Anda di halaman 1dari 13

Nama : Lisa Maulidah Fitri

Kelas : PBSI 6A
RPP K.13 Revisi 2017

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

Sekolah : SMA
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : X/1
Materi Pokok : Buku Nonfiksi dan Fiksi
Alokasi Waktu : 1 x 15 menit
Kompetensi Inti :
KI 1 : Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi
tentang pengetahuan faktual, konseptual, oprasional dasar, dan
metakognitif sesuai dengan bidang dan lingkup kerja pada
tingkat teknis, spesifik, detil dan kompleks, berkenaan dengan
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora
dalam konteks pengembangan potensi diri sebagai bagian dari
keluarga, sekolah, dunia kerja, warga masyarakat nasional,
regional, dan internasional.
KI 2 : Melaksanakan tugas spesifik, dengan menggunakan alat,
informasi, dan prosedur kerja yang lazim dilakukan serta
menyelesaikan masalah sederhana sesuai dengan bidang kerja.
KI 3 : Menunjukkan ketrampilan menalar, mengolah, dan menyaji
secara efektif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif,
komunikatif, dan solutif dalam ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu
melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.
KI 4 : Menunjukkan ketrampilan mempresepsi kesiapan, meniru,
membiasakan gerak mahir, menjadikan gerak alami, dalam
ranah konkret dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah
pengawasan langsung.
a. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.9 Mengidenifiksi butir-butir penting 3.9.1 Menganalisis butir-butir dari dua
dari dua buku nonfiksi (buku buku nonfiksi dan fiksi
pengayaan) dan satu buku fiksi 3.9.2 Menganalisis butir-butir pening
(novel, cerpen) dari satu novel
4.9 Menyusun ikhtsar dari dua buku 4.9.1 Menyusun ikhtisar dari buku
nonfiksi ( buku pengayaan) dan nonfiksi (buku pengayaan)
ringkasan dar satu buku fiksi ang 4.9.2 Menyusun ringkasan dari buku
dibaca fiksi yang dibaca.

b. Tujuan Pembelajaran
Setelah membaca teks eksplanasi, peserta didik dapat :
1. Melalui kegiatan membaca, mencermati, dan mendiskusikan, peserta didik
mampu mengklarifikasi dua buku nonfiksi (buku pengayaan) dan satu buku fiksi
dengan jujur dan bertanggung jawab.
2. Melalui kegiatan membaca, mencermati, dan mendiskusikan, peserta didik
mampu menelaah dua buku nonfiksi (buku pengayaan) dan satu buku fiksi dengan
jujur dan bertanggung jawab.
3. Melalui kegiatan membaca, mencermati, dan mendiskusikan, peserta didik
mampu membuat ikhtisar dua buku nonfiksi (buku pengayaan) dengan jujur dan
bertanggung jawab.
4. Melalui kegiatan membaca, mencermati, dan mendiskusikan, peserta didik
mampu membuat ringkasan satu buku fiksi dengan jujur dan bertanggung jawab.
c. Materi Pembelajaran
Materi Penyajian
1. Pernyataan umum mengenai butir-butir penting buku nonfiksi (buku pengayaan)
dan buku fiksi yang dibaca.
2. Pernyataan umum mengenai ikhtisar dan rangkuman.
d. Metode Pembelajaran
Pendekatan : student centered
Model pembelajaran : cooperative learning (jigsaw)
Metode pembelajaran : penjelasan (ceramah), kelompok kecil (diskusi), dan
presentasi, media, alat dan sumber belajar.
e. Media/Alat dan Bahan
Alat dan media pembelajaran : LCD, Laptop, Whiteboard dan Alat Peraga
f. Sumber Belajar
Kosasi, Engkos. 2013. Cerdas Berbahasa Indonesia. Jakarta. Erlangga
dan Internet
g. Langkah – langkah Kegiatan Pembelajaran
(disusun tiap pertemuan/satuan 2 JP)
Pertemuan 1 (2 JP)
Langkah Deskripsi Alokasi Waktu
pembelajaran
Kegiatan a. Peserta didik menjawab salam 3 Menit
Pendahuluan guru pada awal pelajaran dan
berdoa untuk memulai
pembelajaran
b. Melakukan pengondisian pada
peserta didik di kelas
c. Menyampaikan kompetensi
dasar yang akan dicapai

Kegiatan Inti a. Peserta didik membentuk 9 Menit


kelompok, satu kelas dibagi
menjadi 3 kelompok.
b. Guru menjelaskan materi tentang
butir-butir penting buku nonfiksi
dan fiksi.
c. Guru mengadakan kuis, jika ada
yang menjawab guru akan
memberikan sebuah hadiah
d. Masing-masing perwakilan
kelompok maju ke depan untuk
memilih kotak yang berisikan
soal yang akan dikerjakan.
e. Peserta didik bertanya jawab
mengenai butir-butir penting
yang ada dalam dua buku
nonfiksi (buku pengayaan) dan
satu buku fiksi pada guru.
f. Peserta didik bertanya jawab
mengenai cara menyusun ikhtisar
serta ringkasan yang ada di dalam
buku pada guru.
g. Peserta didik berdiskusi
mengenai butir-butir penting
yang ada dalam dua buku
nonfiksi (buku pengayaan) dan
satu buku fiksi.
h. Peserta didik berdiskusi
mengenai menyusun ikhtisar
serta ringkasan yang ada di
dalam buku.
i. Peserta didik menguraikan butir-
butir penting untuk
mempertajam dari dua buku
nonfiksi (buku pengayaan) dan
satu buku fiksi.
j. Peserta didik menyusun
kerangka ikhtisar dari dua buku
nonfiksi (buku pengayaan) dan
menyusun kerangka ringkasan
dari satu buku fiksi yang dibaca.
k. Perwakilan kelompok
menyampaikan hasil diskusinya
sesuai dengan pilihannya.

Kegiatan Penutup a. Peserta didik dan guru 3 Menit


merencanakan tindak lanjut
pembelajaran untuk pertemuan
selanjutnya (tugas mandiri).
b. Peserta didik berdoa dan
merespon salam guru.

h. Penilaian, Pembelajaran Remedial, dan Pengayaan


1. Teknik penilaian Otentik
a. Sikap : Bertanggung jawab
b. Pengetahuan : Tes tertulis uraian
c. Ketrampilan : Membandingkan kedua teks eksplanasi dari struktur bahasa,
kaidah kebahasaan, pola penulisan, dan istilah
d. Unjuk kerja : Presentasi

2. Instrumen Penilaian untuk tes tertulis


Kisi-Kisi dan Soal
Indikator Soal Teknik/Bentuk Penilaian
1. Memahami dan 1. Temukan butir- a. Teknik :
menjelaskan butir- butir penting Tes tertulis dan
butir penting yang yang ada di lisan
ada di dalam dua dalam dua buku b. Bentuk :
buku nonfiksi (buku nonfiksi (buku  Penilaian
pengayaan) dan satu pengayaan) dan pengetahuan : tes
buku fiksi yang satu buku fiksi tertulis uraian
dibaca. yang dibaca  Penilaian
2. Mengidentifikasi dengan teliti. keterampilan :
butir-butir penting 2. Terdapat Membuat ikhtisar
yang ada di dalam berapakah dan ringkasan,
dua buku nonfiksi butir-butir serta
(buku pengayaan) penting yang mempresentasikan
dan satu buku fiksi ada di dalam di depan kelas
yang dibaca. dua buku
nonfiksi (buku
3. Menyusun kerangka pengayaan) dan
ikhtisar berdasarkan satu buku fiksi
butir-butir penting yang dibaca.
dari dalam buku 3. Susunlah dengan
nonfiksi(buku tepat ringkasan
pengayaan) dan serta iktisar yang
ringkasan satu buku terdapat di dalam
fiksi. buku tersebut.
4. Kemukakan
jawaban yang
telah diisi
dengan bentuk
lisan

3. Rubrik Penilaian dan Pedoman Penskoran


a. Rubrik Penilaian Sikap
No Aspek yang diamati Kriteria
Baik Cukup Kurang
1. Guru dalam menyikapi
siswa dalam kelas.
2. Siswa dalam
menyampaikan hasil
diskusi

b. Rubrik Penilaian Pengetahuan


No Aspek Penilaian Kriteria Skor
1. Bahasa
2. Tanda baca
c. Rubrik Penilaian Ketrampilan (Praktik/Kinerja)
Kriteria Deskripsi Rentang Skor Skor
Mempresentasikan hasil
menulis
Mengomentari dan merevisi
susunan ikhtisar dengan
memperhatikan butir-butir
penting buku nonfiksi (buku
pengayaan) dan satu buku
fiksi

Mengetahui Kepala Sekolah Guru

(Drs Irfan Sulistiono, S.Pd) (Lisa Maulidah Fitri)

LAMPIRAN

A. Buku Nonfiksi (buku pengayaan)


Buku nonfiksi berisi informasi yang dibuat berdasarkan data, fakta, dan
penelitian. Dalam membuat buat non fiksi ini makanya tidak bisa sembarangan. Apa
yang ditulis harus bisa dipertanggung jawabkan. Ketika membaca buku non fiksi, pasti
yang ditulis di buku itu akan masuk akal dan logika. Karena memang sebelumnya
dirangkai berdasarkan fakta dan penelitian. Buku nonfiksi biasanya dibutuhkan untuk
keperluan yang memang penting dan untuk menambah wawasannya.
Butir-butir penting dalam teks nonfiksi adalah
1) Judul buku
2) Pengarang buku
3) Isi buku, yang terdiri dari
- Daftar isi
- Kata pengantar
- Glosarium (daftar kata sulit dan artinya)
- Jabaran isi yang ditulis secara sistematis
- Daftar pustaka ( buku-buku yang dipakai sebagai acuan)
- Biodata penulis
- Lampiran, dapat berupa gambar dan tabel.

B. Buku Fiksi
Fiksi bisa diartikan fiktif yang berarti tidak nyata, rekaan, imajinasi, khayalan.
Nah, dari sini sudah bisa disimpulkan bahwa buku fiksi adalah buku yang berupa cerita
rekaan. Cerita rekaan ini bisa bersumber dari imajinasi dan khayalan dari penulisnya.
Contoh buku fiksi adalah novel, komik dan cerpen.
Bukan hanya dari kisah atau cerita fiktif saja namun ada beberapa novel yang
diangkat dari kisah nyata, tetapi sangat jarang atau bahkan tidak ada yang sama 100%.
Baik dari tokoh hingga ceritanya pasti ada yang ditambahi dan diubah alurnya. Hanya
saja inti dari cerita itu mengambil dari kisah nyata. Kan banyak novel yang diambil dari
kisah nyata, tapi tetap ada cerita rekaan yang disisipkan oleh penulisnya untuk
mempertajam dan menguatkan isi cerita. Dalam menulis buku fiksi ini penulis memang
dituntut untuk mampu berimajinasi dan berpikir kreatif. Penulis sangat dibebaskan ingin
bercerita apa, karena ceritanya hanyalah fiktif. Akan tetapi penulis buku fiksi tetap harus
memperhatikan koridor-koridor yang ada, seperti agar cerita tetap masuk nalar dan
diterima pembaca. Ketika pembaca membaca buku fiksi, nantinya bakal dapat masuk
dalam cerita itu. Pembaca juga bisa berimajinasi membayangkan apa yang ada dalam
cerita.
Meskipun dikatakan bebas dalam menulis cerita fiksi, tetapi penulis kadang juga
membutuhkan riset. Riset disini digunakan untuk menguatkan cerita yang ingin
dibangun. Wajar jika penulis buku fiksi membutuhkan waktu yang lebih lama dalam
menulis. Karena ia tidak sekedar menulis apa yang dikhayalnya saja, namun juga
melakukan riset apakah cerita yang akan disampaikannya sesuai dengan situasi kondisi
yang ada.
Butir-butir penting dalam teks nonfiksi adalah
1. Judul
2. Pengarang
3. Tahun Terbit
4. Penerbit
5. Tebal Buku

C. Ikhtisar
Pada dasarnya sama dengan ringkasan dilihat dari tujuannya, keduanya
mengambil betuk kecil dari suatu karangan panjang. Perbedaannya ikhtisar tidak
mempertahankan urutan gagasan yang membangun karangan itu, terserah pada pembuat
ikhtisar. Untuk mengambil inti dia bebas mengambil kata-kata, asal tetap menunjukan
inti dari bacaan tersebut.
Ciri- ciri ikhtisar:
1. Tidak mempertahankan urutan gagasan
2. Bebas mengkombinasikan kata-kata asal tidak menyimpang dari inti.
3. Tujuannya untuk mengambil inti.
Langkah-langkah Membuat Ikhtisar
1. Membaca Naskah Asli
Langkah pertama dalam pembuatan ringkasan adalah membaca naskah asli satu
atau dua kali untuk mengetahui kesan umum dan maksud pengarang serta sudut
pandangnya.

2. Mencatat Gagasan Utama


Setelah penulis menangkap maksud, kesan umum, dan sudut pandang pengarang
asli, maka langkah selanjutnya adalah mencatat semua gagasan utama atau gagasan
yang penting.
3. Mengadakan Reproduksi
Dengan menggunakan catatan-catatan yang diperoleh pada langkah kedua dan
kesan umum yang diperoleh pada langkah pertama, maka penulis sudah siap untuk
membuat ringkasan. Yang harus diperhatikan oleh penulis adalah ia harus menyusun
kalimat-kalimat baru, merangkai semua gagasan kedalam suatu wacana yang jelas dan
dapat diterima oleh akal sehat.
4. Ketentuan Tambahan
Disamping ketiga langkah diatas, masih ada beberapa ketentuan tambahan yang
perlu diperhatikan dalam menyusun ringkasan, yaitu:
• Sebaiknya menggunakan kalimat majemuk.
• Bila mungkin, ringkaslah kalimat menjadi frasa, dan frasa menjadi kata.
• Jumlah alinea tergantung dari besarnya ringkasan dan jumlah topik utama yang
dimasukkan kedalam ringkasan.
• Bila mungkin, semua kata keterangan atau kata sifat dibuang.
• Pertahankan susunan gagasan asli, serta ringkaslah gagasan itu dalam urutan seperti
urutan naskah asli.
• Untuk membedakan ringkasan atas tulisan biasa dan sebuah pidato atau ceramah
yang menggunakan sudut pandang Orang Pertama Tunggal atau Jamak, maka
rinkasan pidato itu harus ditulis dengan sudut pandang Orang Ketiga.
• Biasanya untuk suatu ringkasan ditentukan panjang ringkasan finalnya.
Contoh ikhtisar dengan memperhatikan butir-butir penting buku nonfiksi (buku
pengayaan
D. Ringkasan
Bentuk ringkas dari karangan yang masih memperlihatkan sosok dasar dari
aslinya. Inti tidak meninggalkan urutan dasar yang melandasinya. Dengan kata lain
memangkas hal-hal yang lebih kecil yang meliputi gagasan utama bacaan, kerangka
dasar masih tampak jelas.
Ringkasan adalah penyajian karangan atau peristiwa yang panjang dalam bentuk
yang singkat dan efektif. Ringkasan adalah sari karangan tanpa hiasan. Ringkasan itu
dapat merupakan ringkasan sebuah buku, bab, ataupun artikel. Fungsi sebuah ringkasan
adalah memahami atau mengetahui sebuah buku atau karangan. Dengan membuat
ringkasan, kita mempelajari cara seseorang menyusun pikirannya dalam gagasan-
gagasan yang diatur dari gagasan yang besar menuju gagasan penunjang, melalui
ringkasan kita dapat menangkap pokok pikiran dan tujuan penulis.
Ciri-ciri ringkasan:
1. Inti tidak meninggalkan urutan dasar karangan.
2. Kerangka dasr masih tampak jelas
3. Memangkas gagasan utama menjadi lebih ringkas
4. Tujuannya untuk memangkas gagasan.
Cara Membuat Ringkasan
Ada beberapa pegangan yang dipergunakan untuk membuat ringkasan yang baik dan
teratur, yaitu sebagai berikut:
1. Membaca Naskah Asli
Langkah pertama dalam pembuatan ringkasan adalah membaca naskah asli satu
atau dua kali untuk mengetahui kesan umum dan maksud pengarang serta sudut
pandangnya.
2. Mencatat Gagasan Utama
Setelah penulis menangkap maksud, kesan umum, dan sudut pandang pengarang
asli, maka langkah selanjutnya adalah mencatat semua gagasan utama atau gagasan
yang penting.
3. Mengadakan Reproduksi
Dengan menggunakan catatan-catatan yang diperoleh pada langkah kedua dan
kesan umum yang diperoleh pada langkah pertama, maka penulis sudah siap untuk
membuat ringkasan. Yang harus diperhatikan oleh penulis adalah ia harus menyusun
kalimat-kalimat baru, merangkai semua gagasan kedalam suatu wacana yang jelas dan
dapat diterima oleh akal sehat.
4. Ketentuan Tambahan
Disamping ketiga langkah diatas, masih ada beberapa ketentuan tambahan yang
perlu diperhatikan dalam menyusun ringkasan, yaitu:
• Sebaiknya menggunakan kalimat majemuk.
• Bila mungkin, ringkaslah kalimat menjadi frasa, dan frasa menjadi kata.
• Jumlah alinea tergantung dari besarnya ringkasan dan jumlah topik utama yamg
dimasukkan kedalam ringkasan.
• Bila mungkin, semua kata keterangan atau kata sifat dibuang.
• Pertahankan susunan gagasan asli, serta ringkaslah gagasan itu dalam urutan seperti
urutan naskah asli.
• Untuk membedakan ringkasan atas tulisan biasa dan sebuah pidato atau ceramah
yang menggunakan sudut pandang Orang Pertama Tunggal atau Jamak, maka
rinkasan pidato itu harus ditulis dengan sudut pandang Orang Ketiga.
• Biasanya untuk suatu ringkasan ditentukan panjang ringkasan finalnya.
Contoh ikhtisar dengan memperhatikan butir-butir penting buku fiksi
Jenis Buku : Buku fiksi
Judul : Sukreni Gadis Bali
Pengarang : Anak Agung Pandji Tisna
Tahun Terbit : 1992
Penerbit : Balai Pustaka
Tebal Buku : 100 halaman
Ringkasan :
Kedai kumuh milik Men Negara, seorang perempuan tua yang memiliki seorang
anak gadis bernama Ni Negari, selalu dipenuhi langganannya, terutama kaum Adam.
Alasannya tak lain karena mereka senang melihat kecantikan Ni Negari yang luarbiasa.
Semakin hari harta Men Negara semakin menumpuk.
Pengunjung kedai Men Negara sebagian besar adalah tukang panjat di
perkebunan kelapa yang tak jauh dari sana. Kebun tersebut adalah milik Ida Gde
Swamba, yang tak lain adalah pria yang dicintai oleh Ni Negari. Namun Men Negara
lebih menginginkan anak gadisnya itu menikah dengan I Gusti Made Tusan, seorang
menteri polisi Temukus, yang belum pernah bertemu langsung dengan Ni Negari
walaupun sang menteri polisi telah beberapa kali mengunjungi kedai Men Negara. Ni
Negari canggung untuk melayaninya karena I Gusti Made Tusan adalah seorang yang
berpangkat.
Hingga pada suatu saat, kedai Men Negara ribut dengan kejadian tertangkap
basahnya I Gerundung, orang suruhan Men Negara, yang menyembelih babi tanpa ijin
(surat keterangan). Yang memergoki kejadian tersebut adalah I Made Aseman, yang tak
bukan adalah mata-matanya menteri polisi. I Gusti Made Tusan yang tadinya hendak
minum kopi pun mengurungkan niatnya. Ia begitu marah, lalu berkata bahwa tidak lama
lagi akan ada surat panggilan atas penahanan Men Negara. Ketika I Gusti Made Tusan
pergi beberapa langkah dari kedai itu, ia terpesona setengah mati melihat sesosok gadis
yang sangat cantik sedang berdiri di dekat pintu pagar kedai. Hatinya pun meleleh saat
gadis tersebut, yang tak lain adalah Ni Negari, merayunya merdu untuk duduk dan
minum kopi. I Gusti Made Tusan kian terbius seolah lupa akan apa yang terjadi beberapa
detik sebelumnya.
Beberapa bulan setelah kejadian itu, tidak pernah ada panggilan polisi datang
untuk Men Negara. Sang menteri polisi telah benar-benar terhipnotis oleh kecantikan
anak gadis Men Negara itu. Dan selama berbulan-bulan itu juga, dengan rutin I Gusti
Made Tusan mengunjungi kedai Men Negara untuk berlama-lama dengan Ni Negari.
Kedai Men Negara pun sangat terlihat perbedaannya. Kedai Bingin Banjah yang kumuh
itu pun telah disulap menjadi kedai yang serba bersih dan luas. Gaji menteri polisi-lah
yang membayar untuk semua itu.
Namun tak lama kemudian, seorang perempuan bernama Ni Luh Sukreni telah
merebut predikat gadis tercantik yang dimiliki Ni Negari. Itu terjadi saat semua orang di
kedai Men Negara, termasuk I Gusti Made Tusan, terpana tak bergerak melihat sosok
cantik nan molek Ni Luh Sukreni di pintu kedai. I Gusti Made Tusan pun jatuh cinta
pada pandangan pertama.
Beberapa hari kemudian Ni Sukreni datang kembali di kedai Men Negara. Ia
pun bermaksud untuk bermalam di sana sambil menunggu ayahnya tiba. Niat busuk Men
Negara pun muncul. Dengan dibayang-bayangi besarnya uang yang akan ia dapatkan, ia
membantu I Gusti Made Tusan menjalankan rencana kejinya. Malam itu juga, saat Ni
Sukreni tengah tertidur di kamarnya, Men Negara memberi isyarat agar I Gusti Made
Tusan masuk ke kamar Ni Sukreni. Lalu Men Negara pun mengunci pintunya dari luar.
Keesokan harinya Ni Luh Sukreni hilang tak berbekas dari rumah Men Negara.
Dan hari itu juga, I Negara yang merupakan anak laki-laki Men Negara datang ke kedai.
Dan di situlah rahasia besar terungkap. I Negara memberi tahu ibunya bahwa Ni Sukreni
adalah anaknya sendiri dari suami yang telah bercerai dengannnya berbelas-belas tahun
silam. Terkejut bukan main Men Negara mendengar berita itu. Sebagai ibu ia telah
merusakkan anaknya sendiri. Tak henti-hentinya ia memohon ampun pada Tuhan.
Sampai berbulan-bulan lamanya Ni Sukreni lenyap tak berbekas. Ia sebenarnya
berada di hotel milik seorang Tionghoa di Singaraja dan bekerja menjadi babu di sana. Ia
yang berganti nama menjadi Ni Made Sari semakin melarat hidupnya. Ia selalu menangis
saat teringat dirinya yang telah rusak. Dan perbuatan orang yang merusaknya itu pun
membuat dirinya berbadan dua.
Kisah pun berlanjut. Ni Sukreni akhirnya menumpang hidup di rumah Pan
Gumiarning, sahabat dekat ayahnya. Ia pun akhirnya melahirkan anak laki-laki yang
diberi nama I Gustam.
Dua puluh tahun pun berlalu dengan cepat. Tidak seperti yang diharapkan orang
tuanya, I Gustam tumbuh menjadi pemuda yang kasar, suka melawan orangtua, dan hobi
berjudi. Sekolahnya di masa kecil pun diacuhkannya. Ia lebih senang bergaul dengan
perampok-perampok desa. Ia pun menjadi perampok. Hingga suatu saat ia dipenjara,
bakat rampoknya semakin menjadi karena di dalam penjaralah perampok-perampok
profesional bersarang. Sementara I Gustam dipenjara, Ni Sukreni mendapatkan penyakit
karena semakin sengsara hidupnya. Dan akhirnya bidadari yang dulu jadi pujaan itu
meninggalkan dunia yang fana ini untuk selamanya.
Singkat cerita I Gustam bersama komplotan kawan perampoknya keluar dari
penjara. Tak sedikit pun jera, mereka kembali menjadi perampok. Bahkan lebih buas dan
berbahaya dari biasanya. Suatu malam kawanan perampok itu tiba di kedai Men Negara.
Mereka mencuri peti-peti uang Men Negara saat Men Negara tertidur di kamarnya. Men
Negara terbangun lalu berteriak histeris meminta bantuan. Kawanan polisi yang berjaga
lalu menolongnya. Sementara itu para perampok kabur setelah sebelumnya membakar
kedai Men Negara. Tembak-menembak dan bunuh-membunuh antara polisi dan
perampok pun berlangsung malam itu. I Gusti Made Tusan yang termasuk salahsatu
diantara polisi yang bertugas, berhasil membunuh beberapa perampok. Dan akhirnya I
Gusti Made Tusan berhadapan dengan I Gustam. I Gusti Made Tusan tidak mengetahui
bahwa I Gustam adalah anaknya. Begitu pula I Gustam yang tidak tahu bahwa polisi di
hadapannya adalah ayahnya. Lalu terjadilah saling membunuh diantara mereka. Ayah
dan anak itu pun tewas.
Setelah kejadian itu Men Negara yang telah renta dimakan usia hidup di jalanan.
Tanah menjadi tempat tidurnya sehari-hari. Dirinyalah yang ia ajak bercakp-cakap
sendiri, seolah sedang sibuk melayani pengunjung kedai seperti biasanya. Ternyata,
kobaran api di kedainya kemarin malam telah melalap habis ingatannya.

Anda mungkin juga menyukai