhi Kerumunan,
Mengurangi Mobilitas.

Sumber:

Ririn Noviyanti Putri, Indonesia dalam Menghadapi Pandemi Covid-19,


Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 20(2), Juli 2020, 705-
709 Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
universitas Batanghari Jambi ISSN 1411-8939 (Online), ISSN 2549-
4236 (Print) DOI 10.33087/jiubj.v20i2.1010

https://www.indonesiabaik.id/infografis/beda-psbb-vs-ppkm

https://www.kemkes.go.id/

Anda mungkin juga menyukai