Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

1.Pengertian Disiplin Belajar

1. 1 Disiplin

Istilah disiplin berasal dari bahasa latin “Disiplina” yang menunjuk kepada kegiatan belajar dan
mengajar. Istilah tersebut sangat dekat dengan istilah dalam bahasa Inggris “Disciple” yang berarti
mengikuti orang untuk belajar di bawah pengawasan seorang pemimpin (Tu‟u, 2004: 30). Sejalan
dengan pendapat tersebut, Khalsa (2007: 20) menjelaskan bahwa “disiplin adalah melatih melalui
pengajaran atau pelatihan”. Disiplin berkaitan erat dengan proses pelatihan yang dilakukan oleh pihak
yang memberi pengarahan dan bimbingan dalam kegiatan pengajaran.

Menurut Koesoema (2011: 237), “istilah disiplin terutama mengacu pada proses pembelajaran”.
Disiplin senantiasa dikaitkan dengan konteks relasi antara murid dan guru serta lingkungan yang
menyertainya, seperti tata peraturan, tujuan pembelajaran dan pengembangan kemampuan dari murid
melalui bimbingan guru. Sementara Njoroge & Nyabuto (2014) menyatakan bahwa “Discipline is a
vital ingredient for the success of students academic performance. Discipline at school plays a vital
role in the achievement of expectations and goals. It also plays a vital role in the acquisition of sense
of responsibility in learners as well as educators”. Menurut Njoroge & Nyabuto (2014), disiplin
adalah unsur yang sangat penting bagi keberhasilan prestasi akademik siswa. Disiplin sekolah
memainkan peran penting dalam pencapaian harapan dan tujuan pembelajaran. Hal ini juga
memainkan peran penting dalam akuisisi rasa tanggung jawab pada peserta didik serta pendidik.
Dalam bahasa Indonesia, istilah disiplin sering terkait dan menyatu dengan istilah tata tertib dan
ketertiban. Istilah ketertiban mempunyai arti kepatuhan seorang dalam mengikuti peraturan atau tata
tertib karena dorongan atau disebabkan oleh sesuatu yang datang dari luar dirinya. Sebaliknya istilah
disiplin sebagai kepatuhan dan ketaatan yang muncul karena adanya kesadaran dan dorongan dari
dalam diri orang itu. Hal ini sesuai dengan pendapat Zuriah (2011:83) yang menyatakan bahwa
seseorang dikatakan berdisiplin apabila melakukan pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan
waktu dan tempatnya serta dikerjakan dengan penuh kesadaran, ketekunan, keikhlasan atau tanpa
paksaan dari pihak manapun.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah suatu kepatuhan atau ketaatan
seseorang terhadap peraturan dan tata tertib yang telah ditetapkan berdasarkan dorongan dan
kesadaran yang muncul dalam hatinya serta dilakukan secara teratur tanpa adanya paksaan atau
tekanan dari pihak manapun. Dikaitkan dengan kegiatan pendidikan di sekolah, disiplin merupakan
salah satu

faktor yang efektif dalam kegiatan pembelajaran. Disiplin memegang peranan penting dalam
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif serta proses pembelajaran yang teratur sekaligus
penting bagi keberhasilan prestasi akademik siswa. Dengan adanya disiplin dapat membantu siswa
mengoptimalkan kemampuannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

1. 2 Belajar

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang. Belajar juga mencakup
segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Belajar memegang peranan penting
dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi
seseorang (Rifa‟i dan Anni 2011: 82). Sementara Hamalik dalam Susanto (2013: 4) menegaskan
bahwa “belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu atau seseorang melalui interaksi
dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku ini mencakup perubahan dalam kebiasaan (habit),
sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik).”

Pada dasarnya, pengertian belajar terletak pada perubahan perilaku. Sebagaimana Slavin dalam Rifai
dan Anni (2011: 82) menjelaskan bahwa “belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan
oleh pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antar individu dengan lingkungannya”. Hal
ini sesuaidengan pendapat Slameto (2010: 2), “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.Hintzman dalam Syah (2014:
88) juga berpendapat bahwa “Learning is a change in organism due to experience which can affect the
organism‟s behavior”. Pendapat tersebut menyatakan bahwa belajar adalah sebuah perubahan
organisme yang disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme
tersebut.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan usaha sadar yang
dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh perubahan perilaku ke arah yang lebih baik sebagai hasil
dari pengalamannya sendiri. Perubahan tersebut tidak hanya dari segi perilakunya, akan tetapi
mencakup tiga ranah yaitu afektif, kognitif dan psikomotorik. Jadi, dapat dikatakan belajar tersebut
berpengaruh terhadap seluruh kemampuan individu.

1. 3 Disiplin Belajar

Berdasarkan pengertian disiplin dan belajar yang telah diuraikan di atas, maka yang dimaksud disiplin
belajar dalam penelitian ini adalah serangkaian sikap, tingkah laku siswa yang menunjukkan ketaatan
dan kepatuhannya untuk belajar secara teratur baik di sekolah maupun di rumah atas dasar kesadaran
dirinya untuk belajar tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Disiplin belajar berfungsi untuk
menerapkan cara belajar yang baik sehingga siswa dapat mencapai tujuan belajar yang diinginkan.
Disiplin belajar dapat berlangsung di sekolah maupun rumah secara rutin. Apabila siswa sudah
memiliki disiplin belajar yang baik, maka hasilnya pun akan terlihat dari segi perilaku dan
prestasinya.

Gie (1988: 59) menjelaskan bahwa disiplin belajar akan membuat seseorang memiliki kecakapan
mengenai cara belajar yang baik dan pembentukan watak yang baik pula. Cara belajar yang baik
adalah suatu kecakapan yang dapat dimiliki oleh setiap orang dengan jalan latihan. Tetapi, keteraturan
dan disiplin harus dikembangkan dengan penuh kemauan dan kesungguhan. Apabila sudah dibiasakan
secara teratur untuk belajar, maka tidak akan tumbuh kemalasan untuk belajar. Oleh karena itu,
membiasakan diri untuk belajar sangat diperlukan dalam menumbuhkan disiplin belajar.

Disiplin belajar dapat terbentuk melalui dua cara yaitu dorongan kesadaran diri dan pemaksaan (Tu‟u,
2004: 41). Disiplin yang terbentuk melalui dorongan kesadaran diri akan lebih baik, kuat dan tidak
mudah hilang. Sebaliknya, disiplin yang terbentuk karena pemaksaan, akan cepat pudar dan kembali
seiring dengan hilangnya faktor-faktor luar yang menyebabkan individu tersebut berdisiplin.

Disiplin yang berlandaskan pemaksaan akan memberikan pengaruh yang kurang baik bagi kehidupan
anak.Disiplin belajar bukan harga mutlak yang tercipta sejak manusia dilahirkan. Akan tetapi, disiplin
belajar terbentuk melalui kebiasaan yang diciptakan oleh siswa itu sendiri. Keinginan yang kuat dari
dalam diri siswa untuk belajar secara teratur itulah yang pada akhirnya mendorong terbentuknya
disiplin belajar. Hal ini tidak terlepas dari peran orang-orang yang berada di sekitar siswa terutama
orang tua. Orang tua merupakan sosok terdekat dengan siswa yang memegang andil tertinggi dalam
membentuk kedisiplinan anak. Sebagaimana dijelaskan oleh Tu‟u (2004: 31) bahwa disiplin
merupakan proses pembinaan yang cukup panjang yang dilakukan sejak dari dalam keluarga dan
berlanjut dalam pendidikan di sekolah.

Keluarga dan sekolah menjadi tempat penting bagi perkembangan disiplin siswa. Oleh karena itu,
dapat dikatakan bahwa disiplin belajar merupakan sikap moral yang terbentuk bukan secara otomatis
sejak manusia dilahirkan, melainkan terbentuk karena pengaruh lingkungannya. Siswa yang memiliki
sikap disiplin akan senantiasa menaati segala peraturan yang berlaku, taat kepada gurunya,
mengerjakan tugas tepat waktu, aktif masuk sekolah dan selalu disiplin belajar baik di sekolah
maupun rumah.

2. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Belajar Siswa SMA Negeri 1 Batusangkar

Permasalahan disiplin belajar siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau
hasil belajarnya. Permasalahan-permasalahan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, pada
umumnya berasal dari faktor internal yaitu dari siswa itu sendiri maupun faktor eksternal yang berasal
dari luar. Beberapa faktor yang mempengaruhi disiplin adalah sebagai berikut:

a. Kesadaran diri, berfungsi sebagai pemahaman diri bahwa disiplin dianggap penting bagi kebaikan
dan keberhasilan dirinya. Selain kesadaran diri menjadi motif sangat kuat bagi terbentuknya disiplin.

b. Pengikut dan ketaatan, sebagai langkah penerapan dan praktik atas peraturan-peraturan yang
mengatur perilaku individunya. Hal ini sebagai kelanjutan dari adanya kesadaran diri yang dihasilkan
oleh kemampuan dan kemauan diri yang kuat.

c. Alat pendidikan, untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan membentuk perilaku yang sesuai
dengan nilai yang ditentukan dan diajarkan.

d. Hukuman, sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan yang salah sehingga orang
kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan (Tu’u, 2004:48-49).Hal senada pendapat lain
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin belajar adalah sebagai berikut:

a. Teladan

Teladan yang ditunjukkan guru-guru, kepala sekolah maupun atasan sangat berpengaruh terhadap
disiplin para siswa. Dalam disiplin belajar, siswa akan lebih mudah meniru apa yang mereka lihat
sebagai teladan daripada dengan apa yang mereka dengar.

b. Lingkungan berdisiplin

Seseorang yang berada di lingkungan berdisiplin tinggi akan membuatnya mempunyai disiplin tinggi
pula. Salah satu ciri manusia adalah kemampuannya beradaptasi dengan lingkungannya. Dengan
potensi adaptasi ini, ia dapat mempertahankan hidupnya.

c. Latihan berdisiplin

Disiplin seseorang dapat dicapai dan dibentuk melalui latihan dan kebiasaan. Artinya melakukan
disiplin secara berulang-ulang dan membiasakannya dalam praktik kehidupan sehari-hari akan
membentuk disiplin dalam diri siswa (Tu’u, 2004:49-50).Hal senada menurut pendapat Suradi (2011)
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin belajar adalah sebagai berikut:

1. Faktor eksterinsik

a. Faktor non-sosial, seperti keadaan udara, waktu, tempat dan peralatan maupun media yang dipakai
untuk belajar.

Pendapat lain menyatakan bahwa: Faktor – faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah
lingkungan alamiah seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak
terlalu silau/ kuat, atau tidak terlalu lemah/ gelap, suasana yang sejuk dan senang. Kedua yaitu faktor
instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan menjadi dua macam.

Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar dan lain sebagainya.
Kedua software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku dan lain sebagainya.
Faktor materi pelajaran termasuk dalam lingkungan nonsosial yang terakhir. Faktor ini hendaknya
disesuaikan dengan perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru (Baharuddin,
2008:27-28).Lingkungan nonsosial dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, meliputi keadaan ruang
belajar dan peralatan mengajar. Keadaan ruang belajar dijabarkan menjadi kondisi udara yang baik,
pencahayaan yang cukup, dan keadaan ruang belajar yang nyaman. Peralatan mengajar dapat
dibedakan menjadi keadaan ruang kelas, fasilitas di dalam ruang kelas, kurikulum dan peraturan yang
telah dibuat.

b. Faktor sosial, terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Pendapat lain menyatakan bahwa:

1) Lingkungan Sosial Sekolah

Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi
proses belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antar ketiganya dapat menjadi motivasi bagi
siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang
guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.

2) Lingkungan Sosial Masyarakat

Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan
siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat mempengaruhi aktivitas
belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam
alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.

3) Lingkungan Sosial Keluarga

Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua,
demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap
aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang
harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik (Baharuddin, 2008:26-27).

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa lingkungan sosial


mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Hubungan yang baik antar lingkungan sosial sekolah yang
terdiri dari guru, dengan teman – teman sekelas, serta administrasi mampu memberikan dorongan
yang baik bagi siswa untuk belajar lebih giat. Lingkungan sosial masyarakat merupakan lingkungan
dimana siswa berinteraksi dengan warga sekitar rumahnya. Siswa harus dapat membatasi diri dari
pengaruh lingkungan yang buruk. Lingkungan sosial yang terakhir berasal dari keluarga, peran serta
orangtua dalam proses belajar anaknya sangatlah dibutuhkan. Aturan – aturan yang ada di dalam
lingkungan keluarga hendaknya dilaksanakan dengan baik guna menjalin hubungan yang baik antar
anggota keluarga.

2. Faktor instrinsik

a. Faktor psikologi, seperti minat, motivasi, bakat, konsentrasi, dan kemampuan kognitif.

Pendapat lain mengatakan bahwa:

Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan
yang besar terhadap sesuatu (Baharuddin, 2008:24). Seseorang yang tidak mempunyai minat untuk
belajar dapat membuat gairah ataupun semangat belajar yang kurang. Munculnya minat belajar yang
baik biasanya akan disertai dengan aktivitas belajar yang baik pula.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah keinginan yang besar terhadap
sesuatu. Minat yang besar akan mendukung kelancaran proses belajar siswa. Minat belajar siswa
dapat ditunjukkan dengan perasaan senang pada suatu pelajaran, perhatian siswa terhadap pelajaran,
konsentrasi siswa terhadap pelajaran, dan kesadaran siswa untuk belajar.

Motivasi adalah keseluruhan daya gerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang
menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga
tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2011:75).Motivasi dapat
dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Menurut Sardiman (2011:89), “motivasi
intrinsik adalah motif – motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar,
karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu”.

Menurut Sardiman (2011:83) “ciri-ciri motivasi adalah tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi
kesulitan, menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah, lebih senang bekerja sendiri, cepat
bosan terhadap tugas-tugas rutin, dapat mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepaskan hal
yang diyakini, dan senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal”.

“Ranah kognitif merupakan kemampuan yang selalu dituntut kepada anak didik untuk dikuasai.
Karena penguasaan kemampuan pada tingkatan ini menjadi dasar bagi penguasaan ilmu
pengetahuan”(Djamarah, 2002:168).“Mengingat adalah suatu aktivitas kognitif, dimana orang
menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa lampau atau berdasarkan kesan – kesan yang
diperoleh dari masa lampau”

(Djamarah, 2002:169). Mengingat di dalam aktivitas belajar dapat dilakukan dengan berbagai cara,
salah satunya adalah dengan cara mempelajari kembali (review) materi-materi yang telah dipelajari.
Menurut Bloom dalam Purwanto (2008:43-47) kemampuan kognitif dibagi menjadi enam. Rincian ini
dapat disebutkan sebagai berikut:

1. Pengetahuan hafalan (knowledge)

Knowledge adalah tingkat kemampuan yang hanya meminta responden atau testee untuk mengenal
atau mengetahui adanya konsep, fakta, atau istilah-istilah tanpa harus mengerti, atau dapat menilai,
atau dapat menggunakannya. Dalam hal ini testee dituntut untuk menyebutkan kembali (recall) atau
menghafal saja.

2. Pemahaman (komprehensi)

Pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan tastee mampu memahami arti atau
konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya.

3. Aplikasi (penerapan)Dalam tingkatan ini, responden dituntut kemampuannya

untuk menerapkan atau menggunakan apa yang telah diketahuinya dalam suatu situasi yang baru
baginya.

4. Analysis (menguraikan, menentukan hubungan)

Tingkat kemampuan untuk menganalisis atau menguraikan suatu integritas atau suatu situasi tertentu
ke dalam komponen – komponen atau unsur pembentuknya.

5. Sintesis

Sintesis adalah penyatuan unsur – unsur atau bagian – bagian ke dalam suatu bentuk yang
menyeluruh. Berfikir sintesis merupakan salah satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif.

6. Evaluasi (menilai)

Dengan kemampuan ini responden diminta untuk membuat penilaian tentang suatu pernyataan,
konsep, situasi berdasarkan suatu kriteria tertentu.

b. Faktor fisiologis, yang termasuk dalam faktor fisiologis antara lain

pendengaran, penglihatan, kesegaran jasmani, kekurangan gizi, kurang tidur dan sakit yang diderita.

Pendapat lain mengatakan bahwa:

Faktor-faktor fisiologi adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-
faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama keadaan tonus jasmani keadaan tonus jasmani pada
umumnya sangat mempengaruhi belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan
memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Cara menjaga kesehatan jasmani
antara lain adalah: (1) Menjaga pola makan yang sehat dengan memperhatikan nutrisi yang masuk ke
dalam tubuh; (2) Rajin berolahraga agar tubuh selalu bugar dan sehat; (3) Istirahat yang cukup dan
sehat kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis.

Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi
hasil belajar, terutama pancaindra. Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah
aktivitas belajar dengan baik pula. Pancaindra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar
adalah mata dan telinga (Baharuddin, 2008:19).

Dalam penelitian ini, kondisi fisiologis dikategorikan menjadi dua, yaitu kondisi fisik dan fungsi
jasmani. Kondisi fisik siswa yang baik dapatmemberikan pengaruh positif terhadap aktivitas belajar.
Kondisi fisik yang dimaksud di atas dapat diperoleh dengan menjaga pola makan, rajin berolahraga,
dan dengan istirahat yang cukup. Fungsi jasmani yang diteliti lebih kepada fungsi pancaindera yang
digunakan dalam aktivitas belajar, dalam hal ini adalah mata dan telinga.

Hal senada menurut pendapat Zainal (2009:2) menyimpulkan “ada banyak faktor yang menyebabkan
siswa melakukan perbuatan – perbuatan tidak disiplin, faktor – faktor ini lazimnya dikelompokkan
kepada faktor sekolah dan faktor luar sekolah seperti persekitaran, keluarga, pengaruh rekan sebaya
dan lain sebagainya”.

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin belajar di atas,
dapat diambil kesimpulan bahwa faktor –faktor yang mempengaruhi disiplin belajar dipengaruhi oleh
dua faktor yaitu faktor intrinsik (faktor yang terdapat pada diri siswa) dan faktor ekstrinsik (faktor

yang terdapat diluar diri siswa).

3. Pengaruh Disiplin Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa

Pengaruh disiplin belajar terhadap prestasi siswa menjadi faktor utama dalam keberhasilan
penguasaan pelajaran di sekolah. Prestasi belajar merupakan akibat dari disiplin belajar. Dalam hal ini
disiplin belajar berarti sikap keteraturan siswa dalam belajar. Keteraturan berarti siswa sudah terbiasa
belajar dengan teratur tanpa adanya paksaan dari pihak lain. Secara teori, apabila siswa sudah mampu
menanamkan disiplin belajar dengan baik, maka prestasi belajar akan meningkat. Hal ini sesuai
dengan pendapatnya Tu‟u (2004: 15) menyatakan bahwa disiplin menjadi salah satu faktor dominan
dalam mempengaruhi prestasi belajar siswa. Selain itu Gie (1988: 60) mengemukakan bahwa dalam
usaha apapun juga, keteraturan dan disiplin akan tetap merupakan kunci memperoleh hasil yang baik.
Siswa yang memiliki disiplin belajar yang tinggi akan mendapatkan prestasi belajar yang tinggi pula.
Disiplin belajar memiliki pengaruh yang besar terhadap prestasi belajar siswa karena dengan adanya
disiplin siswa tidak malas lagi dalam belajar. Bagi siswa yang sudah menerapkan disiplin belajar,
mereka menganggap bahwa belajar merupakan sebuah kewajiban yang harus dilaksanakannya setiap
hari. Hal ini dikarenakan mereka sudah menyadari akan pentingnya belajar. Sebaliknya bagi siswa
yang kurang menerapkan disiplin belajar, mereka menganggap belajar merupakan sebuah paksaan
atau tekanan bagi dirinya. Belajar yang berlandaskan paksaan tidak akan bertahan lama, tetapi pudar
seiring hilangnya paksaan tersebut. Namun, apabila siswa sudah menyadari pentingnya belajar
walaupun pada mulanya atas dasar paksaan, maka lambat laun anak mampu menerapkan disiplin
belajar yang baik.

Pengaruh disiplin belajar terhadap prestasi belajar siswa sangatlah besar dan sifatnya tidak sementara,
akan tetapi dibawa terus sampai kapan pun. Tanpa dukungan orang tua di rumah, pengaruh disiplin
belajar tidak akan berarti. Orang tua merupakan agen pendidikan siswa yang dapat membantu
pelaksanaan disiplin di sekolah. Pendekatan orang tua di rumah menjadi senjata ampuh untuk
menanamkan disiplin belajar dalam diri anak. Salah satu caranya yakni memotivasi anak agar
senantiasa belajar di rumah sehingga akan tercipta kesinambungan antara disiplin belajar di rumah
dan sekolah.

4. Upaya SMA Negeri 1 Batusangkar Meningkatkan kedisiplinan Belajar Siswa

Adapun upaya-upaya yang dilakukan pihak SMA Negeri 1 Batusangkar dalam meningkatkan disiplin
belajar siswa diantaranya yaitu :

1. Menentukan Target

SMA Negeri 1 Batusangkar memberikan target kepada siswa/i nya dalam pencapaian hasil ujian
dengan memberi batasan nilai minimal 81. Jikalau para siswa/i SMAN 1 Batusangkar tidak dapak
mencapai batasan nilai tersebut maka mereka akan dinyatakan gagal. Hal ini akan mempengaruhi
semngat belajar para siswa/i sehingga bisa meningkatkan disiplin belajar.

2. Memberikan hadiah jika berhasil.

Para siswa/i yang mendapatkan nilai ujian sempurna dan rangking tertinggi akan diberikan hadiah dari
pihak SMA N 1 Batusangkar berupa bingkisan alat tulis. Pemberian hadiah merupakan suatu yang
menarik bagi semua orang. Dalam belajar pemberian hadiah dapat memacu meningkatkan disiplin
belajar.

3. Pemberian sanksi jika melanggar aturan.

Jika siswa/i melanggar aturan sekolah, pihak sekolah akan memberikan sanksi terhadap siswa/i yang
melanggar tersebut. Salah satu bentuk pelanggarannya yaitu cabut dalam proses PBM, maka siswa/i
yang cabut tersebut akan di berikan sanksi yaitu memanggil orang tua untuk datang ke sekolah. Selain
itu, sanksi juga akan diberikan jikalau siswa/i tidak dapat mencapai nilai ambang batas yang di
tetapkan sekolah. Sanksi nya yaitu siswa/i tersebut tidak dapat melanjutkan ke jenjang berikut nya
atau tinggal kelas.

4. Memajang kata-kata motivasi di tempat yang mudah terlihat

Kata-kata motivasi bisa menjadi pengingat kepada diri kita untuk mencapai target belajar sehingga
akan lebih disiplin dalam belajar. Pihak SMAN 1 Batusangkar memajang kata-kata motivasi di
lorong-lorong sekolah yang biasa di lewati para siswa/i. Selain itu di ruang kelas juga terdapat kata-
kata motivasi yang dapat membuat semangat belajar meningkat. Dengan menulis kata-kata motivasi
ditempat yang sering siswa/i lihat maka akan sering mengingatkan para siswa/i untuk disiplin lagi
dalam belajar. Ini merupakan hal seperti sepele tetapi telah banyak berhasil untuk meningkatkan
motivasi seseorang sehingga bisa meningkatkan disiplin belajar seseorang.

5. Membuat kelompok belajar.

Para guru mata pelajaran akan menyuruh para siswa/i untuk membuat kelompok belajar. Kelompok
belajar akan membuat seseorang menjadi lebih disiplin dalam belajar karena ada orang lain yang
mengingatkan waktu belajar. Serta dengan belajar kelompok maka siswa/i bisa belajar banyak hal
dengan orang lain yang kita belum bisa.

6. Menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan sekolah.

Penjaga sekolah akan selalu menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan sekolah. Kebersihan dan
kerapian lingkungan sekolah terutama ruang kelas akan sangat berpengaruh terhadap mood siswa/i
dalam belajar. Selain itu juga merupakan bentuk dalam meningkatkan konsentrasi para siswa/i. Jika
semangat belajar siswa/i bagus dalam belajar maka kedisiplinan dalam belajar pun akan meningkat.

Anda mungkin juga menyukai