Kurikulum 2013
2006/2013 K
e
l
a
s
kimia XI
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.
1. Memahami definisi dan macam-macam titrasi.
2. Memahami definisi dan prinsip titrasi asam-basa.
3. Dapat menyelesaikan soal-soal terkait stoikiometri titrasi asam-basa.
Dalam menganalisis sampel yang bersifat basa, digunakan larutan standar asam.
Metode ini dikenal dengan istilah asidimetri. Sebaliknya, dalam menganalisis sampel
yang bersifat asam, digunakan larutan standar basa. Metode ini dikenal dengan istilah
alkalimetri.
Titrasi dilakukan dengan menambahkan tetes demi tetes larutan titran yang telah
diketahui konsentrasinya ke dalam larutan titrat yang hendak ditentukan konsentrasinya.
Titrasi dihentikan apabila titik ekuivalen telah tercapai. Volume larutan titran yang terpakai
kemudian dicatat untuk digunakan sebagai data titrasi. Oleh karena titrasi menggunakan
volume larutan titran, maka metode ini disebut juga sebagai analisis kuantitatif dengan
metode volumetri. Pada titrasi asam basa, titik ekuivalen dicapai ketika larutan titrat tepat
dinetralkan oleh larutan titran.
Ada dua cara yang umumnya digunakan untuk menentukan titik ekuivalen pada
titrasi asam basa, yaitu sebagai berikut.
1. Memakai pH meter
pH meter digunakan untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan.
Dari hasil yang ditunjukkan oleh pH meter, selanjutnya dibuat plot antara pH dan
2
volume titran untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut
merupakan titik ekuivalen.
2. Memakai indikator asam basa
Indikator asam basa ditambahkan pada titrat sebelum proses titrasi dilakukan.
Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi. Saat inilah titrasi
dihentikan. Cara kedua ini umumnya lebih dipilih karena mudah diamati, tidak
diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis.
Sebagai contoh, pada larutan CH3COOH yang dititrasi menggunakan titran
NaOH. Jika pH akhir yang dicapai adalah sekitar 8,5, maka indikator yang tepat untuk
digunakan adalah fenolftalein. Fenolftalein memiliki trayek pH 8,3 – 10,0 dengan
perubahan warna dari tak berwarna menjadi merah. Volume titran saat titik ekuivalen
tercapai disebut sebagai titik akhir titrasi.
Sekarang, perhatikan kurva titrasi suatu larutan asam menggunakan titran larutan
basa berikut.
14
12
10
8
pH
6
0
0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 100.0
Volume NaOH (mL)
3
Metode alkalimetri juga telah digunakan untuk menganalisis asam salisilat. Mula-
mula, sampel sekitar 250 mg dilarutkan ke dalam 15 mL etanol 95% dan 20 mL air.
Kemudian, proses titrasi dilakukan dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 N dan
indikator fenolftalein. Sama halnya saat menentukan kadar asam sitrat, titik akhir titrasi
diketahui dari larutan yang tidak berwarna berubah menjadi merah muda.
Mol H+ diperoleh dari perkalian mol spesi asam dengan valensi asam. Mol spesi asam
adalah molaritas asam dikalikan dengan volume larutan, sedangkan valensi asam adalah
koefisien ion H+ dalam asam tersebut. Sama halnya dengan H+, mol OH– juga diperoleh
dari perkalian mol spesi basa dengan valensi basa. Mol spesi basa adalah molaritas basa
dikalikan dengan volume larutan, sedangkan valensi basa adalah koefisien ion OH– dalam
basa tersebut
Ma × Va × a = Mb × Vb × b
Keterangan:
Ma = konsentrasi larutan asam;
Va = volume larutan asam;
a = valensi asam;
Mb = konsentrasi larutan basa;
Vb = volume basa; dan
b = valensi basa.
Adakalanya yang diketahui dari suatu larutan adalah nilai normalitasnya. Normalitas
diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dan valensi asam pada larutan asam,
atau valensi basa pada larutan basa. Dengan demikian, rumus sebelumnya dapat ditulis
ulang sebagai berikut.
Na × Va = Nb × Vb
4
Keterangan:
Na = normalitas asam;
Va = volume larutan asam;
Nb = normalitas basa; dan
Vb = volume larutan basa.