Anda di halaman 1dari 8

Aviation Biofuel

Aviation Biofuel (Bahan Bakar Nabati Untuk Penerbangan)

Apa itu Biojet Fuel? Biojet Fuel atau aviation biofuel adalah bahan bakar dari sumber nabati
(tumbuh-tumbuhan) sebagai bahan bakar pengganti avtur dimasa depan. Sudah menjadi
wacana dunia bahwa cadangan minyak di bumi akan semakin habis. Bertambahnya jumlah
penduduk di dunia justru berbanding terbalik dengan ketersedian cadangan minyak dunia.
Karena itu,jika kita tidak memikirkan peganti mulai dari sekarang,maka anak cucu kita yang
akan menerima akibat dari yang telah kita perbuat sekarang. Dimulai dari partisipasi
kendaraan bermotor,sekarang kita akan menganalisis pendekatan biofuel pada penerbangan.
Sebenarnya,dibandingkan kendaraan darat dan laut, pesawat udara hanya memberi sedikit
kontribusi pencemaran emisi gas buang di dunia ini yaitu kurang  lebih 2 % polusi udara di
hasilkan dari kegiatan penerbangan. Tetapi, walaupun sedikit,jangan sampai kita memulai
ketika sudah menjadi besar,dimana sekarang ini penerbangan semakin murah dan maskapai
berlomba-lomba meremajakan armadanya yang tandanya semakin banyak pesawat akan
dibuat. Disini saya sebagai insan penerbangan sudah merasakan khawatir tentang masa
depan,dimana mungkin saya dengan mudah membuat berbagai macam bentuk pesawat dari
yang sayapnya kecil hingga besar,pendek panjang dan lain-lain tetapi ketika emissi gas buang
dirilis ke udara,kita seolah menolehkan wajah. Seperti kutipan yang pernah diutarakan oleh
salah satu filsuf “ Sebenarnya alam, sudah memberikan jawaban atas apa yang akan terjadi
dimasa depan,tetapi apakah kita sudah menanyakan hal tersebut secara benar kepada alam? “.
Sekarang sudah menjadi tugas kita untuk menanyakan dengan cara mencari tahu tentang
bahan bakar alternatif masa depan.
A.Bahan Bakar Nabati Untuk Pesawat Bermesin Piston

embraer ipanema 202B,salah satu pesawat bermesin piston 


yang menggunakan 100 % bahan bakar etanol
Bahan bakar alternatif untuk mesin piston tidaklah serumit bahan bakar alternatif untuk mesin
jet. Senyawa alkohol yang lazim digunakan untuk mesin piston adalah etanol (etil alkohol) 
baik dengan sistem pencampuran avgas maupun menggunakan etanol murni. Etanol sangat
mudah dibuat,yaitu dengan bahan yang mengandung glukosa seperti
jagung,molasses,singkong,dan lain-lain. Untuk skala rumah tangga, etanol masih bisa
dijangkau. Untuk metanol,propanol,butanol dan lainnya belum di uji coba untuk pesawat
terbang bermesin piston.  Efisiensi penggunaan bahan bakar mesin piston memiliki banyak
faktor antara lain air fuel ratio (rasio udara dan bahan bakar),bahan bakar yang irit harus
memiliki AFR yang tinggi karena massa bahan bakar yang digunakan sedikit. Untuk mencari
rasio udara dan bahan bakar dapat menggunakan formulaAFR= massa udara/massa bahan
bakar, dimana jika massa udara besar maka AFR nya besar. Etanol memiliki keunggulan
dikarenakan cara pembuatannya yang mudah dan juga antara RON (Research Octane
Number) yang dimiliki etanol sangatlah besar,dan juga AFR nya besar,energi yang dihasilkan
berada di posisi tengah dibandingkan butanol dan metanol.
Metanol hampir sama seperti etanol,tetapi AFR nya sangat kecil,itu tandanya metanol lebih
boros daripada etanol jika digunakan sebagai bahan bakar mesin piston. Disamping itu,energi
yang dihasilkan juga kecil. Butanol memiliki energi yang lumayan besar dibandingkan etanol
dan metanol. Hampir mendekati bensin murni,tetapi oktan yang dihasilkan hanya 96 dimana
nilai oktan berpengaruh terhadap ketukan mesin yang dapat mengurangi efisiensi
mesin. Kesimpulannya jika metanol oktan tinggi tapi boros, membuatnya susah,beracun dan
dapat menyebabkan kebutaan jika terkontaminasi. Jika butanol,energinya besar,AFR nya
besar dan irit tetapi oktannya kecil. Jika etanol,energinya lumayan besar, oktannya juga
besar,dan AFR nya tidak terlalu kecil. Jika bensin,energinya besar,oktanya lumayan
besar,AFR nya juga besar tetapi lama-lama akan habis.

B.Bahan Bakar Nabati Untuk Pesawat Bermesin Jet

Bahan bakar alternatif untuk mesin jet lebih rumit pengolahannya dan belum di aplikasikan
secara luas. Bahan bakar alternatif mesin jet terbuat dari buah Jatropha (Jarak Pagar) , Alga
(Ganggang), dan Camelina sativa. Minyak yang terkandung dari tanaman ini memiliki
karakteristik hampir sama dengan kerosene. Untuk di indonesia,minyak biji jarak sudah
dikembangkan dan sudah menghasilkan tetapi Indonesia dalam hal ini khususnya maskapai
indonesia belum berani menggunakan bahan bakar nabati dari minyak jarak,padahal beberapa
maskapai dunia telah mencobanya dan berhasil. Untuk bahan bakar nabati pesawat dari Alga
belum di uji coba di indonesia karena prosesnya yang agak rumit dibandingkan jarak. Untuk
tanaman camelina sativa,indonesia mulai melirik tanaman ini.tanaman ini berasal dari eropa
dan dapat tumbuh pada lahan marginal/rusak. Di indonesia,tanaman ini mulai dikembangkan
di daerah gunung kidul/wonosari. Selain dibuat dari tanaman diatas,untuk mebuat biojet fuel
dapat menggunakan minyak jelantah. 
Berikut data penerbangan yang telah berhasil menggunakan biojet fuel.
Apa Saja Sumber Bahan Bakar Nabati Untuk Penerbangan ?

A. Pohon Jarak Pagar (Jatropha Curcas)

Pohon ini adalah annual harvest ( dipanen tahunan) dan dapat tumbuh di tanah yang kurang
subur. Minyak biji jarak sudah banyak digunakan,tetapi pada umumnya untuk bahan bakar
kompor rumahan. Untuk pesawat terbang,beberapa maskapai telah menguji coba dan
menggunakannya antara lain maskapai Air New Zealand, Japan Airlines,Aero Mexico dan
lain-lain. Di Indonesia sendiri,potensi tanaman jarak pagar sangat luas. Tanaman ini di pulau
jawa banyak terdapat di daerah Purwodadi. Salah satu perusahaan yang mengolah minyak
jarak menjadi crude jatropha oil untuk di olah menjadi bioavtur adalah PT.Waterland Asia
Bioventure yang memiliki lokasi perkebunan di daerah Grobogan. Berikut adalah tabel
perbandingan karakteristik bahan bakar fosil (Avtur) dan Minyak Jarak. Data diambil dari
www.jathropaenergyplant.com
B. Alga

Di Indonesia bahan bakar dari alga belum begitu di kembangkan. Minyak alga terkenal
dengan sebutan Green Oil (minyak hijau) karena minyak yang dihasilkan berwarna hijau.
Walaupun ekosistem alga di indonsia melimpah tetapi belum ada wacana untuk mengarah
pada bahan bakar alga. Mungkin alga ini lah yang akan menjawab masalah ketersediaan
lahan untuk tanaman biofuel karena alga hidup di perairan, tidak mengganggu lahan
pertanian pangan manusia. Maskapai yang sudah menguji coba dengan bahan bakar alga
adalah Alaska Airlines, Continental Airlines,Japan Airlines.
C. Tanaman Camelina ( Camelina Sativa)

Tanaman ini adalah tanaman asli eropa,tetapi sudah mulai dikembangkan di Indonesia.
Tanaman ini mampu tumbuh di daerah marginal atau lahan yang tanaman lain tidak bisa
tumbuh di daerah itu. Camelina di ambil bijinya. Tanaman ini di indonesia ditanam di daerah
Gunung Kidul,Yogyakarta dalam skala besar. Maskapai yang telah menggunakan bahan
bakar nabati dari minyak camelina adalah Lufthansa dan Japan Airlines. 

D. Minyak Jelantah (Waste Cooking Oil)

Dahulu,jelantah dibuang begitu saja setelah digunakan untuk memasak. Sekarang jelantah ini
mulai berguna bagi penerbangan ketika jelantah dapat diolah menjadi bioavtur. Bioavtur dari
minyak jelantah sudah banyak digunakan oleh beberapa maskapai dengan beberapa jenis
pesawat yang berbeda antara lain Boeing 777,Airbus 330,dan sebagainya. Minyak jelantah
sangat mudah didapat karena merupakan barang yang masuk kategori barang bekas pakai.
Mnyak jelantah restoran,rumah tangga,hotel,perkantoran,dan lain-lain jika dikumpulkan akan
mampu menyuplai kebutuhan bioavtur jika diolah. Indonesia dengan perkebunan sawit dan
kelapa yang luas dan demografi penduduk yang banyak sudah sangat beruntung jika mampu
mengolah jelantah ini menjadi bioavtur seperti negara lain.

Sekarang ketika formula dan alternatif sudah ditemukan,permasalahan terbesar adalah


tumpang tindih perkebunan pangan untuk konsumsi manusia dan untuk bahan bakar pesawat
terbang. Semakin bertambahnya waktu,jumlah penduduk semakin meningkat,banyak
populasi manusia,semakin banyak dibutuhkan pangan. Jika dibutuhkan banyak tanaman
pangan maka dibutuhkan lahan untuk menanam. Padahal jika semakin banyak manusia,maka
butuh juga lahan untuk tempat tinggal,dan lahan akan semakin sempit untuk tempat
tinggal,intinya untuk memenuhi kebutuhan pangan saja susah apalagi untuk menanam
tanaman penghasil biofuel. Itulah efek domino dari kendala bahan bakar nabati. Sudah
saatnya insinyur teknik kimia,teknik penerbangan,teknik lingkungan,pertanian,teknik mesin
dan seluruh civitas akademika baik yang terlibat maupun tidak terlibat berkumpul untuk
menemukan solusi bagi kesejahteraan umat manusia.

Anda mungkin juga menyukai