217 1301 1 PB
217 1301 1 PB
(James Zulfan)
James Zulfan
Balai Bangunan Hidraulik dan Geoteknik Keairan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
Jl.Ir.H.Juanda no.193 Dago, Bandung, Indonesia
e-mail : jameszulfan@gmail.com
ABSTRAK
Permasalahan gerusan yang terjadi di hilir bendung akibat dari energi loncatan hidraulik yang belum
cukup terdisipasi dengan baik sehingga membahayakan struktur bendung, terlebih jika kondisi dasar
sungai di hilir bendung dibiarkan tanpa adanya proteksi atau perkuatan. Dengan adanya korelasi yang
kuat antara debit dan kedalaman gerusan yang terjadi maka diperlukan perkuatan dasar sungai untuk
menjaga kestabilan struktur bendung. Penanganan permasalahan ini bisa diselesaikan dengan
memasang pengaman dasar sungai di hilir bendung. Studi ini mengkaji efektifitas dari 3 alternatif
perkuatan di hilir bendung melalui uji model fisik 3 dimensi dengan menganalisis korelasi antar
parameter hidraulik dan kedalaman gerusan yang terjadi. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium
Hidraulika dengan lokasi studi kasus Bendung Rengrang di Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan hasil
penelitian, perkuatan hilir bendung efektif untuk mengurangi kedalaman gerusan. Alternatif perkuatan
dengan riprap batu lebih direkomendasikan dengan pertimbangan kemudahan, ekonomis, dan
ketersediaan material di lapangan.
Kata kunci : Bendung, Gerusan Lokal, Riprap, Sungai, Uji Model Fisik
ABSTRACT
Scouring issues which occured at downstream of a weir can potentially endangers the weir’s structureif
the hydraulic jump is not properly dissipated, especially when the downstream river bed is unprotected.
Due to strong correlation between discharge and the depth of the scour emerge, downstream protection is
needed to maintain structure stability. To solve this problem, heavy protection is set at downstream of the
weir such as riprap to prevent the scouring. This study aims to review the effectiveness of 3 alternatives
measures through 3 dimensional physical model test by assessing the correlation among hydraulic
parameters and the depth of the scour. The experiment were performed at hydraulic laboratory with a
case study of Rengrang Weir in West Java. Based on laboratory test, hydraulic measures are effective to
reduce the impact of the scouring. Alternative measures with riprap is more preferably because the
easiness, economic and availability of thematerialon site.
15
Jurnal Teknik Hidraulik Vol.8 No.1, Juni 2017:15 - 28
16
Optimasi Hidraulik Penanganan Gerusan di Hilir Bendung…. (James Zulfan)
Bendung
Rengrang
17
Jurnal Teknik Hidraulik Vol.8 No.1, Juni 2017:15 - 28
Keterangan :
h : tinggi muka air diatas mercu (meter), ds : kedalaman gerusan (meter)
ht : tinggi muka air hilir (meter), Ls : panjang gerusan (meter)
Mulai
Pengumpulan data
Kalibrasi model
Skenario
proteksi
Uji pola dan
Uji penggerusan terhadap
kecepatan aliran
gerusan
Rekomendasi
Selesai
18
Optimasi Hidraulik Penanganan Gerusan di Hilir Bendung…. (James Zulfan)
19
Jurnal Teknik Hidraulik Vol.8 No.1, Juni 2017:15 - 28
Keterangan :
1 : pompa air 5 : bak pembuangan
2 : bak ukur 6 : saluran pembuang
3 : bak penenang 7 : kolam simpan air
4 : area model fisik
20
Optimasi Hidraulik Penanganan Gerusan di Hilir Bendung…. (James Zulfan)
a) b)
Arah aliran
Gambar 8 Percobaan pengaliran Bendung Rengrang, a) tampak samping, b) tampak dari hilir
Analisis Gerusan di Hilir Bendung dan pencegahan gerusan lokal, terjadi kelokan
Berdasarkan hasil uji model fisik pada karena adaptasi terhadap penurunan, sebagai
kondisi eksisting diketahui terjadi loncatan air tahanan pelindung kemampuan sedimen
di kolam olakan. Namun energi aliran masih melintas saluran dan menggerus. Batu riprap
belum terdisipasi dengan baik oleh peredam yang diletakkan di dasar dan tebing pada
energi sehingga menyebabkan masih bagian hilir kolam olakan digunakan untuk
terjadinya gerusan di hilir bendung. Pola aliran melindungi gerusan yang disebabkan oleh
juga cenderung lebih dominan di sebelah ombak dan sisa energi yang direduksi oleh
kanan akibat adanya bangunan pembilas di kolam olakan. Oleh karena itu dilakukan upaya
sebelah kiri sehingga gerusan terdalam lebih pengamanan dasar saluran dengan
banyak terjadi pada sisi sebelah kanan. menggunakan beberapa alternatif sebagai
Kedalaman maksimum gerusan yang diamati berikut:
setelah pengaliran debit Q100th mencapai 3,5 1. Alternatif 1, perkuatan dasar sungai di
meter di area kakitembok sayap kanan dengan hilir bendung setelah peredam energi
panjang lubang gerusan sebesar 36,4 meter. dengan material rip-rap dengan blok beton
Hal ini merupakan kondisi ekstrim yang (dimensi 1,0 x 1,0 meter), dipasang merata
dapat terjadi akibat olakan dari loncatan mengikuti lebar bendung dari sayap kiri ke
hidraulik yang menggerus sedimen dasar kanan dengan panjang 15 meter ke arah
sungai yang di dominasi oleh pasir. Dengan hilir. Di ujung susunan blok beton
kondisi tidak adanya pengaman di hilir dipasang ambang balok menerus yang
bendung membuat dasar sungai sangat rentan berfungsi sebagai pembatas blok beton
tergerus oleh energi aliran air yang terjadi. dengan tanah asli (Gambar 10).
Oleh karena itu, diperlukan adanya 2. Alternatif 2, penanganan seperti pada
pengamanan di hilir bendung untuk alternatif 1 namun material blok beton
melindungi dasar saluran dari bahaya gerusan diganti dengan material rip-rap batu
lokal di hilir bendung. Pola gerusan yang batuan ≥ 0,4 meter. Diujung susunan
terjadi pada debit Q100thn dapat dilihat pada riprap batu dipasang ambang balok
Gambar 9. Melihat efek gerusan yang terjadi, menerus yang berfungsi sebagai pembatas
diperlukan suatu penanganan perkuatan dasar riprap dengan tanah asli (Gambar 11).
sungai di hilir bendung. Perkuatan ini dapat 3. Alternatif 3, pengaman dasar sungai di
dilakukan dengan beberapa alternatif antara hilir peredam energi berupa riprap batu
lain dengan pemasangan riprap di hilir berbentuk U yang diletakkan di kaki
bendung. Simon dan Sentruk (1992) ambang hilir dan tembok sayap kanan-kiri,
mengemukakan bahwa riprap melengkapi masing-masing sepanjang 5 m dengan
lantai apron secara menerus di bagian hilir material batuan ≥ 0,4 meter. Pada
yang berfungsi untuk melindungi gerusan pada alternatif ini tidak digunakan ambang
dasar saluran, karena terbukti bahwa gerusan balok yang membatasi riprap dengan
disebabkan oleh perpindahan endapan tanah asli sehingga riprap langsung
sedimen atau akibat pusaran aliran sebagai berbatasan dengan tanah asli tanpa ada
kompensasi dari peredaman energi. penghalang (Gambar 12).
Beberapa kondisi yang memerlukan riprap
antara lain yaitu pengaruh peredaman energi
21
Jurnal Teknik Hidraulik Vol.8 No.1, Juni 2017:15 - 28
Gambar 9 Pola gerusan dengan Q100th dengan kondisi eksisting tanpa perkuatan hilir,
a) tampak atas, b) potongan melintang di kedalaman tertinggi
Ambang balok
22
Optimasi Hidraulik Penanganan Gerusan di Hilir Bendung…. (James Zulfan)
Ambang balok
Riprap batu
15 m
Riprap batu
5m
23
Jurnal Teknik Hidraulik Vol.8 No.1, Juni 2017:15 - 28
Mercu
Riprap
Riprap
Mercu
24
Optimasi Hidraulik Penanganan Gerusan di Hilir Bendung…. (James Zulfan)
Mercu
Riprap
Keterangan :
Alternatif 1 : Riprap blok beton dan ambang balok
Alternatif 2 : Riprap batu dan ambang balok
Alternatif 3 : Riprap batu
Gambar 16 Ilustrasi perbandingan gerusan yang terjadi di hilir bendung pada 3 alternatif
25
Jurnal Teknik Hidraulik Vol.8 No.1, Juni 2017:15 - 28
Dari hasil pengujian (Gambar 16), terlihat alternatif 3. Lubang gerusan yang paling
bahwa penempatan riprap yang dipasang panjang dihasilkan pada alternatif 3,
ambang (Alternatif 1 dan 2) justru mempunyai sedangkan lubang gerusan yang terpendek
pusat gerusan yang lebih dalam dibandingkan dihasilkan pada alternatif 1. Kemudian
dengan dengan penempatan riprap yang tidak berdasarkan hasil pengujian, maka ditentukan
menggunakan ambang diujungnya (Alternatif rasio panjang gerusan dan tinggi energi
3). Ambang balok yang dipasang diujung masing-masing alternatif, kemudian diplotkan
riprap untuk memisahkan riprap dengan tanah dengan parameter debit per satuan lebar yang
asli cukup mengganggu kinerja dari peredam digunakan dalam pengujian model fisik.
energi tipe cekung yang menyebabkan
Hasil yang didapatkan menunjukkan adanya
loncatan hidraulik yang lebih tinggi dan
kenaikan besaran ratio panjang dan tinggi
pusaran balik di hilir peredam energi terhalang
energi dari gerusan seiring adanya kenaikan
sehingga mengakibatkan terjadinya gerusan
besaran debit. Dalam hal ini, alternatif 1
yang lebih dalam di hilir riprap. Berdasarkan
memberikan rasio panjang lubang gerusan dan
hal tersebut, alternatif 3 yang tidak
tinggi energi (Ls/∆h) yang paling optimal pada
menggunakan ambang di akhirriprap
ketiga kondisi pengaliran (debit rendah,
memberikan efek peredaman energi yang lebih
sedang, tinggi). Ratio pada kondisi debit
baik dengan kedalaman gerusan maksimum
rendah (Q2thn) sebesar 7,06, pada debit sedang
yang lebih kecil dibanding alternatif 1 dan
(Q20thn) sebesar 8,98, dan pada debit tinggi
alternatif 2.
(Q100thn) sebesar 9,81. Korelasi dari parameter-
Korelasi Parameter Hidraulik parameter ini dapat dilihat pada Gambar 17.
Untuk mengetahui efektifitas dari masing- Untuk korelasi antara debit per satuan lebar
masing alternatif, maka dapat kita korelasikan (q) dengan rasio kedalaman gerusan dan tinggi
parameter-parameter hidraulik yang ada ambang (ds/P), dapat dilihat pada Gambar 18.
berdasarkan hasil uji model fisik di Dari hasil pengujian gerusan didapatkan
laboratorium. Parameter gerusan yang diamati bahwa kenaikan ratio kedalaman gerusan
meliputi kedalaman debit per satuan lebar (q), dengan tinggi ambang berbanding lurus
gerusan (ds), panjang gerusan (Ls), dan dengan kenaikan debit per satuan lebar. Dalam
peredaman energi (ΔH). Interaksi yang terjadi hal ini, alternatif 3 memberikan rasio
antara tiap parameter dapat memberikan kedalaman gerusan dan tinggi ambang (ds/P)
wawasan tentang bagaimana proses gerusan yang paling rendah diantara ketiga alternatif
yang terjadi di hilir bendung. Perbandingan pengaliran pada kondisi debit rendah, sedang,
gerusan pada masing-masing alternatif dapat tinggi. Ratio kedalaman gerusan dan tinggi
dilihat pada Gambar 16. Berdasarkan ambang (ds/P) pada kondisi debit rendah
komparasi gerusan yang ditunjukkan pada (Q2thn) sebesar 0,33, pada debit sedang (Q 20thn)
Gambar 16 dapat disimpulkan bahwa lubang sebesar 0,50, dan pada debit tinggi (Q 100thn)
gerusan terdalam dihasilkan pada alternatif 2 sebesar 0,58. Korelasi dari parameter-
sedangkan yang terdangkal dihasilkan pada parameter ini dapat dilihat pada Gambar 18.
14
12
10
Ls/ΔH
8
alt.1
6
alt.2
4
alt.3
2
0
0 5 10 15 20
q (m3/s/m)
26
Optimasi Hidraulik Penanganan Gerusan di Hilir Bendung…. (James Zulfan)
1.20
1.00
0.80
ds/P
0.60 alt.1
alt.2
0.40
alt.3
0.20
0.00
0 5 10 15 20
q (m3/s/m)
27
Jurnal Teknik Hidraulik Vol.8 No.1, Juni 2017:15 - 28
28