Anda di halaman 1dari 14

Optimasi Hidraulik Penanganan Gerusan di Hilir Bendung….

(James Zulfan)

OPTIMASI HIDRAULIK PENANGANAN GERUSAN DI HILIR BENDUNG


(Studi kasus : Bendung Rengrang, Jawa Barat)

HYDRAULIC OPTIMIZATION FOR MITIGATING LOCAL SCOUR DOWNSTREAM OF


WEIR
(Case study : Rengrang Weir, West Java)

James Zulfan
Balai Bangunan Hidraulik dan Geoteknik Keairan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
Jl.Ir.H.Juanda no.193 Dago, Bandung, Indonesia
e-mail : jameszulfan@gmail.com

ABSTRAK
Permasalahan gerusan yang terjadi di hilir bendung akibat dari energi loncatan hidraulik yang belum
cukup terdisipasi dengan baik sehingga membahayakan struktur bendung, terlebih jika kondisi dasar
sungai di hilir bendung dibiarkan tanpa adanya proteksi atau perkuatan. Dengan adanya korelasi yang
kuat antara debit dan kedalaman gerusan yang terjadi maka diperlukan perkuatan dasar sungai untuk
menjaga kestabilan struktur bendung. Penanganan permasalahan ini bisa diselesaikan dengan
memasang pengaman dasar sungai di hilir bendung. Studi ini mengkaji efektifitas dari 3 alternatif
perkuatan di hilir bendung melalui uji model fisik 3 dimensi dengan menganalisis korelasi antar
parameter hidraulik dan kedalaman gerusan yang terjadi. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium
Hidraulika dengan lokasi studi kasus Bendung Rengrang di Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan hasil
penelitian, perkuatan hilir bendung efektif untuk mengurangi kedalaman gerusan. Alternatif perkuatan
dengan riprap batu lebih direkomendasikan dengan pertimbangan kemudahan, ekonomis, dan
ketersediaan material di lapangan.
Kata kunci : Bendung, Gerusan Lokal, Riprap, Sungai, Uji Model Fisik

ABSTRACT
Scouring issues which occured at downstream of a weir can potentially endangers the weir’s structureif
the hydraulic jump is not properly dissipated, especially when the downstream river bed is unprotected.
Due to strong correlation between discharge and the depth of the scour emerge, downstream protection is
needed to maintain structure stability. To solve this problem, heavy protection is set at downstream of the
weir such as riprap to prevent the scouring. This study aims to review the effectiveness of 3 alternatives
measures through 3 dimensional physical model test by assessing the correlation among hydraulic
parameters and the depth of the scour. The experiment were performed at hydraulic laboratory with a
case study of Rengrang Weir in West Java. Based on laboratory test, hydraulic measures are effective to
reduce the impact of the scouring. Alternative measures with riprap is more preferably because the
easiness, economic and availability of thematerialon site.

Keyword : Weir, Local Scouring, Riprap, River, Physical Model Test

15
Jurnal Teknik Hidraulik Vol.8 No.1, Juni 2017:15 - 28

PENDAHULUAN mengenai alternatif-alternatif penanganan


struktur pada kerusakan bendung khususnya
Sebagai salah satu negara agraris di dunia, yang diakibatkan oleh gerusan lokal di hilir
Indonesia dituntut untuk bisa bendung melalui uji model fisik 3 dimensi di
mempertahankan bahkan meningkatkan laboratorium Hidraulika. Tujuan dari
produksi pertaniannya dalam rangka penelitian ini adalah untuk mendapatkan
mewujudkan ketahanan pangan. Hal ini tentu alternatif desain perkuatan dasar sungai di
perlu didukung dengan penyediaan hilir bendung yang paling efektif mengatasi
infrastruktur pelengkap yang baik untuk gerusan lokal.
menunjang pengelolaan lahan pertanian, salah
satunya adalah dengan adanya bendung irigasi Lokasi studi kasus di dalam tulisan ini
yang handal. Berdasarkan data dari Pusdata adalah Bendung Rengrang yang berada pada
Kementerian PUPR (2015), terdapat sekitar Sungai Cipeles di Kabupaten Sumedang,
1.446 bendung yang tersebar di seluruh Provinsi Jawa Barat. Hulu Sungai Cipeles
provinsi di Indonesia. Dengan jumlah bendung berada di Kecamatan Sukasari dan bermuara
yang banyak itu maka pemeliharaannya pun ke Sungai Cimanuk di Kecamatan Tomo.
menjadi tantangan tersendiri bagi pengelola Secara geografis sub DAS Cipeles
bendung. Perencanaan dan desain dari membentang dari 107o 45’ 34” - 108o 01’57”
bangunan irigasi seperti bendung harus Bujur Timur dan 108o45’57”-06o 57’59”
direncanakan secara matang supaya terhindar Lintang Selatan. Bendung ini direncanakan
dari ancaman kerusakan struktur yang dapat untuk mengairi Daerah Irigasi Rengrang seluas
berakibat fatal. Hal ini juga sejalan dengan 2.216 Ha serta suplesi ke Daerah Irigasi Ujung
informasi dari Kementerian PUPR, bahwa Jaya seluas 1.603 Ha sehingga total area yang
kondisi prasarana jaringan irigasi termasuk di diairi seluas 3.819,16 Ha. Kondisi tata guna
dalamnya bangunan bendung yang berada lahan yang ada terdiri atas lahan hutan, semak
pada tahap yang memerlukan perhatian belukar, tegalan, areal irigasi dan permukiman.
khusus. Menurut Abdurrosyid (2005), Sebagaimana diinformasikan dalam laporan
sebagian besar kerusakan bendung yang Review Desain Bendung Rengrang (BBWS
terjadi disebabkan karena adanya gerusan di Cimanuk Cisanggarung, 2013), terdapat
hilir bendung yang disebabkan energi dari potensi gerusan di hilir Bendung Rengrang
loncatan hidraulik. Gerusan tersebut dapat sehingga diperlukan desain perkuatan dasar
merusak dasar saluran dan mengganggu sungai di hilir bendung. Foto lokasi studi kasus
kestabilan struktur bendung. Oleh karena itu, dapat lihat pada Gambar 1 sedangkan Gambar
perlu adanya kajian tentang kerusakan dan DAS dari Bendung Rengrang dapat dilihat pada
pola penanganannya sehingga dapat dijadikan Gambar 2.
referensi dalam penanganan dan pencegahan
kerusakan bendung. Penelitian serupa KAJIAN PUSTAKA
mengenai gerusan di hilir bendung ini sudah
banyak dilakukan baik di dalam maupun di Sejak sistem irigasi mulai diperkenalkan di
luar negeri seperti Breusers dan Raudkivi Indonesia, pembangunan bendung semakin
(1991), Hoffmans dan Verheij (1997), gencar dilaksanakan untuk mendukung
Christine dkk (2003), Lenzi et al (2003), ketersediaan suplai air ke jaringan irigasi yang
Yulistiyanto (2009), Rahmadani (2014), Ota ada. Berdasarkan SNI 03-7043-2004 tentang
dan Sato (2015) dan Amin (2015). Hal ini Tata cara desain hidraulik tubuh bendung
menunjukkan bahwa kecenderungan tetap dengan peredam energi tipe MDL.
permasalahan yang terjadi pada bangunan Bendung adalah suatu bangunan air dengan
bendung sebagian besar terjadi di hilir kelengkapan yang dibangun melintang sungai
bendung. Meskipun telah banyak metode atau sudetan yang sengaja dibuat untuk
penanganan yang dikembangkan mulai dari meninggikan taraf muka air atau untuk
modifikasi peredam energi dan endsill, mendapatkan tinggi terjun, sehingga air sungai
perlindungan dasar saluran, dan lain-lain, dapat disadap dan dialirkan secara gravitasi
namun hingga saat ini belum ada kajian yang atau dengan pompa ke tempat tertentu.
membandingkan alternatif-alternatif Komponen utama bendung terdiri atas tubuh
penanganan yang ada melalui uji model fisik. bendung, bangunan pengambil, bangunan
Karena itu, tulisan ini akan membahas pembilas, dan bangunan pelengkap.

16
Optimasi Hidraulik Penanganan Gerusan di Hilir Bendung…. (James Zulfan)

Bendung
Rengrang

Gambar 1 Foto aerial wilayah Bendung Rengrang

Gambar 2 Daerah Aliran Sungai Cipeles


Gerusan Lokal Breusers dan Raudkivi (1991)
Fenomena gerusan lokal biasa terjadi di menjelaskan bahwa gerusan lokal (local scour)
hilir bendung karena adanya loncatan pada struktur hidraulik harus ditambah
hidraulik yang diakibatkan limpasan aliran dengan gerusan umum (general scour) dan
super kritis pada pelimpah bendung (Gambar gerusan terlokalisir (localized
3). Menurut Raudkivi dan Ettema (1983), scour/constriction scour) untuk mendapatkan
gerusan terdiri atas 3 macam yaitu: kedalaman gerusan maksimum yang akan
1. Gerusan umum digunakan dalam perencanaan. Selain itu,
Pada kondisi ini gerusan yang terjadi Legono (1990) juga menyatakan bahwa
disebabkan oleh energi dari aliran air dan gerusan terjadi akibat mobilisasi material
tidak dipengaruhi oleh adanya struktur sungai akibat interaksi antara aliran sungai.
bangunan hidraulik. Peneliti lain seperti Melvile (2015) dan
2. Gerusan terlokalisir Pilarczyk (2012) menyatakan gerusan sebagai
Pada kondisi ini gerusan terjadi di alur fenomena alam yang disebabkan oleh aliran
sungai akibat mengecilnya alur atau sungai yang sebabkan oleh perbuatan manusia.
morfologi sungai sehingga menyebabkan Perubahan dinamik morfologi sungai di hilir
aliran air menjadi lebih terpusat. bendung sangat dipengaruhi oleh proses
3. Gerusan lokal degradasi dan agradasi dasar sungai dan
Pada kondisi ini gerusan terjadi akibat penanggulangan gerusan lokal akan sangat
pola aliran sungai di sekitar bangunan tergantung dari dalamnya gerusan sungai
sungai. tersebut (Wisafri, 2014).

17
Jurnal Teknik Hidraulik Vol.8 No.1, Juni 2017:15 - 28

Keterangan :
h : tinggi muka air diatas mercu (meter), ds : kedalaman gerusan (meter)
ht : tinggi muka air hilir (meter), Ls : panjang gerusan (meter)

Gambar 3 Ilustrasi gerusan di hilir bendung

Uji Model Hidraulik Fisik panjang horisontal dan vertikal yang


digunakan pada model adalah sama, maka
Model fisik biasanya dipakai untuk
digunakan model hidraulik tidak distorsi
mensimulasi perilaku hidraulik pada prototip
(Pusair, 2015).
bangunan air (bendung, pelimpah bendungan/
embung, pelindung sungai tak langsung/krib,
penangkap sedimen dan lain-lain) yang METODOLOGI
direncanakan dengan skala lebih kecil. Uji Penelitian ini difokuskan pada pemodelan
model hidraulik dilakukan untuk menyelidiki fisik 3 dimensi yang dilaksanakan di
perilaku hidraulik dari seluruh bangunan atau laboratorium Hidraulika Puslitbang SDA. Data
masing-masing komponennya. Uji model fisik sekunder didapatkan dari Balai Besar Wilayah
memungkinkan untuk menirukan suatu Sungai Cimanuk Cisanggarung, konsultan, dan
permasalahan nyata di lapangan pada skala buku referensi yang relevan meliputi data
model yang lebih kecil. Skala model adalah teknis bendung, topografi sungai, dan debit
perbandingan antara besaran di lapangan dan desain sungai. Model bendung dibuat di
besaran di model, yaitu parameter n. Skala laboratorium dengan skala 1 : 33⅓ dan luas
parameter hidraulik (n) didefinisikan sebagai bidang model 5 x 20 meter.
perbandingan nilai parameter di prototip dan
nilai korespondensinya di dalam model. Skala

Mulai

Pengumpulan data

Uji model fisik

Kalibrasi model

Skenario
proteksi
Uji pola dan
Uji penggerusan terhadap
kecepatan aliran
gerusan

Analisis gerusan dan korelasi


parameter hidraulik

Rekomendasi

Selesai

Gambar 4 Metodologi penelitian

18
Optimasi Hidraulik Penanganan Gerusan di Hilir Bendung…. (James Zulfan)

Skala model ditentukan dengan tahun 1970-an dengan pertimbangan lokasi


pertimbangan ketersediaan lahan di bendung dan jenis material sedimen yang ada
laboratorium hidraulika dan area yang akan di sungai.
diamati. Pengujian yang dilakukan Pemanfaatan tipe ini adalah untuk
dilaboratorium hidraulik adalah pengujian menjauhkan lokasi penggerusan setempat dari
pengaliran dengan variasi debit desain (Q 2thn, koperan, selain itu dengan peredam energi tipe
Q20thn, dan Q100thn). Skenario pengujian meliputi cekung dapat menghindarkan benturan batu
kondisi eksisting dengan pengujian langsung pada permukaan tubuh bendung dan
penggerusan, pola dan kecepatan aliran yang peredam energinya. Gambar desain Bendung
kemudian dilanjutkan dengan analisis gerusan Rengrang eksisting dapat dilihat pada Gambar
dan korelasi parameter hidraulik untuk 5.
melihat efek pengerusan yang terjadi sebelum
ada perkuatan dasar sungai. Setelah itu,
alternatif desain perkuatan dasar sungai Uji Model Fisik 3 dimensi
diterapkan di hilir bendung, kemudian Uji model fisik 3 dimensi di laboratorium
dilakukan pengujian dan analisis hasil gerusan dilaksanakan untuk melihat efektivitas
dilaksanakan dengan membandingkan peredam energi untuk meredam aliran air
parameter hidraulik yang ada. Bagan alir yang dapat menggerus dasar sungai di hilir
metodologi penelitian dapat dilihat pada bendung. Gambar 6 menggambarkan skema
Gambar 4. fasilitas pengujian 3 dimensi di laboratorium.
HASIL DAN PEMBAHASAN Skenario pengaliran dibedakan menjadi 2
bagian yaitu kondisi awal (tanpa perkuatan
Desain Bendung Rengrang dasar sungai hilir) dan kondisi modifikasi
Desain awal Bendung Rengrang (dengan perkuatan dasar sungai hilir).
direncanakan dibangun dengan tipe bendung Gambaran kondisi seri awal model bendung
tetap, tinggi bendung 3 meter, lebar bendung dapat dilihat pada Gambar 7. Untuk melihat
55 meter, mercu tipe bulat dengan jari-jari 1,5 efek penggerusan pengaliran debit dilakukan
meter, dan peredam energi tipe cekung dengan dalam waktu satu jam dengan debit Q 2th, Q20th,
jari-jari cekungan 6 meter didesain sesuai SNI dan Q100thn (Tabel 1). Gambar 8 menunjukan
03-7043-2004 (BSN, 2004). seperti terlihat situasi model bendung saat dilakukan
pada Gambar 5. Peredam energi tipe cekung ini pengaliran dengan debit desain.
banyak diterapkan pada bendung tetap sejak

Gambar 5 Desain Bendung Rengrang

19
Jurnal Teknik Hidraulik Vol.8 No.1, Juni 2017:15 - 28

Keterangan :
1 : pompa air 5 : bak pembuangan
2 : bak ukur 6 : saluran pembuang
3 : bak penenang 7 : kolam simpan air
4 : area model fisik

Gambar 6 Skema fasilitas pengujian model fisik di laboratorium hidraulika

Tabel 1 Debit desain Bendung Rengrang

Kala ulang (tahun) Debit Banjir (m3/s)


2 222,087
20 497,342
100 747,745
sumber : BBWS Cimanuk Cisanggarung, 2015

Gambar 7 Kondisi eksisting (awal) Bendung Rengrang sebelum pengaliran

20
Optimasi Hidraulik Penanganan Gerusan di Hilir Bendung…. (James Zulfan)

a) b)

Arah aliran

Gambar 8 Percobaan pengaliran Bendung Rengrang, a) tampak samping, b) tampak dari hilir

Analisis Gerusan di Hilir Bendung dan pencegahan gerusan lokal, terjadi kelokan
Berdasarkan hasil uji model fisik pada karena adaptasi terhadap penurunan, sebagai
kondisi eksisting diketahui terjadi loncatan air tahanan pelindung kemampuan sedimen
di kolam olakan. Namun energi aliran masih melintas saluran dan menggerus. Batu riprap
belum terdisipasi dengan baik oleh peredam yang diletakkan di dasar dan tebing pada
energi sehingga menyebabkan masih bagian hilir kolam olakan digunakan untuk
terjadinya gerusan di hilir bendung. Pola aliran melindungi gerusan yang disebabkan oleh
juga cenderung lebih dominan di sebelah ombak dan sisa energi yang direduksi oleh
kanan akibat adanya bangunan pembilas di kolam olakan. Oleh karena itu dilakukan upaya
sebelah kiri sehingga gerusan terdalam lebih pengamanan dasar saluran dengan
banyak terjadi pada sisi sebelah kanan. menggunakan beberapa alternatif sebagai
Kedalaman maksimum gerusan yang diamati berikut:
setelah pengaliran debit Q100th mencapai 3,5 1. Alternatif 1, perkuatan dasar sungai di
meter di area kakitembok sayap kanan dengan hilir bendung setelah peredam energi
panjang lubang gerusan sebesar 36,4 meter. dengan material rip-rap dengan blok beton
Hal ini merupakan kondisi ekstrim yang (dimensi 1,0 x 1,0 meter), dipasang merata
dapat terjadi akibat olakan dari loncatan mengikuti lebar bendung dari sayap kiri ke
hidraulik yang menggerus sedimen dasar kanan dengan panjang 15 meter ke arah
sungai yang di dominasi oleh pasir. Dengan hilir. Di ujung susunan blok beton
kondisi tidak adanya pengaman di hilir dipasang ambang balok menerus yang
bendung membuat dasar sungai sangat rentan berfungsi sebagai pembatas blok beton
tergerus oleh energi aliran air yang terjadi. dengan tanah asli (Gambar 10).
Oleh karena itu, diperlukan adanya 2. Alternatif 2, penanganan seperti pada
pengamanan di hilir bendung untuk alternatif 1 namun material blok beton
melindungi dasar saluran dari bahaya gerusan diganti dengan material rip-rap batu
lokal di hilir bendung. Pola gerusan yang batuan ≥ 0,4 meter. Diujung susunan
terjadi pada debit Q100thn dapat dilihat pada riprap batu dipasang ambang balok
Gambar 9. Melihat efek gerusan yang terjadi, menerus yang berfungsi sebagai pembatas
diperlukan suatu penanganan perkuatan dasar riprap dengan tanah asli (Gambar 11).
sungai di hilir bendung. Perkuatan ini dapat 3. Alternatif 3, pengaman dasar sungai di
dilakukan dengan beberapa alternatif antara hilir peredam energi berupa riprap batu
lain dengan pemasangan riprap di hilir berbentuk U yang diletakkan di kaki
bendung. Simon dan Sentruk (1992) ambang hilir dan tembok sayap kanan-kiri,
mengemukakan bahwa riprap melengkapi masing-masing sepanjang 5 m dengan
lantai apron secara menerus di bagian hilir material batuan ≥ 0,4 meter. Pada
yang berfungsi untuk melindungi gerusan pada alternatif ini tidak digunakan ambang
dasar saluran, karena terbukti bahwa gerusan balok yang membatasi riprap dengan
disebabkan oleh perpindahan endapan tanah asli sehingga riprap langsung
sedimen atau akibat pusaran aliran sebagai berbatasan dengan tanah asli tanpa ada
kompensasi dari peredaman energi. penghalang (Gambar 12).
Beberapa kondisi yang memerlukan riprap
antara lain yaitu pengaruh peredaman energi

21
Jurnal Teknik Hidraulik Vol.8 No.1, Juni 2017:15 - 28

Gambar 9 Pola gerusan dengan Q100th dengan kondisi eksisting tanpa perkuatan hilir,
a) tampak atas, b) potongan melintang di kedalaman tertinggi

Ambang balok

15 m Riprap blok beton

Gambar 10 Alternatif 1 pengamanan hilir bendung dengan riprap blok beton

22
Optimasi Hidraulik Penanganan Gerusan di Hilir Bendung…. (James Zulfan)

Ambang balok

Riprap batu
15 m

Gambar 11 Alternatif 2 pengamanan hilir bendung dengan riprap batu

Riprap batu
5m

Gambar 12 Alternatif 3 pengamanan hilir bendung dengan riprap batu berbentuk U


Berdasarkan hasil pengamatan, seiiring telah mengakibatkan terjadinya lubang
berjalannya waktu pengaliran maka hasil gerusan sepanjang 33,6 meter dengan
gerusan yang terjadi bervariasi dan cenderung kedalaman maksimal 3 meter diukur dari
mulai terjadi pada sisi kanan sayap hilir datum +235,75 m (elevasi ambang hilir).
bendung kemudian berkembang sepanjang Lubang gerusan ini terkonsentrasi di tengah
aliran hingga mencapai dimensi tertentu. sampai dinding sayap kanan sebagai akibat
Dimensi lubang gerusan yang terjadi bervariasi kecepatan tinggi dari aliran.
pada setiap kondisi, hal ini berkaitan dengan Pola gerusan pada alternatif 2 (Gambar
perkuatan dan efektivitas peredaman energi 14) menunjukkan bahwa pengaliran debit
yang terjadi. Pada semua variasi pengaliran Q100th mengakibatkan terjadinya gerusan di
debit, terjadi loncatan air yang cukup tinggi di kaki tembok sayap kanan dengan kedalaman
atas dan hilir peredam energi. Pola gerusan maksimum sebesar 3,1 meter dan panjang
pada ketiga alternatif dapat dilihat pada melintang gerusan sebesar 34,5 meter. Pola
Gambar 13 sampai Gambar 15. Lokasi gerusan gerusan pada alternatif 3 (Gambar 15)
terdalam yang terjadi pada ketiga alternatif menunjukkan bahwa pengaliran debit Q100th
tersebut berada di tengah dan cenderung ke mengakibatkan terjadinya gerusan dengan
arah sayap kanan bendung. Hal ini disebabkan kedalaman 1,75 m dan panjang melintang
oleh kecepatan aliran yang tinggi dan gerusan sebesar 44,72 meter. Perbandingan
distribusi aliran yang tidak merata.Pola kedalaman dan panjang gerusan pada ketiga
gerusan pada alternatif 1 (Gambar 13),
alternatif dapat dilihat pada Gambar 16.
menunjukkan bahwa pengaliran debit Q100th

23
Jurnal Teknik Hidraulik Vol.8 No.1, Juni 2017:15 - 28

Mercu

Riprap

Gambar 13 Pola gerusan dengan Q100th pada kondisi alternatif 1

Riprap
Mercu

Gambar 14 Pola gerusan dengan Q100th pada kondisi alternatif 2

24
Optimasi Hidraulik Penanganan Gerusan di Hilir Bendung…. (James Zulfan)

Mercu

Riprap

Gambar 15 Pola gerusan dengan Q100th pada kondisi alternatif 3

Keterangan :
Alternatif 1 : Riprap blok beton dan ambang balok
Alternatif 2 : Riprap batu dan ambang balok
Alternatif 3 : Riprap batu
Gambar 16 Ilustrasi perbandingan gerusan yang terjadi di hilir bendung pada 3 alternatif

25
Jurnal Teknik Hidraulik Vol.8 No.1, Juni 2017:15 - 28

Dari hasil pengujian (Gambar 16), terlihat alternatif 3. Lubang gerusan yang paling
bahwa penempatan riprap yang dipasang panjang dihasilkan pada alternatif 3,
ambang (Alternatif 1 dan 2) justru mempunyai sedangkan lubang gerusan yang terpendek
pusat gerusan yang lebih dalam dibandingkan dihasilkan pada alternatif 1. Kemudian
dengan dengan penempatan riprap yang tidak berdasarkan hasil pengujian, maka ditentukan
menggunakan ambang diujungnya (Alternatif rasio panjang gerusan dan tinggi energi
3). Ambang balok yang dipasang diujung masing-masing alternatif, kemudian diplotkan
riprap untuk memisahkan riprap dengan tanah dengan parameter debit per satuan lebar yang
asli cukup mengganggu kinerja dari peredam digunakan dalam pengujian model fisik.
energi tipe cekung yang menyebabkan
Hasil yang didapatkan menunjukkan adanya
loncatan hidraulik yang lebih tinggi dan
kenaikan besaran ratio panjang dan tinggi
pusaran balik di hilir peredam energi terhalang
energi dari gerusan seiring adanya kenaikan
sehingga mengakibatkan terjadinya gerusan
besaran debit. Dalam hal ini, alternatif 1
yang lebih dalam di hilir riprap. Berdasarkan
memberikan rasio panjang lubang gerusan dan
hal tersebut, alternatif 3 yang tidak
tinggi energi (Ls/∆h) yang paling optimal pada
menggunakan ambang di akhirriprap
ketiga kondisi pengaliran (debit rendah,
memberikan efek peredaman energi yang lebih
sedang, tinggi). Ratio pada kondisi debit
baik dengan kedalaman gerusan maksimum
rendah (Q2thn) sebesar 7,06, pada debit sedang
yang lebih kecil dibanding alternatif 1 dan
(Q20thn) sebesar 8,98, dan pada debit tinggi
alternatif 2.
(Q100thn) sebesar 9,81. Korelasi dari parameter-
Korelasi Parameter Hidraulik parameter ini dapat dilihat pada Gambar 17.
Untuk mengetahui efektifitas dari masing- Untuk korelasi antara debit per satuan lebar
masing alternatif, maka dapat kita korelasikan (q) dengan rasio kedalaman gerusan dan tinggi
parameter-parameter hidraulik yang ada ambang (ds/P), dapat dilihat pada Gambar 18.
berdasarkan hasil uji model fisik di Dari hasil pengujian gerusan didapatkan
laboratorium. Parameter gerusan yang diamati bahwa kenaikan ratio kedalaman gerusan
meliputi kedalaman debit per satuan lebar (q), dengan tinggi ambang berbanding lurus
gerusan (ds), panjang gerusan (Ls), dan dengan kenaikan debit per satuan lebar. Dalam
peredaman energi (ΔH). Interaksi yang terjadi hal ini, alternatif 3 memberikan rasio
antara tiap parameter dapat memberikan kedalaman gerusan dan tinggi ambang (ds/P)
wawasan tentang bagaimana proses gerusan yang paling rendah diantara ketiga alternatif
yang terjadi di hilir bendung. Perbandingan pengaliran pada kondisi debit rendah, sedang,
gerusan pada masing-masing alternatif dapat tinggi. Ratio kedalaman gerusan dan tinggi
dilihat pada Gambar 16. Berdasarkan ambang (ds/P) pada kondisi debit rendah
komparasi gerusan yang ditunjukkan pada (Q2thn) sebesar 0,33, pada debit sedang (Q 20thn)
Gambar 16 dapat disimpulkan bahwa lubang sebesar 0,50, dan pada debit tinggi (Q 100thn)
gerusan terdalam dihasilkan pada alternatif 2 sebesar 0,58. Korelasi dari parameter-
sedangkan yang terdangkal dihasilkan pada parameter ini dapat dilihat pada Gambar 18.

14
12
10
Ls/ΔH

8
alt.1
6
alt.2
4
alt.3
2
0
0 5 10 15 20

q (m3/s/m)

Gambar 17 Hubungan interaksi q dan Ls/ΔH

26
Optimasi Hidraulik Penanganan Gerusan di Hilir Bendung…. (James Zulfan)

1.20

1.00

0.80
ds/P

0.60 alt.1
alt.2
0.40
alt.3
0.20

0.00
0 5 10 15 20

q (m3/s/m)

Gambar 18 Hubungan interaksi q dan ds/P

Berdasarkan hal tersebut, alternatif 3 direkomendasikan karena dapat


merupakan alternatif yang paling optimal mengganggu kinerja peredam energi
diantara ketiga alternatif yang ada karena yang ada.
memberikan kedalaman maksimal gerusan 4. Perkuatan dengan riprap yang tersusun
yang paling rendah sehingga lebih aman bagi dari blok beton (alternatif 1) efektif untuk
struktur bendung. Selain itu, material riprap mengurangi panjang lubang gerusan (Ls)
batu merupakan pilihan yang sesuai karena namun kedalaman gerusan (ds) yang
material batu mudah didapatkan di lapangan terjadi cukup tinggi, sedangkan
sedangkan blok beton membutuhkan waktu perkuatan riprap batu dengan konfigurasi
dan biaya yang lebih besar. membentuk huruf U (alternatif 3) efektif
untuk mengurangi kedalaman gerusan
KESIMPULAN (ds) namun panjang lubang gerusan (Ls)
cukup tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil 5. Alternatif 3 dengan perkuatan hilir
kesimpulan sebagai berikut : dengan riprap batu dengan konfigurasi
1. Gerusan lokal di hilir bendung dengan berbentuk huruf U selebar 5 meter dari
kedalaman maksimum 3,5 meter akan sayap kiri ke sayap kanan merupakan
terjadi jika bagian hilir dari Bendung alternatif yang paling optimum (gerusan
Rengrang tidak di proteksi dengan terdalam ± 1,75 meter). Hal ini dipilih
perkuatan riprap. dengan pertimbangan dampak
2. Berdasarkan hasil pengujian di kedalaman gerusan paling kecil,
laboratorium, didapatkan korelasi yang ekonomis, dan ketersediaan material
kuat antara rasio panjang lubang yang mudah didapatkan di lapangan.
gerusandan tinggi energi redaman
dengan debit aliran (Ls/∆h) dengan debit UCAPAN TERIMA KASIH
per satuan lebar (q), dimana semakin Penulis mengucapkan terima kasih kepada
besar debit yang terjadi maka rasio berbagai pihak yang telah membantu dalam
panjang lubang gerusan dan tinggi penyelesaian tulisan ini diantaranya Balai
redaman energi akan semakin besar. Litbang BHGK Puslitbang SDA dan BBWS
Selain itu, didapatkan pula korelasi yang Cimanuk Cisanggarung. Terutama kepada Ir.
kuat antara rasio kedalaman lubang Yiniarti Eka Kumala, Dipl.HE atas bimbingan
gerusan dan tinggi ambang (ds/P) dengan dan masukannya yang berharga. Semoga
debit per satuan lebar (q), dimana tulisan ini dapat bermanfaat bagi para
semakin besar debit yang terjadi maka pengelola bendung, akademisi, dan masyarakat
rasio kedalaman dan tinggi ambang akan pada umumnya.
semakin besar.
3. Perkuatan hilir dengan pemasangan
ambang balok di hilir riprap tidak

27
Jurnal Teknik Hidraulik Vol.8 No.1, Juni 2017:15 - 28

DAFTAR PUSTAKA Ota, K and Sato, T. 2015. Experimental and


numerical study of the local scour
Abdurrosyid, Jaji. 2005. Gerusan di Hilir Kolam
caused by sediment releasing through a
Olak Bendung, Jurnal Dinamika Teknik
dam gate. Journal of JSCE. Vol3, 184-
Sipil, Volume 5, Nomor 2, Hal 73-79,
190.
Jurusan Teknik Sipil, Universitas
Pilarczyk, K.W. 2012. Impact of the Delta Works
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
in the Recent Developments in Coastal
Amin, A M A. 2015. Physical Model Study For
Engineering. Coastal and Ocean
Mitigating Local Scour Downstream Of
Engineering Practice. World Scientific.
Clear Over-Fall Weirs. Ain Shams
California State University. Los Angeles,
Engineering Journal. Page 1143 – 1150.
USA.
Ain Shams University. Mesir.
Pusdata. 2015. Buku Informasi Statistik
Badan Standarisasi Nasional. (2004). SNI 03-
Pekerjaan Umum. Kementerian
7043-2004 Tata Cara Desain Hidraulik
Pekerjaan Umum. Jakarta.
Tubuh Bendung Tetap Dengan Peredam
Energi Tipe MDL. Bandung: Badan Pusair. 2015. Laporan Model Test Bendung
Standarisasi Nasional. Rengrang. Kementerian Pekerjaan
BBWS Cimanuk Cisanggarung. 2013. Review Umum dan Perumahan Rakyat.
Detailed Engineering Design (DED) Bandung.
Bendung Rengrang. Kementerian Raudkivi, A.J. and Ettema, R. 1983. Clear-Water
Pekerjaan Umum, Cirebon. Scour at Cylindrical Piers. Journal of
Breusers, H.N.C. and Raudkivi, A.J. 1991. HydraulicEngineering, Vol 109, No. 3,
Scouring. IAHR Hydraulic Structure Am. Soc. Civ. Engrs., pp. 338-350.
Design Mannual, A.A. Balkema, Rahmadani, S. 2014. Mekanisme Gerusan Lokal
Rotterdam. Dengan Variasi Bentuk Pilar
Christine, M. dan Robby Y T. 2003. Penggerusan (Eksperimen). Jurnal Teknik Sipil USU,
Sedimen di Dasar Sungai Bagian Hilir 202.0.107.5
Kolam Olak Suatu Bendung Tertentu. Simon, D. dan Sentruk F. 1992. Sediment
Jurnal Teknik Sipil. Volume 1, Nomor 1. Transport Technology: Water and
Oktober 2003. Universitas Kristen Sediment Dynamic, Water Resources
Maranatha. Bandung. Pubns, New York.
Hoffmans, G.J.C.M. and Verheij. 1997. Wisafri. 2014. Pengendalian gerusan lokal yang
ScourManual, A.A. Balkema, Rotterdam. terjadi di hilir bendung dan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan pengendaliannya. Jurnal Poli Rekayasa.
Rakyat. 2017. Pengembangan dan Vol 9,no 2.
Pengelolaan Irigasi. Rakornas Pertanian. Yulistiyanto, B. 2009. Local Scour Downstream of
Jakarta a Weir with Various Types of Stilling
Legono, D. 1990. Gerusan pada Bangunan Sungai, Basin. Proc., International Conference
PAU Ilmu-Ilmu Teknik UGM, Yogyakarta. on Sustainable Development for Water
Lenzi, M. A. et al. 2003. Interference processes on and Wastewater Treatment, Muwarek,
scouring at bed sills, Earth Surface 14-15 December 2009, Yogyakarta.
Processes and Landforms, 28(1), 99-110. Yulistiyanto, B. 2010. Gerusan Lokal di Hilir Dua
Melville, B.W. 2015. Scour at various hydraulic Mercu Bendung. Jurnal Dinamika Teknik
structures : Sluices gates, submerged Sipil, Volume 10, Nomor 2, Hal 102-107,
bridges, low weirs. Proceeding of the 7th Jurusan Teknik Sipil, Universitas
International Conference on Scour and Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Erosion. CRC Press. Perth, Australia.

28

Anda mungkin juga menyukai