PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
apendiksitis pada tahun 2009 di Indonesia berjumlah sekitar 27% dari jumlah
penduduk Samarinda.
Penyakit radang usus buntu ini umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri,
cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan striktur. Diantara
beberapa faktor diatas, maka yang paling sering ditemukan dan kuat
menjadi media bagi bakteri untuk berkembang biak. Perlu diketahui bahwa
1
bakteri/kuman Escherichia Coli, inilah yang sering kali mengakibatkan
Makan cabai bersama bijinya atau jambu klutuk beserta bijinya sering kali
tak tercerna dalam tinja dan menyelinap kesaluran appendiks sebagai benda
lama sangat mungkin ada bagiannya yang terselip masuk kesaluran appendiks
penyebab nyeri perutnya, dapat berakibat fatal. Usus buntu yang terinfeksi
bisa pecah dalam waktu kurang dari 24 jam setelah gejalanya timbul. Bahkan
angka kematian pada apendisitis. Penderita dapat pulang dari rumah sakit
dalam waktu 2-3 hari dan penyembuhan biasanya cepat dan sempurna. Usus
buntu yang pecah, prognosisnya lebih serius. 50 tahun yang lalu, kasus yang
mendekati nol.(medicastore)
2
B. Tujuan Umpum
C. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penulisan
pangkat reguler.
kebutuhan nyeri.
3
4. Bagi Klien / Keluarga, dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. KONSEP MEDIS
A. Definisi
saluran tersembunyi yang memanjang dari bagian depan sekum (Lewis, 2000,
hal 1150).
Appendicitis adalah inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dari rongga
letaknya dekat katup sfingter diantara ileum (usus halus) dan sekum (usus
B. Klasifikasi
1) Appendicitis akut
5
appendicitis gangrenosa atau pheegmonosa. Pada appendicitis
2) Appendicitis kronik
bagian itu.
C. Anatomi Fisiologi
kira-kira 10 cm (beranjak 3-15 cm) atau berukuran sekitar jari kelingking dan
menonjol dari apeks sekum sepanjang 4,5 cm. Pada masa kanak-kanak, batas
appendiks dari sekum semakin jelas dan bergeser ke arah dorsal kiri. Pada
tidak sama. Pada posisi normalnya appendiks terletak pada dinding abdomen,
6
di bawah titik Mc. Burney, dicari dengan menarik garis dari spina iliaka
appendiks.
abdomen” karena ditemukan banyak jaringan limfoid sejak intra uterin akhir
1-2 ml per hari. Lendir ini secara normal dicurahkan ke dalam lumen dan
D. Etiologi
oleh:
serat.
- Cacing/parasit
7
- Striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya
- Hiperplasia limfoid.
E. Patofisiologi
oleh fekalit, benda asing, tumor, infeksi virus, hiperplasia limfoid dan striktur
tanda dan gejala nyeri pada titik Mc. Burney, spasme otot, mual, muntah dan
mengakibatkan edema, diapedesis bakteri dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah
terjadi appendicitis akut focalis yang ditandai oleh nyeri epigastrik. Hal ini juga
8
intramural, lama kelamaan menjadi nekrosis yang akhirnya menjadi gangren
appendik ini akan menipis, rapuh dan pecah akan terjadi appendicitis perforasi.
Bila semua proses di atas hingga timbul masa lokal yang disebut infiltrat
appendikularis.
dalam 24-36 jam. Bila proses ini berjalan lambat organ-organ di sekitar ileum
a. Tahap awal
1. Nyeri abdomen (nyeri epigastrik ataupun pada daerah umbilikus) hal ini
3. Demam
b. Tahap pertengahan
1. Rasa sakit menjalar dari daerah epigastrik ke arah titik Mc. Burney.
2. Anoreksia
5. Suhu subfebris
9
c. Tahap akut yang disertai perforasi.
2. Muntah
4. Kekakuan abdomen
6. Leukositosis
7. Takikardia.
G. Test Diagnostik
75%.
appendicitis akut.
e. Urinalisis: normal, tetap leukosit dan eritrosit mungkin ada dalam jumlah
sedikit.
H. Komplikasi
1. Perforasi
24 jam. Perforasi dapat diketahui pre operatif dengan gambaran klinis yang
timbul lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih dari 38,5oC tampak toksik,
10
nyeri tekan di seluruh perut dan leukositosis akibat perforasi dan
pembentukan abses.
2. Peritonitis
infeksi.
3. Obstruksi usus
saluran usus. Obstruksi usus dapat akut atau kronik, parsial atau total.
pernafasan.
11
o Kemudian berikan minum mulai 15 ml/jam selama 4-5 jam lalu naikkan
berikutnya lunak.
o Aktivitas: satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di
tempat tidur selama 2x30 menit. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan
A. Pengkajian
dicerna (biji-bijian).
- Mual
- Muntah
- Anoreksia
- Demam
12
3. Pola eliminasi
- Konstipasi/diare
- Malaise
- Takikardi, takipnea
- Imobilisasi
- Keluhan nyeri pada titik Mc. Burney, nyeri tekan pada titik Mc.
13
B. Diagnosa Keperawatan
C. Rencana Keperawatan
rileks.
Intervensi:
posisi terlentang.
14
R/ Melepaskan tegangan emosional dan otot, tingkatkan
perasaan kontrol.
Intervensi:
cairan.
15
3. Catat mual dan muntah.
dibutuhkan tubuh.
pembedahan.
Intervensi:
1. Kaji daerah sekitar luka, apakah ada pus, atau jahitan basah.
penyembuhan.
16
R/ Penting untuk mempercepat penyembuhan luka.
D. Perencanaan Pulang
A. Pengertian
2007).
17
Secara khusus
Nyeri adalah suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau
B. Fisiologi Nyeri
rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah
ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat
bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer.
bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan
pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang
18
Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal
dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor
a. Reseptor A delta.
b. Serabut C
yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat
sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini biasanya tidak sensitif
19
C. Etiologi Nyeri
macam asam)
2) Pembengkakan Jaringan
3) Spasmus Otot
4) Kehamilan
5) Inflamasi
6) Keletihan
7) Kanker
D. Manifestasi klinis
1) Gangguam Tidur
4) Pucat
E. Komplikasi
1) Edema Pulmonal
2) Kejang
3) Masalah Mobilisasi
4) Hipertensi
5) Hipovolemik
6) Hipertermia
20
F. Respon Psikologis
4. Penyakit baru
6. Peningkatan ketidakmampuan
7. Kehilangan mobilitas
8. Menjadi tua
9. Sembuh
12. Tantangan
sosial budaya
21
b) Respon tingkah laku terhadap nyeri
Mendengkur)
sangat berbeda terhadap nyeri yang berlangsung selama beberapa menit atau
terlalu letih untuk merintih atau menangis. Pasien dapat tidur, bahkan dengan
nyeri hebat. Pasien dapat tampak rileks dan terlibat dalam aktivitas karena
fase ini bisa mempengaruhi dua fase lain. Pada fase ini memungkinkan
tersebut. Peran perawat dalam fase ini sangat penting, terutama dalam
22
2. Fase sensasi (terjadi saat nyeri terasa)
Fase ini terjadi ketika klien merasakan nyeri. karena nyeri itu
bersifat subyektif, maka tiap orang dalam menyikapi nyeri juga berbeda-
beda. Toleraransi terhadap nyeri juga akan berbeda antara satu orang
merasa nyeri dengan stimulus nyeri kecil. Klien dengan tingkat toleransi
Fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang atau hilang. Pada fase
ini klien masih membutuhkan kontrol dari perawat, karena nyeri bersifat
1. Usia
mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan
23
nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia
nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau
2. Jenis kelamin
(ex: tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh
nyeri).
3. Kultur
kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka
4. Makna nyeri
5. Perhatian
24
6. Ansietas
saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi
8. Pola koping
mengatasi nyeri.
I. Intensitas Nyeri
oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan
kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh
dua orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri
25
dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri
Keterangan :
0 :Tidak nyeri
26
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasivdengan
baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
memukul.
nyeri sebagai yang ringan, sedang atau parah. Namun, makna istilah-istilah
ini berbeda bagi perawat dan klien. Dari waktu ke waktu informasi jenis
merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi
yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini
diranking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahankan”.
Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih
27
jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa paling
rating scales, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata.
Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala
paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah
VAS adalah suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus
menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberi
merupakan pengukuran keparahan nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat
mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa memilih satu
Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah digunakan dan
dapat membaca dan memahami skala, maka deskripsi nyeri akan lebih akurat.
dapat menggunakan setelah terapi atau saat gejala menjadi lebih memburuk
2005).
28
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Fokus Pengkajian
1. Riwayat Keperawatan
nafas.
pantangan makanan.
o Pola Eliminasi : Pola BAB dan BAK, konsistensi fases, warna urin,
nyeri.
nyeri.
29
o Pola Istirahat: Meliputi Kebiasaan tidur/ istirahat pasien, kebiasaan
dalam istirahat.
melepas pakaian.
kemerahan)
yang baik serta melindungi kulit, kebiasaan mandi, gosok gigi dll
o Pola beribadah
3. Pemeriksaan Umum
o Keadaan Umum
o Kesadaran
o TD
o N
o S
o RR
30
o Skala Nyeri : meliputi P,Q,R,S,T
4. Pemeriksaan Fisik
nyeri tekan pada kelopak mata, warna bola mata hitam. Reflek
pendarahan gusi.
nyeri tekan,tympani
31
Integumen : Warna kulit , jumlah rambut banyak/ sedikit, lembab
Extermitas
adanya)
5. Pengkajian Nyeri
Obat-obatan penghilang
Intensitas Nyeri
Sifat Nyeri
32
Gambaran rasa nyeri tidak nyaman, rasa terbakar, tegang,
patah, kram.
B. Fokus Intervensi
C. Diagnosa Keperawatan
D. Intervensi
33
Rasional : Analgetik digunakan untuk mengurangi nyeri yaitu dengan
nyeri.
34
A S U H A N K E P E R A W A T A N P A D A Tn “A”
DI RUANGAN MELATI I
RSUD LASINRANG
PINRANG
No. RM : 138070
Ruangan : melati I
I. DATA BIOGRAFI
A. Biodata Klien
Nama : Tn. “ A ”
Alamat : dolangan
Umur : 70 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
35
B. Biodata Penanggung Jawab
Nama : Ny. “ S“
Alamat : dolangan
Umur : 50 Tahun
juli 2019 dengan keluhan nyeri pada perut bagian bawah tembus
kebelakan dan pada tanggal 25 juli 2019 dilakukan operasi dan di lakukan
abdomen kuadran kanan bawah, nyeri yang dirasakan klien itu berada pada
sklala 5 yaitu nyeri sedang, dari skala 1-10, Nyeri yang dirasakan klien
hilang timbul hal-hal yang memperberat nyeri yaitu pada saat klien
36
pernah diimunisasi. Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi. Klien
Pada saat dikaji pada tanggal 26 juli 2013 klien mengatakan sakit
atau nyeri pada daerah bekas operasi di daerah abdomen kuadran kanan
bawah, dan yeri yang dirasakan klien hilang timbul dan yang
GI
GII
GIII
? 50
70
GIV
32
37
Keterangan
GII : Saudara bapak saudara ibu klien meninggal karena faktor usia
GIII : Saudara klien tidak pernah mengalami penyakit yang sama dengan klien
Kesimpulan : Tidak ada salah satu anggota keluarga klien yang mengalami
GCS : 15, E : 4, V : 5, M : 6
TB : 150
BB : -
TTV :
TD : 110 / 60 mmhg
S : 36 ° C
N : 74 x / menit
P : 24 x / menit
38
IV. PEMERIKSAAN FISIK
a. Kulit
1. Inspeksi
panjang + 8cm
2. Palpasi
b. Kepala
1. Inspeksi
benjolan
2. Palpasi
39
c) Rambut tidak mudah patah dan rontok
c. Wajah
1. Inspeksi
2. Palpasi
d. Mata
1. Inspeksi
40
2. Palpasi
e. Telinga
1. Inspeksi
2. Palpasi
f. Hidung
1. Inspeksi
41
2. Palpasi
Etmoidalis
Frontalis
Spenoidalis
Maxillaris
1. Inspeksi
2. Palpasi
h. Leher
1. Inspeksi
42
c) Tidak nampak adanya pembengkakan, lesi dan ulkus
2. Palpasi
1. Inspeksi
2. Palpaasi
Ekspansi dada
43
Taktil premitus
3. Perkusi
4. Aulkustasi
1. Inspeksi
44
2. Palpasi
k. Jantung
1. Inspeksi
sinistra
2. Palpasi
3. Perkusi
4. Auskultasi
sterna kiri
sterna kanan
sterna kiri
45
l. Abdomen
1. Inspeksi
2. Auskultasi
3. Perkusi
4. Palpasi
n. Ekstremitas
46
1. Otot
d) Inspeksi
kanan
e) Palpasi
Skala
sokongan
tekanan
47
5 5 atas
5 5 bawah
1. Inspeksi
2. Palpasi
2. Refleks fisiologi
Refleks bisep + +
Refleks trisep + +
Refleks patella + +
Refleks achilles + +
3. Refleks patologi
Refleks babynski - -
48
3. Kuku
1. Inspeksi
2. Palpasi
4. Status Neurologi
49
V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
B. Injeksi :
A. Sebelum Sakit
alergi.
B. Sementara Sakit
50
Klien masuk rumah saklit umum lasinrang pinrang pada tanggal 24
juli 2019 dengan keluhan nyeri pada daerah perut kuadran kanan bawah
operasi. Pada saat pengkajian klien mengatakan nyeri pada daerah luka
bekas operasi pada abdomen kuadran kanan bawah , nyeri yang dirasakan
berada pada skala 5 yaitu nyeri sedang, nyeri yang dirasakan hilang
CP I
51
Pengumpulan Data
No DATA
1 Klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi pada daerah abdomen
bawah
11 TTV :
TD : 110 / 60 mmHg
P : 24 x / menit
N : 74 x / menit
S : 36 C
CP II
Klasifikasi Data
52
Nama : Tn. “A” Diagnosa medis : Appendicitis
CP III
Analisa Data
53
Umur : 70 tahun Ruangan : Melati I
- klien mengatakan
sedang
- Klien mengatakan
54
- Espresi wajah transmisi
Nampak meringis.
- Nampak terpasank
20 tetes/menit.
abdomen kuadran
kanan bawah .
kateter.
- Klien Nampak
lemah.
hacting + 8 cm pada
daerah abdomen
kuadran kanan
bawah.
- TTV :
TD : 110 / 60 mmHg
P : 24 x / menit
N : 74 x / menit
55
S : 36 C
CP IV
Diagnosa Keperawatan
No Tanggal
Diagnosa Tanggal Teratasi
Pengkajian
post operasi
CP V
Rencana Keperawatan
56
Keperawatan
1 Jum’at Nyeri Nyeri 1. kaji tingkat 1. Berguna dalam
bergerak dalam)
- Klien
mengatakan 4. Meningkatkan
57
nyeri yang 4. dorong relaksasi fungsi organ
- Klien nampak
meringis 5. menghilangkan
powler
6. focus perhatian
6. berikan kembali
aktivitas meningkatkan
meningkatkan
kemampuan koping
7. -cefotaxime
58
obat injeksi -sotatic
-asam -norages
-sotatic -ranitidin
-ranitidin lambung)
CP VI
Implementasi
Juli 2019 Hasil : klien berada pada skala 4-6 (nyeri sedang)
59
09.12 2. Mempertahankan istirahat klien dengan posisi semi
fowler.
semi fowler
kiri)
N; 74 x / menit
P; 24 x / menit
S; 36 C
Hasil:
60
CP VII
Evaluasi
61
1. kaji tingkat nyeri catat lokasi karakteristik dan
beratnya (skala 0-10)
2. observasi tanda-tanda vital
3. anjurkan teknik relaksasi (nafas dalam)
4. dorong mobilisasi diri
5. pertahankan istirahat dengan posisi semi powler
6. berikan aktivitas hiburan
7. penatalaksanaan dengan pemberian obat injeksi
- As.Traneksamat 1 amp/8 jam / IV / hari
- Cefotaxime 1 g / 12 jam / IV / hari
- Sotatic 1 amp / 8 jam / IV / hari
- Ranitidin 1 amp / 8 jam / IV / hari
- Norages 1 amp / 8 jam / IV / hari
Implementasi
semi fowler.
62
Hasil : klien berusaha tetap bertahan dengan
kiri)
hati-hati
melakukannya
Hasil:
63
Evaluasi
64
1. kaji tingkat nyeri catat lokasi karakteristik dan
beratnya (skala 0-10)
2. observasi tanda-tanda vital
3. anjurkan teknik relaksasi (nafas dalam)
4. dorong mobilisasi diri
5. pertahankan istirahat dengan posisi semi powler
6. berikan aktivitas hiburan
7. penatalaksanaan dengan pemberian obat injeksi
- As Traneksamat 1 amp/8 jam / IV / hari
- Cefotaxime 1 g / 12 jam / IV / hari
- Sotatic 1 amp / 8 jam / IV / hari
- Ranitidin 1 amp / 8 jam / IV / hari
- Norages 1 amp / 8 jam / IV / hari
BAB III
METODE PENULISAN
tehnik wawancara dan observasi dengan klien dan petugas atau perawat
B. SISTEMATIKA PENULISAN
65
Penulisan laporan studi kasus ini dibagi dalam Lima BAB dengan susunan
sebagai berikut :
Manfaat penulisan
Asuhan Keperawatan
sistematika penulisan
BAB IV
PEMBAHASAN
September 2019 pada Tn, “A” dengan post oprasi Appendicitis dengan gangguan
tahap yaitu ;
66
A. Pengkajian
klien pada saat pengkajian di dapatkan nyeri pada post operasi di daerah
abdomen kuadran kanan bawah pada Tn, “A” karena ada luka bekas operasi
Dari hasil pengkajian dan analisa data studi kasus tidak banyak
ditemukan kesenjangan yang berarti antara teori dan kasus, karena pada teori
hanya ada nyeri pada abdomen kuadran kanan bawah yang disebabkan karena
B. Diagnosa
post operasi.
C. Perencanaan
pengkajian yang telah didokumentasikan yang dibuat untuk kasus post operasi
dengan keadaan klien, juga urutan prioritas masalah mengacu pada kebutuhan
67
dasar manusia dan sesuai dengan kondisi klien Yang di dapatkan dalam kasus
Pada diagnosa ini terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, karena apa
D. Implementasi
mengenai kesenjangan di dalam tahap praktek dan terhadap teori yang timbul
keadaan berupa masalah dapat diatasi dan masalah keseluruhan tidak dapat
diatasi.
68
- Evaluasi pada hari ke dua (28 september 2019) masalah belum teratasi
- Evaluasi pada hari ke tiga (29 september 2019) masalah sudah teratasi
BAB V
PENUTUP
berikut :
69
A. Kesimpulan
adanya kerja sama yang baik antara klien, keluarga klien perawat dan
kesehatan lainnya.
B. Saran –saran
70
2. Mengatasi masalah perawatan Tn “A” dengan post operasi Appendicitis
71